Anda di halaman 1dari 12

Makalah Auditing I

Tentang

Sarbanes Oxley

Disusun Oleh :

Roma Uli Angriani Sinaga (1703304010039)

Dosen Pengampu :

Mahmuddin Syah Lubis, S.E., M.Si.

UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

MEDAN

TAHUN 2019
Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah tentang Sarbanes Oxley dapat disusun dengan baik untuk memenuhi
tugas tambahan Auditing I.

Makalah telah disusun dengan maksimal dengan harapan dapat semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, saya yakin banyak kekurangan yang
harus diperbaiki. Untuk itu saya membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 29 Mei 2019

Penyusun
PENGERTIAN SOA (Sarbanes Oxley Act)

SOA adalah sebuah landasan yang disahkan pada 23 januari oleh kongres Amerika
Serikat. Undang-Undang tersebut dikenal sebagai Public Company Accounting and
Investor Protection Act of 2002 atau undang-undang perlindungan investor dan
pengaturan akuntansi perusahaan publik yang sering kali disebut SOX atau Arbox.

Untuk auditor (eksternal dan Internal), SOX merupakan sistem baru dalam proses audit
perusahaan swasta, sebuah revisi atau independensi dan level baru dari proses
pelaporan audit pada perusahaan publik. Untuk manajemen perusahaan diwajibkan
untuk meningkatkan jaminan terhadap konflik kepentingan, sertifikasi yang jelas atas
penyimpanan dokumen penting, pelaporan internal kontrol atas laporan keuangan dan
perbaikan atas kriteria pengungkapan. Untuk audit komite, SOX merupakan sebuah
lanjutan dari peraturan bagi perusahaan-perusahaan publik termasuk tanggung jawab
langsung untuk memantau proses audit eksternal, persetujuan awal atas seluruh jasa
audit ataupun jasa bukan audit, revisi peraturan mengenai independensi dan keahlian
keuangan dan pengawasan, menerima dan mencari pemecahan yang mungkin atas
keluhan mengenai pelaporan keuangan perusahaan dan isu yang berasal dari hasil audit.

Tujuan SOA (Sarbanes Oxley Act) :

SOA memiliki 5 tujuan utama yaitu:

1. Meningkatkan kepercayaan publik akan pasar modal.


2. Menerapkan tata pemerintahan yang baik.
3. Menyediakan akuntabilitas yang lebih baik dengan membuatmanajemen dan
direksi bertanggung jawab akan laporan keuangan.
4. Meningkatkan kualitas audit.
5. Menempatkan penekanan yang lebih kuat pada struktur di sekitar dunia usaha
untuk mencegah, mendeteksi, menginvestigasi kecurangan dan perbuatan tidak
baik.
Sejarah Sarbanes Oxley Act (SOA)

Sarbanes-Oxley atau kadang disingkat Sox atau SOA adalah hukum federal Amerika
Serikat yang ditetapkan pada 30 Juli 2002. ). Undang-undang ini merupakan suatu
terobosan dan sebagai reformasi terbesar di USA khususnya dan dunia pada umumnya
bagi penilaian corporate governance sejak diterbitkannya Securities Acts of 1933 and
1934, diprakarsai oleh Senator Paul Sarbanes (Maryland) dan Representative Michael
Oxley (Ohio) yang disetujui oleh Dewan dengan suara 423-3dan oleh Senat dengan
suara 99-0 serta disahkan menjadi hukum oleh Presiden George W. Bush.Undang-
undang ini dikeluarkan sebagai respons dari Kongres Amerika Serikat terhadap berbagai
skandal pada beberapa perusahaan besar seperti: Enron, Tyco International, Adelphia,
PeregrineSystems, WorldCom (MCI), AOL TimeWarner, Aura Systems, Citigroup,
Computer Associates International, CMS Energy, Global Crossing, HealthSouth, Quest
Communication, Safety-Kleen danXerox, yang jugamelibatkan beberapa KAP yang
termasuk dalam “the big five” seperti: Arthur Andersen, KPMG dan PWC.

Skandal-skandal yang menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor karena


runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang
kepercayaan masyarakat terhadap pasar saham. Semua skandal ini merupakan contoh
tragis bagaimana kecurangan (fraud schemes) berdampak sangat buruk terhadap pasar,
stakeholders dan para pegawai. Dengan diterbitkannya undang-undang ini, ditambah
dengan beberapa aturan pelaksanaan dari Securities Exchange Commision (SEC) dan
beberapa self regulatory bodies lainnya, diharapkan akan meningkatkan standar
akuntabilitas perusahaan, transparansi dalam pelaporan keuangan, memperkecil
kemungkinan bagi perusahaanatau organisasi untuk melakukan dan menyembunyikan
fraud , serta membuat perhatian padatingkat sangat tinggi terhadap corporate
governance.

Perundang-undangan ini menetapkan suatu standar baru dan lebih baik bagi semua
dewan dan manajemen perusahaan publik serta kantor akuntan publik walaupun tidak
berlaku bagiperusahaan tertutup. Akta ini terdiri dari 11 bab atau bagian yang
menetapkan hal-hal mulai dari tanggung jawab tambahan Dewan Perusahaan hingga
hukuman pidana. Sarbox juga menuntut Securities and Exchange Commission (SEC)
untuk menerapkan aturan persyaratan baru untuk menaati hukum ini. Saat ini, corporate
governance dan pengendalian internal bukan lagi sesuatu yang mewah lagi karena
kedua hal ini telah disyaratkan oleh undang-undang. Dengan diberlakukannya undang-
undang Sarbanes Oxley 2002 yang ditandatangani oleh Presiden George Walker Bush
pada 30 Juli 2002 diharapkan dapat membawa dampak positif bagi berbagai profesi,
antara lain : akuntan publik bersertifikat (CPA); kantor akuntan publik (KAP);
perusahaan yang memperdagangkan sahamnya (listed di bursa US (termasuk direksi,
komisaris, karyawan, dan pemegang saham); perantara (broker); penyalur (dealer);
pengacara yang berpraktik untuk perusahaan publik; investor perbankan serta para
analis keuangan. Penerapan undang-undang tersebut dilatarbelakangi oleh bangkrutnya
sejumlah korporasi di Amerika Serikat.

Legalisasi Sarbanes-Oxley Act (SOA)

Seperti yang telah disinggung di atas, beberapa perusahaan AS melakukan kecurangan


yang sangat merugikan investor. Menurut beberapa pengamat, penyebab jatuhnya harga
saham di bursa bukan karena accounting scandal semata, tetapi lebih dikarenakan
keputusan bisnis yang salah (bad bussiness management). Sebagai akibat dari keputusan
yang salah tersebut, kinerja perusahaan menjadi menurun dan ‘menuntut’ manajemen
melakukan windowdressing untuk menutupi adanya kerugian perusahaan. Total
kerugian yang harus ditanggung investor pada saat itu tercatat lebih dari US$ &
triliun!. Salah satu kasus yang menyebabkan timbulnya kritik keras terhadap profesi
akuntansi adalah kasus Enron yang mulai mencuat pada tahun 2001, dalam kasus ini
menegaskan bahwa banyak “dysfunctional behavior” yang dilakukan oleh banyak
auditor, beberapa prilaku yang sering dilakukan adalah semisal creative accounting,
earning management ataukah income smoothing, di Indonesia sendiri bahkan seorang
akuntan disebut dengan tukang angka.

Fenomena yang ada menyebabkan pemerintah (Amerika) mengambil tindakan yang


reaktif dalam hal ini untuk melakukan pengawasan terhadap para akuntan dengan
mengeluarkan UU pertanggungjawaban auditor atau yang lebih dikenal dengan nama
Sarbanes Oxley Act, UU ini lahir dari kongres yang dianggotai oleh Sarbanes dan
Oxley sendiri, UU tersebut ditandatangani oleh presiden George W. Bush pada tanggal
20 Juli 2002 di Washington, USA. Beberapa hal penting yang disajikan dalam UU
Sarbanes Oxley Act 2002, adalah:

1. Tanggungjawab perusahaan
2. Tanggungjawab Auditor
3. Pengungkapan di perluas
4. Analis saham harus dapat mengungkapkan kemungkinan konflik kepentingan
5. SEC memperluas objek reviewnya terhadap laporan keuangan perusahaan

Aktivitas SOA Pada Perusahaan

Dalam Sarbanes Oxley Act diatur tentang akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan
governance yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak mengenai
informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen, kode etik
bagi pejabat dibidang keuangan, pembatasan kompensasi eksekutif, dan pembentukan
komite audit yang independen. Selain itu diatur pula mengenai hal-hal sebagai berikut:

a) Menetapkan beberapa tanggung jawab baru kepada dewan komisaris,


komiteaudit, dan pihak manajemen.
b) Mendirikan the Public Company Accounting Oversight Board, sebuah
dewanyang independen dan bekerja full-time bagi pelaku pasar modal.
c) Penambahan tanggung jawab dan anggaran SEC (Securities Exchange
Commision) secara signifikand. Mendefinisikan jasa “non – audit” yang tidak
boleh diberikan oleh KAP kepada klien.
d) Memperbesar hukuman bagi terjadinya corporate fraud (manipulasi perusahaan)
e) Mensyaratkan adanya aturan mengenai cara menghadapi conflicts of interestf.
Menetapkan beberapa persyaratan pelaporan yang baru

Dalam hal pelaporan, Sarbanes-Oxley Act mewajibkan semua perusahaan publik


untukmembuat suatu sistem pelaporan yang memungkinkan bagi pegawai atau pengadu
untukmelaporkan terjadinya penyimpangan. Sistem pelaporan ini diselenggarakan oleh
komite audit. Perusahaan dapat menggunakan jasa pelaporan hotlines seperti ACFE’s
EthicsLine. ACFE dapat membantu menyusun hotlines pengaduan yang akan menerima
dan merahasiakan pengaduan,dan memberikan informasi kepada perusahaan agar dapat
mengambil tindakan yang tepat. Sistemhotlines ini akan mendorong para pegawai untuk
melaporkan karena mereka merasa aman daritindakan pembalasan dari yang dilaporkan,
dan inilah elemen penting dan kritis bagi programpencegahan fraud yang kuat.

Isi Ringkas SOX

Sarbanes-Oxley terdiri dari 3 sections (bagian). Section 1 merupakan bagian yang


terdiri dari 11 judul, yaitu:

1. Title I : Public Company Accounting Oversight Board


2. Title II : Auditor Independence
3. Title III : Corporate Responsibility
4. Title IV : Enhanched Financial Disclosures
5. Title V : Analyst Conflict of Interest
6. Title VI : Commission Resources and Authority
7. Title VII : Studies and Report
8. Title VIII : Criminal and Fraud Accountability
9. Title IX : White-Collar Crime Penalty Enhancements
10. Title XI : Corporate Fraud Accountability

Adapun Section 2 merupakan DEFINITIONS terdiri dari dua sub bagian yaitu bagian
a) In General (ada 16 pengertian) dan bagian b) Confirming Amandement. Ke enam
belas sub bagian adalah:

1. Appropriate state Regulatory Authority


2. Audit
3. Audit Committee
4. Audit Report
5. Board
6. Commission
7. Issuer
8. Non-Audit Services
9. Person Associated with Public Company Firm
10. Professional Standars
11. Public Accounting Firm
12. Registered Public Accounting Firm
13. Rules of The Board
14. Security
15. Securites Laws
16. State

Adapun Section 3 yaitu COMMISSION RULES AND ENFORCEMENT yang


terdiri dari tiga sub bagian, yaitu:

a) Regulatory Action
b) Enforcement
c) Effect on Commission Authority

Adapun ringkasan isi pokok dari Sarbanes-Oxley Act adalah sebagai berikut:

1. Membentuk public company board untuk melakukan pengawasan


terhadap public company,
2. Mensyaratkan salah seorang anggota komite audit adalah orang yang ahli dalam
bidang keuangan
3. Perusahaan harus melakukan full disclosure kepada para pemegang saham
berkaitan dengan transaksi keuangan yang bersifat kompleks,
4. Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer (CFO) harus
melakukan sertifikasi validitas pembuatan laporan keuangan perusahaan.
5. Kantor Akuntan Publik dilarang menerima tawaran jasa lainnya, seperti
konsultasi, ketika sedang melaksanakan audit pada perusahaan yang sama,
6. Peusahaan harus mempunyai kode etik yang terdaftar pada SEC.
7. Mutual Fund Professional harus menyampaikan suaranya kepada wakil
pemegang saham.
8. Memberikan perlindungan kepada individu yang melaporkan adanya tindakan
menyimpang kepada pihak berwenang.
9. Penasihat hukum perusahaan harus mengkap adanya penyimpangan kepada
pejabat senior dan kepada dewan komisaris.
PENERAPAN SOA DI INDONESIA

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk sebagai perusahaan yang telah tercatat di bursa


saham dalam negeri dan luar negeri berkomitmen penuh untuk mengembangkan dan
menerapkan kebijakan serta praktek tata kelola perusahaan dengan pembenahan
internal dan pemenuhan standard internasional. Standard internasional khususnya aturan
yang ditetapkan oleh US Securities and Exchange Commission (US SEC) yang harus
diadopsi oleh PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, sebagai salah satu perusahaan yang
telah listing di New York Stock Exchange (NYSE), adalah Sarbanes Oxley Act (SOA).
Sistem pengendalian internal yang tercantum dalam Sarbanes Oxley Act merupakan
unsur penting dalam praktek Good Corporate Governance. PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk saat ini menerapkan tiga section Sarbanes Oxley Act, yaitu section 302,
section 404, dan section 906. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan tiga section
tersebut dapat diterapkan sebagai langkah awal implementasi Sarbanes Oxley Act.
Sedangkan untuk section lainnya, kemungkinan di masa mendatang juga akan
diterapkan secara bertahap bila perusahaan telah mampu menjalankan tiga section
tersebut dengan lengkap dan benar, serta adanya pertimbangan manajemen terhadap
benefit yang diperoleh.

KEUNGGULAN DAN KETERBATASAN SOA

A. Keunggulan Penerapan SOA

1. Tanggung Jawab Perusahaan

Undang-undang ini menekankan dan meminta perusahaan untuk bertanggungjawab


secara terafiliasi. Manajemen harus membuat pernyataan bahwa laporan keuangan telah
disajikan secara akurat dan tidak menimbulkan salah tafsir. Selain itu, pernyataan
manajemen juga harus mencakup bahwa laporan keuangan yang disajikan telah
menerapkan sistem pengawasan internal yang sehat. Komite Audit harus berperan aktif
antara lain dengan melakukan pengawasan ketat terhadap auditor, melakukan
pemisahan antara audit service dengan non-audit service, dan melakukan persetujuan
dan pengungkapan atas semua jasa non-audit.
2. Auditor

Walaupun selama ini sudah diatur tentang independensi akuntan publik tetapi dalam
undang-undang ini diperketat lagi kewajiban mempertahankan independensi akuntan
dan membentuk Dewan Pengawas Akuntan Publik. Undang-undang ini melarang
pemberian jasa non-audit diluar jasa perpajakan dan juga mencantumkan adanya
kewajiban untuk melakukan tugas bergilir terhadap pelaksana dan penanggung jawab
audit.

3. Perluasan Pengungkapan

Dalam undang-undang ini ada beberapa hal yang wajib diungkapkan, antara lain:
penilaian setiap tahun oleh manajemen dan auditor terhadap sistem pengawasan
internal, kewajiban untuk menyajikan laporan proforma, pelaporan transaksi saham
internal dalam jangka waktu dua hari, pengungkapan semua pembiayaan yang bersifat
off-balance sheet dan pembiayaan yang bersifat kontingensi (seperti pada industri
perbankan), dan beberapa informasi tertentu yang dianggap penting harus di laporkan
secara real time.

4. Analis Saham

Analis saham harus mendapatkan pengungkapan terhadap informasi yang berkenaan


dengan kemungkinan adanya konflik kepentingan (conflict of interest).

5. Securities Exchange Committee (SEC)

SEC memperluas objek reviewnya terhadap laporan keuangan perusahaan,


meningkatkan kekuasaan untuk memaksa perusahaan melaksanakan peraturannnya dan
menaikkan biaya hukuman terhadap setiap pelanggaran UU pasar modal.

B. Keterbatasan SOA

Sarbanes Oxley Act memberikan beberapa perhatian untuk pengendalian internal


terbukti dengan adanya jasa hotlines yang disediakan untuk proses pelaporan frauds
yang disaksikan oleh pegawai dan perlindungan terhadap pegawai tersebut atas
pelaporannya. Tapi sayangnya SOA memiliki beberapa kelemahan, yang pertama
adalah memfokuskan pada pemberian sanksi dan perlakuan terhadap subject, namun
pada kenyataanya kebanyakan kasus fraud yang terjadi bukan hanya terjadi karena
individu yang melakukannya (Moral Hazard) tapi lebih dikarenakan adanya
permainan dalam sistem.

Oleh karena itu, terdapatlah limitation of Internal Controls yang berarti kebanyakan
kegagalan yang terjadi dalam internal controls terjadi karena masing-masing individu,
yang seharusnya menerapkan prinsip internal controls ini dengan baik, dengan
sengaja melakukan pelanggaran dan bersepakat secara bersama-sama menyeleweng.
Dan sampai saat ini belum ada sistem yang dapat menakut-nakuti orang-orang yang
memiliki peluang untuk melakukan kecurangan baik dalam lingkup manajemen ataupun
individu. Efek sanksi dengan adanya SOA nampaknya tidak terlalu ampuh untuk
dipopulerkan. Ini terbukti dengan terjadinya kasus frauds untuk kesekian kalinya di
Amerika yang secara menyeluruh mengadopsi SOA. Bahkan terjadi beberapa kasus
fraud lebih parah dan sampai-sampai menyebabkan kerusakan ekonomi global. Ada
komponen lain yang menyebabkan internal controls tidak berjalan secara semestinya,
yaitu ketika moral hazard atas individu yang terjadi dalam sebuah perusahaan sudah
tersistem. Contoh kasusnya adalah AIG yang merupakan salah satu perusahaan
asuransi besar didunia. Hedge Fund dan peluang pengendalian uang yang besar oleh
manajemen menjadi daya tarik tersendiri untuk melakukan skandal keuangan.

Pengendalian dan pengontrolan terhadap manajemen perusahan tidak hanya dilakukan


oleh komite audit tapi juga harus sejalan dengan regulasi dan pengontrolan yang
dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, daya pikir kritis terhadap kondisi sebuah
perusahaan yang sudah dianggap baik haruslah ditingkatkan. Inspeksi keuangan pada
sebuah perusahaan harus dilakukan secara berkala agarpendeteksian kecurangan bisa
ditemukan lebih awal. Pembuatan regulasi dan sanksi luar biasa dalam pengendalian
moral hazard harus dilakukan agar tidak terjadi suatu kegagalan sistemik yang akan
mengakibatkan semua instrument pengendalian baik regulasi pemerintah, kode etik
perusahaan, maupun nilai-nilai/budaya dalam perusahaaan harus kembali diperbaiki
lagi dari awal.
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/12970024/TUGAS_MATA_KULIAH_AUDITING_SARB
ANES_OXLEY_ACT_ANDIANA_YUNIRAHMAYANTI_0221_12_162_AKUNTA
NSI_4E_PENGERTIAN_SOA_Sarbanes_Oxley_Act

Anda mungkin juga menyukai