Anda di halaman 1dari 10

Nama : Siti Mariyani

NIM : I353170101
Tugas MK. Ekonomi Pedesaan

PENGARUH TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL TERHADAP


PERUBAHAN EKONOMI PEDESAAN

Perspektif Teori Struktural Fungsional


Pada mulamya, teori stuktural fungsional diilhami oleh para pemikir klasik
diantaranya Socrates, Plato, Auguste Comte, Spencer, Emile Durkheim, Robert K.
Merton, dan Talcot Paarsons. Mereka dengan gambling dan terprinci menuturkan
bagaimana perspektif fungsionalisme memandang dan menganalisis fenomena
sosial dan cultural. Pendekatan fungsional menganggap masyarakat terintegrasi
atas dasar kata kesepakatan anggota- anggotaya terhadap nilai-nilai
kemasyarakatan. General Agreement ini memiliki daya yang dapat mengatasi
perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan diantara para anggita masyarakat.
Masyarakat sebagai suatu sistem sosial secara fungsional terintegrasi kedalam
suatu bentuk ekuilibrium. Para tokoh ini memang tidak menolak keberadaan
konflik di masyarakat, tetapi mereka percaya bahwa masyarakat sendiri yang akan
mengembangkan mekanisme untuk mengontrol konflik yang timbul.
Menurut teori ini, masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri
dari bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu
dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada suatu bagian tersebut akan
membawa perubahan terhadap bagian yang lain. Asumsi dasar dari teori ini adalah
bahwa setiap struktur dalam sistem sosial fungsional terhadap yang lain. Jika tidak
fungsional maka struktur tersebut tidak akan ada atau akan hilang dengan
sendirinya. Penganut teori ini menganggap bahwa semua peristiwa dan semua
struktur adalah fungsional terhadap suatu masyarakat (Ritzer 2014).
Menurut teori stuktural fungsional, masyarakat dianggap sebagai suatu
sistem yang memiliki struktur dan terdiri dari banyak lembaga. Masing-masing
lembaga memiliki fungsi masing-masing. Menurut Parsons, mekanisme
sosialaisasi merupakan alat untuk menanamkan pola cultural seperti nilai-nilai,
bahasa, dan lain-lain. Melalui proses tersebut, anggota masyarakat akan menerima
dan memiliki komitmen terhadap norma-norma yang ada. Mekanisme kontrol
juga meliputit sistem sosial sehingga perbedaan –perbedaan dan ketegangan-
ketegangan yang ada di masyarakat bias ditekan. Mekanisme kontrol tersebut
meliputi pelembagaan, sanksi, aktivitas ritual, penyelamatan terhadap hal yang
tidak normal, pengintegrasian dan pelembagaan kekuasaan (Wirawan 2012).
Status dan peran adalah komponen struktural sistem sosial, karena dengan
adanya status-peran akan menimbulkan interaksi sosial, lewat bahasa yang
akhirnya suatu sistem dapat bertahan hidup . Status merupakan kondisi individu
dalam sistem sosial, sedangkan peran merupakan perilaku yang diharapkan untuk
mencapai tujuan sistem. Di dalam suatu struktur; kedudukan bersifat sederajat,
tidak ada yang lebih tinggi atau rendah. Semua kedudukan mempunyai fungsinya
sendiri dan menyumbangkan pengaruhnya terhadap sistem.

Ekonomi Pedesaan
Definisi ekonomi secara umum diartikan sebagai pengelolaan rumah
tangga yang berupa usaha-usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya
yang berkaitan dengan pengalokasian sumberdaya yang terbatas. Ekonomi sering
dikatakan sebagai suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanananya
yang berkaitan dengan alokasi sumberdaya masyarakat (baik berupa rumah
tangga, pebisnis maupun perusahaan) yang terbatas dengan mempertimbangkan
kemampuasn, usaha, dan keinginan masing-masing. Kegiatan ekonomi meliputi
kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi.
Pendekatan sosiologi ekonomi untuk mengkaji ekonomi pedesaan
memiliki pengertian sebagai sebuah kajian yang mempelajari hubungan antara
masyarakat yang didalamnya terjadi interaksi sosial dengan ekonomi, seperti
bagaimana masyarakat mempengaruhi ekonomi ataupun sebaliknya. Maka,
sosiologi ekonomi mengkaji masyarakat yang memiliki proses dan pola interaksi
sosial dalam hubungannya dengan kegiatan ekonomi, baik pada proses produksi,
konsumsi maupun distribusi.
Konsep-konsep desa (Village), kota kecil (town) dan kota besar (city)
sering dilihat sebagai suatu gejala yang berkaitan satu sama lain dalam bentuk
jaringan atau pola tertentu. Istilah Desa (Village) menurut Bergel dalam Rahardjo
(2004) terdapat dua pengertian desa, yang petama desa merupakan setiap
pemukiman para petani yang terlepas dari ukuran besar dan kecilnya. Kedua,
desa-desa sebagai tempat perdagangan yang berarti bahwa tidak semua
masyarakat terlibat dalam perdagangan tetapi hanya sejumlah orang saja dari desa
tersebut. Jenis pekerjaan non pertanian dikelola secara tradisional baik dalam hal
pemasaran produksi maupun transportasi. Kota kecil (Town) didefinisikan Bergel
sebagai suatu pemukiman perkotaan yang mendominasi lingkungan pedesaan
dalam berbagai aspek. Dalam hal ini kota kecil bukanlah sekedar desa besar tetapi
memiliki pengaruh terhadap desa-desa sekitar. Hubungan kota kecil dan desa-desa
adalah hubungan timbale balik yang saling bergantung. Berdasarkan penjelasan
dari Bergel, keterkaitan desa-desa, kota kecil dan kota besar sebagai konsep pokok
sosiologi pedesaan umumnya dipahami sebagai suatu rangkaian perkembangan
masyarakat.
Faktor-faktor pembeda antara pedesaan dan perkotaan yang paling pokok
adalah dapat dilihat dari jenis mata pencahariannya.pertanian dan usaha-usaha
kolektif merupakan ciri kehidupan ekonomi pedesaan. Istilah farmer, cultivator
atau agriculturist menunjukkan keterkaitan yang erat antara pertanian dan desa.
Meskipun perlu dipahami bahwa pengertian pertanian tidaklah sederhana. Desa
merupakan fenomena yang bersifat universal, tetapi juga memiliki cirri-ciri
khusus yang bersifat lokal, regional, maupun nasional. Desa-desa yang ada di
Indonesia tidak hanya terbatas pada desa pertanian tetapi juga jenis jenis desa lain.
Misalmya Desa tambangan, desa nelayan, desa pelabuhan, desa pariwisata dan
lain-lain. Dari beberapa desa tersebut, ndesa nelayan dan desa pertanian
merupakan desa yang sangat penting dan banyak jumlahnya di Indonesia.
Berdasarkan penjelasan diatas, desa nelayan berarti bahwa msyarakat adalah
bekerja sebagai nelayan mencari ikan di laut sehingga disebut sebagai food
gathering economics. Ketika orang mulai mengenal bercocok tanam, maka
mencari ikan menjadi oeraduan dimana mencari ikan sebagai pekerjaan utama
dan bertani berkebun sebagai sampingan.
Pengaruh Teori Struktural Fungsional Terhadap Perubahan Ekonomi
Pedesaan
Emile Durkheim (1858-1917) memberikan sumbangan terhadap sosiologi
ekonomi melalui mekanisme pembagian kerja. Menurutnya, pembagian kerja
memiliki fungsi yang lebih luas dari pandangan para ekonom. Pembagian kerja
merupakan sarana utama untuk menciptakan kohesi dan solidaritas sosial dalam
masyarakat modern. Tingginya tingkat pembagian kerja dan peranan yang
berbeda dari setiap kelompok sehingga terbagi dua sistem pembagian kerja
menurut solidaritasnya, yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organic.
Pembagian kerja merupakan sarana utama untuk menciptakan kohesi dan
solidaritas dalam masyarakat modern. Tingkat pembagian kerja dan peran yang
berbeda dari setiap orang anggota masyarakat sehingga menyebabkan terjadinya
penggantian basis ikatan (penyatuan) atas dasar kesamaan (solidaritas mekanis)
dengan dasar ketidksamaan (solidaritas organis).
Masyarakat saling tergantung satu sama lain karena adanya perbedaan
pembagian kerja sehingga merka saling membutuhkan untuk memenuhi
kesejahteraan mereka. Pada masyarakat modern, saling ketergantungan
direfleksikan dalam bentuk moralitas dan mentalitas kemanusiaan adan dalam
solidaritas itu sendiri.ada saat yang sama, Durkheim memerkenakan kondisi yang
terjadi berua adanya integrasi dari difenesnsiasi yang aabia tidak berjaan dengan
semurna yaitu apabila terjadi kegagalan daam pengaturan organ yang membentuk
batang tubuh suatu mastyarakat. Seperti dicontohkan pada masyarakat industrial
modern dimana terjadi pertumbuhan ekonomi yang begitu cepat dan tidak diikuti
oleh hokum dan pengaturan yang tepak untuk menjaga kedamaian aka akan
menghasilkan anomi ekonomi sehingga adapat mengakibatkan penderitaan pada
masyarakat.
Secara khusus teori Parsons dipengaruhi oleh pemikiran Durkheim dan
Weber. Durkheim yang menjelaskan tentang “kesadaran” yang dimulai dari
kesadaran kolektif yang melampui batas-batas kesadaran individu, sedangkan
Weber melihat justru kesadaran individu yang mempengaruhi kesadaran umum.
Tetapi, Parsons melihat keduanya sebagai suatu yang dapat dikompromikan, yaitu
teori yang mengenai ide dan tindakan. Karena itu Parson memikirkan teori
tindakan-tindakan sosial bersifat “holistik” dan sekaligus bersifat
“individualistik”. Latar belakang kehidupannya juga sangat berpengaruh terhadap
teorinya. Talcot Parsons (1902-1979) memberikan sumbangan terhadap sosiologi
ekonomi bersama dengan Neil J. Smelser yang keduanya mengembangkan suatu
teori sistem yang menurut keduanya, ekonomi merupakan salah satu dari beberapa
subsistem masyarakat yang sering disebut dengan sisitem sosial. Subsitem
tersebut meliputi:
1. Pola pemeliharaan laten dan sistem manajemen (L). setiap masyarakat
memiliki sistem nilai dan kepercayaan yang beroperasi sebagai rancangan
yang melegitimasi dan berkelanjutan bagi institusi utama dan sebagai pola
motivasional yang terstruktur bagi anggota-anggotanya. Institusi khusus yang
berfungsi sebagai pemeliharaan laten adalah agama, ilmu pengetahuan,
keluarga dan pendidikan
2. Pencapaian Tujuan (G). fungsi tujuan menunjukan cara masyarakat
menciptakan tujuan khusus yang dilegitimasi oleh nilai-nilai yang dominan
dan menggerakkan penduduk untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Adaptasi (A). pada bagian ini, tujuan-tujuan yang melembaga dan sah, seperti
produktivitas ekonomi tidak direalisasikan secara otomatis tetapi masyarakat
harus mengeluarkan energy untuk mencapai nya sehingga fungsi adaptasi
terstruktur dalam ekonomi.
4. Integrasi (I). Fungsi ini berperan agar tidak terjadi pertentangan diantara
individu-individu atau kelompok-kelompok, maupun subsistem yang ada
sehingga diperlukan integrasi yang dapat menjadikan keseimbangan dalam
sistem secara keselutuhan.

Teori stuktural fungsional menjelaskan bagaimana fungsi dari struktur.


Setiap struktur baik struktur mikro, meso maupun maksro akan tetap ada selama
struktur tersebut memiliki fungsi. Seperti yang dicontohkan oleh Herbert Gans
(1972) dalam Damsar (2009) yang menemukan 15 fungsi kemiskinan bagi
masyarakat di Amerika, seperti salah satunya sebagai penyedia tenaga bagi
pekerjaan kasar di masyarakat, membuka lapangan pekerjaan baru yang
dikehendaki orang miskin, menguatkan norma-norma sosial terutama yang ada di
masyarakat. Menurut R. Dahrendorf (1986) dalam Damsar (2009) memberikan
asumsi dasar teori stuktural fungsional, yaitu:
a. Setiap masyarakat terdiri dari berbagai elemen yang terstruktur secara relative
mantap dan stabil. Pada pandangan structural fungsional, setiap orang
dianggap sebagai elemen dari masyarakat, seperti juga orang lain yang juga
dipandang sebagai bagian dari masyarakat. Adanya jaringan antara seseorang
dengan yang lainnya membentuk pola yang disebut sebagai masyarakat.
Selanjutnya jaringan yang terpola tersebut akan membentuk hubungan yang
mencerminkan dtruktur dari setiap elemen yang relative mantab dan stabil.
b. Elemen-elemen terstruktur tersebut terintegrasi dengan baik. Maksud dari
elemen yang terstruktur terintegrasi dengan baik adalah bahwa elemen dari
setiap struktur memiliki keterkaitan dan jaringan yang saling mendukung dan
saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lain sehingga
menghasilkan struktur elemen yang terintegrasi dengan baik.
c. Setiap elemen dalam struktur memiliki fungsi yaitu memberikan sumbangan
pada bertahannya struktur sebagai suatu sistem. Setiap elemen memiliki
fungsi yang setiap fungsi tersebut memberikan kontribusi terhadap
bertahannya sebuah struktur yang ada sebagai suatu system.
d. Setiap struktur yang fungsional dilandaskan pada suatu consensus nilai
diantara anggotanya. Setiap fungsi dari elemen-elemen yang tersturktur
dilandasi oleh consensus nilai dari para anggotanya. Konsesnus nilai berasal
dari kesepakatan dari suatu masyarakat seperti adat, kebiasaan, tata perilaku
dan lainnya.

Studi Kasus Ekonomi Pedesaan dari Perspektif Struktural Fungsional


Salah satu contoh pendekatan stuktural fungsional dalam perubahan
ekonomi pedesaan adalah jurnal penelitian yang berjudul Perubahan Sosial
Ekonomi Masyarakat Pasca Pengembangan Wisata Bahari Di Kepulauan Sikakap,
Kabupaten Mentawai (Andriyani et al. 2012) dan jurnal Globalisasi Dan
Kemiskinan Desa (Jati 2014).
Menurut Jati (2014), kondisi ekonomi di pedesaan yang masih subsisten
dan berasal dari bidang pertanian. Pada beberapa kasus, terdapat desa yang
mampu melakukan reformasi terhada struktur perekonomian dari yang subsisten
menjadi lebih baik dengan memanfaatkan kondisi enksternal yang berupa
globalisasi. Akan tetapi pada beberapa kasus lainnya, terdapat desa yang belum
mampu meninggalkan perekonomian subsisten. Globalisasi sebgaia pertautan
antara global dan lokal memberikan tesis yang sering disebut trickle down effect
yang merupakan distribusi manfaat ekonomi yang dapat merembes dari atas ke
bawah. Akan tetapi premis tersebut juga mendapatkan perdebatan teoritis dalam
mahzab pembangunan, salah satunya berupa pertanyaan apakah sudah
terdistribusi secara seimbang dan setara. Globalisasi di pedesaan sendiri menjadi
hal menarik untuk melihat bagaimana pengaruhnya terhadap perubahan struktur
ekonomi di pedesaan.
Terdapat beberapa hal yang yang menjadi bahan pertimbangan antara lain
adalah, pertama proses redistribusi material ekonomi yang berjalan secara
seimbang dan setara dengan memanfaatkan modal sosial antar sesame warga
Negara. Kedua, penyaluran dana desa di pedesaan yang masih mikro menjadi
ketimpangan ekonomi sangat jarang terjadi. Pada tingkat pedesaan Peran aktif
yang ditunjukkan oleh masyarakat dalam menjamin ketersediaan masyarakat
tersebut merupakan cara efektif dalam mengamankan sumber daya ekonomi
berjalan seimbang. Common Pool Resources tersebut sejatinya merupakan bagian
dari ketiga rezim pengaturan sumber daya ekonomi seperti halnya state way
maupun market way. State way lebih mengedepankan adanya pengaturan negara
dalam pengaturan redistribusi. Pengaturan oleh negara lebih fleksibel dan
dilakukan secara simultan dan gradual. Artinya ada peran Negara sendiri dalam
melakukan pengaturan tersebut (Jati 2014).
Menurut Jati (2014), melalui strategi administrasi dan institusionalisme,
negara mulai hadir dengan wajah baru dalam pengaturan desa seperti munculnya
Lembaga Pembinaan Masyarakat Desa sebagai ganti Lembaga Masyarakat Desa,
Dewan Perwakilan Desa (Bandes), pengaktifan Babinsa dalam rangka menjaga
teritorial, dan menempatkan sekdes sebagai birokrat sekaligus agen spionase
negara. Akan tetapi, Desa juga tidak mau kalah dengan mengaktifkan kembali
berbagai macam institusi desa untuk mengimbangi negara. Sehingga seringkali
muncul dualisme dalam desa seperti halnya pengakuan hukum adat dan positif
nasional, komunalisasi tanah dan privatisasi tanah, dan lain sebagainya. Jika kita
bisa menelaah secara lebih dalam, bahwa pengaturan desa di Indonesia mengalami
fluktuasi yang berbeda–beda dalam setiap periodisasi rezim pemerintah. Fluktuasi
tersebut lebih dikarenakan karena suasana politik Indonesia yang sepenuhnya
stabil seperti sekarang ini sehingga cara-cara lama pengaturan desa di masa
kolonial sedikit diulangi dalam produk legislasi yang dibuat pemerintah.
Desa secara perlahan mengalami urbanisasi dikarenakan aglomerasi
ekonomi yang sedemikian cepat dan berkembang sehingga menjadikan involusi
ekonomi basis tradisional di pedesaan. Secara perlahan, ekonomi desa mulai
bergeser dari ekonomi padat karya menjadi padat modal yakni beralihnya lahan
pertanian menjadi lahan industrialisasi global. Globalisasi di pedesaan adalah
kapitalisasi oleh pemodal yang kemudian menimbulkan adanya berbagai macam
resistensi yang dilakukan oleh kelompok masyarakat lokal di sana (Jati 2014).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan
bahwa Kepulauan Sikakap telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah
daerah menjadi kawasan wisata bahari. Wisata bahari yang dikembangkan di
kepulauan Sikakap memberikan dampak positif terhadap perkembangan sosial
ekonomi masyarakat di daerah kepulauan Sikakap. Adanya wisata bahari tersebut
mampu merubah keadaan sosial ekonomi dari masyarakat di kepulauan Sikakap
jika dibandingkan sebelum adanya perkembangan wisata bahari. Dampak dari
perkembangan wisata bahari yang paling berarti bagi kondisi sosial ekonomi
masyarakat adalah beragamnya sumber mata pencaharian. Hal ini dapat dilihat
dari masyarakat yang tidak hanya mengandalkan satu profesi sebagai sumber
penghasilannya, tetapi juga mampu melakukan kegiatan ekonomi yang lain
(Andriyani et al. 2012).
Pada zaman global sekarang ini adanya terminologi desa wisata maupun
desa cyber sendiri pada dasarnya merupakan bentuk revitalisasi desa dengan
memberdayakan unsure alamnya maupun unsur ekstratif lainnya. Hal inilah yang
menjadi modal dan motivasi penting dalam menjadikan desa bukan sebagai objek
yang diabsorbsi secara ekonomis tetapi menjadi mitra dimana desa adalah mitra
sekaligus subjek penting dalam pembangunan ekonomi (Jati 2014).
Jika dilihat dari teori stuktural fungsional yang disampaikan oleh Talcot
Parsons dalam Skema AGIL, maka:
1. Pola pemeliharaan laten dan sistem manajemen (L). Setiap masyarakat
memiliki sistem nilai dan Institusi khusus yang berfungsi sebagai
pemeliharaan laten pada wisata bahari di Kepulauan Sikakap berupa agama,
ilmu pengetahuan, keluarga dan pendidikan.
2. Pencapaian Tujuan (G). Pencapaian tujuan yang dilakukan masyarakat dalam
upaya menjadi Desa Wisata Bahari tetap disesuaikan dengan pola
pemeliharaan yang ada.
3. Adaptasi (A). Tujuan-tujuan yang melembaga dan sah, seperti produktivitas
ekonomi tidak direalisasikan secara otomatis tetapi masyarakat mencapainya
melalui fungsi adaptasi yang terstruktur dalam ekonomi.
4. Integrasi (I). Fungsi ini berperan agar tidak terjadi pertentangan diantara
individu-individu atau kelompok-kelompok, maupun subsistem yang ada
sehingga integrasi dapat menjadikan keseimbangan dalam sistem secara
keselutuhan. Salah satunya adalah integrasi antara pemerintah, masyarakat
yang mulai memiliki mata pencaharian baru.

Penutup
Teori stuktural fungsional menjelaskan bagaimana fungsi dari struktur.
Setiap struktur akan tetap ada selama struktur tersebut memiliki fungsi. Meskipun
di Desa terjadi perubahan, selama pada setiap elemen perubahan masih memiliki
fungsi, maka struktur tersebut akan tetap ada. Asumsi dasar dari teori ini adalah
bahwa setiap struktur dalam sistem sosial fungsional terhadap yang lain. Jika tidak
fungsional maka struktur tersebut tidak akan ada atau akan hilang dengan
sendirinya. Masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari bagian-
bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam
keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada suatu bagian tersebut akan membawa
perubahan terhadap bagian yang lain. Di dalam suatu struktur, kedudukan bersifat
sederajat, tidak ada yang lebih tinggi atau rendah. Semua kedudukan mempunyai
fungsinya sendiri dan menyumbangkan pengaruhnya terhadap sistem.
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani I. Hardi E. dan Husnita L. 2012. Perubahan Sosial Ekonomi


Masyarakat Pasca Pengembangan Wisata Bahari Di Kepulauan Sikakap,
Kabupaten Mentawai. Jurnal Ilmu Sosial Mamangan. Volume I Nomor 2.
Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta. Prenada Media Group.
Jati WR. 2014. Globalisasi Dan Kemiskinan Desa: Analisa Struktur Ekonomi
Politik Pedesaan. Jurnal Penelitian Politik. Volume 11 No. 2 (17–26)
Rahardjo. 2004. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press
Ritzer G. 2014. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai perkembangan
Terakhir Postmodern. Edisi Kedelapan. Pasaribu et all, Penerjemah.
Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar. Terjemahan dari: Eight Edition
Sociological Theory.
Wirawan IB. 2012. Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma: (Fakta Sosial,
Definisi Sosial, dan Perilaku Sosial). Jakarta. Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai