Anda di halaman 1dari 8

NAMA: ILFA MUTMAINNAH

KELAS: X MIA 1

Sejarah 12 Kerajaan Islam Di Indonesia beserta Peninggalannya


Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Negara Indonesia
dikenal sebagai salah satu negara dengan penganut agama islam terbesar didunia. Sekitar
85% penduduk indonesia menganut agama islam. Penduduk indonesia juga dikenal ramah
dan baik oleh karena itu banyak wisatawan-wisatawan yang berkunjung di Indonesia.
Selain untuk berwisata bahari wisatawan juga datang untuk melakukan proses
perdagangan. Indonesia memiliki hasil bumi dan laut yang sangat melimpah, ini
dikarenakan indonesia terletak pada jalur perdagangan dunia.

Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia

Banyak teori yang berpendapat tentang masuknya islam di indonesia. Beberapa ahli
mengatakan masuknya islam di indonesia sekitar abad ke-7 Masehi sampai dengan abad
ke-8 Masehi. Ada pula yang berpendapat bahwa islam masuk di indonesia pada abad ke-11
sampai abad ke-13 Masehi. Berikut Proses perkembangan agama islam di wilayah
indonesia :

1. Perkembangan Islam pada abad ke-7 Masehi

Berita tentang perkembangan islam di indonesia pada abad ke-7 Masehi ini dibawa oleh
pedagang-pedagang yang berasal dari arab. Pedagang-pedagang arab menjalin hubungan
kerja sama dengan indonesia dalam bidang ekonomi. Para pedagang arab masuk melalui
pantai Sumatra Utara atau wilayah Samudra Pasai. Tempat ini dianggap menjadi daerah
pertama yang mendapat pengaruh islam. Dari daerah Samudra Pasai menyebar ke Selat
Malaka lalu ke pulau Jawa. Berita tentang masuknya islam di indonesia pada abad ke-7
Masehi didasarkan dari berita Dinasti T’ang dari Cina yang menyebutkan bahwa orang-
orang Arab dan Persia yang mengurungkan niatnya untuk menyerang Ho Ling dibawah
kepemimpinan Ratu Sima pada tahun 647 Masehi.

2. Perkembangan Islam pada abad ke-11 Masehi

Perkembangan Islam pada abad ke-11 Masehi dibuktikan dengan penemuan makam
Fatimah Binti Maimun di Leran Manyar, Gresik. Pada makam Fatimah Binti Maimun
terdapat prasasti dengan tulisan 1082 Masehi.

3. Perkembangan Islam pada abad ke-13 Masehi


Perkembangan Islam pada abad ke-13 Masehi diperkuat dengan beberapa bukti yaitu :

Catatan Marcopolo yang menyatakan bahwa menemukan Kerajaan Islam Ferlec di Aceh
pada tahun 1292 M.

K.F.H. van Langen dari Cina yang menyebutkan melihat Kerajaan Pase (mungkin yang
dimaksud Kerajaan Pasai) dapa tahun 1298 M.

R.A Kern, C. Snouck Hurgronje, dan Schrieke lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M.

J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten
uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M.

Teori Gujarat menyatakan bahwa islam masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang dari
Gujarat dan India pada abad ke-13 M.

Teori Persia yang menyatakan bahwa islam masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang asal
Persia yang singgah di Gujarat sebelum ke Indonesia sekitar abad ke-13

Kerajaan Islam Di Indonesia

1. Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai berdiri pada abad ke-13 M setelah kehanduran Kerajaan Sriwijaya
dengan pendiri bernama Sultan Malik al Saleh. Letak Kerajaan Samudra Pasai berada di
daerah Aceh Utara di Kabupaten Lokseumawe. Kerajaan Samudra Pasai merupakan
gabungan dari kerajaan Pase dan Peurlak. Pada tahun 1297 Sultan Malik al Saleh wafat dan
digantikan oleh Sultan Mahmud sebagai putra Sultan Malik al Saleh dari perkawinannya
dengan putri Raja Peurlak. Selanjutnya Kerajaan Samudra Pasai dipimpin oleh Sultan Malik
Al Tahir pada tahun 1326. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al Tahir, koin emas
sebgai mata uang di Kerajaan Samudra Pasai. Seiring perkembangannya Pasai menjadi
pusat perdagangan dan penyebaran agama islam. Setelah Sultan Malik Al Tahir wafat
digantikan oleh Sultan Mahmud Malik az- Zahir sampai tahun 1345.

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, Kerajaan Perlak telah menjadi
bagian dari kedaulatan Pasai, kemudian ia juga menempatkan salah seorang anaknya yaitu
Sultan Mansur di Samudera. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik az-Zahir, kawasan
Samudera sudah menjadi satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat
di Pasai. Pada masa pemerintahan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir, Lide (Kerajaan
Pedir) disebutkan menjadi kerajaan bawahan dari Pasai. Sementara itu Pasai juga
disebutkan memiliki hubungan yang buruk dengan Nakur, puncaknya kerajaan ini
menyerang Pasai dan mengakibatkan Sultan Pasai terbunuh. Namun Kesultanan Pasai
sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Portugal tahun 1521 yang sebelumnya
telah menaklukan Melaka tahun 1511, dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah
menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.

Beberapa peninggalan bersejarah dari Kerajaan Samudra Pasai adalah Cakra Donya ,
Naskah Surat Sultan Zainal Abidin , Makam Sultan Malik al Saleh, Makam Zain al-Abidin
Malik az-Zahir, stempel kerajaan Samudra Pasai, Makam Ratu Al-Aqla

2. Kerajaan Aceh Darussalam

Kerajaan Aceh berdiri pada tahun 1514. Sultan Ibrahim atau Ali Mugayat Syah adalah raja
pertama Kerajaan Aceh Darussalam. Sultan Ali Mugayat Syah memerintah Kerajaan Aceh
Darussalam selama 10 tahun, menurut prasasti yang ditemukan pada batu nisan Sultan Ali
Mugayat Syah. Walaupun Sultan Ali Mugayat Syah memimpin hanya sebentar, tetapi beliau
membuah kerajaan Aceh Darussalam menjadi kokoh dan besar. Kerajaan Aceh Darussalam
terletak didaerah yang sekarang bernama Aceh Besar. Kerajaan Aceh Darussalam berjaya
pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1607 sampai 1636.

Kemunduran Kerajaan Aceh Darussalam disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya


ialah makin menguatnya kekuasaan Belanda di pulau Sumatera dan Selat Malaka, ditandai
dengan jatuhnya wilayah Minangkabau, Siak, Tiku, Tapanuli, Mandailing, Deli, Barus serta
Bengkulu kedalam pangkuan penjajahan Belanda. Faktor penting lainnya ialah adanya
perebutan kekuasaan di antara pewaris tahta kesultanan.

Contoh peninggalan prasejarah dari Kerajaan Aceh Darussalam adalah Masjid Raya
Baiturrahman, Benteng Indrapatra, Gunongan, Makam Sultan Iskandar Muda, Mariam
kerajaan Aceh Darussalam, dan uang emas kerajaan Aceh Darussalam.

3. Kerajaan Demak

Kerajaan islam pertama dipulau jawa adalah Kerajaan Demak yang berdiri dari tahun 1478
dengan pimpinan Raden Patah. Sebelumnya Demak yang masih bernama Bintoro
merupakan daerah vasal Majapahit yang diberikan Raja Majapahit kepada Radeen Patah.
Daerah kekuasaan kerajaan Demak mencakub Banjar, Palembang, Maluku, serta bagian
utara pantai pulau jawa. Pada saat itu ulama memegang peran penting dalam masyarakat
dengan pengangkatan Sunan Kalijaga dan Ki Wanalapa sebagai penasehat kerajaan. Pada
tahun 1507 Raden patah digantikan oleh putranya yaitu Pati Unus.

Pati Unus masih banyak mengalami kegagalan saat memimpin kerajaan Demak. Namun
karena keberanian Pati Unus untuk menyerang portugis yang berada di Malaka, maka Pati
Unus dijuluki sebagai Pangeran Sabrang Lor. Pada tahun 1521 Pati Unus wafat dan
digantikan oleh adiknya bernama Trenggana, dan mengalami masa kejayaan. Kerajaan
Demak mengalami kehancuran karena terjadi perang saudara untuk memperebutkan tahta
di Kerajaan Demak.
Contoh peninggalan bersejarah Kerajaan Demak adalah Masjid Agung Demak, Pintu Bledek,
Soko Tatal dan Soko Guru, Bedug, Kentongan, Situs Kolam Wudhu, Makrusah, Dampar
Kencana, Piring Campa.

4. Kerajaan Islam Panjang

Kerajaan Islam Panjang didirikan oleh Sultan Adiwijoyo atau Jaka Tingkir pada tahun 1568.
Sultan Adi Wijaya berhasil mengalahkan Arya Penangsang dan memindahkan kerajaan
demak ke daerah panjang, dan inilah awal mula berdirinya kerajaan Islam Panjang. Setelah
Sultan Adi Wijaya wafat pada tahun 1582 dan digantikan oleh putranya yitu Pangeran
Benowo. Tetapi Pangeran Arya Pangiri dari Demak mencoba untuk merebut kekuasaan di
kerajaan Islam Panjang dari tangan Pangeran Benowo tapi mengalami kegagalan. Lalu
Pangeran Benowo menyerahkan tahta kepada saudara angkatnya bernama Sutowijoyo.
Namun Sutowijoyo memindahkan Kerajaan Islam Panjang ke daerah mataram dan menjadi
awal kehancuran kerajaan Islam Panjang.

5. Kerajaan Islam Mataram

Kerajaan Islam Mataram didirikan oleh Sutowijoyo pada tahun 1586. Kerajaan Islam
Mataram terletak di Kotagede, sebelah tenggara kota Yogyakarta. Pada tahun 1601
Sutowijoyo wafat dan digantikan oleh Mas Jolang atau Penembahan Seda ing Krapyak. Pada
pemerintahan Mas Jolang atau Penembahan Seda ing Krapyak banyak terjadi
pemberontokan. Lalu Mas Jolang atau Penembahan Seda ing Krapyak mengirimkan
pasukan tentara untuk melawan pemberontakan itu. Sayangnya sebelum selesai untuk
menumpas pemberontakan, Mas Jolang wafat terlebih dahulu. Lalu Mas Jolang digantikan
oleh Adipati Martapura, tetapi akhirnya Adipati Martapura wafat karena sakit-sakitan.
Setelah itu digantikan oleh Mas Rangsang, dan mengalami kenaikan di beberapa sektor.
Mas Rangsang sebagai raja yang lebih terkenal dengan sebutan Sultan Agung.

Peninggalan Bersejarah dari Kerajaan Oslam Mataram yaitu Sastra Gendhing karya dari
sultan Agung, Tahun Saka, Kerajinan perak, Kalang Obong, Kue Kipo, Batu Datar, Pakaian
kyai Gundhil, Gapura Makan Kotagede.

6. Kerajaan Islam Cirebon

Pada tahun 1522 berdiri kerajaan Islam Cirebon dengan pendiri dan menjadi rajanya
bernama Raden Fatahillah. Ia sangat berjasa dalam mengislamkan Jawa Barat. Di bawah
pemerintahan Raden Fatahillah kerajaan Islam Cirebon mencapai kejayaan. Daerah
kekuasaanya bertambah luas, dan Kerajaan Islam Cirebon menjalin hubungan yang baik
dengan kerajaan Islam Mataram. Pada thaun 1570 Raden Fatahillah wafat dan selanjutnya
digantikan oleh putranya bernama pangeran Pasarean. Dalam perkembangannya
kemudian pada tahun 1679 kerajaan Islam Cirebon dibagi menjadi dua kerajaan yaitu
Kasepuhan dan Kanoman.

Pada masa itu pula VOC ingin menduduki daerah Cirebon, maka VOC menggunakan siasat
Devide Et Impera dan membagi Kerajaan Islam Cirebon yang semula telah dibagi dua
menjadi dibagi tiga yaitu Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Keadaan ini
menyebabkan kerajaan Islam Cirebon semakin terpuruk. Makan pada abad ke-7 kerajaan
Islam Cirebon dikuasai oleh VOC.

Peninggalan Bersejarah dari Kerajaan Islam Cirebon adalah Keraton Kasepuhan, Keraton
Kanoman, Keraton Kacirebonan, Masjid Sang Cipta Rasa, Masjid Jami Pakuncen, Makam,
Benda Pusaka.

7. Kerajaan Islam Banten

Kerajaan Islam Banten didirikan oleh Hasanudin pada tahun 1552 di Banten. Ia mendapat
mandat untuk memimpin Kerajaan Islam Banten oleh ayahnya, Raden Fatahillah. Kerajaan
Islam Banten dibawah pimpinan Hasanudin semakin kuat dan memperluas daerah
kekuasannya. Hasanudin dan ayahnya sangatlah giat dalam menyiarkan agama islam
sewaktu Kerajaan Pakuan Pajajaran masih menganut agama hindu. Ini menyebabkan
Kerajaan Pakuan Pajajaran semakin lemah dan terpuruk. Hasanudin memperluas daerah
kekuasaan hingga lampung dan mempersunting Putri Sultan Indrapura.

Setelah Hasanudin wafat digantikan oleh Pangeran Yusuf sebagai anaknya. Pada tahun
1580 Pangeran Yusuf wafat dan digantikan oleh Maulana Muhamad. Di bawah pimpinan
Maulana Muhamad, Kerajaan Islam Banten memperluas daerah kekuasaannya hingga ke
Palembang. Palembang saat itu dipimpin oleh Ki Gede Ing Suryo yang berasal dari
surabaya, dan hampir jatuh ke tangan kerajaan Islam Banten. Namun ditengah peperangan
Maulana Muhamad gugur, dan tentara dikembalikan ke Banten.

Setelah Maulana Muhamad wafat, seharusnya digantikan oleh anaknya Abdul Mufakir.
Namun waktu itu Abdul Mufakir baru berusia 5 bulan, maka kerajaan islam Banten
dipimpin oleh seorang mangkubumi. Setelah Abdul Mufakir dewasa, beliau memimpin
kerajaan didampingi oleh Pangeran Ranamenggala dan mengalami masa kejayaan sampai
pada tahun 1600. Kemunduran kerajaan Islam Banten terjadi sejak masa pemerintahan
Sultan Abdul Mufakkir di mana Belanda terus melakukan blokade-blokade yang
mengakibatkan sempitnya ruang gerak kerajaan Islam Banten.

Peninggalan bersejarah dari kerajaan Islam Banten adalah Masjid Agung Banten, Istana
Keraton Kaibon Banten, Istana Keraton Surosowan Banten, Benteng Speelwijk, Danau
Tasikardi, Vihara Avalokitesvara, Meriam Ki Amuk, Mahkota Binokasih, Keris Penunggul
Naga, Keris Naga Sasra.
8. Kerajaan Islam Banjar

Kerajaan Islam Banjar berdiri pada tahun 1520 di provinsi Kalimantan Selatan dibawah
pimpinan Raden Samudra. Kemunculan kerajaan Islam Banjar berhubungan erat dengan
runtuhnya Kerajaan Nagaradaha (Kerajaan Daha) yang saat itu menguasai daerah banjar.
Dengan bantuan kerajaan Islam Demak, Kerajaan Islam Banjar dapat meruntuhkan
kerajaan Daha. Untuk mendapatkan bantuan dari Kerajaan Demak, Kerajaan Islam Banjar
harus memeluk agama islam. Poses islamisasi dilakukan oleh kerajaan Demak dengan
cukup pesat. Masyarakat suku bugis disungai bagian Timur Kalimatan banyak menganut
agama islam. Di kerajaan Islam Banjar terdapat ulama yang sangat terkenal yaitu Syeh
Muhammad Arsyad al-Banjari.

Setelah Raden samudra wafat digantikan oleh Sultan Rahmatullah (1545-1570) , lalu Sultan
Hidayatullah (1570-1595), Sultan Mustain Billah (1595-1620), Ratu Agung bin Marhum
(1620-1637), Ratu Anum (1637-1642), Adipati Halid (1642-1660), Amirullah Bagus
Kusuma (1660-1663), Pangeran Adipati Anum ( 1663-1679), Sultan Tahlilullah (1679-
1700), Sultan Tahmidullah (1700-1734), Pangeran Tamjid bin Sultan Agung (1734-1759),
Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah (1759-1761), Pangeran Nata Dilaga (1761-
1801), Sultan Suleman Al Mutamidullah bin Sultan Tahmidullah (1801-1825), Sultan Adam
Al Wasik Billah bin Sultan Suleman (1825-1857), Pangeran Tamjidillah (1857-1859),
Pangeran Antasari (1859-1862), dengan raja Kerajaan Islam Banjar terakhir yaitu Sultan
Muhammad Seman (1862-1905).Peninggalan Bersejarah Kerajaan Islam Banjar adalah
Candi Agung Amuntai dan Masjid Sultan Suriansyah

9. Kerajaan Sukadana atau Tanjungpura

Ibukota Kerajaan Tanjungpura beberapa kali mengalami perpindahan dari satu tempat ke
tempat lainnya. Beberapa penyebab Kerajaan Tanjungpura berpindah ibukota adalah
terutama karena serangan dari kawanan perompak (bajak laut) atau dikenal sebagai
Lanon. Konon, pada masa itu sepak-terjang gerombolan Lanon sangat kejam dan
meresahkan penduduk. Kerajaan Tanjungpura dipimpin oleh Sultan Muhammad Zainuddin
(1665– 1724). Gusti Kesuma Matan atau Giri Mustika atau Sultan Muhammad
Syaifuddin/Raden Saradipa/Saradewa (1622–1665) menjadi raja terakhir yang memimpin
kerajaan Islam Sukadana atau Tanjungpura.

Bukti Peninggalan bersejarah kerajaan Islam Sukadana atau Tanjungpura adalah adanya
Negeri Batu, makam tua di kota yang pernah ditempati kerajaan Sukadana.

10. Kerajaan Islam Ternate

Di Maluku terdapat 4 kerajaan yaitu Ternate, Tidore, Obi, dan Bacan. Dari keempat
kerajaan tersebut Ternate dan Tidore merupakan kerajaan yang berkembang cepet karena
sumber sempah-rempah yang sangat besar. Kerajaan Islam Ternate terletak di Maluku
Utara dengan raja pertama adalah Sultan Marhum(1465 – 1486). Banyak para pedagang
datang untuk melakukan perdagangan di Kerajaan Ternate, dan selain bertransaksi
perdagangan mereka juga menyebarkan agama islam. Setelah Sultan Mahrum wafat
digantikan oleh Sultan Harun. Pada masa pemerintahannya banyak pedagang Portugis
yang membuat onar dan ingin menguasai rempah-rempah yang dihasilkan oleh Kerajaan
Ternate. Banyak terjadi pertempuran antara orang-orang Portugis dengan tentara Kerajaan
Ternate. Sampai akhirnya Sultan Harun membuat perjanjian perdamaian dengan Portugis.
Namun saat melakukan perjanjian perdamaian, Sultan Harun di jebak dan dibunuh oleh
orang-orang Portugis.

Sultan Harun digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Baabullah. Sultan Baabullah
sangat marah dengan perlakuan orang-orang Portugis terhadap ayahnya. Selama 4 tahun
lamanya terjadi pertarungan antara pasukan Sultan Baabulah dengan Portugis, akhirnya
Portugis mengakui kekalahannya dan harus pergi dari Kerajaan Ternate. Kerajaan Ternate
mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Baabullah.

Sepeninggal Sultan Baabulah pada tahun 1583, ia digantikan oleh purtanya yang bernama
Sahid Barkat. Namun lama-kelamaan kerajaan Ternate mengalami keruntuhan karena
tidak mampu melawan Spanyol dan VOC.

Peninggalan bersejarah kerajaan Islam Ternate adalah Istana Sultan Ternate, Masjid Jami
Sultan Ternate, Makam Tua, Al-Quran tulisan raja, tempat berdoa, singgasana, tombak,
pedang, senapan, tameng.

11. Kerajaan Islam Tidore

Kerajaan Islam Tidore terletak di sebelah selatan kerajaan Ternate. Berdiri pada tahin
1801 dengan raja pertama yaitu Muhammad Naqil. Agama islam menjadi agama resmi
kerajaan Tidore dan disahkan oleh raja Tidore ke-11 yaitu Sultan Djamalludin berkat
dakwah dari Syekh Mansur dari Arab. Kerajaan Tidore juga dikenal sebagai penghasil
rempah-rempah terbesar di Maluku. Banyak bangsa Eropa yang melakukan perdagangan di
kerajaan Tidore seperti Spanyol, Portugis dan Belanda. Kesrajaan Islam Tidore mencapai
puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M).

Dengan sumber rempah-rempah yang banyak dari Tidore dan Ternate membuat Spanyol
mengadu domba dua kerajaan maju ini. Hal ini menyebabkan 2 persekutuan yang
memecah belah persatuan masyarakat Maluku. Persekutuan 5(=uli-Lima) dipimpin oleh
Ternate dan Persekutuan 9(=uli-Siwa) dipimpin oleh Tidore. Namun dua kerajaan ini sadar
bahwa hanya di adu domba dan tidak mau beemusuhan dengan negra sendiri. Maka
mereka menyatukan kekuatan untuk mengusir Spanyol dari Maluku. Tapi kemenangan itu
hanyalah sementara, karena VOC berhasil menguasai Maluku dengan strategi yang rapi,
teratur, dan kuat. Peninggalan bersejarah Kerajaan Islam Tidore adalah Benteng Tore,
Keraton Tidore.

12. Kerajaan Islam Makassar

Di Sulawesi Selatan terdapat beberapa kerajaan Gowa, Bone, Waju, Luwu, Tallo, dan
Soppeng. Namun kerajaan Gowa dan Tallo mengalami perkembangan yang pesat.
Dikarenakan letak Gowa dan Tallo yang berada ditengah jalur pelayaran. Maka raja kedua
kerajaan maju itu memutuskan untuk bergabung dan mendirikan Kerajaan Islam Makassar
dengan raja pertamanya adalah Sultan Alauddin. Kerajaan Islam Makassar ini pula giat
dalam menyebarkan agama islam. Kerajaan Islam Makassar mencapai puncak kejayaannya
ketika diperintah Sultan Hasanuddin berkuasa (tahun 1654-1669). Sultan Hasanuddin
adalah cucu dari Sultan Alauddin. Namun Belanda tidak begitu saja menyerah untuk
menguasai kerajaan Makassar. Sultan Hasanuddin sangat gigih dan kuat untuk menghadapi
Belanda.

Saat terjadi perseteruan antara Sultan Hasanuddin dengan Aru Palaka (Raja Bone dan Raja
Soppeng) dimanfaatkan oleh Belanda untuk melakukan adu domba. Belanda memihak
pada Aru Palaka dan memerangi Sultan Hasanuddin. Dalam peperangan ini makassar
hampir jatuh ketangan Belanda dan Aru Palaka, mengakibatkan Sultan Hasanuddin
membuat perjanjian damai yang dikenal dengan Perjanjian Bongaya pada tahun 1667.

Walaupun sudah menandatangani perjanjian damai, Belanda tetap licik dan kembali
menyerang Makassar. Pada tahun 1669 Sultan Hasanuddin menyerah kepada Belanda dan
menjadi awak kehancuran Kerajaan Islam Makassar. Peninggalan bersejarah Kerajaan
Islam Makassar adalah Benteng Ford Ratterdam, Batu Pallantikang, Masjid Katangka,
Kompleks Makam Katangka, Makam Syekh Yusuf.

Anda mungkin juga menyukai