Limfosit terdapat sebagai sel yang berada di dalam darah, limfe, jaringan pengikat dan epitel,
terutama dalam lamina propria tractus respiratorius dan tractus digestivus, limfosit terlihat bersama dengan
plasmasit dan makrofag sebagai kumpulan yang padat dalam jaringan pengikat longgar. Apabila jaringan
penyusunnya terdiri atas sel-sel limfosit saja maka jaringan tersebut disebut jaringan limfoid, sedangkan
organ limfoid adalah jaringan limfoid yang membentuk bangunan sendiri. Jadi, jaringan dan organ limfoid
adalah jaringan yang mengandung terutama limfosit, terlepas apakah terdapat bersama dengan plasmasit
dan makrofag atau tidak.
Semua limfosit berasal dari sumsum tulang, sementara limfosit T mengalami pematangan lebih
jauh didalam thimus, limfosit B meninggalkan sumsum tulang sebagai sel matang. Oleh sebab itu,sumsum
tulang dan thimus disebut sebagai organ limfoid primer/sentral. Limfosit bermigrasi dari organ-organ ini
kedarah dan organ limfoid sekunder/perifer (limpa, nodus limfatikus,tonsilla) dimana limfosit
berpoliferasi dan menyediakan diferensiasi.
Susunan unsur sel yang menetap (sel makrofag dan sel retikuler) lebih banyak dari sel-sel bebas.
Sebenarnya merupakan jaringan limfoid padat karena sel-sel limfosit memadati jaringan tersebut dan
tersusun dalam struktur bulat, disebut juga noulus lymphaticus. Jaringan limfoid ini merupakan
bangunan sementara yang dapat menghilang dan timbul lagi, berfungsi sebagai tempat proliferasi
limfosit. Bagian tengah nodul berisi limfosit-limfosit muda yang berukuran besar dengan inti pucat yang
disebut centrum germinalis.
Lien/limfa
Tonsilla,
THYMUS
Thymus adalah organ limfoidepitelial yang terletak di mediastinum; yang mencapai puncak
perkembangannya selama usia muda. Thymus merupakan satu-satunya organ limfoid primer pada
mamalia yang tampak dan merupakan jaringan limfoid pertama pada embrio sesudah mendapat sel
induk dari saccus vitellinus. Limfosit yang terbentuk mengalami proliferasi tetapi sebagian akan
mengalami kematian, yang hidup akan masuk ke dalam peredaran darah sampai ke organ limfoid
sekunder dan mengalami diferensiasi menjadi limfosit T. Limfosit ini akan mampu mengadakan reaksi
imunologis humoral. Geminal centers tidak terdapat di organ ini.
Tiap lobulus dibungkus dalam kapsel jaringan pengikat longgar yang tipis dan melanjutkan diri ke
dalam membagi lobus menjadi lobuli dengan ukuran 0,5 – 2 mm. Jaringan parenkim thymus terdiri dari
anyaman sel-sel retikuler saling berhubungan tanpa adanya jaringan pengikat lain, diantara sel retikuler
terdapat limfosit. Sel retikulernya berbentuk stelat seperti didalam nodus lymphaticus dan lien, tetapi
berasal dari endoderm. Hubungan ini lebih jelas di daerah medulla sampai membentuk struktur epitel
yang disebut corpuskulum hassalli (thymic corpuscle). Masing-masing lobus terdiri dari cortex dan
medulla.
a. Korteks
korteks terdiri atas populasi limfosit T yang sangat banyak, sel retikular epitel yang tersebar , dan
beberapa makrofag. Sel retikular epitel adalah sel stelata dengan inti oval yang berwarna pucat. Sel
stelata bergabung dengan sel berdekatan yang serupa melalui desmosom.berkas fibril sitokeratin
(tonofilamen) didalam sitoplasmanya merupakan bukti bahwa sel-sel ini berasal dari epitel.
Poliferasi limfosit yang kuat terjadi didalam thimus selama perkembangan embrionik dan
repubertas mendorong memisahkan sel epitel. Sejak sel-sel ini berkaitan bersama oleh
desmosom,limfosit berlekatan satu sama lain pada bagian akhir proses, membentuk suatu jaringan kerja
sel retikular epitel yang luas.
Karena poliferasi limfosit menjadi di dalam korteks, sejumlah limfosit T yang belum matang
diproduksi dan berkumpul dalam daerah ini. Walaupun sebagian besar limfosit ini mati dalam korteks
dan dipindahkan oleh makrofag, sejumlah kecil limfosit berimigrasi ke medula dan masuk dalam aliran
darah melalui dinding venula. Sel ini bermigrasi ke struktur limfoid non thimus dan berakumulasi pada
tempat spesifik sebagai limfosit T.
b. Medula
Medula mengandung sejumlah besar sel retikular epitel dan limfosit dengan ukuran besar dan
sedang sel-sel ini menyebabkan medula tampak lebih pucat pada perwarnaan daripada korteks. Medula
juga mengandung badan Hassal, yang merupakan karakteristik dari daerah ini. Struktur ini merupakan
sel retikular epitel gepeng yang tersusumn konsentris, yang berdegenerasi dan menjadi penuh dengan
granula keratohialin dan filamen sitokeratin Badan Hassal bervariasi dalam ukuran,tergantung pada
tahap perkembangannya; fungsi badan Hassal ini belum diketahui.
Pembuluh Darah
Cortex mendapat darah sebagai anyaman kapiler yang dipercabangkan dari arteriola yang terdapat
di perbatasan cortex dan medulla. Hanya terdapat sedikit perpindahan makromolekul dari darah ke
parenkim melintasi dinding kapiler cortex, sedang di medulla pembuluh darah lebih permeabel. Maka,
limfosit dalam cortex dilindungi terhadap pengaruh makromolekul dengan adanya blood-thymus barier.
Pembuluh limfe terdapat di jaringan pengikat penyekat lobulus.
Histogenesis
Thymus berasal dari dua tonjolan epitel endoderm saccus brachialis III. Mula-mula penonjolan ini
memiliki lumen yang berhubungan dengan pharynx, dengan adanya proliferasi epitel dindingnya, lumen
akan terisi oleh sel-sel yang juga mengadakan invasi diantara sel-sel jaringan mesenkim di sekelilingnya.
Pada umur enam minggu akan muncul limfosit yang makin lama makin bertambah dan parenkim akan
mengubah sel-sel stelat yang dihubungkan oleh desmosom. Medulla terjadi kemudian di daerah dalam.
Involusi
Proses invulsi disebut sebagai age invultion, dimulai sejak masa kanak-kanak. Proses tersebut dapat
dipercepat sebagai akibat berbagai rangsangan, misalnya penyakit, stress, kekurangan gizi, toksis atau
ACTH, proses ini disebut sebagai accidental involution. Pada binatang percobaan akan terjadi
experimental involution yang dapat diikuti regenerasi yang intensif.
Thymus mengalami involusi secara fisiologis dengan perlahan-lahan. Cortex menipis, produksi limfosit
menurun sedang parenkim mengkerut diganti oleh jaringan lemak yang berasal dari jaringan pengikat
interlobuler.
Histofisiologis
Limfosit sangat penting untuk perkembangan, karena adanya sejenis limfosit yang bertanggungjawab
atas penolakan jaringan cangkok, delayed hypersensitvity, reaksi terhadap fungsi mikroorganisme dan
virus tertentu. Limfosit T tidak melepaskan anmtibodi yang biasa tetapi diperlukan untuk membantu
reaksi humoral oleh limfosit B. Limfosit thymus baru bersifat imunokompeten apabila sudah berada di
luar thymus.
Apabila sel induk telah sampai ke thymus, maka akan berubah menjadi limfosit thymus dan mulai
berproliferasi. Limfosit besar akan berproliferasi di cortex tepi memberikan limfosit kecil yang
berkelompok di cortex sebelah dalam. Proliferasi di thymus tidak dipengaruhi oleh antigen yang berbeda
dengan di limfosit di organ limfoid perifer, denganh adanya blood thymus barrier.
Limfosit yang meninggalkan thymus akan menuju organ limfoid perifer untuk berkumpul di daerah yang
dibawah pengaruh thymus (thymus depending regions) yaitu cortex bagian dalam nodus lymphaticus,
selubung limfoid periarterial di lien, daerah antara nodulus lymphaticus tonsilla, plaques Peyeri dan
appendiks.
NODUS LYMFATICUS
Nodus limfatikus adalah organ bersimpai berbentuk bulat atau mirip ginjal pembuluh limfe. Nodus
ditemukan di ketiak dan lipatan paha, sepanjang pembuluh-pembuluh besar dileher, dan dalam jumlah besar
di toraks dan abdomen, terutama dalam mesenterium. Nodus limfatikus membentuk sederetan saringan
dalam satu garis yang penting dalam pertahanan tubuh melawan mikroorganisme dan penyebaran sel-seol
tumor. Semua limfe yang berasal dari cairan jaringan disaring oleh sekurang-kurangnya satu nodus,
sebelum dikembalikan kedalam peredaran. Nodus limfatikus memiliki sisi konveks dan sisi konkaf, yaitu
hilum (kadang disebut hilus), tempat arteri dan saraf masuk dan vena keluar dari organ.
Jaringan penyambung simpai yang mengelilingi setiap nodus limfatikus membentuk trabekula yang
masuk kebagian dalam. Setiap nodus mengandung korteks bagian luar dan bagian dalam dan medula.
Nodus lymphaticus terutama terdiri atas jaringan limfoid yang ditembusi anyaman pembuluh limfe
khusus yang disebut sinus lymphaticus. Nodus lymphaticus dibungkus oleh jaringan pengikat sebagai
kapsula yang menebal di daerah hillus dan beberapa jalur menjorok ke dalam sebagai trabekula. Parenkim
diantara trabekula diperkuat oleh anyaman serabut retikuler yang berhubungan dengan sel retikuler.
Diantara anyaman ini diisi oleh limfosit, plasmasit dan sel makrofag. Parenkim nodus lymphaticus terbagi
atas cortex dan medulla, dengan perbedaan terdapat pada jumlah, diameter dan susunan sinus.
a. Korteks
Korteks Luar: pada permukaan korteks luar terdapat sinus subkapularis, yang dibatasi pada batas
luar korteks dan simpai dan pada batas dalam oleh korteks bagian luar. Sinus subskapularis dibentuk oleh
satu jaringan kerja longgar dari makrofag dan sel retikular dan serat retikular. Sinus subskapularis
berhubungan dengan sinus submedularis melalui sinus intermedia yang berjalan paralel ke trabekula
kapsular. Korteks bagian luar dibentuk oleh jaringan limfoid yang terdiri atas satu jaringan sel retikular dan
serat retikular yang jalinan kerjanya dipenuhi oleh sel B. Didalam jaringan limfoid korteks terdapat struktur
berbentuk sferis yang disebut nodulus limfatikus.
Korteks dalam: korteks bagian dalam merupakan kelanjutan dari korteks bagian luar dan
mengandung beberapa, apabila dtemukan, nodulus. Korteks bagian dalam mengandung banyak limfosit T.
b.Medulla
medulla terdiri atas korda medullaris, yaitu korteks bagian dalam yang menyerupai korda, dan
merupakan suatu cabang perluasan dari korteks bagian dalam , yang mengandung limfosit B dan beberapa
sel plasma. Korda medullaris dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yang berdilatas, yang disebut sinus
limfoid medullaris. Sinus ini merupakan ruang tidak teratur yang mengandung cairan limfe; seperti sinus
subskapularis dan sinus iintermedia, sinus-sinus tersebut dihubungkan oleh sebagian sel retikular dan
makrofag. Sel retikular dan serat retikular sering kali menjembatani sinus dengan satu jaringan longgar. Sel
percabangan denditrik (folikular) yang besar ditemukan dalam nodus limfatikus dan berfungsi sebagi sel
antigen presenting.
Fungsi limfosit B dan T paling banyak terlihat dlam penyakit imunodifensiasi, yang disebabkan
oleh ganggua pada sel B, sel T atau keduanya.
Pembuluh Darah
Hampir semua pembuluh darah yang menuju nodus lymphaticus akan masuk melalui hillus, hanya sedikit
yang melalui permukaan cortex., Mula-mula arteri dari hillus mengikuti trabecula memasuki medullary
cord menjadi kapiler. Arterinya sendiri menuju cortex untuk bercabang-cabang menjadi kapiler membentuk
anyaman. Anyaman kapiler di cortex ini akan ditampung dalam venula dengan endotil berbentuk kuboid.
Dari venula ini akan berkumpul menjadi vena yang jalannya mendampingi arteri. Venula ini tidak
mempunyai serabut otot polos dan terdapat juga pada beberapa bagian pembuluh darah di tonsilla, plaques
Peyeri dan appendix.
Histofisiologis
Dinding pembuluh limfe yang tipis mudah ditembus oleh makromolekul dan sel-sel yang berkelana dari
jaringan pengikat, sehingga tidak dijumpai adanya barier yang mencegah bahan-bahan antigenik, baik
endogen maupun eksogen. Sel bakteri dapat dengan mudah melintasi epidermis dan epitel membrana
mukosa yang membatasi ruangan dalam tubuh, yang apabila luput dari perngrusakan oleh fagosit dalam
darah maka akan berproliferasi dan menghasilkan toksin yang mudah masuk dalam limfe.
Nodus lymphaticus berfungsi sebagai filtrasi terhadap limfe yang masuk karena terdapat sepanjang
pembuluh limfe sehingga akan mencegah pengaruh yang merugikan dari bakteri tersebut. Fungsi
imunologis nodus lymphaticus disebabkan adanya limfosit dan plasmasit dengan bantuan makrofag untuk
mengenal antigen dan pembuangan antigen fase terakhir. Nodus lymphaticus juga merupakan tempat
penyebaran sel-sel yang baru dilepas oleh thymus atau sumsum tulang.
Hemal Nodes
Apabila dalam nodus lymphaticus ditemukan eritrosit sangat banyak disebut sebagai hemal nodes. Jenis ini
ditemukan pada domba, tetapi tidak pada manusia.
LIEN/LIMFA
Limfa adalah kumpulan jarinagn limfoid terbesra dalam organisme. Karena banyak menagndung
sel fagositik dan adanya kontak erat antara darah yang beredar dalam sel-sel ini, maka limfa merupakan
alat pertahanan penting terhadap mikroorganisme yang menerobos masuk sirkulasi. Limfoid juga merupakn
tempat destruksi dari sel darah merah.seperti halnya organ limfoid lain, limfa adalah tempat pembentukan
limfosit yang digiatkan, yang masuk kedalam darah. Limfa bereaksi segera terhadap antigen yang terbawa
darah dan merupakan organ pembentuk antibodi penting.
Limfa dibungkus oleh simpai jarinagn ikat padat yang menjulurkan trabekula yang membagi
parenkima atau pulpa limfa menjadi kompartemen-kompartemen tidak sempurna. Permukaan media limfa
memiliki hilum, tempat simpai menjulurkan sejumlah trabekula yang membawa serta saraf dan arteri
kedalam pulpa limpa. Vena dari parenkim dan pembuluh limfe yang berasal dalam trabekula, meninggalkan
limfa melalui hilum. Pulpa limfa tidak memilii pembuluh limfe.
Pada manusia, jaringan ikat simpai dan trabekula hanya mengandung sedikit serat-serat otot polos
limfa, seperti struktur limfoid yang lain, dibentuk oleh jaringan kerja jaringan retikular yang mengandung
sel limfoid, makrofag, dan sel-sel antigen presenting.
Pulpa Limfa
Pada permukaan irisan melalui limfa segar, dengan mata tampak bintik-bintik putih dalam
parenkim.
Bintik-bintik tersebut adalah nodulus limfatikus dan merupakan bagian dari pulpa putih. Nodulus ini
terdapat dalam jaringan merah tua, yang penuh dengan darah dan disebut pulpa merah. Pengamatan
dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah menunjukkan bahwa pulpa merah terdiri atas bangunan
memanjang, yaitu korda limfa (korda billroth), yang terdapat diantara sinusoid. Endotelium sinustoid
dibentuk oleh sel gepeng bertingkat yang memungkinkan hubungan yang mudah dan diantara bagian-
bagian dalam, dalam pulpa merah.
a) Pulpa alba
Pulpa alba sering disebut pula sebagai corpusculum malphigi terdiri atas jaringan limfoid
difus dan noduler.Pulpa alba membentuk selubung limfoid periarterial (periarterial limfoid
sheats/PALS) di sekitar arteri yang baru meninggalkan trabecula, selubung tersebut mengikuti
arteri sampai bercabang-cabang menjadi kapiler. Sepanjang perjalanannya pada beberapa
tempat selubung tersebut mengandung germinal center. PALS dan germinal center merupakan
jaringan limfoid, tetapi PALs sebagian besar mengandung limfosit Tdan germinal center
mengandung limfosit B. Struktur PALS terdiri dari anyaman longgar serabut retkuler dan sel
retikuler. Di tengah pulpa alba terdapat arteri sentralis . dalam celah-celah anyaman terdapat
limfosit kecil dan sedang, kadang ditemukan plasmasit. Pada waktu adanya rangsangan antigen
di daerah PALS banyak terdapat limfosit besar, limfoblas dan plasmasit muda banyak sekali.
b) Pulpa rubra
Pulpa rubra terdiri atas pembuluh-pembuluh darah besar yang tidak teratur sebagai sinus
renosus dan jaringan yang mengisi diantaranya sebagai splendic cords of Billroth. Warna merah
pulpa rubra disebabkan karena eritrosit yang mengisi sinus venosus dan jaringan diantaranya.
Di dalam celah pulpa terdapat sel-sel bebas seperti makrfag, semua jenis sel dalam darah dengan
beberapa plasmasit. Dengan M.E. makrofag dapat dengan mudah ditemukan sebagai sel besar
dengan sitoplasma yag kadang-kadang mengandung eritrosit, netrofil dan trombosit atau
pigmen. Bagian tepi pulpa alba terdapat daerah peralihan dengan pulpa rubra sebesar 80-100
mikron, daerah ini dinamakan zona marginalis yang mengandung sinus venosus kecil. Zona
marginais merupakan pulpa rubra yang menerima darah arterial sehingga merupakan tempat
hubungan pertama antara sel-sel darah dan partikel dengan parenkim lien.
Capsula dan trabecula terdiri atas jaringan pengikat padat dengan sel otot polos dan anyaman
serabut elastis. Permukaan luar terdiri dari sel mesotil sebagai bagian peritoneum. Trabecula merupakan
lanjutan kapsula yang membawa arteri, vena dan pembuluh limfe. Trabecua mengandung lebih banyak
serabut elastis dan beberapa serabut sel otot polos.
Arteri
Cabang-cabang arteri linealis masuk melalui hilus,mengikuti trabecula dan tiap kali bercabang menjadi
makin kecil. Mula-mula arteri ini sebagai jenis arteri muskuler dengan tunika adventitia yang longgar
dalam jaringan pengikat padat trabecula. Setelah mencapai diameter 0,2 mm, arteri tersebut
mennggalkan trabecula dan tunika adventitianya diganti oleh jaringan limfoid hingga menjadi arteri
sentralis.
Arteri sentralis merupakan arteri muskuler dengan endotil berbentuk tinggi disertai selapis atau dua lapis
otot polos yang melanjutkan dengan bercabang-cabang dan makin kecil. Pada diameter 40-50 mikron,
selubung limfoid menipis dan bercabang menjadi 2-6 pembuluh sebagai arteria penicillus atau arteria
pulpa rubra. Pada waktu masuk pulpa rubra, arteri penicillus bercabang menjadi 2-3 kapiler dengan
dinding yang menebal yag disebut selubung Schweiger Seidel. Kapilernya disebut sheated capillary.
Menurut Baley’s Textbook of Histology, arteri penicullus terdiri dari tiga bagian:
1. Arteri pulpa,merupakan segmen terpanjang denganselapis otot polos.
2. Sheated capillary, tanpa otot polos
Teori ini menyatakan bahwa darah drai kapiler bermuara di dalam celah-celah antara sel
retikuler kemudian perlahan-lahan kembali ke sinus venosus.
2. Teori sirkulasi tertutup
Teori ini menyatakan bahwa kapiler berhubungan langsung dengan sinus venosus.
3. Teori kompromi
Teori ini menyatakan bahwa dalam lien terdapat kedua macam sirkulasi tersebut pada suatu
tempat.
Primordium lien tampak pada embrio umur 8-9 minggu sebagai suatu penebalan jaringan
mesenkim pada mesogastrium dorsalis. Sel-sel mesenkim memperbanyak diri dengan mitosis
membentuk hubungan melalui tonjolannya sebagai rangka retikuler dalam pulpa alba dan pulpa rubra.
Kemudian muncul sel primitif basofil yang berasal dari sel-sel induk dalam saccus vitelinus, hepar atau
medulla oseum.
Limfosit dalam lien sebagian beupa limfosit T, sebagian dari medulla oseum yang dibawah
pengaruh Limfosit B. Makrofag dalam lien kemungkinan berasal dari sel induk dalam medulla osseum.
Apabila lien diangkat, maka fungsinya akan diambil alih oleh organ lain. Apabila terjadi luka, akan
terjadi kesembuhan dengan timbulnya jaringan pengikat.
JARINGAN LIMFOID TANPA SIMPAI
Nodulus limfatikus juga disebut folikel limfatik dapat ditemukan terisolasi atau
berkelompok dalam jaringan ikat longgar berbagai organ, tertama dalam lamina propia, saluran cerna,
saluran nafas bagian atas, dan saluran kemih. Nodulus tanpa simpai memiliki struktur mikroskopis sama
dengan nodulus dalam korteks nodus limfatikus. Nodulus tersebut terdiri atas limfosit berhimpit padat
(limfosit B) yang berkembang menjadi sel plasma dengan adanya ransangan antigenik sesuai.
Nodulus limfoid primer berbentuk sferis atau oval, tanpa daerah pusat yang jelas. Nodulus sekunder
memperlihatkan zona yang terang, pusat germinal, pada bagian dalamnya. Pusat germinal merupakan
kumpulan limfosit aktif yang kaya dengan sitoplasm (limfoblas) yang muncul hanya setelah lahir
sebagai respon pemaparan antigen. Plak peyeri adalah kelompok nodulus tanpa simpai yang ditemukan
dalam lamina propia illeum.
TONSILA
Tonsila adalah oragan yang terdiri atas kelompok-kelompok jaringan limfoid bersimpai tidak
sempurna yang terdapat dibawah, namun berkontak dengan epitel saluran cerna berdasarkan lokasinya,
maka tonsila dalam mulut dan faring disebut tonsila palatina, tonsila faringeal, tonsila lingualis. Tonsila
menghasilkan limfosit, banyak diantaranya menerobos epitel.
TONSILA PALATINA
Kedua tonsila palatina terletak pada lateral faring bagian oral. Jaringan limfoid padat yang terdapat
dalam tonsila ini membentuk dibawah epitel berlapis gepeng, satu pita yang mengandung nodulus
limfatikus, umumnya dengan pusat germinal. Setiap tonsila memiliki 10-20 invaginasi epitel yang masuk
kedalam parenkim membentuk kriptus yang menagndung sel-sel epitel yang terlepas, limfosit hidup dan
mati dan bakteri dalam lumennya. Mereka mungkin tampak sebagai bintik-bintik urulen pada tonsilitis.
Yang memisahkan jaringan limfoid dari organ-organ yang berdekatan adalah satu lapis jaringan ikat padat
yang disebut simpai tanpa tonsila. Simpai ini bekerja sebagai sawar terhadap penyebaran infeksi tonsila.
TONSILA FARINGEAL
Diantara arcus glossoplatinus dan arcus pharyngopalatinus terdapat dua buah jaringan limfoid
dibawah membrane mukosa yang masing-masing disebut tonsilla palatine. Epitel bersama jaringan pengikat
yang menutupi mengadakan invaginasi membentuk crypta sebanyak 10-20 buah. Pada dasar crypta, batas
antara epitel dan jaringan limfoid kabur karena infiltrasi limfosit dalam epitel. Limfosit yang telah melintasi
epitel bersama dengan leukosit dan sel epitel yang mati sebagai corpusculum salivarius. Terdapat nodulus
lymphaticus sebesar 1-2 mm dengan germinal centernya tersusun berderet dalam jaringan limfoid yang
difus. Antara nodulus lymphaticus yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh jaringan pengikat (capsula)
yang mengandung limfosit, mast sell dan plasmasit. Apabila ditemukan granulosit, hal ini menunjukkan
adanya radang.
TONSILA LINGUALIS
Tonsila lingualis lebih kecil dan lebih banyak daripada yang lain. Tonsila ini terletak pada pangkal
lidah dan ditutupi oleh epitel berlapis gepeng. Masing-masing mempunyai sebuah kriptus.
DAFTAR PUSTAKA
Junqueira, L. Carlos (dkk.). 1995. Histologi Dasar. (8th ed.). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Eroschenko, Victor P., Phd. (2001). Atlas Histologi di Fiore.Jakarta : Buku Kedokteran EGC.