Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

“PERAN, KEDUDUKAN, DAN KINERJA USAHA MIKRO DIDALAM PEREKONOMIAN


DI BEBERAPA NEGARA DI DUNIA”

2.1 Definisi Usaha Mikro


Usaha Mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional dan
informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum. Hasil penjualan
tahunan bisnis tersebut paling banyak Rp 100.000.000,00 .

Menurut keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003,


Usaha Mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia
dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) per tahun.
Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah menyebutkan: Usaha mikro Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.

Sedangkan menurut UU No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
dalam pasal 3 disebutkan bahwa usaha mikro dan kecil bertujuan menumbuhkan dan
mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan
demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Ciri-ciri Usaha Mikro

 Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti;

 Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;


 Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak
memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan

 Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai

 Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;

 Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke
lembaga keuangan non bank;

 Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP .

Contoh Usaha Mikro

 Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan pembudidaya;

 Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan rotan, industri
pandai besi pembuat alat-alat;

 Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll;

 Peternakan ayam, itik dan perikanan;

 Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit (konveksi).

Pada prinsipnya definisi dan kriteria UKM di negara-negara asing didasarkan pada aspek-
aspek sebagai berikut : (1) jumlah tenaga kerja, (2) pendapatan dan (3) jumlah aset. Paparan
berikut adalah kriteria-kriteria UKM di negara-negara atau lemabaga asing.

1. World Bank, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu :

1.1 Medium Enterprise, dengan kriteria :

 Jumlah karyawan maksimal 300 orang

 Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta

 Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta

1.2 Small Enterprise, dengan kriteria :


o Jumlah karyawan kurang dari 30 orang

o Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta

o Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta

1.3 Micro Enterprise, dengan kriteria :

Jumlah karyawan kurang dari 10 orang

Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu

Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu

2. Singapura mendefinisikan UKM sebagai usaha yang memiliki minimal 30% pemegang
saham lokal serta aset produktif tetap (fixed productive asset) di bawah SG $ 15 juta.
3. Malaysia, menetapkan definisi UKM sebagai usaha yang memiliki jumlah karyawan
yang bekerja penuh (full time worker) kurang dari 75 orang atau yang modal pemegang
sahamnya kurang dari M $ 2,5 juta. Definisi ini dibagi menjadi dua, yaitu :
 Small Industry (SI), dengan kriteria jumlah karyawan 5 – 50 orang atau jumlah
modal saham sampai sejumlah M $ 500 ribu
 Medium Industry (MI), dengan kriteria jumlah karyawan 50 – 75 orang atau
jumlah modal saham sampai sejumlah M $ 500 ribu – M $ 2,5 juta.

4. Jepang, membagi UKM sebagai berikut :

 Mining and manufacturing, dengan kriteria jumah karyawan maksimal 300 orang
atau jumlah modal saham sampai sejumlah US$2,5 juta.

 Wholesale, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang atau jumlah
modal saham sampai US$ 840 ribu

 Retail, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 54 orang atau jumlah modal
saham sampai US$ 820 ribu

 Service, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang atau jumlah modal
saham sampai US$ 420 ribu

5. European Commision, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu :


I. Medium-sized Enterprise, dengan kriteria :

-Jumlah karyawan kurang dari 250 orang

- Pendapatan setahun tidak melebihi $ 50 juta

- Jumlah aset tidak melebihi $ 50 juta

II. Small-sized Enterprise, dengan kriteria :

- Jumlah karyawan kurang dari 50 orang

- Pendapatan setahun tidak melebihi $ 10 juta

- Jumlah aset tidak melebihi $ 13 juta

III. Micro-sized Enterprise, dengan kriteria :

- Jumlah karyawan kurang dari 10 orang

- Pendapatan setahun tidak melebihi $ 2 juta

- Jumlah aset tidak melebihi $ 2 juta

2.2 Peran Usaha Mikro Dalam Perekonomian


Peran keberadaan UMKM yang paling menonjol adalah kemampuannya di dalam
penyerapan tenaga kerja (mengurangi pengangguran). Bagi kebanyakan orang yang kreatif,
inovatif, ulet dan memiliki etos kerja tinggi, justru hal demikian menjadi lebih menarik untuk
mendirikan UMKM. Sebab, mereka akan merasa lebih bebas, dan sadar bahwa usaha besar juga
dimulai dari usaha kecil yang berpotensi untuk berkembang besar.

Fleksibilitas dan kemampuanya lebih baik dan dimamis dalam menyesuaikan diri
terhadap kondisi pasar yang mudah berubah dengan cepat dibanding usaha besar yang umumnya
lebih birokratis. Selanjutnya, ketika mereka telah memiliki usaha sendiri yang tangguh dan
mandiri, maka masalah kemiskinan justru akan lebih mudah diatasi, sebab masalah kemiskinan
pada umumnya terjadi karena mereka tidak memiliki pekerjaan (menganggur) dan orang yang
tidak punya pekerjaan berarti tidak punya penghasilan, selanjutnya orang yang tidak
berpenghasilan, dekat dengan kemiskinan.
UMKM memiliki proporsi sebesar 99,99% dari total keseluruhan pelaku usaha di
Indonesia atau sebanyak 56,54 juta unit. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah mampu
membuktikan eksistensinya dalam perekonomian di Indonesia. Ketika badai krisis moneter
melanda Indonesia di tahun 1998 usaha berskala kecil dan menengah yang relatif mampu
bertahan dibandingkan perusahaan besar. Karena mayoritas usaha berskala kecil tidak terlalu
tergantung pada modal besar atau pinjaman dari luar dalam mata uang asing. Kemudian, selama
tahun 2011 hingga tahun 2012 terjadi fluktuasi pertumbuhan UMKM. Tabel 2 berikut dapat
menjadi gambaran bagaimana peningkatan UMKM di Indoneisa.

Berdasarkan tabel 2 pada priode tahun 2011, usaha besar mencapai sebesar 41,95%, kemudian di
priode tahun berikutnya hanya sebesar 40,92%, turun sekitar 1,03%. Disektor UMKM terjadi
sebaliknya. Usaha menengah pada priode tahun 2011 dari 13,46%, meningkat pada priode tahun
2012 mencapai sebesar 13,59%. Ada pertumbuhan sebesar 0,13%. Namun terjadi berbeda di
usaha kecil, ada sedikit penurunan 0,26% dari priode tahun 2011 sebesar 9,94% ke priode tahun
2012 sebesar 9,68%. Peningkatan cukup besar terjadi pada usaha mikro, di priode tahun 2011
hanya mencapai sebesar 34,64%, pada priode tahun 2012 berhasil meraih tumbuh sebesar 4,17%
atau sebesar 38,81%.
Berdasarkan tabel 3 mengambarkan bahwa UMKM menyumbangkan PDB dari tahun
2011 hingga tahun 2013 mengalami flutuatif naik turun peningkatan. Pada priode 2011
pertumbuhan PDB nya sebesar 6,76% namun ditahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,76%
atau sebesar 6% dari total PDB Nasional. Pada priode 2013 ada peningkatan sebesar 0,3 dari
priode tahun sebelumnya atau sebesar 6,03%. Selanjutnya, pertumbuhan nilai ekspor ditahun
2013 mengalami angka pertumbuhan berarti bagi pembentuk PDB Nasional yaitu sebesar 9,29%
lebih baik dari pada priode tahun sebelumnya yang mengalami minus -11,10%. Melihat
fenomena data yang dirilis oleh BPS tahun 2016 ini menunjukan bahwa UMKM harus terus
dibina demi meningkatkan pertumbuhan bagi PDB secara keseluruhan bagi Nasional.
Bila dilihat dari jumlah tenaga kerja yang terserap pada kegiatan UKM dapat dilihat pada
tabel 3. Dari tabel 3 diperoleh data kegiatan UKM yang banyak menyerap tenaga kerja adalah
bidang usaha perdagangan besar dan eceran sedangkan terkecil pada bidang usaha listrik dan air
bersih. Peyerapan tenaga kerja masing-masing bidang usaha rata-rata dua kali dari jumlah UKM,
dengan demikian UKM tersebut selain memberikan peluang kerja bagi pengusahanya juga
memberikan peluang kerja bagi orang lain. Secara total penyerapan tenaga kerja di Indonesia
dari kegiatan seluruh UKM sebesar 43.911.721 orang.

2.3 Kinerja Usaha Mikro


Berdasarkan hasil penelitian, hasil yang memerlihatkan bahwa faktor internal memiliki
pengaruh positif terhadap kinerja UMKM. Hal ini dikarenakan ada dua hal yang
melatarbelakangi alasan tersebut yaitu dampak efisiensi dan strategi perusahaan yang memiliki
keunggulan komparatif. Adapun untuk faktor eksternal, pengaruh positif yang dapat dilihat dari
variabel eksternal terhadap kinerja memiliki beberapa penyebab di antara adalah kompetisi,
efisiensi, dan aliansi.

Faktor kekuatan internal dan eksternal UMKM terbukti memengaruhi kinerja secara
positif. Hasil ini dapat menjadi catatan penting bagi UMKM dalam mengelola faktor internalnya
seperti organisasi manajemen, pemasaran, dan teknis yang dapat meningkatkan kinerja UMKM
dengan usaha-usaha yang dilakukan seperti efisiensi produksi, pengelolaan karyawan, dan
pemasaran produk. Kedua, faktor persaingan bisnis dalam kategori faktor eksternal juga
mempengaruhi kinerja UMKM dalam merebut pangsa pasar dan tingkat profitabilitas yang
tinggi. Apabila faktor-faktor tersebut ditingkatkan, hal ini akan dapat meningkatkan kinerja
UMKM dalam posisinya di pasar dan kemampuannya untuk dapat menghasilkan keuntungan.
Oleh karena itu, UMKM diharapkan dapat mempertahankan keberlangsungannya dalam jangka
panjang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha mikro

 Faktor SDM bagi usaha skala kecil dan menengah merupakan sumber daya yang mereka
butuhkan namun hanya dengan kualifikasi sederhana sesuai kebutuhan. Dikhawatirkan,
apabila kualitas SDM Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Mikro
Kecil dan Menengah terlalu tinggi akan menyebabkan adanya gesekan kepentingan
dengan pemilik seperti karakteristik suka mengatur dan terlalu banyak usulan. Kondisi ini
akan memicu kurangnya keharmonisan hubungan kerja antar departemen sehingga
berakibat menurunkan kinerja perusahaan. Usaha kecil masih membutuhkan SDM
kualitas rendah karena gaji yang ditawarkan masih rendah pula.
 Faktor keuangan berpengaruh signifikan terhadap kinerja UMKM, karena keuangan
sudah dilaporkan secara transparan dan pencatatan pembukuan sudah banyak dilakukan
secara lebih baik.
 Faktor Pemasaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja UMKM, karena adanya
prioritas utama dalam memperoleh keuntungan dan membutuhkan sedikit biaya, misalnya
menjual produk dan melakukan promosi produk.
 Faktor produksi. semakin tinggi tingkat produktifitas maka akan menyebabkan
meningkatnya kinerja UMKM

Pemilik UMKM dapat melakukan inovasi pelatihan SDM meskipun kualitas awal ketika
karyawan bekerja di perusahaan masih rendah. Dengan pelatihan diharapkan kemampuan
karyawan akan semakin meningkat dan menimbulkan dampak harmonisasi suasana kerja antar
karyawan dan dengan pemilik perusahaan. Masalah keuangan dapat ditingkatkan dengan cara
menjalin kemitraan dengan instansi pemerintah dan lembaga keuangan sehingga akan
memperoleh tambahan modal tanpa persyaratan yang memberatkan UMKM.

Kinerja UKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu:

1. Nilai Tambah
UKM memberikan kontribusi 53,3 persen dari total PDB Indonesia. Bila dirinci menurut
skala usaha, pada tahun 2006 kontribusi Usaha Kecil sebesar 37,7 persen, Usaha
Menengah sebesar 15,6 persen, dan Usaha Besar sebesar 46,7 persen.

2. Unit Usaha dan Tenaga Kerja

Pada tahun 2006 jumlah populasi UKM mencapai 48,9 juta unit usaha atau 99,98 persen
terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 85,4
juta orang.

3. Ekspor UKM

Hasil produksi UKM yang diekspor keluar negeri mengalami peningkatan dari Rp 110,3
triliun pada tahun 2005 menjadi 122,2 triliun pada tahun 2006. Namun demikian
peranannya terhadap total ekspor non migas nasional sedikit menurun dari 20,3 persen
pada tahun 2005 menjadi 20,1 persenpadatahun 2006. Sedangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja UMKM adalah faktor keuangan, SDM, Produksi, dan pemasaran.

2.4 Kedudukan Usaha Mikro


Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas
lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat
berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus
memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya
sebagai wujud dukungan, perlindungan dan pengembangan seluasluasnya sebagai wujud
keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan
Usaha Besar dan Badan Usaha Milik Negara.

Kedudukan usaha mikro dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari:

1. Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor.

2. Penyedia lapangan kerja yang terbesar.

3. Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan


masyarakat.

4. Pencipta pasar baru dan inovasi.

5. Sumbangan dalam menjaga neraca pembayaran melalui sumbangannya dalam


menghasilkan ekspor.
Secara garis besar kebijakan Pemerintah dalam pengembangan UKM semasa krisis
dimulai dengan menggerakkan sektor ekonomi rakyat dan koperasi untuk pemulihan produksi
dan distribusi kebutuhan pokok yang macet akibat krisis Mei 1998.Hingga akhir tahun 1999
upaya ini secara meluas didukung dengan penyediaan berbagai skema kredit program yang
kemudian mengalami kemacetan. Sejak Tahun 2000 dengan keluarnya UU Nomor 25 tentang
PROPERNAS, sevcara garis besar kebijakan pengembangan Usaha Mikro ditempuh dengan tiga
kebijakan pokok, yaitu:

1. Penciptaan iklim kondusif.

2. Meningkatkan akses kepada sumber daya produktif.

3. Pengembangan kewirausahaan.

Pada tahap selanjutnya ditekankan perlunya partisipasi stakeholder dalam arti luas dalam
penyusunan kebijakan dan implementasinya. Namun perubahan hubungan internasional antar
pusat dan daerah otonom dalam pembinaan UMKM sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah
menjadikan ketidakrataan pola dan kapasitas daerah dalam menangani pengembangan UMKM.
Mengingat populasi terbesar dari unit usaha yang menyumbang pada penyediaan lapangan kerja
adalah usaha kecil, maka kita tidak dapat menghindari fokus lebih besar dalam pembahasan
selanjutnya akan ditujukan pada usaha kecil. Tinjauan terhadap keberadaan usaha kecil di
berbagai sektor ekonomi dalam pembentukan PBD menjadi dasar pemahaman kita terhadap
kekuatan dan kelemahannya, selanjutnya potensinya sebagai motor pertumbuhan perlu ditelaah
lebih dalam agar kita mampu menemu kenali persyaratan yang diperlukan untuk
pengembangannya.

Usaha Mikro Di Berbagai Negara

INDIA

Sejarah awal kewirausahaan di India tercermin dari budaya, adat istiadat dan tradisi
masyarakat India. Untuk proses kewirausahaan karena itu melewati akar potensial masyarakat
dan semua orang yang menerima peran wirausaha memiliki warisan budaya perdagangan dan
bisnis. Di sisi lain, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah faktor ekonomi penting di India.
Mereka merupakan mayoritas dari transaksi bisnis dalam negeri dan pada saat yang sama
memainkan peran penting dalam perdagangan internasional, mereka telah muncul sebagai
komponen ekonomi yang dinamis dan dinamis berdasarkan kontribusi signifikan mereka
terhadap PDB, produksi industri dan ekspor.

Namun, kontribusi paling penting dari sektor ini adalah terhadap penciptaan lapangan
kerja yang kedua setelah pertanian. Pengalaman beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa
sementara lapangan kerja di sektor pertanian menurun, industri-industri besar juga mengalami
pertumbuhan pengangguran. Dalam situasi seperti itu, tanggung jawab utama untuk penciptaan
lapangan kerja ada pada sektor yang tidak terorganisir termasuk usaha kecil dan menengah dan
sektor jasa.

Mempertimbangkan potensi dan kemampuannya, sektor UMKM telah ditetapkan target


pertumbuhan tahunan 12 persen dan lapangan kerja tambahan sebesar 4,4 juta orang. Telah
diamati bahwa di India sejumlah besar usaha mikro, kecil dan menengah (1.035.102 dari
1.552.492) berkonsentrasi pada sektor manufaktur. Sektor usaha mikro, kecil dan menengah
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap hasil produksi, pekerjaan dan ekspor negara.
Diperkirakan dalam hal nilai, sektor ini menyumbang sekitar 45 persen dari output manufaktur
dan 40 persen dari total ekspor negara. Sektor ini diperkirakan mempekerjakan sekitar 65,9 juta
orang di lebih dari 28,5 juta unit di seluruh negeri. Selain itu, sektor ini secara konsisten
mencatat tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi daripada sektor industri lainnya.

Ada lebih dari 6000 produk mulai dari barang tradisional hingga teknologi tinggi, yang
diproduksi oleh UMKM di India. Diketahui bahwa sektor UMKM memberikan peluang
maksimum untuk wirausaha dan pekerjaan setelah sektor pertanian. Kami juga menemukan
dalam catatan masa lalu pengembangan UMKM bahwa, negara-negara tersebut telah berhasil
mencapai pertumbuhan UMKM yang lebih tinggi, yang telah memberikan penekanan lebih
banyak pada Program Pengembangan Kewirausahaan (EDP). Secara konsisten mereka mencoba
mengakumulasi pemanfaatan sumber daya yang optimal di bidang ini. Melalui EDP, mereka
telah memperoleh pencapaian yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan pembangunan
mereka.

CANADA
Berdasarkan survei unik dari bisnis mikro Kanada yang masih hidup yang dilakukan oleh
Statistics Canada, analisis ini telah menambah pemahaman kita tentang bagaimana bisnis mikro
tumbuh. Sementara beberapa dari temuan mendukung kepercayaan yang umum dipegang, yang
lain menyarankan bahwa beberapa konsep populer mengenai pertumbuhan bisnis kecil mungkin
perlu diperiksa ulang.

Studi ini mendukung gagasan bahwa pemilik usaha mikro kebanyakan belajar dari
informal jaringan dengan menunjukkan bahwa pengusaha yang menerima saran dari sumber
informal, seperti pemasok dan pelanggan, telah menunjukkan kinerja pertumbuhan yang unggul.
Pembelajaran tidak menemukan bukti untuk mendukung persepsi umum yang menghubungkan
pendidikan tinggi formal insiden keberhasilan dan pertumbuhan bisnis yang lebih tinggi.

Hasil ini juga menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah mendorong pertumbuhan yang
ditujukan untuk Populasi usaha mikro umum mungkin tidak berhasil, karena tidak semua pemilik
bisnis ingin tumbuh. Meskipun temuan penelitian ini tidak bertentangan dengan pentingnya
ekspor untuk pertumbuhan sektor usaha kecil secara umum, mereka menyarankan bahwa, untuk
usaha mikro, ekspansi di pasar lokal lebih relevan. Berkenaan dengan relevansi inovasi dan
adopsi teknologi baru untuk bisnis pertumbuhan, bisnis mikro tidak terkecuali. Bisnis mikro
yang berkembang adalah bisnis yang berinovasi dan mengadopsi teknologi yang memungkinkan
e-bisnis. Memang temuan ini bertentangan Keyakinan lain yang umum dipegang di antara para
pemilik usaha mikro, yaitu bahwa mereka sejalan bisnis tidak perlu untuk inovasi dan adopsi
teknologi elektronik.

AMERIKA SERIKAT DAN MEKSIKO

Ekonomi A.S. bergantung pada kesehatan bisnis kecil, yang mewakili 99,9 persen dari
total bisnis A.S. Demikian pula, ekonomi Meksiko tergantung pada kesehatan bisnis kecilnya
(dan menengah), yang mewakili 99,8 persen dari total bisnis Meksiko. Penciptaan dan
kesuksesan bisnis kecil penting bagi negara maju dan berkembang, tetapi berisiko.

Masalah-masalah tertentu yang memengaruhi usaha kecil telah diidentifikasi sebagai


faktor penentu keberhasilan atau critical success factors (CSF). Pemilik bisnis mewakili bisnis
yang berbeda dan mengidentifikasi masalah umum yang dihadapi oleh bisnis mereka.
Pemilik usaha kecil adalah peserta utama di antara serangkaian faktor yang saling terkait
yang kompleks termasuk ketersediaan modal, sumber daya manusia yang memadai, organisasi
dan hubungan pemerintah, dan perencanaan strategis. Masalah yang berdampak pada
pengembangan usaha kecil di A.S. sangat mirip dengan masalah yang berdampak pada
pengembangan usaha kecil di Meksiko, tetapi ada beberapa perbedaan kritis. Pemilik usaha
kecil, penasihat bisnis, dan fasilitator pemerintah dapat mengambil manfaat dari pengetahuan ini
karena mereka mengembangkan perusahaan di negara-negara ini. Pemerintah Meksiko dapat
mempertimbangkan program khusus untuk menyediakan pinjaman mikro dan juga mendorong
pembentukan koperasi sesuai dengan kelompok bisnis.

CHINA

Cina adalah ekonomi pasar sosial yang tumbuh dengan cepat. Pertumbuhan ini sebagian
besar berasal dari usaha kecil, khususnyaUsaha Kecamatan dan Desa tertentu yang merupakan
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang dimiliki oleh masyarakat lokal dan sebagian
dikendalikan oleh pemerintah daerah. Kondisi untuk pertumbuhan ekonomi ini sangat berbeda
dari model perkembangan ekonomi normatif barat, terutama tidak adanya kepemilikan pribadi
atau hak properti. Pasar yang terdesentralisasi, yaitu kebebasan lokal untuk menetapkan harga
dan menggunakan sumber daya, dan budaya Guanxi yang kuat, dan norma budaya yang terkait
erat dengan kewirausahaan adalah fitur utama yang memungkinkan pemegang kekuasaan lokal
untuk memanfaatkan perusahaan agar sesuai dengan kondisi lokal.

Proposisi ini berkaitan dengan pemberdayaan lokal, perilaku kewirausahaan dari semua
pemangku kepentingan publik dan swasta, kebebasan dari kerangka peraturan formal,
pembangunan bottom-up dan grounded, rendahnya signifikansi privatisasi dan kekayaan
intelektual . Di masa depan di mana ide-ide dan konsep-konsep dapat menyebar dengan cepat,
pemahaman yang lebih dalam dan penerapan beragam basis pengembangan usaha kecil dapat
meningkatkan pembangunan ekonomi global.
BAB III

PENUTUP

Daftar Pustaka

Allan Gibb dan Jun Li, 2003, Organizing for enterprise in China: what can we learn from the
Chinese micro, small, and medium enterprise development experience, Vol. 35 No. 4.

Arief Rahmana, Definisi UKM, Kriteria UKM (Online), (https://infoukm.wordpress.com/tag/add-


new-tag/, diakses 10 Mei 2019)

Asghar Afshar Jahanshahi, Khaled Nawaser, Seyed Mohammad Sadeq Khaksar, dan Amin Reza
Kamalian, 2011, The Relationship Between Government Policy and the Growth of
Entrepreneurship in the Micro, Small & Medium Enterprises of India.

Bank Indonesia . 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang
Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah.

Dewi Hanggraeni, Liyu Adhi Kasari Sulung, Uliyatun Nikmah, dan Adreina Fara Hapsari, 2017,
DETERMINAN KINERJA USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH, Vol 8 No. 3.

Eko Prasetyo, 2008, Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam Kebijakan
Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran, volume 2.

Evangelia Papadaki and Bassima Chami, 2002, Small Business Policy Branch Industry Canada.

John P. Hayes, Sudhir K. Chawla, dan Yunus Kathawala, 2015, A comparative study of problems
encountered in the development of small businesses in the U.S. and Mexico, Vol. 49 No. 3.

Sri Wahyuni, 2012, PERANAN UKM DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Suci Yuli Rahmani, 2016, Perkembangan Umkm Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di
Indonesia.

Tri Mulyani, 2010, EVALUASI PERTUMBUHAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
(UMKM) DI SURAKARTA TAHUN 2004 – 2008.

Anda mungkin juga menyukai