Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Campak
2.1.1. Definisi
Campak, measles atau rubeola adalah adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus campak. Penyakit campak merupakan penyakit yang sangat
infeksius, dapat menular sejak awal masa prodomal sampai lebih kurang 4
hari setelah munculnya ruam. Penyebaran infeksi campak ini dapat terjadi
melalui perantara droplets.1 Virus campak berada di sekret nasofaring dan di
dalam darah. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15
minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu disimpan dalam
temperatur 35°C, dan beberapa hari pada suhu 0°C. Virus tidak aktif pada pH
rendah.2,3

2.1.2. Epidemiologi
Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013
terjadi 145.700 kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia
(berkisar 400 kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian
besar anak kurang dari 5 tahun.4 Berdasarkan laporan Direktur Jenderal
PP&PL Departemen Kesehatan RI tahun 2014, masih banyak kasus campak
di Indonesia dengan jumlah kasus yang dilaporkan mencapai 12.222 kasus.
Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian dengan 2.104 kasus.

2
Grafik 2.1. Jumlah kasus campak rutin, frekuensi KLB Campak, jumlah
kasus pada KLB campak tahun 2011 sampai dengan 2014.
Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan
usia SD. Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada
kelompok umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada kelompok umur 1-4 (3383
kasus).5

2.1.3. Etiologi
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus
genus Morbillivirus, famili Paramyxoviridae.5,6,7 Virus ini dari famili yang
sama dengan virus gondongan (mumps), virus parainfluenza, virus human
metapneumovirus, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus). Virus campak
berukuran 100-250 nm dan mengandung inti untai RNA tunggal yang
diselubungi dengan lapisan pelindung lipid. Virus campak memiliki 6
struktur protein utama, yaitu:
1. Protein H (Hemagglutinin) berperan penting dalam perlekatan virus ke sel
penderita.
2. Protein F (Fusion) meningkatkan penyebaran virus dari sel ke sel.
3. Protein M (Matrix) di permukaan dalam lapisan pelindung virus berperan
penting dalam penyatuan virus.
4. Protein L (Large) terdapat dibagian dalam virus yang berperan dalam
aktivitas polimerase RNA virus.
5. Protein P (Polymerase phosphoprotein) merupakan protein dibagian
dalam virus yang bersama dengan protein L berperan dalam aktivitas
polimerase RNA virus.
6. Protein NP berperan sebagai struktur protein nucleocapsid.
Virus campak dikelilingi lapisan pelindung lipid, maka mudah
diinaktivasi oleh cairan yang melarutkan lipid seperti eter dan kloroform.
Selain itu, virus juga dapat diinaktivasi dengan suhu panas (>370C), suhu
dingin (<200C), sinar ultraviolet, serta kadar (pH) ekstrim (pH <5 dan >10).8

3
Virus ini jangka hidupnya pendek (short survival time), yaitu kurang dari 2
jam.9

2.1.4. Patogenesis
Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara dan jarang
melalui aerosol yang tetap bertahan di udara. Masa inkubasi 10 hari hingga
munculnya demam dan 14 hari hingga munculnya ruam. Periode ini
mungkin lebih singkat pada bayi dan lebih lama pada orang dewasa.10
Infeksi dimulai ketika virus campak menginfeksi epitel traktus
respiratorius, orofaring atau konjungtiva. Selama 2-4 hari, virus akan
melakukan replikasi secara lokal di mukosa tersebut dan kemudian virus
masuk ke dalam limfatik lokal, kemudian mencapai kelenjar getah bening
regional. Virus kemudian masuk ke sistem peredaran darah dan menginfeksi
leukosit (terutama monosit) menyebabkan terjadinya viremia yang
menyebar melalui sistem retikuloendotelial. Sel mononuklear yang
terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak (sel
Warthin), sedangkan limfosit-T (termasuk T-supressor dan T-helper) yang
rentan terhadap infeksi, turut aktif membelah. 5-6 hari setelah infeksi awal,
terbentuklah fokus infeksi yaitu ketika virus masuk ke dalam pembuluh
darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, kunjungtiva, saluran
nafas, kulit, kandung kemih dan usus.3,10
Pada hari ke-9 dan 10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas
dan konjungtiva, akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai
dua lapis sel. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke
pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran
nafas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang
tampak merah. Respons imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel
pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa
demam tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulsera kecil pada
mukosa pipi vang disebut bercak Koplik, yang dapat tanda pasti untuk
menegakkan diagnosis.3,10

4
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respons
delayed hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam
makulopapular pada hari ke-4 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi
humoral dapat dideteksi pada kulit. Kejadian ini tidak tampak pada kasus
yang mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke
pembuluh darah. Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi
virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian dengan imunofluoresens dan
histologik menunjukkan adanya antigen campak dan diduga terjadi suatu
reaksi Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran
pernafasan memberikan kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu
pneumonia juga dapat terjadi, selain itu campak dapat menyebabkan gizi
kurang. 3,10

2.1.5. Gejala Klinis


Diagnosis campak biasanya dapat dibuat berdasarkan kelompok gejala
klinis yang sangat berkaitan, yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk
dan demam tinggi dalam beberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang
memiliki ciri khas, yaitu diawali dari belakang telinga kemudian menyebar
ke muka, dada, tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu
tubuh dan selanjutnya mengalami hiperpigmentasi dan mengelupas.
Pada stadium prodromal dapat ditemukan enantema di mukosa pipi
yang merupakan tanda patognomonis campak (bercak Koplik).3,10,11

5
Gambar 1. Ruam Makulopapular pada Campak.11
Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12 hari).8 Gejala klinis
terjadi setelah masa inkubasi, terdiri dari tiga stadium:
1. Stadium prodromal
Stadium prodromal berlangsung kira- kira 3 hari (kisaran 2-4 hari),
ditandai dengan demam yang dapat mencapai 39,50C ± 41 °C. Selain
demam, dapat timbul gejala berupa malaise, coryza (peradangan akut
membran mukosa rongga hidung), konjungtivitis (mata merah), dan batuk.
Gejala-gejala saluran pernapasan menyerupai gejala infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh virus-virus lain. Konjungtivitis dapat
disertai mata berair dan sensitif terhadap cahaya (fotofobia). Tanda
patognomonik berupa enantema mukosa buccal yang disebut Koplik spots
yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3 demam.5,6,8 Bercak ini berbentuk
tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, di tengahnya didapatkan

6
noda putih keabuan. Timbulnya bercak Koplik ini hanya sebentar, kurang
lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput saat
pemeriksaan klinis.9
2. Stadium eksantem
Stadium eksantem menunjukkan gejala khas yaitu timbul ruam
makulopapular dengan penyebaran sentrifugal yang dimulai dari batas
rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dada,
ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya ekstremitas bawah. Ruam ini dapat
timbul selama 6-7 hari. Demam umumnya memuncak (mencapai 400C)
pada hari ke 2-3 setelah munculnya ruam.5,6,8 Jika demam menetap setelah
hari ke-3 atau ke-4 umumnya mengindikasikan adanya komplikasi.8,12
3. Stadium penyembuhan (konvalesens)
Stadium penyembuhan terjadi setelah 3-4 hari umumnya ruam
berangsur menghilang sesuai dengan Ruam kulit menghilang dan berubah
menjadi kecoklatan yang akan menghilang dalam 7-10 hari.6,8

Gambar 2.1. Karakteristik Campak.8

7
2.1.6. Diagnosis
1. Anamnesis1
a. Adanya demam tinggi terus menerus 38,5oC atau levih disertai batuk,
pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila terkena vahaya
(fotofobia), seringkali diikuti diare.
b. Pada hari ke 4-5 demam timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang
meningkatkan lebih tinggi dari semula, dapat terjadi kejang demam.
c. Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah parah sehingga
anak mengalami sesak napas atau dehidrasi. Adanya kulit kehitaman
dan bersisik (hiperpigmentasi) dapat merupakan tanda penyebuhan.
2. Pemeriksaan fisik1
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga
stadium:
a. Stadium prodromal: berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam
yang yang diikuti dengan batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan,
stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda patognomonik timbulnya
enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak koplik.
b. Stadium erupsi: ditandai dengan timbulnya ruam maculopapular yang
bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut di
belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke
ekstremitas.
c. Stadium penyembuhan: setelah 3 hari ruam berangsur-angsur
menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman
dan mengelupas yang akan menhilang setelah 1-2 minggu.
3. Pemeriksaan penunjang1
a. Pemeriksaan darah berupa leukopenia dan limfositopenia. Pemeriksaan
imunoglobulin M (IgM) campak juga dapat membantu diagnosis dan
biasanya sudah dapat terdeteksi sejak hari pertama dan ke-2 setelah
timbulnya ruam.5,8 IgM campak ini dapat tetap terdeteksi setidaknya
sampai 1 bulan sesudah infeksi.5,7

8
b. Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada
komplikasi infeksi bakteri.
c. Pemeriksaan untuk komplikasi.1
1. Ensefalopati dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar
elektrolit darah, dan analisa gas darah
2. Enteritis: feses lengkap
3. Bronkopneumonia: dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisa gas
darah.

2.1.7. Diagnosis Banding


Campak harus dibedakan dari beberapa penyakit yang klinisnya juga
berupa ruam makulopapular. Gejala klinis klasik campak adalah adanya
stadium prodromal demam disertai coryza, batuk, konjungtivitis, dan
penyebaran ruam makulopapular.8,12 Penyakit lain yang menimbulkan ruam
yang sama antara lain:12
1. Rubella (Campak Jerman) dengan gejala lebih ringan dan tanpa disertai
batuk.
2. Roseola infantum dengan gejala batuk ringan dan demam yang mereda
ketika ruam muncul.
3. Parvovirus (fifth disease) dengan ruam makulopapular tanpa stadium
prodromal.
4. Demam scarlet (scarlet fever) dengan gejala nyeri tenggorokan dan
demam tanpa konjungtivitis ataupun coryza.
5. Penyakit Kawasaki dengan gejala demam tinggi, konjungtivitis, dan ruam,
tetapi tidak disertai batuk dan bercak Koplik. Biasanya timbul nyeri dan
pembengkakan sendi yang tidak ada pada campak.

2.1.8. Komplikasi
Komplikasi umumnya terjadi pada anak risiko tinggi, yaitu:1,13,14
1. Usia muda, terutama di bawah 1 tahun
2. Malnutrisi (marasmus atau kwasiorkor)

9
3. Pemukiman padat penduduk yang lingkungannya kotor
4. Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak terinfeksi HIV,
malnutrisi, atau keganasan
5. Anak dengan defisiensi vitamin
Komplikasi dapat terjadi pada berbagai organ tubuh, antara lain:6,5,8,12
1. Saluran pernapasan yaitu bronkopneumonia, laringotrakeobronkitis
(croup)
2. Saluran pencernaan yaitu diare yang dapat diikuti dengan dehidrasi
3. Telinga yaitu otitis media
4. Susunan saraf pusat yaitu:
a. Ensefalitis akut: timbul pada 0,01 - 0,1% kasus campak. Gejala berupa
demam, nyeri kepala, letargi, dan perubahan status mental yang
biasanya muncul antara hari ke-2 sampai hari ke-6 setelah munculnya
ruam. Umumnya self-limited (dapat sembuh sendiri), tetapi pada sekitar
15% kasus terjadi perburukan yang cepat dalam 24 jam. Gejala sisa
dapat berupa kehilangan pendengaran, gangguan perkembangan,
kelumpuhan, dan kejang berulang.
b. Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE): suatu proses degeneratif
susunan saraf pusat yang disebabkan infeksi persisten virus campak,
timbul beberapa tahun setelah infeksi (umumnya 7 tahun). Penderita
mengalami perubahan tingkah laku, retardasi mental, kejang mioklonik,
dan gangguan motorik.
5. Mata: keratitis
6. Sistemik: septikemia karena infeksi bakteri sekunder

2.1.9. Penatalaksanaan
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus
diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat
simtomatik, dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan
antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak dengan penyulit,
pasien perlu dirawat inap. Di rumah sakit pasien campak dirawat di bangsal

10
isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan
memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai. Jika anak belum
mendapatkan vitamin A pada bulan Agustus dan Februari,berikan vitamin A
dengan dosis 50.000 IU (jika umur anak < 6 bulan), 100.000 IU (6–11 bulan)
atau 200.000 IU (12 bulan hingga 5 tahun).1,15
Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk
mengatasi penyulit yang timbul, yaitu:
1. Bronkopneumonia
Diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis
intravena dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari
intravena dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat
minum obat per oral. Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda.1
2. Enteritis
Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian
cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dan
dehidrasi.1,15
3. Otitis media
Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu
diberikan antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol (TMP 4 mg/
kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis).3
4. Ensefalopati,
Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga 3/4 kebutuhan untuk
mengurangi edema otak, di samping pemberian kortikosteroid. Diberikan
antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari intravena dikombinasikan dengan
kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena selama 7-10 hari. Perlu
dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.1

2.1.10. Pencegahan
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif
pada bayi berumur 9 bulan – 12 bulan. Pada tahun 1963 telah dibuat dua
macam vaksin campak, yaitu (1) vaksin yang berasal dari virus campak

11
yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonstone B) dan (2) vaksin yang
berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam
larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminium). Sejak tahun
1967 vaksin yang berasal dari virus campak yang telah dimatikan tidak
digunakan lagi oleh karena efek proteksinya hanya bersifat sementara dan
dapat menimbulkan gejala atypical measles yang hebat.3
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang
dilemahkan adalah 1.000 TCID-50 atau sebanyak 0,5 ml. Cara pemberian
yang dianjurkan adalah subkutan. walaupun dari data yang terbatas
dilaporkan bahwa pemberian secara intramuskulär tampaknya mempunyai
efektivitas yang sama dengan subkutan.2
Bila anak belum mendapatkan imunsasi campak saat berumur > 1
tahun, berikan langsung vaksin MMR/campak. Bila booster belum didapat
setelah berumur 6 tahun, maka vaksin MMR/campak diberikan kapan saja
saat bertemu melengkapi jadwal.16

2.1.11. Prognosis
Campak merupakan self limited disease, namun sangat infeksius.
Mortalitas dan morbiditas meningkat pada penderita dengan faktor risiko
yang mempengaruhi timbulnya komplikasi. Di negara berkembang,
kematian mencapai 1-3%, dapat meningkat sampai 5-15% saat terjadi KLB
(Kejadian Luar Biasa) campak.6

12

Anda mungkin juga menyukai