Anda di halaman 1dari 9

PAPER KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS

Paper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen Pengampu : Suherman, M.Kep


Disusun oleh :
Kelompok 6
1. Aisyah (171440101)
2. Finda Yesiana (171440107)
3. Nur Rahma Dhina (171440118)
4. Rizky Anggita A P (171440122)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

TAHUN 2018
A. Landasan Teoritis Penyakit Dermatitis

1. Definisi Dermatitis
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema,
papul, vesikel, skuama ) dan keluhan gatal (Djuanda, Adhi, 2007).
Dermatitis adalah peradangan pada kulit (imflamasi pada kulit) yang
disertai dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik Jadi dermatitis
adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal. (Brunner dan Suddart
2000). Dermatitis memiliki 4 jenis yaitu dermatitis :
a. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah respon imlamasi kulit terdapat 2 jenis
dermatitis kontak berdasarkan etiologi : iritan atau alergi. Dermatitis kontak
(DKI) adalah yang paling sering dan diakibatkan paparan terhadap apapun
yang menyebabkan respon iritan kimiawi atau fisik. Dermatitis kontak alergi
(DKA) adalah reaksi hipersensitifitas lambat akibat kontak dengan alergen.
Reaksi hipersensitifitas ini adalah respon yang dimediasi imun oleh limposit
yang terstimulasi sebelumnya terhadap alergen spesifik. Alergen yang umum
adalah tanaman poison ivy, nikel, basitrasin, dan formaldehida.
Dua kondisi ini sulit dibedakan. Manifestasi klinis dimulai pada lokasi
paparan dengan gatal, rasa menyengat, eritema, dan edema, yang dapat
meluas melibatkan lokasi yang lebih jauh. Manifestasi dapat timbul dalam
satu jam kontak atau selambat-lambatnya 7 hingga 14 hari setelah kontak dan
dapat berkisar dari eritema ringan hingga vesikel hingga ulsehasi (figur 49-2).
Bahkan dengan kontak yang singkat antara subtansi dan kulit, respon alergi
mungkin terjadi. Sebagai contoh, kontak dengan poison ivy mungkin terjadi
cepat dengan alergen tersapu bersih. Namun, area dermatitis dapat terus
timnul selama berhari-hari setelah paparan pertama.
Manajemen dimulai dengan mengindentifikasi agen penyebab. Pertama-
tama, tanyakan klien mengenai paparan terhadap substansi yang baru terjadi,
seperti tanaman, bahan kimia, dan logam. Nyeri dan gagal dapat dikontrol
dengan medikasi topikal atau balutan basah (lihat Farmakologi Terintegrasi
mengenai Perendaman dan Balutan Basah). Agen antihistamin oral dan
topikal atau steroid sistemik mungkin diperlukan. Pedoman pengajaran klien
memberikan informasi pengajaran mengenai kortikosteroid topikal. Uji patch
(tempel) adalah uji yang dilakukan untuk menentukan agen spesifik. Setiap
tempelan pada panel uji yang terstandardisasi (uji TRUE [thin layer, rapid use
epicutaneous test = uji epikutan lapisan tipis, penggunaan cepat])
mengandung satu substansi yang diketahui sebagai salah satu penyebab
dermatitis kontak alergi tersering. Jika uji menimbulkan reaksi positif, banyak
yang dapat dilakukan untuk mengajari klien mengenai apa yang harus
dihindari.
b. Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik adalah jenis eksim yang umum, kronis, sering kambuh,
gatal yang dimulai pada masa kanak-kanak. Klien dengan dermatitis atopik
memiliki alergi terhadap serbuo bunga familial,asma, kulit sensitif, dan
/riwayat dermatitis atopik pada keluarga.
c. Dermatitis Statis
Dermatitis statis dicirikan oleh timbulnya area kulit yang sangat kering
dan gelap dan kadang ulkus sangka pada tungkai bawah, terutama akibat
insufisiensi vena. Dermatitis menggunakan agen pelembab dan antihistamin ;
sediaan antifungal juga dapat membantu. jika terdapat ulserasi kulit yang
rapuh, luka disebut ulkus statis vena
d. Dermatitis Intertriginosa
Arena intertriginosa adalah diantara lipatan lipatan kulit. Saat lipatan
kulit saling bertumpuk terjadi dermatitis infalmatorik superfisial. Ventilasi
yang tidak cukup pada cuaca panas atau lembab penumpukan friksi panas,
dan kelembapan menyebabkan menyebabkan maserasi,erosi, fiasura, gatal,
dan rasa terbakar. Lipatan kulit yang rentan terhadap intertrigo pada leher
aksila fosa antekubital, perineum, sela sela jari tangan dan kaki, abdomen dan
bagian bawah payudara, terutama pada klien obesitas. Salah satu penyebab
tersering intertrigo adalah kontaminasi dengan bagian tubuh, seperti terjadi
pada inkontinensia urine. Infeksi sekunder bakterial (Psuedomonas atau
Staphylococcus) atau candida albicans dapat terjadi. Kapan pun timbul
kandidiasis, evaluasi yang teliti harus dilakukan. Pada orang yang sehat,
kandidiasis adalah penyakit yang akan sembuh sendiri yang merespon baik
terhadap terapi antifungal topikal ; namun dapat pula menjadi manifestasi
terhadap penyakit sistemik yang mendasari yang mempengaruhi sistem
endokrin (misalnya diabetes) atau sistem imun ( misalnya sindrom
imunodifisiensi).
2. Etiologi Dermatitis
Radang kulit sebagai hasil kontak dengan unsur yang mengiritasi seperti
bahan kimia, unsur asing, obat, atau kontak dengan suatu tumbahan, seperti
tumbuhan menjalar beracun. Kulit dapat menjadi merah, iritasi, dan gatal.
Penyebab umum dermatitis adalah reaksi alergi. Sering pasien mempunyai
riwayat keluarga sakit asma, alergi, atau eksem. Beberapa gejala berikutnya
adalah akibat pergarukan kulit. Penyebabnya terkadang adalah reaksi obat,
sistem kekebalan tubuh bereaksi tehadap suatu medikasi. (Mary digiulio dan
Donna jackson, 2014)
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam, basa),
fisik (sinar, matahari, suhu), mikroorganisme (mikroorganisme, jamur).
b. Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.
3. Patofisiologi Dermatitis
Mikroorganisme penyebab ini memasuki tubuh dan biasanya lewat retakan
sawar kulit (seperti tempat luka). Kemudian mikroorganisme tersebut
menyebabkan reaksi inflamasi dalam folikel rambut.
a. Patofisilogi Dermatitis Kontak
Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat yang berkontak
dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak elergik.
a) Dermatitis kontak iritan :
Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan konsentrasi cukup,
umumnya berbatas relatif tegas. Paparan ulang akan menyebabkan
proses menjadi kronik dan kulit menebal disebut skin hardering
b) Dermatitis kontak alergik :
Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi
hipersensitivitas. Lokalisai daerah terpapar, tapi tidak tertutup
kemungkinan didaerah lain.
b. Patofisilogi Dermatitis Atopik
Patofisiologi dermatitis tampak disebabkan oleh disfungsi selT kulit.
Rantai kejadian yang kompleks menyebabkan altivasi dan peliferasi sel T,
menyebabkan pelepasan sitokin dan mediator inflamasi, menyebabkan
manifestasi klinis dermatitis atopik. Dibandingkan dengan kulit normal,
kulit kering pada dermatitis atopik memiliki penurunan kapasitas mengikat
air, kecepatan hilangnya air transpidermis yang lebih tinggi, dan penurunan
kandungan air. Hilangnya air menyebabkan kekeringan dan pecahnya kulit
lebih lanjut yang, menyebabkan lebih gatal. Menggaruk dan menggosok
kulit yang gatal menyebabkan banyak perubhan pada terlihat pada kulit.
c. Patofisilogi Dermatitis Statis
Sel T adalah salah satu sel imun. Dalam psoriasis, sekumpulan sel T yang
teraktivasi ditemukan pada kulit psoriatik dan hampir tidak ada pada kulit
sehat. Sel T yang terativasi ini menyekresikan interleukin-6, yang salah satu
efeknya adalah kemampuan untuk menstimulasi pertumbuhan sel kulit. Sel
kulit normal matang dan dilepaskan dalam 28 hingga 30 hari, namun sel
kulit psoriatik hanya membutuhkan 3 hingga 4 hari untuk menjadi matang
dan bergerak ke permukaan. Bukannya terlepas, sel-sel ini menumpuk dan
membentuk lesi.
4. Manifestasi klinis Dermatitis
a. Ruam pada area kulit yang terpengaruh dari kontak dengan unsur yang
menyerang
b. Gatal-gatal dari histamin yang dilepaskan mast cell
c. Eritema dan edema
d. Vesikel dimana unsur melakukan kontak dengan kulit
e. Hipegmentasi karena iritasi akibat garukan.
5. Penanganan medis Dermatitis
Penanganan yang tepat meliputi :
a. Pembersihan daerah yang terinfeksi dengan sabun antiseptik dan air
b. Kompres basah dan hangat untuk menimbulkan vasodilatasi serta pengalilan
pus dari daerah lesi
c. Pengolesan antibiotik topikal, seperti salep mupirosin atau klindamisin atau
larutan eritromisin.
B. Kasus Dermatitis

Ny.S datang ke rumah sakit dengan keluhan kulit mengelupas di ujung


jari-jari kedua tangan dan telapak kaki. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 3 bulan
yang lalu. Awalnya kulit dikatakan terlihat kemerahan dan bintik-bintik merah,
kemudian kulit pasien seperti bersisik dan mengelupas. Keluhan ini dikatakan
muncul setelah pasien mencuci dengan detergen attack. Keluhan dikatakan sempat
berkurang setelah pasien berhenti mencuci dengan tangan, namun kemudian
muncul kembali beberapa minggu setelah pasien kembali mencuci menggunakan
detergen dengan tangannya. Dikatakan kaki pasien juga terkena air cucian yang
mengandung detergen.
Ny.S juga mengeluh perih pada ujung jari-jari kedua tangannya. Keluhan ini
dirasakan sejak 3 bulan yang lalu bersamaan dengan munculnya kemerahan dan
pengelupasan kulit. Keluhan kulit terasa lebih tebal ada, gatal tidak ada. Keluhan
timbulnya lesi yang sama pada lipatan siku dan lutut tidak ada.

C. Asuhan Keperawatan Teoritis Dermatitis

1. Pengkajian
Untuk menetapkan bahan alergen penyebab dermatitis kontak alergik
diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan
fisik dan uji tempel. Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis
juga untuk mencari kausanya. Karena hal ini penting dalam menentukan terapi
dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah kekambuhan. Diperlukan kesabaran,
ketelitian, pengertian dan kerjasama yang baik dengan pasien. Pada anamnesis
perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi,
riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun
dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru,
sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu
riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul
dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang
membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas
dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh sangat
mudah tersensitisasi dibandingkan bagian tubuh yang lain maka predileksi
regional diagnosis regional akan sangat membantu penegakan diagnosis.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
kekeringan pada kulit.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, kulit klien dapat kembali normal
dengan kriteria hasil :
1) Kenyamanan pada kulit meningkat
2) Derajat pengelupasan kulit berkurang
3) Kemerahan berkurang
4) Lecet karena garukan berkurang
5) Penyembuhan area kulit yang telah rusak
Intervensi Keperawatan :
1) Lakukan inspeksi lesi setiap hari
2) Pantau adanya tandatanda infeksi
3) Ubah posisi pasien tiap 2-4 jam
4) Bantu mobilitas pasien sesuai kebutuhan
5) Pergunakan sarung tangan jika merawat lesi
6) Jaga agar alat tenun selau dalam keadaan bersih dan kering
b. Diagnosa Keperawatan : Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien bisa istirahat tanpa
danya pruritus dengan kriteria hasil :
1) Mencapai tidur yang nyenyak
2) Melaporkan gatal mereda
3) Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur
4) Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat
Intervensi Keperawatan :
1) Menjaga kulit agar selalu lembab
2) Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur
3) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
4) Fasilitasi untuk mempertahankan aktifitas sebelum tidur
5) Ciptakan lingkungan yang nyaman
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana atau
inetrvensi keperawatan yang telah ditetapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi yang akan dilakukan yaitu mencakup tentang :
1. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2. Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3. Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4. Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
DAFTAR PUSTAKA

Digiulio, Mary & Donna Jackson. 2014. Keprawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :
Rapha Publishing
Kowalak, dkk. 2014. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
M.black Joyce, & Jane Hokanson Hawaks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah
Manajemen Klinis untuk hasil Yang Diharapkan Edisi 8 Buku 2. Jakarta :
Elsevier
Hadi Purwanto. 2016. Keperawatan Medikal Bedah II Komprehensif.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/KMB-2-
Komprehensif.pdf. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2018
Ika Silvitasari. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dermatitis.
https://www.academia.edu/8664710/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_K
LIEN_DERMATITIS. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai