Anda di halaman 1dari 11

NEGOSIASI PEMECAHAN KONFLIK

Para siswa heboh karena mendengar pengumuman bahwa uang iuran PHBN sebesar Rp 100.000,00
per siswa. Salah seorang siswa memberanikan diri untuk menghadap waka kesiswaan perihal siswa
yang tidak setuju dengan nominal iuran PHBN tersebut.

1. Wakil siswa : Selamat pagi, Pak.


2. Waka kesiswaan :Selamat pagi., silakan duduk.
3. Wakil siswa : Terimakasih pak.
4. Wakil kesiswaan : Saya Tommy Sugiarto, wakil ketua dari sekolah ini. Anda siapa ?
5. Wakil siswa : Saya sukirman, salah satu wakil dari siswa yang dipercayai oleh teman-
teman
6.Waka kesiswaan : Ada apa ini? Sepertinya ada hal yang penting?
7. Wakil siswa : Iya, pak. Ini mengenai iuran PHBN.
8.Waka kesiswaan : Ada apa dengan iuran PHBN?
9.Wakil siswa : Kami merasa keberatan pak dengan iuran sebesar Rp 100.000,00.
10. Waka kesiswaan : Mengapa anda keberatan dengan iuran Rp100.000,00 ?
11. Wakil siswa : Begini Pak. Kami ingin meminta keringanan Bapak.
12. Waka kesiswaan : Pak, dari pihak guru dan kepala sekolah dan jajarannya sudah merapatkan
hal ini. Jadi sepertinya tidak mungkin untuk diturunkan.
13. Wakil siswa : Apa benar-benar tidak bisa turun pak?
14. Waka kesiswaan : Tidak bisa Pak, kami sudah membicarakannya baik-baik
15. Wakil siswa : Kasihan teman-teman yang mempunyai adik yang berada di bangku SMP dan
SD. Orang tua mereka harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan
anak-anaknya saat PHBN. Kami harap iuran dapat diturunkan menjadi
Rp60.000,00
16. Waka kesiswaan : Kalo Rp 60.000,00 kurang mas. Dalam PHBN nanti kita membutuhkan dana ±
Rp80.000.000,00. Dari sekolah dan guru sudah terkumpul uang sebesar Rp
21.000.000,00, maka dengan 679 siswa akan didapat Rp 67.900.000,00. Jika
iuran Rp 60.000,00 nanti hanya hanya didapat Rp 40.740.000,00. Itu kurang
sekali dari kebutuhan sekolah kita.
17. Wakil siswa : Mohon diturunkan pak. Kami akan membantu dalam pembuatan maskot, persiapan -
persiapan dan lain-lain. Yang penting iurannya bisa turun.
18. Waka kesiswaan : Baiklah saya akan mengusulkan Rp 75.000,00. Tapi kamu harus
menkoordinasikan teman-teman untuk membantu persiapan – persiapan sekolah.
19. Wakil siswa : Baik pak, akan saya lakukan. Terimakasih pak. Selamat pagi Pak.
20. Waka kesiswaan : Ya, sama – sama. Selamat pagi.
Teks Negosiasi untuk Memecahkan Konflik (antara Pembeli dan Penjual Sepatu)
1. Penjual : Ada yang bisa saya bantu pak?
2. Pembeli : Saya ingin membeli sepatu basket pak
3. Penjual : Ya mas! Warnanya pun beragam
4. Pembeli : Boleh saya melihatnya?
5. Penjual : Silahkan mas.
6. Pembeli : Sepertinya warna ini bagus! Boleh saya mencobanya.
7. Penjual : Boleh mas, tapi sepertinya ukuran itu gak cocok dengan mas!
8. Pembeli : Kaki saya kecil kok, jadi saya ingin mencobanya dulu
9. Penjual : Oh, terserah mas saja
10. Pembeli : Sepertinya sepatu ini sudah lama ya mas?
11. Penjual : Gak kok mas. Memang kenapa?
12. Pembeli : Tapi kenyataanya sepatu ini sobek
13. Penjual` : Waduh, kan tadi saya sudh bilang, apakah mas cocok dengan ukuran itu?
14. Pembeli : Kaki saya belum kumasukka kok pak, sepatunya aja yang tidak tahan lama
nih
15. Penjual : Hati-hati kalau bicara ya mas! Semua sepatu yang saya jual kualitasnya
bagus dan tahan lama. Barangkali kaki mas yang kebesaran sehingga
sepatunya robek
16. Pembeli : Tadi kan saya bilang, baru mau dicoba sepatunya sudah sobek dan kaki
saya belum masuk di sepatunya.
17. Penjual : Saya tidak mau tahu mas haru menggantinya karna itu merupakan
kesalahan anda.
18. Pembeli : Kok saya. Kan ini baru saya mau coba. Belum saya pakai sepatunya
langsung robek, jadi bukan salah saya.
19. Penjual : Begini saja, bagaimana kalau mas ambil saja itu sepatu tapi tetap bayar?
20. Pembeli : Ok. Tapi saya gak bisa bayar mahal
21. Penjual : Baiklah mas. ambil murah saja sepatu itu
22. Pembeli : Nih uangnya pak
23. Penjual : Ok mas.
Teks Negosiasi Pemecahan Konflik Antara Dua Belah Pihak
1. Petugas Pasar : Permisi, Bu.
2. Penjual : Iya, Pak. Ada apa?
3. Petugas Pasar : Ma'af, Bu. Sebaiknya Ibu jangan berdagang di tempat ini.
4. Penjual : Kenapa Pak ?
5. Petugas Pasar : Kasihan para pengendara yang ingin lewat, di samping itu jalan
ini pun memang sudah terlalu sempit.
6. Penjual : Wah Pak, kenapa begitu? Saya sudah berapa minggu jualan disini.
7. Petugas Pasar : Bukan begitu Bu.
8. Penjual : Lalu kenapa Pak ? ingin mengusir kami.
9. Petugas Pasar : Kita disini berusaha untuk menjaga keamanan dan keselamatan
para penjual dan pembeli.
10. Penjual : Gak ada alasan Pak, saya harus tetap disini.
11. Petugas Pasar : Kenapa begitu Bu ?
12. Penjual : Karena kalo gak disini jualannya dagangan saya mana laku.
Saya mau makan apa?
13. Petugas Pasar : Bukannya saya melarang Ibubu untuk berjualan di pasar ini, tapi Ibu
bisa pindah ke tempat lain, jangan di tepi jalan begini.
14. Penjual : Gak bisa Pak, gimana mau pindah, toh pasar udah sempit gini.
15. Petugas Pasar : Ya sudah, begini saja, Ibu saya mohon pindah dari tempat ini, nanti saya
cari tempat baru.
16. Penjual : Tapi kalau saya pindah, pelanggan saya pada susah nyari saya, Pak.
17. Petugas Pasar : Pasti ketemu, Ibu tolong bereskan barang-barang Ibu sekarang, saya
sudah sediakan tempatnya.
18. Penjual : (terdiam sejenak) Oke lah, Pak.
19. Petugas Pasar : Terima kasih, Bu.
20. Penjual : Sama-sama, Pak.
NEGOSIASI JUAL-BELI
Siang itu di pasar Klewer, seperti biasa terjadi kegiatan jual beli. Anton yang sedang berekreasi
ingin membelikan oleh-oleh untuk ibunya. Dia ingin membelikan kerudung. Terjadilah tawar
menawar antara Anotn dan Penjual kerudung.

1. Penjual : Selamat siang.


2. Anton : Selamat siang.
3. Penjual : Mau beli apa mas?
4. Anton : Ini mbak mau beli kerudung untuk ibu saya.
5. Penjual : Yang modelnya bagaiamana?
6. Anton : Yang biasa saja mbak.
7. Penjual : Silakan mas kesini
----------------------------------------- setelah sampai -------------------------------------------
8. Penjual : Silakan mas dipilih, banyak pilihannya.
9. Anton : Saya suka yang hijau mbak, kalo dilihat segar.
10. Penjual : Iya mas. Cocok kalo dipakai oleh ibu mas.
11. Anton : Ini berapa mbak?
12. Penjual : Rp 50.000,00.
13. Anton : Wah, kok mahal mbak? Rp 30.000,00 tidak boleh?
14. Penjual : Tidak boleh mas, itu bahannya bagus soalnya.
15. Anton : Tidak bisa kurang mbak?
16. Penjual : Rp 45.000,00 boleh mas.
17. Anton : Rp 40.000,00 ya mbak? Ini untuk oleh-oleh ibu saya.
18. Penjual : Benar-benar tidak boleh mas. Nanti toko saya bisa bangkrut.
19. Anton : Ya sudah mbak Rp 45.000,00, saya ambil yang ini.
20. Penjual : Mau beli apa lagi mas?
21. Anton : Itu saja mbak. Ini uangnya mbak.
22. Penjual : Uangnya Rp 50.000,00 , kembali Rp 5.000,00. Trimakasih mas.
23. Anton : Iya mbak, sama-sama.
Contoh Teks Negoisasi Jual Beli Sepeda

Pada jam 09.00 pagi Hanif menghubungi Widi untuk menanyakan kebenaran informasi tentang sepeda yang
dijual oleh Widi. Dalam percakapan tersebut Widi meminta saudari Hanif untuk bertemu secara langsung pada
pukul 14.00 di taman kuliner Lezat untuk melakukan negosiasi jual beli sepeda sekaligus melihat sepeda yang dijual oleh
saudari Widi secara langsung. Pukul 14.00 tiba, Widi dan Hanif pun memenuhi janji untuk bertemu.

Pembeli : Selamat sore mbak.


Penjual : Selamat sore, dengan saudari Hanif ?
Pembeli : Benar mbak, saya Hanif yang menghubungi mbak pagi tadi.
Penjual : Baiklah, Langsung ke inti nya saja, apa benar Anda tertarik dengan sepeda yang di iklankan di Toko Bagus
itu?
Pembeli : Betul mbak, dari foto yang ditampilkan di Toko Bagus, saya tertarik ingin memlihat fisik asli sepeda
tersebut secara dekat, karena berdasarkan foto yang saya lihat, kelihatannya sepeda mbak masih
dalam keadaan baik dan baru.
Penjual : Ohh itu betul sekali , sepeda itu baru saya beli sekitar 1 tahun yang lalu, dan kondisinya masih bagus, saya
menjualnya karena sepeda ini sudah jarang saya pakai
Pembeli : Mengapa Anda speda ini jarang anda pakai? apakah sepeda ini rusak ?
Penjual : oh tidak, saya tidak memakai sepeda ini karena saya memiliki sepeda motor.
Pembeli : Oh begitu mbak, kalau begitu bisa saya lihat sepeda itu sekarang?
Penjual : Bisa, mari kita menuju ke parkiran
Pembeli : Mari
Pejual : Nah ini sepedanya, masih bagus bukan?
Pembeli : Iya mbak, persis seperti di foto warnanya masih mengkilat seperti baru.
Penjual : Tentu saja, karena sepeda ini selalu saya rawat.
Pembeli : Sangat menarik sekali sepeda ini mbak, bolehkah saya mencobanya.
Penjual : oh iya , silahkan.
Pembeli : Terimakasih mbak. ( Langsung mengkayuh sepedanya )
Penjual : (Setelah saudari Hanif selesai mengecek sepeda tersebut). Bagaimana?
mbak nyaman bukan?
Pembeli : iya mbak, bicara mengenai barang kan suadah jelas ni mbak, bagaimana kalau harga yang mbak tawarkan?
Pembeli : Bicara mengenai sepeda ini kan sudah jelas mbak, sekarang berapa harga yang Anda tawarkan untuk
sepeda ini?
Penjual : Untuk masalah harga, setelah saya cari informasi dari berbagai sumber mengenai harga sepeda Polygon
Slimm, saya mematok harga Rp 2.500.000.
Pembeli : Waaah, harganya cukup tinggi ya mbak.
Penjual : iya itu sesuai dengan kondisi sepedanya mbak, itu harga yang saya tawarkan. Sekarang berapa haraga yang
Anda tawarkan?
Pembeli : bagaimana kalau saya menawar seharga 1.800.000 ?
Penjual : Waahh, itu terlalu rendah.Saudarikan sudah tahu kondisi sepeda ini. Jadi saya rasa tawaran dari saudari
Hanif jauh dibawah harga standarnya.
Pembeli : jika dilihat dari keadaan sepeda, keadaan nya masih bagus, tapi anggaran saya hanya segitu mbak, bagaimana
kalau saya naikkan 100.000 mbak ?
Penjual : Kalau segitu , saya belum bisa melepas sepeda ini. bagaimana kalau saya beri pilihan, kalau saudari Hanif
benar-benar menginginkan sepeda ini, saya bisa memberi waktu 1 minggu untuk melunasi. Bagaimana
saudarai Hanif ?
Pembeli : Alternatif yang bagus mbak. Sebenarnya saya memang tertarik dengan sepeda ini. Tapi masalah harga yang
belum sesuai. Bagaimana kalau saya naikan menjadi1.950.000 mbak?
Penjual : Begini saja saudari Hanif, sepeda ini akan saya lepas dengan harga 2.000.000, itu sudah saya kurangkan
500.000. Jika dibawah harga ini, saya tidak bisa melepas sepeda ini. Jadi bagaimana mbak?
Pembeli : Baiklah mbak saya setuju, tetapi pembayarannya sesuai dengan alternatif yang telah disepakati tadi.
Penjual : Baiklah saudari Hanif. Jadi pembayarannya tunai atau bagaimana?
Pembeli : Pembayarannya separuh tunai disini, dan separuhnya lagi jika sepeda telah saya terima, Bagaimana mbak?
Penjual : Baiklah saudari Hanif,Silahkan tanda tangan disini ( sambil mengajukan surat juual beli). Terimakasih saudari
Hanif, senang bekerja sama denga Anda, semoga beruntung dengan sepeda ini.
Pembeli : Terimakasih kembali mbak, saya juga merasa senang bekerja sama dengan Anda. baiklah mbak, saya tunggu
kedatangan sepeda ini, ini alamat rumah saya ( sambil menunjukan alamat rumah ).
Penjual : Baiklah saudari Hanif, Hati-hati di jalan.
Pembeli : Sekali lagi terimaksih Mbak, dan selamat sore.
Penjual : Sama – sama saudari Hanif. Selamat sore.
Negosiasi penjual dan pembeli

1. Pembeli : Selamat siang, Pak.


2. Penjual : Selamat siang, silahkan duduk. Dengan Pak Midun bukan ?
3. Pembeli : Benar pak, saya yang menghubungi bapak tadi pagi.
4. Penjual : Baiklah, langsung ke intinya saja, apa benar Pak Midun tertarik dengan mobil yang diiklankan di
Koran “Riau Pos” itu ?
5. Pembeli : Betul, Pak. Dari foto yang ditampilkan di Koran tersebut, saya tertarik ingin melihat fisik asli
mobil tersebut secara dekat, karena berdasarkan foto yang saya lihat, kelihatannya mobil bapak
masih dalam keadaan bersih dan baru.
6. Penjual : Oh itu betul sekali, mobil itu baru saya beli sekitar 2 tahun yang lalu, dan kondisinya sangat bagus
sekali, saya menjualnya karena ingin mengganti mobil yang baru.
7. Pembeli : Memangnya mengapa bapak ingin mengganti mobil tersebut ? apakah mobil itu sudah mengalami
kerusakan ?
8. Penjual : Oh tidak, tidak sama sekali. Saya mengganti mobil itu karena mobil itu terlalu kecil untuk saya
dan sekeluarga, jadi saya ingin mengganti mobil yang lebih besar dari mobil tersebut.
9. Pembeli : Oh begitu ! oh ya, Pak. Bisa saya lihat mobil itu sekarang ?
10. Penjual : Tentu, tentu. Lewat sini Pak Midun. (Berjalan menuju garasi mobil)
11. Pembeli : Baik, Pak.
12. Penjual : Nah, inilah mobilnya masih bagus bukan ?
13. Pembeli : Iya, Pak. Persis seperti foto yang terpajang itu ya dan warnanya masih mengkilat seperti baru.
14. Penjual : Tentu saja, karena mobil ini selalu terawat oleh saya, satu butir debu pun tidak akan saya
biarkan menyentuh mobil ini (Tersenyum simpul)
15. Pembeli : Wah bagus itu, Pak. Kalau boleh tahu, mobil ini rakitan tahun berapa pak ?
16. Penjual : Mobil ini tahun 2006. Dan sampai saat ini kondisi mesinnya masih seperti baru, itu karena saya
rutin servis setiap bulannya.
17. Pembeli : Sangat menarik sekali ya, Pak. Boleh saya cek perlengkapannya pak ?
18. Penjual : Oh ya, silahkan.
19. Pembeli : Terimakasih, Pak. (Langsung mengecek mobil tersebut)
20. Penjual : (Setelah Pak Midun selesai mengecek mobil tersebut). Bagaimana ? masih mulus bukan ?
(sambil tersenyum)
21. Pembeli : Iya, Pak. Bicara mengenai barang kan sudah jelas ini, Pak. Bagaimana kalau harga yang bapak
tawarkan??
22. Penjual : Nah, untuk masalah harga, setelah saya cari informasi dari berbagai sumber mengenai harga
mobil produksi tahun 2006, saya mematok harga Rp 225.000.000,00 bisa nego.
23. Pembeli : Waaah, cukup tinggi ya pak harga nya,,
24. Penjual : Iya itu sesuai dengan keadaan mobilnya. Dan itu kan harga dari bapak, sekarang berapa
tawaran dari Pak Midun ?
25. Pembeli : Sebenarnya saya hanya punya anggaran sekitar 200 juta, Pak. Itupun tidak cash hari ini.
26. Penjual : Masalah cash itu tidak usah terlalu dipikirkan Pak Midun. Jika kesepakatan harga sesuai, bapak
bisa memberi waktu untuk pelunasannya. Sekarang berapa penawaran Pak. Midun ?
27. Pembeli : Kalau saya menawar, gimana kalau 180 juta pak?
28. Penjual : Waahh, itu terlalu jauh Pak Midun. Pak Midun kan sudah tahu kondisi mobil ini. Jadi bapak rasa
harga yang bapak tawarkan sesuai dengan keadaan mobilnya dan tawaran Pak Midun jauh
dibawah harga standarnya.
29. Pembeli : Jika dilihat dari keadaan mobil, betul sih pak, keadaannya masih bagus, tapi anggaran saya cuma
segitu tadi pak, bagaimana kalau saya naikkan 1 juta pak?
30. Penjual : Kalau segitu , belum bisa bapak melepas mobil ini. Bagaimana kalau bapak beri pilihan, kalau Pak
Midun benar-benar menginginkan mobil ini, bapak bisa mengasih waktu 1 bulan untuk bapak
melunasi sisa dari harga anggaran bapak yaitu 25 juta lagi. Bagaimana Pak Midun?
31. Pembeli : Alternatif yang bagus, Pak. Sebenarnya saya memang tertarik dengan mobil bapak ini. Tapi
masalah harga yang belum sesuai. Bagaimana kalau pas dengan harga 200 juta, Pak?
32. Penjual : Baiklah Pak Midun , bagaimana kalau kita ambil tengahnya, yaitu 215 juta, itu sudah bapak
kurangkan 10jt. Jika masih dibawah dari harga ini, bapak tidak bisa melepas mobil ini. Jadi
bagaimana Pak Midun?
33. Pembeli : Sepertinya harga yang menarik pak, baiklah pak, tetapi pembayarannya sesuai dengan
alternative bapak tadi, berarti yang 15 juta nya akan saya bayar dalam jangka waktu 1 bulan.
34. Penjual : Baiklah Pak Midun. Jadi pembayarannya tunai atau bagaimana?
35. Pembeli : Baiklah, Pak. Pembayarannya separuh tunai disini, dan separuhnya lagi jika mobil telah saya
terima ditempat saya, bagaimana, Pak?
36. Penjual : Baiklah Pak Midun, silahkan tanda tangan disini ( sambil mengajukan surat jual beli ).
Terimakasih Pak Midun, senang bekerja sama dengan anda dan semoga transaksi ini dilakukan
dengan ikhlas dan semoga beruntung dengan mobil ini.
37. Pembeli : Terimakasih kembali, Pak. Saya juga merasa senang bekerja sama dengan bapak. Baiklah, Pak.
Lebih baik saya pulang sekarang dan saya tunggu kedatangan mobil ini, dan ini alamat rumah
saya ( sambil menunjukan alamat rumah ).
38. Penjual : Baiklah Pak Midun, semoga selamat dijalan. Dan tunggu saja 2 jam dari sekarang.
39. Pembeli : Sekali lagi terimakasih, Pak. Dan selamat siang.
40. Penjual : Sama – sama, Pak Midun. Selamat siang.
~ Negosiasi antara Pengusaha & Pihak Bank

1. Pengusaha : Selamat pagi, Pak.


2. Pihak Bank : Selamat pagi.
3. Pengusaha : Saya Hanif. Saya bergerak di bidang periklanan. Saya berdomisili di Solo.
4. Pihak Bank : Oh ya, saya Bagus. Sales marketing bank BRI, ada yang bisa saya bantu?
5. Pengusaha : Sebagaimana yang saya jelaskan tadi, saya bergerak di bidang periklanan.
Perusahaan saya maju. Prospeknya bagus. Tetapi, perusahaan saya kekurangan modal. Maka dari
itu, saya ingin meminjam uang di bank. Tolong bapak memberikan informasi jenis kredit &
persyaratannya.
6. Pihak Bank : Ada beberapa jenis kredit bank, salah satunya KUR MIKRO. (memberikan kertas yang berisi
informasi jenis kredit & persyaratan KUR MIKRO
7. Pengusaha : Oh ya. (menerima lalu membaca)
8. Pihak Bank : Bagaimana pak?
9. Pengusaha : Setelah saya pikir-pikir, saya akan mengajukan KUR MIKRO dan meminjam Rp. 20 juta.
10. Pihak Bank : Boleh saya lihat persyaratannya?
11. Pengusaha : Boleh. (memperlihatkan persyaratannya)
12. Pihak Bank : (menerima lalu membaca persyaratannya)
13. Pengusaha : Bagaimana pak?
14. Pihak Bank : Jadi setelah saya teliti dan saya baca, ternyata jaminan anda tidak mencukupi. Oleh karena itu,
pihak bank hanya bisa memberikan pinjaman 8 juta rupiah?
15. Pengusaha : Waduh, itu kurang sekali pak. Apalagi listrik, bahan baku, produksi dan upah pekerja semuanya
naik. Bisakah pinjamannya naik menjadi 18 juta rupiah?
16. Pihak Bank : Mungkin jika jaminan bapak ditambah dengan sertifikat rumah, mungkin pinjaman bapak bisa naik.
17. Pengusaha : Ini pak sertifikatnya. (memberikan sertifikat rumah)
18. Pihak Bank : Baik, ini akan saya konsultasikan kepada pimpinan terlebih dahulu. (menghadap pimpinan)
19. Pengusaha : Bagaimana hasilnya pak?
20. Pihak Bank : Setelah saya konsultasikan dengan pimpinan, pinjaman bisa naik sebesar 15 juta rupiah.
21. Pengusaha : Baiklah, saya terima pinjaman sebesar 15 juta rupiah.
22. Pihak Bank : Jika bapak menyetujui, silahkan bapak tanda tangan surat perjanjian yang telah kami siapkan.
23. Pengusaha : Baik. (menandatangani surat)
24. Pihak Bank : Silahkan bapak datang ke teller untuk mengambil uang.
25. Pengusaha : Baik, pak. Terima kasih atas bantuannya. Selamat siang pak. (sambil menjabat tangan)
26. Pihak Bank : Selamat siang pak. (menjabat tangan)
TEKS NEGOSIASI “ANTARA PENGUSAHA DAN PIHAK BANK”

Seorang Pengusaha yang akan meminjam uang kepada pihak Bank untuk mengembangkan usahanya, dengan
meminta pinjaman sebesar Rp. 200.000.000,00

1. Pengusaha : Selamat Siang


2. Pihak Bank : Selamat Siang. Ada yang bisa saya bantu ?
3. Pengusaha : Ya, saya ingin bertemu dengan kepala bagian kredit
4. Pihak Bank : Mari saya antar (Menuju ke ruangan kepala bagian kredit)
5. Pengusaha : Begini Pak, saya ingin meminta tolong. Boleh Pak ?
6. Pihak Bank : Tentu saja Pak.
7. Pengusaha : Begini Pak, Saya akan mengembangkan usaha saya jadi, saya akan mengajukan kredit.
8. Pihak Bank : Berapa jumlah uang yang Anda butuhkan untuk mengembangkan usaha Anda
9. Pengusaha : Saya membutuhkan dana sebesar Rp. 200.000.000,00.Bisakah mendapatkan pinjama itu ?
10. Pihak Bank : Maaf, Pak. Jumlah pinjaman bank terlalu besar. Bagaimana jika pihak Bank memberikan
pinjaman kepada bapak sebesar Rp. 100.000.000,00 ?
11. Pengusaha : Apakah tidak bisa lebih dari itu Pak ? Saya kan sudah lama menjadi Nasabah di Bank ini.
12. Pihak Bank : Baiklah untuk Bapak saya berikan Rp. 130.000.000,00. Bagaimana pak ?
13. Pengusaha : Usahakan lebih, saya membutuhkan itu untuk mengembangkan usaha saya.
14. Pihak Bank : Baiklah, saya mampu memberikan pinjaman sebesar Rp. 150.000.000,00
15. Pengusaha : Baiklah, akan saya ambil, kapan uang itu bisa dicairkan . Kalu bisa secepatnya .
16. Pihak Bank : Kalau bapak setuju itu bisa dicairkan secepatnya.
17. Pengusaha : Ya, lalu bagaimana selanjutnya ?
18. Pihak Bank : Pihak Bank akan memberikan pelayanan yang lebih baik untuk bapak.
19. Pengusaha : Baiklah kalu begitu terima kasih atas kerjasamanya, saya permisi dulu pak.
20. Pihak Bank : Sama – sama pak. Selamat Siang.
21. Pengusaha : Selamat Siang . (Keluar dari ruangan kepala bagian kredit)
TEKS NEGOSIASI “ANTARA PENGUSAHA DAN PIHAK BANK”

Pengusaha : “ Selamat pagi, pak. ” (berjabat tangan)


Pihak bank : “ Selamat pagi. “
Pengusaha : “ Ehm…sebelumnya perkenalkan nama saya H.Sultoni dari Desa Wanareja Utara. “
Pihak bank : “ Iya, saya Budi, pak. Ada yang bisa saya bantu ? “
Pengusaha : “ Begini, pak, saya ini kan punya usaha yang bergerak di bidang industri kain dan saya ingin mengajukan
kredit untuk mengembangkannya. “
Pihak bank : “ Kalau boleh tau usaha bapak ini, industri kain apa ya ? “
Pengusaha : “ Oh…usaha saya ini menghasilkan kain sarung, pak. “
Pihak bank : “ Kalau begitu kira-kira berapa kredit yang akan bapak ajukan ? “
Pengusaha : “ Saya mau mengajukan Rp. 200.000.000. “
Pihak bank : “ Wah…cukup besar juga ya…namun maaf pak sebelumnya, kami dari pihak bank belum bisa
mengabulkan sepenuhnya. Kami hanya mampu memenuhi sebesar Rp. 150.000.000. “
Pengusaha : “ Bagaimana ya ?? apa tidak bisa lebih, pak ? padahal dana itu, sebagian besar akan saya pergunakan
untuk mengembangkan usaha ekspor kain saya ke daerah Timur Tengah lho. “
Pihak bank : “ Berarti usaha bapak ini memang sudah benar- benar berkembang pesat, ya. Namun maaf pak sekali
lagi, kami memang hanya bisa memenuhinya sebesar itu. “
Pengusaha : “ Ah…masa tidak bisa, pak ? usaha ekspor saya ini, bukan kali pertama saya lakukan, lho. Saya sudah
pernah mengekspor kain sarung saya ke Timur Tengah pada tahun 2005, dan hasilnya benar-benar
menguntungkan. Apa masih tidak bisa kita nego lagi ?? “
Pihak bank : “ Emm….begini deh, pak. Untuk masalah besarnya kredit, sekali lagi kami hanya bisa memenuhinya
sebesar Rp 150.000.000. Namun kami pasti akan memberikan banyak keuntungan bagi bapak, karena
bapak sudah percaya kepada bank kami, untuk membantu mengembangkan usaha bapak. “
Pengusaha : “ Begitu ya ?? contoh keuntungannya seperti apa ?? “
Pihak bank : “ Begini, misalnya karena bapak sudah mengajukan kredit yang cukup besar, maka untuk bunga
cicilannya yang normalnya sekian, masih dapat kita nego kembali. Kalau boleh tau, berapa jumlah
karyawan anda ? dan berapa omset yang anda terima per bulan ? “
Pengusaha : “ Sekarang saya sudah mempunyai karyawan tidak kurang dari 600 orang dan saya juga menjadi mitra
bagi 30 perajin kain sarung di daerah saya. Kalau untuk omset yang saya terima, Alhamdulillah cukup
menggiurkan, tidak kurang dari Rp 2 miliar per bulan bisa saya terima dari hasil usaha ini. “
Pihak bank : “ Wah…benar- benar usaha yang sangat menggiurkan. Nah contohnya dengan bukti seperti itulah,
misalnya untuk penegoan masalah bunga, yang harus bapak tanggung nantinya. “
Pengusaha : “ Oh… baiklah pak kalau begitu. Saya setuju dan menerima kredit sebesar Rp 150.000.000. Dan saya
akan memberikan sertifikat rumah saya sebagai jaminannya . “
Pihak bank : “Oh…iya…iya…pak, terima kasih. Kalau begitu untuk menindak lanjuti perjanjian yang sudah kita buat,
kami dari pihak bank akan melakukan survey lebih lanjut terlebih dahulu, entah itu ke tempat industri
maupun ke rumah bapak nantinya. Kami akan menghubungi bapak kembali. “
Pengusaha : “ Baiklah pak akan saya tunggu. “
Pihak bank : “ Kalau begitu terima kasih atas kepercayaan bapak kepada bank kami untuk membantu
mengembangkan usaha yang bapak jalankan. “
Pengusaha : “ Ya, saya juga mengucapkan terima kasih atas kesediaan anda dalam membantu modal usaha saya.
Kalau begitu saya permisi terlebih dahulu. “
Pihak bank : “ Ya, pak, silahkan. Selamat pagi, terima kasih sekali lagi. “
(berjabat tangan)
Pengusaha : “ Selamat pagi. “

Anda mungkin juga menyukai