Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENGERTIAN MINERAL
Setiap hari kita menggunakan produk yang terbuat dari mineral. Garam yang
kita tambahkan ke makanan terbentuk dari mineral halit. Tablet antasida (obat asam
lambung) terbuat dari mineral kalsit. Dibutuhkan banyak mineral untuk membuat
sesuatu yang sederhana seperti pensil kayu, terbuat dari mineral grafit dan tanah liat
(lempung); kuningan terbuat dari tembaga dan seng, dan cat yang berwarna
mengandung pigmen dan bahan pengisi yang terbuat dari berbagai mineral. Sebuah
ponsel dibuat dengan menggunakan puluhan mineral yang berbeda yang bersumber dari
pertambangan di seluruh dunia.

Mobil-mobil yang kita kendarai, bangunan yang kita tinggali, dan pupuk yang
digunakan untuk memproduksi makanan kita, semua dibuat menggunakan mineral.
Sekitar tiga triliun ton komoditas mineral yang dikonsumsi setiap tahun untuk
mendukung hidup 300 juta warga. Itu berarti ada sekitar sepuluh ton bahan mineral
yang dikonsumsi tiap orang, setiap tahun.

Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, anorganik, yang memiliki sistem
kristal tertentu dan terbentuk secara alami. Untuk memenuhi definisi "mineral", maka
sebuah zat yang disebut sebagai mineral harus memenuhi lima syarat, yaitu :

 Alami
 Anorganik
 Padat
 Memiliki Komposisi kimia tertentu
 Memiliki struktur internal

"Alami" berarti bahwa manusia tidak membuatnya. Baja bukan mineral karena
merupakan paduan hasil produksi yang dibuat manusia. "Anorganik" berarti bahwa zat
tersebut tidak dibuat oleh organisme. Kayu dan mutiara yang dibuat oleh organisme
tidak bisa disebut sebagai mineral. "Padat" berarti bahwa tidak berbentuk cairan atau
gas pada suhu dan tekanan standar.
"Memiliki komposisi kimia" berarti bahwa semua mineral memiliki komposisi kimia
yang bervariasi dalam kisaran tertentu. Sebagai contoh mineral halit (dikenal sebagai
"batu garam") memiliki komposisi kimia NaCl. Hal ini berarti terdiri dari jumlah yang
sama atom natrium dan klorit. "Memiliki struktur internal" berarti bahwa atom
dalam mineral berada dalam pola yang sistematis dan berulang. Sebagai contoh,
struktur mineral halit diatur dalam pola kubik

GENESA MINERAL
Genesa/Genesis mineral merupakan tempat atau lingkungan dimana suatu mineral
terbentuk. Ada 3 macam genesa mineral, yaitu:
- Lingkungan magmatic
- Lingkungan sedimen
- Lingkungan metamorfik
-
A. Lingkungan Magmatik
Lingkungan ini mempunyai karakter yang sangat khas, yaitu memiliki tekanan
dan temperatur yang sangat tinggi, dan tentunya sangat berhubungan dengan aktivitas
magma. Berdasarkan keterjadiannya, lingkungan magmatik ini dibagi menjadi empat
tipe, yaitu Batuan beku, Pegmatit, Urat hidrotermal, dan Deposit mata air panas.

1. Batuan Beku
Tersusun atas mineral-mineral yang sederhana. Terdapat 7 kelompok mineral yang
terdapat pada batuan beku, yaitu : kelompok kuarsa, feldspar, feldspatoid, piroksen,
hornblende, biotit, dan olivin. Kisaran jumlah dari mineral-mineral penting yang
terdapat dalam batuan beku sangat lebar. Ada juga batuan beku yang mengandung
hampir 100% mineral yang sama, contohnya seperti Dunityang hampir seluruhnya
tersusun atas mineral olivine.
Berdasarkan warnanya, mineral batuan beku dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu Leucocratic (terang),Mesocratic (sedang), dan Melanocratic (gelap).Pengelompok
kan ini didasarkan pada kandungan dari mineral fero-magnesium. Semakin banyak
kandungan mineral tersebut, maka warna nya akan semakin gelap.

Lingkungan geologi tertentu akan memberikan pengaruh tertentu yang tercermin


terhadap ukuran butir mineralnya. Selain itu tekstur pada batuan beku juga
mencerminkan kondisi pembekuannya, urutan kristalisasi, komposisi, viskositas
magma, kecepatan pembekuan, dan pertumbuhan kristalnya.

Pembekuan kristal yang cepat akan menghasilkan kristal yang kecil. Hal ini
disebabkan karena tidak tersedia waktu yang cukup untuk membentuk kristal yang
sempurna. Biasanya terjadi di permukaan saat kontak langsung dengan air ataupun
udara saat magma keluar. Tekstur yang dihasilkan adalah afanitik (halus). Sedangkan,
pembekuan yang lambat akan menghasilkan membentuk kristal yang besar, karena
masih memiliki waktu yang cukup untuk membentuk itu. Pembekuan yang lambat ini
terjadi di dalam perut bumi, dan menghasilkan batuan beku dengan
tekstur faneritik(kasar).

Berdasarkan kandungan SiO2 nya, batuan beku dibedakan menjadi 4 jenis.


*Batuan beku asam yang mengandung lebih dari 65% silika, ex: Granit.
*Batuan beku menengah (intermediate) yang mengandung silika antara 53%-65%, ex:
Diorit, Syenit.
* Batuan beku basa dengan kandungan silika antara 45%-53%, ex: Gabbro.
* Batuan beku ultrabasa yang mengandung silika <45%, ex: Dunit, Peridotit.
granit diorit

peridotit

gabbro

2. Pegmatit dan Urat-Urat Hidrotermal


Pegmatit ini terbentuk dari cairan silikat sisa proses kristalisasi fraksional yang
kaya akan kandungan alkali, alumunium, mengandung air, dan zat volatil. Cairannya
tidak selalu berbentuk cair disebabkan karena konsentrasi volatil. Apabila mencukupi,
tekanan volatil akan menginjeksi cairan di sepanjang permukaan lemah pada batuan
yang merupakan bagian dari batuan beku intrusi yang sama, ataupun batuan lain yang
sudah terbentuk lebih awal.

Kebanyakan pegmatit yang dijumpai berasosiasi dengan batuan plutonik, umumnya


granit. Pegmatit granit terutama tersusun oleh kuarsa dan feldspar alkali, serta sejumlah
muskovit dan biotit. Dengan demikian, komposisinya mirip dengan granit, namun
berbeda dalam tekstur. Pegmatit bertekstur khusus, yaitu berbutir sangat kasar, dan
berbentuk tabular.

3. Deposit Hidrotermal
Merupakan pengembangan dari pegmatit. Ciri-cirinya adalah urat-urat yang
mengandung sulfida, yang mengisi rekahan pada batuan semula. Namun juga dapat
berupa suatu massa tak teratur, yang mengganti seluruh atau sebagian batuan. Proses
hidrotermal ini merupakan suatu proses yang penting dalam pembentukan mineral-
mineral bijih. Berdasarkan tingkat kedalaman dan suhunya, deposit hidrotermal dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu :
 Deposit hidrotermal : suhu antara 300-500 derajat C, dan terbentuk di
kedalaman yang sangat dalam. Dicirikan oleh mineral Molibdenit[MoS2],
Kasiterit [SnO2], Skhelit [CaWO4].
 Deposit mesotermal : suhu antara 200-300 derajat C, dengan kedalaman yang
menengah. Mineral yang mecirikannya adalah mineral-mineral sulfida
seperti Pirit [FeS2], Galena[PbS]. Urat kuarsa mengandung emas yang
merupakan suatu deposit penting, mungkin adalah deposit mesotermal.
 Deposit epitemal : terbentuk pada temperatur rendah, antara 50-200 derajat C.
Mineral pencirinya adalah Perak native [Ag], Emas
native [Au], Silvanit [(Au,Ag)Te2].

4. Deposit Air Panas dan Fumarol


Deposit air panas merupakan hidrotermal yang sampai ke permukaan. Mineral yang
dijumpai adalah silika opal, sejumlah kecil sulfur, dan sulfida. Sedangkan, deposit
fumarol terdapat pada gunungapi yang masih aktif. Gas-gas panasnya mengendapkan
mineral-mineral seperti sulfur, dan khlorida, terutama Khlorida Amonium [NH3Cl].
Selain itu, mungkin juga
terdapat Magnetit [Fe3O4], Hematite[Fe2O3], dan Realgar [AsS].
B. Lingkungan Sedimen
Proses sedimentasi merupakan perpaduan dari interaksi atmosfer dan hidrosfer
terhadap lapisan kerak bumi. Dalam proses sedimentasi terdapat fase pelapukan, yang
dapat menyebabkan mineral berubah menjadi mineral-mineral baru yang bersifat lebih
stabil daripada sebelumnya.

Pada kebanyakan lingkungan pengendapan, proses yang berlangsung adalah


oksidasi karena terkena pengaruh dari atmosfer. Namun, di beberapa tempat ada yang
tidak terkena kontak atmosfer, sehingga proses yang berlangsung adalah reduksi.
Berdasarkan stabilitas mineralnya, lingkungan sedimen dibagi menjadi 6 klasifikasi:
1. Resistat
Merupakan endapan yang tersusun atas mineral yang tahan terhadap pelapukan,
sehingga tidak mengalami perubahan. Salah satu mineral yang dikenal paling tahan
terhadap pelapukan adalah Kuarsa [SiO2]. Kadar silika dalam sedimen-sedimen resistat
dapat mencapai 90%, sehingga sangat cocok untuk digunakan sebagai sumber dalam
perindustrian.

Mineral-mineral lainnya yang tahan terhadap pelapukan adalah Zirkon [ZrSiO4],


Andalusit [Al2SiO5], Topaz [Al2SiO4(OH,F)2]. Endapan resistat disebut juga sebagai
“placer deposit” karena bernilai ekonomi.

2. Hidrolisat
Terbentuk dari mineral-mineral silikat yang mengalami proses dekomposisi kimia.
Mineral yang paling umum terdapat di endapan ini adalah mineral lempung, berupa
aluminosilikat hidrat yang bertekstur filosilikat dengan ukuran butir yang sangat halus.

Di daerah tropis, tempat dimana perbedaan basah dan kering sangat kontras, proses
pelapukan akan terjadi lebih baik, dan dapat menghasilkan endapan aluminosilikat yang
sangat bagus. Yaitu, dengan hilangnya kandungan silika, dan meninggalkan residu
berupa oksida alumunium hidrat, seperti Gibsit [Al(OH)3]. Residu ini dikenal dengan
“endapan bauksit”, merupakan endapan komersial yang menghasilkan bijih alumunium.
3. Oksidat
Merupakan endapan hidroksida feri, yang merupakan hasil oksidasi senyawa besi
dalam suatu larutan, dan mengendap. Contohnya adalah Gutit [HFeO2] yang
memberikan warna coklat, dan Hematit [Fe2O3] yang memberikan warna merah. Bila
kedua mineral ini terdapat dalam jumlah yang besar, maka dapat menjadi sangat bernilai
karena bijih besinya.

Mineral lainnya yang terdapat pada endapan oksidat adalah mangan. Contohnya
adalah Manganit [MnO(OH)], dan Psilomelane [(Ba,H2O)2Mn5O10], yang sebagian
besar tersusun atas MnO2.

4. Reduzat
Terbentuk karena proses reduksi, dikarenakan tempat terbentuknya yang terisolir
dari atmosfer, sehingga kekurangan oksigen. Endapan jenis ini jarang sekali dijumpai.

Di laut, biasanya endapan ini terdapat pada daerah palung. Dengan kondisi yang
tenang, pengendapan material-material organik, akan menyebabkan berkurangnya
oksigen, dan terbentuk H2S. Contoh mineral yang terbentuk adalah Pirit (pada keadaan
asam), dan Markasit (pada keadaan yang lebih asam).

Di darat, pengendapan dari bahan rombakan tumbuhan-tumbuhan akhirnya akan


berubah menjadi lapisan-lapisan batubara. Dengan keadaan reduksi yang tinggi,
memungkinkan terjadinya pengendapan karbonat fero berupa Siderit, yang dapat
digunakan menjadi deposit bijih besi.

Mineral lain yang terbentuk dalam suasana reduksi adalah Sulfur [Cu], yang
biasanya dijumpai berasosiasi dengan kubah garam dan minyak bumi.
5. Presipitat
Endapan ini berhubungan dengan berbagai aktivitas organisme yang mensekresi
gamping, maka dari itu tempat yang paling baik bagi pengendapan jenis ini
(karbonatan) adalah di bawah laut.

Bentuk kalsium karbonat yang paling stabil adalahKalsit, namun dapat juga
terbentuk Aragonit. Araganit dapat berubah menjadi kalsit, ataupun tetap menjadi
aragonit, hal itu dapat terjadi apabila strukturnya berubah menjadi lebih stabil, karena
kandungan ion-ion asing. Selain itu, kalsit dan aragonit dapat diendapkan di lingkungan
terestrial, seperti di dalam gua batugamping, yang di sekelilingnya terdapat mata air
yang jenuh akan kandungan CaCO3.

Salah satu presipitat laut yang jarang ditemukan, namun sangat bernilai dari segi
ekonomi adalah Fosforit yang digunakan sebagai sumber pupuk fosfat.Seperti yang kita
ketahui, air laut di bagian dasar samudera sangat jenuh oleh fosfat kalsium, dan karena
terjadi perubahan pada kondisi fisik-kimianya, walaupun hanya sedikit akan
menyebabkan fosforit terpresipitasi. Bila sedimentasi dari bahan-bahan lainnya lebih
sedikit, maka akan terbentuk lapisan fosforit yang lebih murni.

6. Evaporit
Proses penting dalam pembentukan sedimen evaporit adalah penguapan. Endapan
ini mempunyai fungsi khusus, yaitu untuk menginterpretasi sejarah geologi daerah itu,
sebagai indikator untuk keadaan yang kering. Berdasarkan asal mula pengendapannya,
sedimen evaporit dibagi menjadi 2, yaitu:
- Endapan evaporit marin terbentuk di laut yang disebabkan oleh air laut yang
menguap. Apabila air laut menguap pada keadaan yang alami, maka yang
pertama kali akan mengendap adalah kalsium karbonat, diikuti oleh dolomit.
Dengan berlanjutnya evaporasi, terendapkanlah kalsium sulfat, yang dapat
berupa gipsum, yang bergantung kepada temperatur dan salinitas air laut, dan
pada giliran berikutnya akan terbentuk halit. Kebanyakan endapan evaporit
terdiri atas kalsium karbonat, namun pada keadaan tertentu dapat juga
terendapkan garam kalsium dan magnesium.
- Endapan evaporit non marin relatif jarang ditemui, atau sangat terbatas, baik
dalam penyebarannya maupun besarnya, tetapi sangat penting dalam arti
ekonomi, karena endapan ini menghasilkan senyawa Boron [B] dan Yodium[I].
Endapan ini terbentuk di darat karena menguapnya suatu danau garam.
Disamping kedua senyawa tadi, terkandung pula nitrat-nitrat, sejumlah garam
kalsium, bromida, dan gipsum.

C. Lingkungan Metamorfik
Lingkungan ini berada jauh di bawah permukaan bumi dengan suhu dan tekanan
ekstrem yang menyebabkan re-kristalisasi pada material batuan, namun tetap terjadi
pada fase padat. Faktor lain yang sangat penting dalam metamorfisme adalah aksi dari
cairan kemikalia aktif, karena cairan tersebut dapat merangsang terjadinya reaksi
melalui larutan dan pengendapan kembali. Jika terjadi perubahan material batuan yang
disebabkan oleh cairan ini, maka prosesnya disebut dengan metasomatisme.

1. Tipe-Tipe Metamorfisme & Batuan Metamorf


Terdapat 2 tipe metamorfisme, yaitu metamorfisme termal, dan
regional. Metamorfisme termal adalah tipe metamorfisme adalah tipe yang berkembang
di sekitar tubuh batuan plutonik. Pada tipe ini, temperatur metamorfisme ditentukan
oleh jauh dekatnya dengan intrusi magma. Batuan khas dari metamorfisme ini adalah
batutanduk (hornfels). Batu ini mempunyai butir yang halus, dan terkadang
mengandung mineral yang mempunyai kristal yang besar. Berdasarkan komposisi
mineralnya, batutanduk terbagi menjadi batutanduk biotit, piroksen, dan silikat
gamping.

Metamorfisme regional adalah jenis metamorfisme yang berkembang pada suatu


daerah yang sangat luas, sekitar 1.500 km persegi. Batuan khas dari metamorfisme ini
adalah Gneiss, yang merupakan batuan yang berfoliasi kasar, yang berupa suaru lapisan
yang kontras dengan tebal 1-10mm, dan biasanya berseling di antara mineral terang dan
gelap. Sedangkan Sekis adalah batuan foliasi halus dengan laminasi yang berkembang
baik, sehingga, jika batuan itu pecah, maka akan terpecah pada bidang laminasi tersebut.

2. Mineralogi Batuan Metamorf


Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, faktor utama yang mengontrol derajat
metamorfisme adalah temperatur. Namun, batas antara temperatur setiap derajat
metamorfisme tidak dapat diketahui secara pasti.

Dalam prakteknya, derajat metamorfisme dapat diketahui dengan mineraloginya.


Yaitu dengan melihat mineral yang hilang dan muncul secara bersamaan. Contohnya,
Biotit adalah mineral yang paling umum di batuan metamorf, namun tidak ditemukan di
metamorf yang berderajat rendah, dan digantikan dengan Muskovit dan Khlorit.

Dalam batuan metamorf berderajat rendah, mineral plagioklas muncul sebagai albit,
yang akan bertambah kandungan kalsiumnya seiring dengan meningkatnya derajat
metamorfisme. Mineral lain seperi kuarsa dapat ditemukan hampir di semua derajat
metamorfisme, sehingga tidak bisa dijadikan indikator dari derajat metamorfisme.

Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan, proses


pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, dan faktor-
faktor pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls).

Tujuan utama mempelajari genesa suatu endapan bahan galian adalah sebagai
pegangan dalam menemukan dan mencari endapan-endapan baru, mengungkapkan
sifat-sifat fisik dan kimia endapan bahan galian, membantu dalam penentuan
(penyusunan) model eksplorasi yang akan diterapkan, serta membantu dalam penentuan
metoda penambangan dan pengolahan bahan galian tersebut.

Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya disebut


dengan endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah melalui
pelapukan atau proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan
sekunder (supergen).

Proses Pembentukan Endapan Mineral Primer


Pembentukan Mineral primer secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi lima
jenis endapan, yaitu :
a. Fase Magmatik Cair
b. Fase Pegmatitil
c. Fase Pneumatolitik
d. Fase Hidrothermal
e. Fase Vulkanik
Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan yang
berbeda-beda, yaitu yang berhubungan dengan :
1. Kristalisasi magmanya
2. Jarak endapan mineral dengan asal magma
a. intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah batuan beku
b. peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku
c. crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas
d. apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku
e. tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan
beku
3. Bagaimana cara pengendapan terjadi
a. terbentuk karena kristalisasi magma atau di dalam magma
b. terbentuk pada lubang-lubang yang telah ada
c. metosomatisme (replacement) yaitu :reaksi kimia antara batuan yang telah ada
dengan larutan pembawa bijih
4. Bentuk endapan, masif, stockwork, urat, atau perlapisan
5. Waktu terbentuknya endapan
a. syngenetic, jika endapan terbentuk bersamaan waktunya dengan pembentukan
batuan
b. epigenetic, jika endapan terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan
pembentukan batuan.

a. Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase)


Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral
terbentuk langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya dengan cara
gravitational settling). Mineral yang banyak terbentuk dengan cara ini adalah kromit,
titamagnetit, dan petlandit Fase magmatik cair ini dapat dibagi atas :

1. Komponen batuan, mineral yang terbentuk akan tersebar merata diseluruh masa
batuan. Contoh intan dan platina.
2. Segregasi, mineral yang terbentuk tidak tersebar merata, tetapi hanya kurang
terkonsentrasi di dalam batuan.

Injeksi, mineral yang terbentuk tidak lagi terletak di dalam magma (batuan beku), tetapi
telah terdorong keluar dari magma.

b. Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)


Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai
akibat kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan
residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai
dyke, sill, dan stockwork.

Kristal dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras tekanan
dan temperatur antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga pembekuan
berjalan dengan lambat. Mineral-mineral pegmatit antara lain : logam-logam ringan (Li-
silikat, Be-silikat (BeAl-silikat), Al-rich silikat), logam-logam berat (Sn, Au, W, dan
Mo), unsur-unsur jarang (Niobium, Iodium (Y), Ce, Zr, La, Tantalum, Th, U, Ti),
batuan mulia (ruby, sapphire, beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz, smoky quartz,
rock crystal).
c. Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam
lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-
metamorfisme, karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan
magma yang lebih muda. Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan
temperatur tinggi dari magma kontak dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-
mineral kontak yang terbentuk antara lain : wolastonit (CaSiO3), amphibol, kuarsa,
epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz, aktinolit, turmalin, diopsit, dan skarn.

Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan
beku intrusi dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu: baking (pemanggangan)
dan hardening (pengerasan).

Igneous metamorfism ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang berhubungan


dengan penerobosan batuan beku. Batuan yang diterobos oleh masa batuan pada
umumnya akan ter-rekristalisasi, terubah (altered), dan tergantikan (replaced).
Perubahan ini disebabkan oleh panas dan fluida-fluida yang memencar atau diaktifkan
oleh terobosan tadi. Oleh karena itu endapan ini tergolong pada metamorfisme kontak.

Proses pneomatolitis ini lebih menekankan peranan temperatur dari aktivitas uap
air. Pirometamorfisme menekankan hanya pada pengaruh temperatur sedangkan
pirometasomatisme pada reaksi penggantian (replacement), dan metamorfisme kontak
pada sekitar kontak. Letak terjadinya proses umumnya di kedalaman bumi, pada
lingkungan tekanan dan temperatur tinggi.

Mineral bijih pada endapan kontak metasomatisme umumnya sulfida sederhana


dan oksida misalnya spalerit, galena, kalkopirit, bornit, dan beberapa molibdenit.
Sedikit endapan jenis ini yang betul-betul tanpa adanya besi, pada umumnya akan
banyak sekali berisi pirit atau bahkan magnetit dan hematit. Scheelit juga terdapat
dalam endapan jenis ini (Singkep-Indonesia).
d. Fase Hidrothermal (Hydrothermal Phase)
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil
differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan
merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan cara
pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan hidrothermal, yaitu :
1. Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di
dalam batuan.
2. Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan
unsur-unsur baru dari larutan hidrothermal.

Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan


hidrothermal, antara lain Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T 1500C-3500C),
dan Hipothermal (T 3000C-5000C). Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu
membawa mineral-mineral yang tertentu (spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan
barbagai macam batuan dinding. Tetapi minera-mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa
(SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-florida hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe
endapan hidrothermal.

Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah : emas (Au), magnetit
(Fe3O4), hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirrotit (FeS),
galena (PbS), pentlandit (NiS), wolframit : Fe (Mn)WO4, Scheelit (CaWO4), kasiterit
(SnO2), Mo-sulfida (MoS2), Ni-Co sulfida, nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS), dengan
mineral-mineral gangue antara lain : topaz, feldspar-feldspar, kuarsa, tourmalin, silikat-
silikat, karbonat-karbonat
Sedangkan paragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah : stanite
(Sn, Cu) sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida,
stibnit (Sb2S3), tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan
kalkopirit (CuFeS2), dengan mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa,
dan pirit. Paragenesis endapan ephitermal dan mineral ganguenya adalah : native cooper
(Cu), argentit (AgS), golongan Ag-Pb kompleks sulfida, markasit (FeS2), pirit (FeS2),
cinabar (HgS), realgar (AsS), antimonit (Sb2S3), stannit (CuFeSn), dengan mineral-
mineral ganguenya : kalsedon (SiO2), Mg karbonat-karbonat, rhodokrosit (MnCO3),
barit (BaSO4), zeolit (Al-silikat).

e. Fase Vulkanik (Vulkanik Phase)


Endapan phase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan bijih secara
primer. Sebagai hasil kegiatan phase vulkanis adalah :

1. Lava flow
2. Ekshalasi
3. Mata air panas

Ekshalasi dibagi menjadi : fumarol (terutama terdiri dari uap air H2O), solfatar
(berbentuk gas SO2), mofette (berbentuk gas CO2), saffroni (berbentuk baron). Bentuk
(komposisi kimia) dari mata air panas adalah air klorida, air sulfat, air karbonat, air
silikat, air nitrat, dan air fosfat.

Jika dilihat dari segi ekonomisnya, maka endapan ekonomis dari phase vulkanik
adalah : belerang (kristal belerang dan lumpur belerang), oksida besi (misalnya hematit,
Fe2O3). Sulfida masif volkanogenik berhubungan dengan vulkanisme bawah laut,
sebagai contoh endapan tembaga-timbal-seng Kuroko di Jepang, dan sebagian besar
endapan logam dasar di Kanada.

Proses Pembentukan Endapan Sedimenter


Mineral bijih sedimenter adalah mineral bijih yang ada kaitannya dengan batuan
sedimen, dibentuk oleh pengaruh air, kehidupan, udara selama sedimentasi, atau
pelapukan maupun dibentuk oleh proses hidrotermal. Mineral bijih sedimenter
umumnya mengikuti lapisan (stratiform) atau berbatasan dengan litologi tertentu
(stratabound). Endapan sedimenter yang cukup terkenal karena proses mekanik seperti
endapan timah letakan di daerah Bangka-Belitung dan endapan emas placer di
Kalimantan Tengah maupun Kalimantan Barat. Endapan sedimenter karena pelapukan
kimiawi seperti endapan bauksit di Pulau Bintan dan laterit nikel di Pomalaa/Soroako
Sulawesi Tengah/ Selatan.

Y. B. Chaussier (1979), membagi pembentukan mineral sedimenter berdasarkan


sumber metal dan berdasarkan host rock-nya. Berdasarkan sumber metal dibagi dua
yaitu endapan supergen endapan yang metalnya berasal dari hasil rombakan batuan atau
bijih primer), serta endapan hipogen (endapan yang metalnya berasal dari aktivitas
magma/epithermal). Sedangkan berdasarkan host-rock (dengan pengendapan batuan
sedimen) dibagi dua, yaitu endapan singenetik (endapan yang terbentuk bersamaan
dengan terbentuknya batuan) serta endapan epigenetik (endapan mineral terbentuk
setelah batuan ada).

Terjadinya endapan atau cebakan mineral sekunder dipengaruhi empat faktor


yaitu : sumber dari mineral, metal atau metaloid, supergene atau hypogene (primer atau
sekunder), erosi dari daerah mineralisasi yang kemudian diendapkan dalam cekungan
(supergene), dari biokimia akibat bakteri, organisme seperti endapan diatomae,
batubara, dan minyak bumi, serta dari magma dalam kerak bumi atau vulkanisme
(hypogene).

1. Mineral Bijih Dibentuk oleh Hasil Rombakan dan Proses Kimia Sebagai
Hasil Pelapukan Permukaan dan Transportasi

Secara normal material bumi tidak dapat mempertahankan keberadaanya dan akan
mengalami transportasi geokimia yaitu terdistribusi kembali dan bercampur dengan
material lain. Proses dimana unsur-unsur berpindah menuju lokasi dan lingkungan
geokimia yang baru dinamakan dispersi geokimia. Berbeda dengan dispersi mekanis,
dispersi kimia mencoba mengenal secara kimia penyebab suatu dispersi.

Dalam hal ini adanya dispersi geokimia primer dan dispersi geokimia sekunder.
Dispersi geokimia primer adalah dispersi kimia yang terjadi di dalam kerak bumi,
meliputi proses penempatan unsur-unsur selama pembentukan endapan bijih, tanpa
memperhatikan bagaimana tubuh bijih terbentuk. Dispersi geokimia sekunder adalah
dispersi kimia yang terjadi di permukaan bumi, meliputi pendistribusian kembali pola-
pola dispersi primer oleh proses yang biasanya terjadi di permukaan, antara lain proses
pelapukan, transportasi, dan pengendapan. Bahan terangkut pada proses sedimentasi
dapat berupa partikel atau ion dan akhirnya diendapkan pada suatu tempat. Mobilitas
unsur sangat mempengaruhi dispersi. Unsur dengan mobilitas yang rendah cenderung
berada dekat dengan tubuh bijihnya, sedangkan unsur-unsur dengan mobilitas tinggi
cenderung relatif jauh dari tubuh bijihnya. Selain itu juga tergantung dari sifat kimianya
Eh dan Ph suatu lingkungan seperti Cu dalam kondisi asam akan mempunyai mobilitas
tinggi sedangkan dalam kondisi basa akan mempunyai mobilitas rendah.

Sebagai contoh dapat diberikan pada proses pengkayaan sekunder pada endapan
lateritik. Dari pelapukan dihasilkan reaksi oksidasi dengan sumber oksigen dari udara
atau air permukaan. Oksidasi berjalan ke arah bawah sampai batas air tanah. Akibat
proses oksidasi ini, beberapa mineral tertentu akan larut dan terbawa meresap ke bawah
permukaan tanah, kemudian terendapkan (pada zona reduksi). Bagian permukaan yang
tidak larut, akan jadi berongga, berwarna kuning kemerahan, dan sering disebut dengan
gossan. Contoh endapan ini adalah endapan nikel laterit.

2. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Pelapukan Mekanik


Mineral disini terbentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih dan pemecahan
dari residu. Proses pemilahan yang mana menyangkut pengendapan tergantung oleh
besar butir dan berat jenis disebut sebagai endapan plaser. Mineral plaser terpenting
adalah Pt, Au, kasiterit, magnetit, monasit, ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil,
dsb.

Berdasarkan tempat dimana diendapkan, plaser atau mineral letakan dapat dibagi
menjadi :
1. Endapan plaser eluvium, diketemukan dekat atau sekitar sumber mineral bijih
primer. Mereka terbentuk dari hanya sedikit perjalanan residu (goresan),
material mengalami pelapukan setelah pencucian. Sebagai contoh endapan
platina di Urals.
2. Plaser aluvium, ini merupakan endapan plaser terpenting. Terbentuk di sungai
bergerak kontinu oleh air, pemisahan tempat karena berat jenis, mineral bijih
yang berat akan bergerak ke bawah sungai. Intensitas pengayaan akan didapat
kalau kecepatan aliran menurun, seperti di sebelah dalam meander, di kuala
sungai dsb. Contoh endapan tipe ini adalah Sn di Bangka dan Belitung. Au-
plaser di California.
3. Plaser laut/pantai, endapan ini terbentuk oleh karen aktivitas gelombang
memukul pantai dan mengabrasi dan mencuci pasir pantai. Mineral yang umum
di sini adalah ilmenit, magnetit, monasit, rutil, zirkon, dan intan, tergantung dari
batuan terabrasi.
4. Fossil plaser, merupakan endapan primer purba yang telah mengalami
pembatuan dan kadang-kadang termetamorfkan. Sebagai contoh endapan ini
adalah Proterozoikum Witwatersand, Afrika Selatan, merupakan daerah emas
terbesar di dunia, produksinya lebih 1/3 dunia. Emas dan uranium terjadi dalam
beberapa lapisan konglomerat. Mineralisasi menyebar sepanjang 250 km.
Tambang terdalam di dunia sampai 3000 meter, ini dimungkinkan karena
gradien geotermis disana sekitar 10 per 130 meter.

3. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Proses Pengendapan Kimia


a. Lingkungan Darat
Batuan klastik yang terbentuk pada iklim kering dicirikan oleh warna merah
akibat oksidasi Fe dan umumnya dalam literatur disebut “ red beds”. Kalau konsentrasi
elemen logam dekat permukaan tanah atau di bawah tanah tempat pengendapan tinggi
memungkinkan terjadi konsentrasi larutan logam dan mengalami pencucian
(leaching/pelindian) meresap bersama air tanah yang kemudian mengisi antar butir
sedimen klastik. Koloid bijih akan alih tempat oleh penukaran kation antara Fe dan
mineral lempung atau akibat penyerapan oleh mineral lempung itu sendiri.
b. Lingkungan Laut
Kejadian cebakan mieral di lingkungan laut sangat berbeda dengan lingkungan
darat yang umumnya mempunyai mempunyai pasokan air dengan kadar elemen yang
tinggi dibandingkan kandungan di laut. Kadar air laut mempunai elemen yang rendah.
Sebagai contoh kadar air laut untuk Fe 2 x 10-7 % yag membentuk konsentrasi mineral
logam yang berharga hal ini dapat terjadi kalau mempunyai keadaan yang khusus
(terutama Fe dan Mn) seperti :
a. Adanya salah satu sumber logam yang berasal dari pelapkan batuan di daratan
atau dari sistem hidrotermal bawah permukaan laut.
b. Transport dalam larutan, mungkin sebagai koloid. Besi adalah logam yang
dominan dan terbawa sebagai Fe(OH) soil partikel.
c. Endapan di dalam cebakan sedimenter, sebagai Fe(OH)3, FeCO3 atau Fe-silikat
tergantung perbedaanpotensial reduksi (Eh).
Bijih dalam lingkungan laut ini dapat berupa oolit, yang dibentuk oleh larutan koloid
membungkus material lain seperti pasir atau pecahan fosil. Bentuk kulit yang simetris
disebabkan perubahan komposisi (Fe, Al, SiO2). Dengan pertumbuhan yang terus
menerus, oolit tersebut akan stabil di dasar laut dimana tertanam dalam material
lempungan karbonatan yang mengandung beberapa besi yang bagus. Di dasar laut
mungkin oolit tersebut reworked. Dengan hasil keadaan tersebut bijih besi dan mangan
sebagai contoh ferromanganese nodules yang sekarang ini menutupi daerah luas lautan.
BAB II
JENIS-JENIS MINERAL DAN KLASIFIKASINYA

Jenis dan klasifikasi mineral yang paling sering dipakai adalah berdasarkan pada
kemiripan dan komposisi kimia dan struktur kristalnya. Klasifikasi ini dicetuskan oleh
James D. Dana (dalam Kraus, Hunt, dan Ramsdell, 1951). Secara singkat jenis dan
klasifikasi mineral dibedakan atas beberapa kelompok, yaitu:

- Kelompok Native Element; dicirikan dengan hanya memiliki satu unsur atau
komposisi kimia saja. Contohnya emas (Au), perak (Ag), Platina (Pt), bismuth
(Bi), arsenic (As), intan, graphite dan sulfur. Kelompok Sulfida; dicirikan oleh
kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang). Contohnya pirit
(FeS2), Kalkosit (Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan Kalkopirit
(CuFeS2).
- Kelompok Oksida dan Hidroksida; dicirikan oleh kombinasi antara unsur
tertentu dengan gugus anion oksida (O2-) dan gugus hidroksil hidroksida (OH-).
Mineral Oksida contohnya korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit
(SnO2). Mineral Hidroksida contontohnya Manganite MnO(OH), Bauksit
[FeO(OH)] dan limonite (Fe2O3.H2O). Kelompok Halida; dicirikan oleh
adanya dominasi dari ion halogen elektro negatif, seperti: F-, Cl-, Br-, I-.
Contohnya Halit (NaCl), Fluorit (CaF2), Silvit (KCl), dan Kriolit
(Na3AlF6). Kelompok Karbonat; dicirikan oleh persenyawaan dengan ion
(CO3)2-. Contohnya dolomit (CaMg(CO3)2, Kalsit (CaCO3), dan magnesit
(MgCO3).
- Kelompok Sulfat; dicirikan oleh kombinasi logam dengan anion sufat.
contohnya barit, celestite, anhydrite, angelsit, dan gypsum. Kelompok
Phosphat; dicirikan oleh adanya gugus PO43-. Contohnya Apatit (Ca,Sr,
Pb,Na,K)5 (PO4)3(F,Cl,OH), Vanadine Pb5Cl(PO4)3, dan Turquoise
CuAl6(PO4)4(OH)8.5H2O. Kelompok Silikat; dicirikan oleh persenyawaan
antara silikon, oksigen dengan beberapa unsur metal. Contohnya Quartz (SiO2),
Feldspar Alkali, Feldspar Plagioklas, Muscovit, Biotit, Horblende, Piroksin, dan
Olivin.
DAFTAR PUSTAKA

http://myblogmariageologi.blogspot.co.id/2015/03/genesa-mineral.html

http://geology.com/rocks/granite.shtml

http://www.geologinesia.com/2016/02/pengertian-sifat-dan-jenis-jenis-mineral.html

Anda mungkin juga menyukai