Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fertilitas adalah salah satu dari beberapa komponen, pada proses
demografi selain mortalitas dan migrasi, Pollard (dalam Bachtiar, 2017:1).
Fertilitas memiliki konsep serta perhitungan yang lebih kompleks
dibandingkan mortalitas dan migrasi. Fertilitas memiliki lebih banyak
pengukuran dan parameter, disebabkan pada pengukuran fertilitas
dihadapkan dengan suatu kenyataan bahwa yang mengalami risiko itu
tidak untuk semua perempuan, Mantra (dalam Bachtiar, 2017:1).
Fertilitas sebagai bagian dari pertumbuhan penduduk alami yang
memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan penduduk khususnya untuk
negara berkembang seperti Indonesia, Singarimbun (dalam Bachtiar,
2017:1). Dilihat dari kondisi sekarang, pemahaman mengenai fertilitas itu
sendiri sangat diperlukan, dengan begitu kita dapat mengendalikan laju
fertilitas di masa mendatang yang berdampak pada ketimpangan terhadap
beban pembangunpa negara.

B. Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud konsep-konsep kelahiran?
2.Bagaimana konsep-konsep kelahiran?
3.Apa yang dimaksud sumber data kelahiran?
4.Apa yang dimaksud ukuran-ukuran kelahiran?
5.Apa yang dimaksud determinan kelahiran?
6.Bagaimana situasi kelahiran di Indonesia dan Internasional?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami konsep-konsep kelahiran
2. Mengetahui dan memahami sumber data kelahiran
3. Mengetahui dan memahami ukuran-ukuran kelahiran
4. Mengetahui dan memahami determinan kelahiran
5. Mengatahui dan memahami situasi kelahiran di Indonesia dan
Internasional

1
BAB II

PEMBAHASAN MATERI

1. Konsep Fertilitas

Dalam buku Dasar-Dasar Demografi terbitan FE,UI dijelaskan


konsep-konsep penting-penting yang harus dipegang dalam mengkaji
fenomena fertilitas,diantaranya:
1. Lahir HIdup (Life Birth) adalah kelahiran bayi tanpa memperhitungkan
lamaanya di dalam kandungan,di mana si bayi menunjukkan tanda-tanda
kehidupan,misalnya:bernafas,ada denyut jantung atau tali pusat atau
gerakan otot-otot
2. Lahir Mati (still Birth) adalah kelahiran seorang dan bayi dari kandungan
yang berumus paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda
kehidupan.
3. Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kurang dari
28 minggu. Ada 2 macam abortus: disengaja (induced) dan tidak
disengaja (spontaneous). Abortus yang tidak disengaja sering disebut
keguguran.
4. Masa Reproduksi (Childbearing Age) adalah masa perempuan
melahirkan,yang disebut juga usia subur(15-49 tahun).

2. Sumber Data Kelahiran


a. Tujuan
1. Untuk keamanan dan perencanaan pembangunan kependudukan.
2. Untuk mengetahui tingkat kelahiran penduduk.

b. Sumber Data
Sumber data kelahiran dapat diperoleh dari beberapa sumber data,
yaitu:
1. Sensus penduduk.
2. Survei penduduk antar sensus.
3. Registrasi penduduk.

c. Penjelasan Sumber Data


1) Sensus penduduk
a) Konsep

2
Pencacahan yang dilakukan secara menyeluruh dan
serentak yang dilakukan secara de facto (dimana dia berada, disana
dia dicatat), atau de yure (berdasarkan hukum).

b) Kelebihan
1) Terhindar dari kesalahan sampling.
2) Dipublikasikan secara meluas.
3) Mebcakup semua penduduk.
c) Kelemahan
1. Membutuhkan biaya yang besar.
2. Hanya dilaksanakan setiap periode ( 5 tahun sekali).
3. Publikasi data tidak pada tingkat administrasi yang terperinci.

2) Survei Penduduk
a) Konsep
Pengambilan data yang dilakukan untuk memperoleh data yang
lebih terperinci dan spesifik serta untuk memenuhi kebutuhan data
antar sensus.

b) Kelebihan
1) Biaya yang lebih murah dibandingkan sensus.
2) Kualitas data lebih akurat karena cakupan yang tidak terlalu
luas.
3) Dapat digunakan untuk menguji ketelitian sensus dan registrasi.
4) Bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.

c) Kelemahan
1) Cakupan pendataan penduduk yang sempit dan tidak
menyeluruh.
2) Data yang dihasilkan tidak representative apabila adanya
kesalahan dalam pengambilan sampel

3) Registrasi Penduduk
a) Konsep
Registrasi penduduk merupakan kumpulan keterangan mengenai
terjadinya peristiwa (kelahiran, kemaatian, dating, pergi,
perkawinan, perceraian, dan lain-lain) yang merubah status sipil
seseorang dari dia lahir hingga meninggal (Yunus,1981).

b) Tujuan
Registrasi penduduk dapat memberikan informasi tentang arah dan
laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun, untuk

3
menganalisa dalam jangka panajnag secara efektif dan biaya yang
rendah jika dibandingkan data yang diambil dari sensus penduduk
atau servei
(Sofian Effensi dan Tukiran, 1989).

c) Kelebihan registrasi penduduk


1) Memberikan informasi kependudukan dari wilayah
administrasi terkecil.
2) Memberikan informasi kependudukan setiap saat dan terus-
menerus.
3) Mengetahui perunahan penduduk dan prospeknya di masa yang
akan dating secara cepat dan relative akurat.
4) Prosedur pencatatannya tidak terlalu rumit.
5) Tidak membutuhkan biaya yang tetlalu banyak.

d) Kelemahan
1) Data registrasi di tingkat bawah ditangani oleh orang yang
memiliki pendidikan relatif rendah.
2) Belum memiliki keseragaman atau penyatubahasaan konsep
kependudukan seperti lahir hidup, lahir mati, umur dan
sebagainya.
3) Pengolahan dan pelapiran databelum ditangani dengan serius.
4) Mekanisme kerja antara instansi di tingkat bawah belum
terkoordinir dengan baik.

3. Ukuran – Ukuran Fertilisasi

Ukuran fertilitas dibagi menjadi dua pengukuran :

a. Pengukuran Fertilitas Tahunan


Pengukuran fertilitas tahunan meliputi :
1.Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate)
Angka kelahiran kasar yaitu jumlah kelahiran hidup pada suatu
tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun dan
merupakan ukuran fertilitas yang paling sederhana karena data
yang diperlukan hanya jumlah kelahiran dan jumlah seluruh
penduduk.
Rumus :
𝐵
𝐶𝐵𝑅 = ×𝑘
𝑃𝑚

Ket :

4
CBR = Crude Birth Rate atau Tingkat Fertilitas Kasar
Pm= Penduduk Pertengahan tahun
K = Konstanta (1000)
B = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu

2. Angka Fertilitas Umum (General Fertility Rate)


Membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah
penduduk wanita usia 15-49 tahun karena penduduk yang
mempunyai resiko hamil adalah wanita dalam usia reproduksi
(umur 15-49 tahun).
Rumus :
𝐵
𝐺𝐹𝑅 = ×𝑘
𝑃𝑓 (15 − 49)

Ket :
GFR = Angka fertilitas umum
B = Jumlah kelahiran
Pf (15-49) = Jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun pada
pertengahan tahun
K = konstanta (1000)

3. Angka Fertilitas Khusus Menurut Umur (Age Specific Fertility


Rates)
Apabila (sebagai tambahan penduduk wanita yang
diklasifikasikan menurut umur) data jumlah kelahiran khusus
menurut umur ibu sudah tersedia, maka pola angka kelahiran
khusus menurut umur akan dapat dihitung dengan cara
membagi jumlah kelahiran ibu yang tercakupdi dalam setiap
umur atau kelompok umur dengan jumlah wanita yang
tercakup pada kelompok umur itu di dalam suatu jumlah
penduduk tertentu.
Rumus :
𝐵𝑖
𝐴𝑆𝐹𝑅𝑖 = ×𝑘
𝑃𝑓𝑖

Ket :
ASFRi = Angka fertilitas khusus menurut umur
Bi = jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i
Pfi = jumlah wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun
K = konstanta (1000)

5
4. Angka Fertilitas Menurut Urutan Kelahiran (Birth Order-
Specific Fertility Rate)
Angka fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting
untuk mengukur tinggi rendahnya fertilitas di suatu negara.
Karena kemungkinan seorang isteri untuk menambah jumlah
kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah
dilahirkannya.
Rumus :
𝐵𝑜𝑖
𝐵𝑂𝑆𝐹𝑅 = ×𝑘
𝑃𝑓(15 − 49)

Ket :
BOSFR = Birth Order Specific Fertility Rate
Boi = jumlah kelahiran urutan i
Pf(15-49) = jumlah wanita umur 15-49 tahun pada pertengahan
tahun
K = konstanta (1000)

b. Pengukuran Fertilitas Kumulatif


1) Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rate )
Tingkat fertilitas total didefinisikan sebagai jumlah
kelahiran hidup tiap 1000 wanita yang hidup hingga akhir masa
reproduksinya dengan catatan :
a) Tidak ada seorang wanita yang meninggal sebelum mengakhiri
masa reproduksinya.
b) Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode
tertentu.

Rumus :
𝑇𝐹𝑅 = 5∑𝑖 𝐴𝑆𝐹𝑅𝑖

Ket :
TFR = Total Fertility Rate
∑i = jumlah tingkat fertilitas menurut umur
ASFRi = tingkat pertilitas menurut umur ke I dari kelompok
berjenjang 5 tahunan

2) Gross Reproduction Rate (GRR)


Jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1000 wanita
sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang
wanita yang meninggal sebelum mengahiri masa reproduksinya.

6
Rumus :
𝐺𝑅𝑅 = 5∑𝑖 𝐴𝑆𝐹𝑅𝑓𝑖
Ket :
ASFRfi = tingkat fertilitas menurut umur ke I dari kelompok
berjenjang 5 tahunan
∑i = jumlah tingkat fertilitas menurut umur

3) Net Reproduction Rate (NRR)


Jumlah kelahiran bayi wanita oleh sebuah kohor hipotesis
dari 1000 wanita dengan memperhitungkan kemungkinan
meninggalnya wanita-wanita itu sebelum mengakhiri masa
reoroduksinya.

Rumus :

𝑛𝐿𝑥
𝑁𝑅𝑅 = ∑𝑖𝐴𝑆𝐹𝑅𝑓𝑖 ×
𝐼𝑜

Ket :
𝑛𝐿𝑜
= jumlah perempuan-perempuan yang dapat bertahan hidup
𝐼𝑜
umur tertentu dengan kemungkinan hidup dari waktu lahir hingga
mencapai umur.

4. Determinan Fertilitas
Kondisi fertilitas total mengalami stagnasi dalam kurun waktu
sekitar 10 tahun terakhir. Hal ini ditunjukkan oleh hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, 2007, dan 2012
yaitu 2,6 anak dan tidak dapat mencapai tujuan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang menargetkan angka 2,1
tahun 2015. Sementara itu, pemakaian kontrasepsi hanya naik perlahan
dari 60,3 (SDKI 2002/03), 61,0 (SDKI 2007), menjadi 61,9 (SDKI
2012). Kondisi ini kemungkinan disebabkan Program Kependudukan
dan Keluarga Berencana tidak menjadi prioritas pemerintah
kabupaten/kota. faktor dominan yang berkontribusi terhadap fertilitas
berdasarkan hasil SDKI 2012 baik dari sisi faktor langsung
(intermediate variabel/ variabel antara) maupun tidak langsung
(demografi, sosial, ekonomi, program, norma) secara nasional.

Menurut Davis dan Blake (1956), ada 11 variabel yang termasuk


dalam variabel antara, yaitu: umur pertama melakukan hubungan
seksual, selibat permanen (tidak menikah), lamanya berstatus kawin,
abstinensi sukarela, abstinensi terpaksa, frekuensi senggama,
infekunditas sengaja, pemakaian kontrasepsi, infekunditas tidak

7
disengaja, mortalitas janin disengaja. Sementara itu, menurut Freedman
(1961/1962), terdapat dua faktor yang mempengaruhi variabel antara
tersebut, yaitu: norma besarnya keluarga dan norma tentang variabel
antara itu sendiri.

Variabel yang diuji yaitu:

1) Jumlah anak lahir hidup sebagai variabel dependen;


2) Faktor penentu fertilitas secara langsung dan tidak langsung sebagai
variabel independen.

Adapun faktor tidak langsung adalah: pendidikan kegiatan utama,


jenis pekerjaan, kuintil kekayaan sebagai faktor sosial ekonomi, jumlah
anak yang meninggal, faktor norma (jumlah anak yang diinginkan, jenis
kelamin anak yang diinginkan, jumlah anak yang diinginkan pasangan,
pendapat pasangan terhadap ber-KB, keputusan ber-KB), faktor
lingkungan (terpapar terhadap media tentang KB), faktor demografi
sebagai variabel kontrol (umur WUS dan tempat tinggal).

Sementara itu faktor langsung adalah:

1) Faktor yang mempengaruhi terjadinya kehamilan(intercourse):


umur pertama kali melakukan hubungan seksual, umur kawin
pertama, status perkawinan;
2) Faktor konsepsi (conception): pemakaian kontrasepsi,
kesuburan/segera haid setelah melahirkan, segera melakukan
hubungan seksual setelah melahirkan, umur pertama melahirkan,
infertilitas, ASI ekslusif;
3) Faktor kehamilan (gestation): aborsi.

Analisis statistik deskriptif melalui tiga tahap,yaitu:

a) Univariat, menggambarkan distribusi frekuensi semua variabel,baik


variabel kontrol maupun independen dan dependen;
b) Bivariat,adalah analisis hubungan antara masing-masing variabel
independen dengan variabel dependen;
c) Multivariat, adalah untuk menentukan variabel yang paling dominan
berkontribusi terhadap jumlah anak lahir hidup dengan
menggunakan regresi linier ganda.

Metode untuk melakukan pemilihan variabel independen dalam


analisis multivariat regresi linier ganda, namun yang akan dipakai adalah
backward. Metode ini dilakukan dengan memasukkan semua variabel ke
dalam model, kemudian satu per satu variabel independen dikeluarkan
dari model berdasarkan kriteria kemaknaan tertentu. Variabel yang

8
pertama kali dikeluarkan adalah variabel yang mempunyai korelasi
parsial terkecil dengan variabel dependen. Variabel yang mempunyai
nilai p≥0,10 dikeluarkan dari model. Variabel independen yang berisi dua
katagori merupakan variabel dummy. Sementara itu, variabel independen
yang berisi lebih dari dua katagori (ordinal) diasumsikan sebagai variabel
numerik.

5. Determinan Fertilitas Berdasarkan SDKI 2012

Teori fertilitas yang dikembangkan oleh Davis dan Blake (1956)


dikenal dengan intermediate variabel of fertility merupakan faktor
langsung yang berpengaruh terhadap fertilitas. Selanjutnya variabel ini
disebut sebagai proximate variable of fertility oleh Bongaarts (1978).
Freedman (1975) mengembangkan faktor yang mempengaruhi fertilitas
secara tidak langsung yang lebih multidisipliner yaitu mengkaji dari
berbagai aspek kehidupan yaitu: sosial, ekonomi, demografi, program, dan
norma tentang besar keluarga serta norma tentang intermediate variable.
Leibenstein (1958), Garry S Becker (1976 dan 1981), Robinson dan
Harbinson (1983), Nerlove (1974), Cardwell (1983) mengemukakan teori
fertilitas dikaitkan dengan fertilitas atau pendekatan ekonomi sosiologis.
Palloni dan Rafalimanana (1997) mengemukakan pengaruh kematian bayi
terhadap fertilitas: 1). Kematian bayi secara langsung akan berpengaruh
terhadap kesuburan ibunya karena tidak lagi menyusui bayinya maka
fungsi ASI sebagai kontrasepsi sudah tidak ada lagi; 2). Psikologi keluarga
ketika mengalami kematian bayi/anak ingin secepatnya menggantikannya
dengan hamil dan melahirkan lagi; 3). Paham anak sebagai tabungan
(saving) bila secara tiba-tiba terjadi kematian salah satu dari bayi yang
dimiliknya, anak sebagai cadangan.

Variabel yang termasuk dalam faktor langsung maupun tidak


langsung,dengan jumlah anak lahir hidup sebagai variabel dependennya,
maka semua variabel (25 variabel) memiliki hubungan yang bermakna
dengan jumlah anak lahir hidup dengan masing-masing nilai p=0,001.
Hubungan (analisis bivariat) menunjukkan sejalan dengan teori-teori yang
telah disampaikan sebelumnya. Tampak faktor sosial dan ekonomi
(pendidikan, kegitan utama, dll) mempengaruhi secara bermakna terhadap
jumlah anak lahir hidup. Begitu juga variabel yang merupakan bagian dari
faktor lingkungan yaitu: akses terhadap informasi KB dan kontak dengan
petugas KB selama 6 bulan terakhir sebelum survei tampak memiliki
hubungan bermakna dengan jumlah anak yang dimiliki. Hal ini
ditunjukkan oleh proporsi wanita yang memiliki anak lebih sedikit (1-2
anak) terdapat pada wanita yang terakses dengan media yang
menyampaikan informasi tentang KB. Demikian pula, hal ini sejalan

9
dengan teori yang dikembangkan oleh Freedman bahwa pada akhirnya
norma dapat dianggap sebagai “resep” untuk membimbing serangkaian
tingkah laku tertentu pada berbagai situasi yang sama. Norma/nilai terkait
dengan besarnya keluarga merupakan unsur kunci dalam teori sosiologi
terkait fertilitas yang dikemukakan oleh Freedmantersebut. Hasil analisis
ini menunjukkan bahwa pendapat suami dalam ber-KB memegang kunci
untuk memiliki jumlah anak, yaitu: proporsi wanita yang memiliki 1-2
anak tertinggi terdapat pada mereka/wanita yang suaminya/pasangannya
sepakat/setuju untuk menggunakan kontrasepsi.

Enam dari tiga belas variabel yang merupakan faktor tidak


langsung berpengaruh terhadap anak lahir hidup memiliki kontribusi yang
cukup kuat masuk dalam model akhir, baik dikontrol maupun tidak
dikontrol dengan umur dan tempat tinggal. Sementara itu, lima dari
sepuluh variabel yang merupakan faktor langsung yang masuk dalam
model akhir,baik dikontrol maupun tidak dikontrol dengan umur dan
tempat tinggal, berkontribusi terhadap anak lahir hidup.

6. Distribusi Frekuensi Faktor Penentu Fertilitas


Bagian ini menguraikan tentang distribusi frekuensi variabel
independen dan dependen (jumlah anak lahir hidup). Tabel 1 menunjukkan
hampir 45 persen wanita memiliki 1-2 anak, sebesar 21 persen punya 3-4
anak, dan sekitar hampir 7 persen memiliki 5 anak dan lebih.

Tabel 1. Distribusi Responden (Wanita Usia Subur 15-49 tahun)


Menurut Jumlah Anak Lahir Hidup, SDKI 2012

Variable independen n %

Jumlah anak lahir hidup


 0 12.717 27,9
 1-2 20.308 44,5
 3-4 9.605 21,1
 5+ 2.977 6,5
Total 45.607 100

Tabel 2 memperlihatkan mayoritas wanita berumur 1519 tahun dan


20-29 tahun,yaitu masing-masing sebesar 15 persen. Sedangkan menurut
daerah tempat tinggal, sebagian besar wanita bertempat tinggal di wilayah
perkotaan.

10
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Umur dan Tempat
Tinggal, SDKI 2012

Variabel Kontrol n %

umur
 15-19 6.958 15,3
 20-24 6.305 13,8
 25-29 6.970 15,3
 30-34 6.863 15,0
 35-39 6.897 15,1
 40-44 6.248 13,7
 45-49 5.366 11,8
Tempat Tinggal
 Perkotaan 23.805 52,2
 Pedesaan 21.802 47,8

Total 45.607 100

Menurut pendidikan wanita yang ditamatkan, sekitar 35 persen


berpendidikan tamat SMTA dan lebih tinggi, sedangkan yang tidak
sekolah dan tidak tamat SD masing-masing sebesar 3 persen dan 11
persen. Enam puluh satu persen wanita berstatus bekerja, dan sisanya
tidak bekerja. Tabel 3 menunjukkan sebagian besar jenis pekerjaan
umumnya 26 persen berjualan, 25 persen wanita bekerja sebagai tenaga
produksi, 20 persen bergerak di usaha pertanian. Berdasarkan kuintil
kekayaan, 22 persen wanita berada di kuintil teratas. Hal ini
menggambarkan mayoritas responden berasal dari golongan status
ekonomi yang tinggi.

7. Hubungan Faktor Tidak Langsung, Faktor Langsung, dan Fertilitas

Hasil analisis hubungan variabel independen (variabel dalam faktor


langsung dan tidak langsung) dan dependen menunjukkan bahwa semua
variabel tersebut memiliki hubungan bermakna dengan jumlah anak lahir
hidup. Namun ada sebelas variabel diantaranya yang masuk dalam model
akhir atau analisis dominan faktor yang berpengaruh terhadap anak lahir
hidup yang akan diuraikan berikut ini.

Proporsi wanita usia subur yang memiliki 1-2 anak lahir hidup
cenderung meningkat dari mulai kuintil kekayaan terbawah sampai dengan

11
menengah atas, kemudian menurun ketika mereka mencapai kuintil
kekayaan teratas. Sebaliknya, wanita yang memiliki anak lahir hidup lebih
dari dua anak cenderung menurun dengan meningkatnya kuintil
kekayaannya. Kuintil kekayaan wanita mempunyai hubungan bermakna
dengan jumlah anak lahir hidup yang dimilikinya (nilai p<0,005). Proporsi
wanita yang memiliki 1-2 anak lahir hidup cenderung menurun dengan
semakin banyak jumlah anak yang meninggal. Proporsi mereka yang
memiliki 5anak lahir hidupataulebih terdapat pada wanita yang mengalami
3 anak atau lebih yang meninggal. Kondisi ini ditunjukkan oleh adanya
hubungan yang bermakna antara jumlah anak yang meninggal dan jumlah
anak yang dimiliki oleh wanita usia subur (p<0,05). Wanita yang memiliki
1-2 anak lahir hidup lebih banyak ditemukan pada mereka yang
menginginkan dua anak atau kurang. Sebaliknya, mereka yang memiliki
lebih dari dua anak lahir hidup cenderung ingin memiliki anak lebih dari
dua anak. Dengan nilai p=0,001 menunjukkan jumlah anak yang
diinginkan (anak ideal) memiliki hubungan bermakna dengan jumlah anak
lahir hidup.

Proporsi wanita yang memiliki 1-2 anak lebih tinggi pada wanita
yang terakses dengan media yang menginformasikan tentang KB
dibandingkan dengan wanita yang tidak terakses media. Sebaliknya,
wanita yang memiliki lebih dari dua anak cenderung banyak pada mereka
yang tidak terakses informasi tentang KB dari media. Akses terhadap
media tentang KB memiliki hubungan bermakna dengan jumlah anak lahir
hidup dengan nilai p=0,001. Diantara wanita yang memiliki12 anak lahir
hidup tidak tampak adanya perbedaan proporsi suami/pasangan yang
setuju dan tidak setuju terhadap penggunaan alat/cara KB. Wanita yang
mempunyai lima anak atau lebih cenderung ditemukan banyak pada
mereka yang suaminya tidak setuju pada pemakaian alat/cara KB. Dengan
nilai p=0,001 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
pendapat suami/pasangan danpemakaian alat/cara KB. Wanita yang
memiliki 1-2 anak lebih banyak dijumpai pada mereka yang melakukan
kontak dengan petugas KB dalam 6 bulan terakhir. Sebaliknya, wanita
yang mempunyai lima anak dan lebih dijumpai tinggi pada mereka yang
tidak melakukan kontak dengan petugas KB dalam 6 bulan terakhir.
Sebagaimana terlihat pada, kondisi ini ditunjukkan oleh adanya hubungan
yang bermakna antara kontak dengan petugas KB dan jumlah anak yang
dimiliki oleh wanita usia subur (p=0,01).

Proporsi wanita yang mempunyai 1-2 anak cenderung terus


meningkat dengan bertambah tua umur melakukan hubungan seksual
pertama kali. Sebaliknya, proporsi wanita yang memiliki anak lebih dari
dua cenderung banyak terdapat pada wanita yang melakukan hubungan

12
seksual pada usia yang lebih muda. Dengan nilai p=0,01 menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur hubungan seksual
pertama kali dan jumlah anak lahir hidup.

Proporsi wanita yang memiliki 1-2 anak ditemukan lebih tinggi


pada wanita yang tidak segera melakukan hubungan seksual setelah
melahirkan. Sebaliknya, wanita yang mempunyai anak lebih dari dua
banyak dijumpai pada wanita yang segera melakukan hubungan seksual
setelah melahirkan. Wanita yang melakukan hubungan seksual segera
setelah melahirkan punya hubungan bermakna dengan jumlah anak yang
dimilikinya dengan nilai p=0,001.

Proporsi wanita yang memiliki 1- 2 anak meningkat sejalan dengan


meningkatnya umur melahirkan anak pertama yang dimulai dari kelompok
umur 15-19 tahun sampai dengan kelompok umur 25-29 tahun, dan angka
ini menurun pada wanita yang melahirkan pertama kali pada kelompok
umur 30 tahun atau lebih. Artinya, mereka yang memiliki anak relatif
sedikit, tampakpada mereka yang masih muda. Sedangkan proporsi wanita
yang punya lebih dari dua anak tertinggi pada mereka yang melahirkan
anak pertama berusia 30 tahun atau lebih tua. Dengan perolehan nilai
p=0,001 menunjukkan bahwa umur melahirkan anak pertama memiliki
hubungan bermakna dengan jumlah anak lahir yang dimilikinya. Proporsi
wanita yang mempunyai 1-2 anak tertinggi pada wanita yang mengalami
ketidaksuburan. Namun sebaliknya, mereka yang memiliki anak lebih dari
dua terbanyak pada wanita yang tidak pernah mengalami ketidaksuburan.
Dengan nilai p=0,001 menandakan adanya hubungan yang bermakna
antara wanita yang infertil (tidak subur) dan jumlah anak lahir hidup yang
dimilikinya. Proporsi wanita yang memiliki 1-2 anak lebih tinggi pada
wanita yang tidak pernah mengalami keguguran. Sebaliknya wanita yang
punya anak lebih dari dua banyak dijumpai pada wanita yang pernah
mengalami keguguran. Wanita yang mengalami keguguran punya
hubungan bermakna dengan jumlah anak yang dimilikinya dengan nilai
p=0,001.

8. Hubungan Antara Faktor Demografi dan Fertilitas

Proporsi wanita yang mempunyai 1-2 anak ditemukan tertinggi


pada wanita dalam kelompok umur 20-24 tahun, dan angka ini terus
menurun sejalan dengan semakin bertambahnya umur wanita. Sebaliknya,
wanita yang mempunyai anak lebih dari dua terlihat proporsinya semakin
meningkat sejalan dengan bertambahnya umur wanita. Kondisi ini
menunjukkan bahwa mereka yang sudah memiliki banyak anak adalah
mereka yang telah berusia lebih tua. Umur wanita memiliki hubungan

13
bermakna dengan jumlah anak lahir hidup dengan nilai p=0,001. Proporsi
wanita yang mempunyai 1-2 anak sedikit lebih tinggi diantara wanita yang
tinggal di perkotaan dibandingkan mereka yang ada di perdesaan.
Sebaliknya, wanita yang mempunyai lebih dari dua anak dijumpai lebih
tinggi pada wanita yang tinggal di perdesaan. Dengan nilai p=0,001
menandakan bahwa tempat tinggal memiliki hubungan bermakna dengan
jumlah anak lahir hidup.

9. Kontribusi Faktor Dominan Terhadap Fertilitas

Berdasarkan serangkaian tahap proses pemodelan analisis


multivariat, diperoleh bahwa variabel yang paling dominan berkontribusi
terhadap anak lahir hidup -baik dikontrol dengan umur dan tempat tinggal
maupun tidak- adalah jumlah kematian anak yang dialami WUS. Secara
umum, dengan memperhitungkan variabel kontrol (faktor demografi)
semua variabel terpilih masuk dalam model akhir tampak berkontribusi
terhadap anak lahir hidup sebesar 66 persen. Selanjutnya, pada variabel
kontribusi kejadian anak meninggal terlihat bahwa apabila wanita
mengalami kematian satu anak, maka akan digantikan oleh kelahiran satu
anak lagi (B=0,90).

10. Situasi Kelahiran di Indonesia dan Internasional

a. Situasi kelahiran di Indonesia


Dari hasil survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2002/2003, 2007, dan 2012 dalam 10 tahun terakhir (2,6 anak),
fertilisasi tidak dapat mencapai target RPJMN 2015 2,1 anak, sehingga
fertilisasi, mengalami stagnasi. Sementara itu pemakaian kontrasepsi
naik nya kurang dari 1% dari 60,3 (SDKI 2002/03), 61,0 (SDKI 2007),
menjadi 61,9 (SDKI 2012) , dan kematian balita sedikit mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan karena program kependudukan dan
keluarga berencana tidak menjadi prioritas bagi pemerintah
kabupaten/kota. Berdasarkan teori Palloni dqn Rafalimanana (1997)
yang mengemukakan tiga mekanisme yang menggambarkan hubungan
antara kematian bayi dan kelahiran. Kematian bayi secara langsung
akan memiliki pengaruh terhadap kesuburan ibunya, dikarenakan tidak
menyusui bayi tersebut terkait aspek posikologis ibu yang berperan
antara air susu dengan kontrasepsi. Selanjutnya dari sisi psikologis
keluarga, dimana jika mengalamin kematian bayi/anak akan ingin
cepat menggantikannya dengan hamil dan melahirkan lagi. Dan
terakhir, paham anak sebagai tabungan (saving), jika mendadak terjadi

14
kematian salah satu dari bayi yang dimiliki. Jika dilihat dari teori
pertubuhan penduduk, bahwa pertumubuhan dipengaruhi oleh
kelahiran, kematian, dan mobilitas, maka hasil dari analisis dapat
disimpulkan bahwa kematian anak berkontribusi tertinggi terhadap
anak lahir hidup (Syahbuddin,dkk : 2016).

b. Situasi kelahiran Internasional


Hampir semua negara telah menerapkan dengan baik pembangunan
sosial ekonomi dan perencanaan program pelayanan keluarga yang
kuat, atau porsi yang lebih dari salah satu program atau yang lain
Feeney,dkk( dalam Kusyanto, 2017:37). Namun, banyak negara-
negara masih memiliki tingkat kesuburan jauh di atas 2. 1, dan terus
mengalami pertumbuhan. Sebagian besar negara-negara dengan
fertilitas di bawah tingkat penggantian yaitu negara-negara industri di
bagian Eropa dan Amerika, ditambah dengan negara Jepang dan
Australia. Negara-negara yang diasumsikan dalam jangka panjang
mengalami penurunan populasi kecuali tingkat fertilitas mereka naik
kembali menjadi 2,1. Banyak dari 74 negara di bawah ini-pengganti
memiliki fertilitas jauh di bawah tingkat penggantian, dan melihat
situasi mereka sebagai masalah yang sangat serius sebagai `bunuh diri
nasional," Mereka mencari cara untuk mendorong warganya untuk
mempunyai lebih banyak anak. Untuk beberapa negara kesuburan tetap
tinggi tahun 2000 dibanding 1960. Bagi yang lain penurunan sedikit
dan kecepatan lambat. Dalam proses ini tingkat kematian yang pertama
diturunkan melalui memberantas malnutrisi dan penyakit, maka tingkat
kesuburan akan secara otomatis terpengaruh menjadi lebih baik.
Tahun-tahun setelah Perang Dunia II adalah waktu upaya besar-
besaran untuk memperbaiki nasib negara-negara berkembang. Setiap
negara berkembang menyusun rencana jangka panjang (biasanya
dalam siklus 5 tahun) dan menetapkan beberapa tujuan untuk
perbaikan sendiri. Hal tersbut termasuk pengurangan buta aksara
melalui pendidikan publik diperluas, penguatan ekonomi dengan
meluncurkan usaha ekonomi baru, meningkatkan produktivitas
pertanian sebesar adopsi praktik pertanian ditingkatkan, memperbaiki
kesehatan melalui pemberantasan penyakit epidemik, meningkatkan
sanitasi lingkungan, penyediaan air minum yang aman, inokulasi anak,
memberikan pendidikan kesehatan masyarakat, dan membangun
banyak klinik "kesehatan primer" di daerah terpencil. Sebagian besar
organisasi PBB: UNESCO (pendidikan) WHO (kesehatan), FAO
(pertanian), dan ILO (tenaga kerja) memberikan bantuan dalam
masalah ini. Selain itu, Bilateral dari Eropa individu, Uni Soviet, dan
pemerintah Amerika Utara juga memberikan banyak bantuan ke

15
negara-negara yang memiliki hubungan khusus. Gerakan perencanaan
keluarga internasional merupakan rekayasa sosial untuk mencipatakan
kesuksesan hidup hemat dan program rekayasa sosial lainnya.
Tingkatan Penyebab Penurunan fertilitas Berikut ini adalah hipotesis
utama mengenai "penyebab" dari penurunan fertilitas di negaranegara
berkembang di masing-masing tingkatan:
1) Tingkat Fisiologis :
a. peningkatan pemakaian kontrasepsi
b. perubahan pola perkawinan, semakin dewasa
c. peningkatan praktek aborsi (legal)
2) Tingkat Psikologis
Merupakan keinginan untuk memiliki anak lebih sedikit
(atau tidak memiliki) oleh pasangan masing-masing, yang
disebabkan oleh:
a. mengurangi kematian bayi dan anak
b. kesadaran risiko fertilitas untuk kesehatan ibu dan anak
c. peningkatan peranan dalam kegiatan alternatif bagi perempuan
untuk melahirkan
d. perubahan preferensi, prioritas nilai, seperti individualisme vs
familiisme
3) Tingkat Sosial ekonomi dan budaya :
a. intervensi perencanaan mempengaruhi perilaku kesuburan pada
tingkat pertama dan kedua
b. pembangunan sosial-peningkatan di bidang pendidikan,
perubahan nilainilai keluarga dan kebiasaan yang terkait
dengan perkawinan dan melahirkan
c. pembangunan ekonomi meningkat produktivitas dan
peningkatan tingkat hidup. Depresi ekonomi, kekurangan,
kemiskinan
d. penggunaan kontrasepsi.

Penurunan fertilitas banyak digemborgemborkan di Negara-negara


maju tetapi banyak yang tidak sepihak. Penyebab fisiologis utama
langsung dari perbedaan-perbedaan perlu dikaitkan dengan perbedaan
dalam penggunaan kontrasepsi, dilengkapi dengan penundaan
perkawinan. Penyebab ketiga terbesar dari meningkatnya penggunaan
kontrasepsi adalah perkembangan sosial ekonomi, modernisasi,
intervensi perencanaan untuk keluarga berencana. Faktor-faktor ini
dijalankan dengan berbagai kekuatan dan efektifitas, di semua Negara
berkembang lebih dari setengah abad dari 1950 sampai 2000. Bahwa
gerakan keluarga berencana internasional mendorong peningkatan
penggunaan kontrasepsi adalah penjelasan yang masuk akal.

16
Peningkatan penggunaan kontrasepsi dengan pertumbuhan yang
lambat merupakan kontribusi dari modernisasi dan perkembangan
ekonomi. Penolakan atau ketidakikutsertaan dalam keluarga
berencana muncul menjadi satu penyebab utama “titik masalah”
bangsa dengan fertilitas yang tinggi secara terus menerus (Kusyanto:
2017).

17
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
1. Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang
nyata dari seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas
ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya,
merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti
kata sterilitas. Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda
ruang lingkupnya.
2. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan
natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan
reproduksi manusia. Sumber-sumber data fertilitas dapat diketahui melalui
registrasi, sensus penduduk dan survei.
3. Pengukuran fertilitas memiliki dua macam pengukuran, yaitu pengukuran
fertilitas tahunan dan pengukuran fertilitas kumulatif. Pengukuran fertilitas
tahunan (vital rates) adalah mengukur jumlah kelahiran pada tahun tertentu
yang dihubungkan dengan jumlah penduduk yang mempunyai resiko untuk
melahirkan pada tahun tersebut. Sedangkan pengukuran fertilitas kumulatif
adalah mengukur jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang wanita
hingga mengakhiri batas usia subur.
4. Jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan yang tinggi, semakin
menghambat usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Masalah demografi ekonomi ini, kian mempertajam peningkatan dan
redistribusi pendapatan.
5. untuk mengukur tingkat kehamilan yang sering dipakai: tingkat kehamilan
total - rata-rata jumlah anak yang terlahir bagi tiap wanita dalam hidupnya.
Secara umum, tingkat kehamilan total adalah indikator yang lebih baik untuk
tingkat kehamilan daripada CBR, karena tidak terpengaruh oleh distribusi usia
dari populasi. Tingkat kehamilan cenderung lebih tinggi di negara yang
ekonominya kurang berkembang dan lebih rendah di negara yang
pertumbuhan ekonominya tinggi.

Saran
Demikianlah yang bisa kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasanmakalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya pengetahuan dan rujukan atau refrensi yang kami peroleh.sehubungan
dengan makalah ini penulis banyak berharap kepada pembaca yang budiman
memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya

18
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca
khusus pada penulis. Aamiin

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Syahmida, Nurhayati.2016. Determinan Fertilitas di Indonesia. Jurnal


Kependudukan Indonesia, 11(1), hal 2 dan 12. Diambil dari Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kependudukan Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Bachtiar, Hafidz. 2017. “Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Pemakaian


Kontrasepsi dan Fertilitas Menurut Pedesaan dan Perkotaan di
Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul [Skripsi]”.Fakultas Ilmu
Geografi dan Lingkungan. Yogyakarta :Universitas Gadjah
Mada.Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Naibaho, Elita An’nisa. 2015. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas di


Provins Sumatera Utara Tahun 2014 [Skripsi]”. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Medan:Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/58748/Chapter%2
0II.pdf?sequence=4&isAllowed=y

Kusyanto, Heri.2017. Review Penurunan Fertilitas di Negara Berkembang : Tren


dan Penjelasan. Jurnal Administrasi Publik, 5(2), hal 37-40. Dinduh dari
http://ojs.uma.ac.id/index.php/publikauma dan
file:///C:/Users/Hp/Downloads/1442-3496-1-PB%20(1).pdf

Priyono. 1992. Seluk Beluk Registrasi Penduduk dan Perannya dalam


Perencanaan Pembangunan Kependuduka. Journal Geografi. 10(1), hal
33-39. Diunduh dari
http://journals.ums.ac.id/index.php/fg/article/download/469
1/3081

Rahardja. 2004. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas


Indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai