PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fertilitas adalah salah satu dari beberapa komponen, pada proses
demografi selain mortalitas dan migrasi, Pollard (dalam Bachtiar, 2017:1).
Fertilitas memiliki konsep serta perhitungan yang lebih kompleks
dibandingkan mortalitas dan migrasi. Fertilitas memiliki lebih banyak
pengukuran dan parameter, disebabkan pada pengukuran fertilitas
dihadapkan dengan suatu kenyataan bahwa yang mengalami risiko itu
tidak untuk semua perempuan, Mantra (dalam Bachtiar, 2017:1).
Fertilitas sebagai bagian dari pertumbuhan penduduk alami yang
memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan penduduk khususnya untuk
negara berkembang seperti Indonesia, Singarimbun (dalam Bachtiar,
2017:1). Dilihat dari kondisi sekarang, pemahaman mengenai fertilitas itu
sendiri sangat diperlukan, dengan begitu kita dapat mengendalikan laju
fertilitas di masa mendatang yang berdampak pada ketimpangan terhadap
beban pembangunpa negara.
B. Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud konsep-konsep kelahiran?
2.Bagaimana konsep-konsep kelahiran?
3.Apa yang dimaksud sumber data kelahiran?
4.Apa yang dimaksud ukuran-ukuran kelahiran?
5.Apa yang dimaksud determinan kelahiran?
6.Bagaimana situasi kelahiran di Indonesia dan Internasional?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami konsep-konsep kelahiran
2. Mengetahui dan memahami sumber data kelahiran
3. Mengetahui dan memahami ukuran-ukuran kelahiran
4. Mengetahui dan memahami determinan kelahiran
5. Mengatahui dan memahami situasi kelahiran di Indonesia dan
Internasional
1
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
1. Konsep Fertilitas
b. Sumber Data
Sumber data kelahiran dapat diperoleh dari beberapa sumber data,
yaitu:
1. Sensus penduduk.
2. Survei penduduk antar sensus.
3. Registrasi penduduk.
2
Pencacahan yang dilakukan secara menyeluruh dan
serentak yang dilakukan secara de facto (dimana dia berada, disana
dia dicatat), atau de yure (berdasarkan hukum).
b) Kelebihan
1) Terhindar dari kesalahan sampling.
2) Dipublikasikan secara meluas.
3) Mebcakup semua penduduk.
c) Kelemahan
1. Membutuhkan biaya yang besar.
2. Hanya dilaksanakan setiap periode ( 5 tahun sekali).
3. Publikasi data tidak pada tingkat administrasi yang terperinci.
2) Survei Penduduk
a) Konsep
Pengambilan data yang dilakukan untuk memperoleh data yang
lebih terperinci dan spesifik serta untuk memenuhi kebutuhan data
antar sensus.
b) Kelebihan
1) Biaya yang lebih murah dibandingkan sensus.
2) Kualitas data lebih akurat karena cakupan yang tidak terlalu
luas.
3) Dapat digunakan untuk menguji ketelitian sensus dan registrasi.
4) Bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.
c) Kelemahan
1) Cakupan pendataan penduduk yang sempit dan tidak
menyeluruh.
2) Data yang dihasilkan tidak representative apabila adanya
kesalahan dalam pengambilan sampel
3) Registrasi Penduduk
a) Konsep
Registrasi penduduk merupakan kumpulan keterangan mengenai
terjadinya peristiwa (kelahiran, kemaatian, dating, pergi,
perkawinan, perceraian, dan lain-lain) yang merubah status sipil
seseorang dari dia lahir hingga meninggal (Yunus,1981).
b) Tujuan
Registrasi penduduk dapat memberikan informasi tentang arah dan
laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun, untuk
3
menganalisa dalam jangka panajnag secara efektif dan biaya yang
rendah jika dibandingkan data yang diambil dari sensus penduduk
atau servei
(Sofian Effensi dan Tukiran, 1989).
d) Kelemahan
1) Data registrasi di tingkat bawah ditangani oleh orang yang
memiliki pendidikan relatif rendah.
2) Belum memiliki keseragaman atau penyatubahasaan konsep
kependudukan seperti lahir hidup, lahir mati, umur dan
sebagainya.
3) Pengolahan dan pelapiran databelum ditangani dengan serius.
4) Mekanisme kerja antara instansi di tingkat bawah belum
terkoordinir dengan baik.
Ket :
4
CBR = Crude Birth Rate atau Tingkat Fertilitas Kasar
Pm= Penduduk Pertengahan tahun
K = Konstanta (1000)
B = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
Ket :
GFR = Angka fertilitas umum
B = Jumlah kelahiran
Pf (15-49) = Jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun pada
pertengahan tahun
K = konstanta (1000)
Ket :
ASFRi = Angka fertilitas khusus menurut umur
Bi = jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i
Pfi = jumlah wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun
K = konstanta (1000)
5
4. Angka Fertilitas Menurut Urutan Kelahiran (Birth Order-
Specific Fertility Rate)
Angka fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting
untuk mengukur tinggi rendahnya fertilitas di suatu negara.
Karena kemungkinan seorang isteri untuk menambah jumlah
kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah
dilahirkannya.
Rumus :
𝐵𝑜𝑖
𝐵𝑂𝑆𝐹𝑅 = ×𝑘
𝑃𝑓(15 − 49)
Ket :
BOSFR = Birth Order Specific Fertility Rate
Boi = jumlah kelahiran urutan i
Pf(15-49) = jumlah wanita umur 15-49 tahun pada pertengahan
tahun
K = konstanta (1000)
Rumus :
𝑇𝐹𝑅 = 5∑𝑖 𝐴𝑆𝐹𝑅𝑖
Ket :
TFR = Total Fertility Rate
∑i = jumlah tingkat fertilitas menurut umur
ASFRi = tingkat pertilitas menurut umur ke I dari kelompok
berjenjang 5 tahunan
6
Rumus :
𝐺𝑅𝑅 = 5∑𝑖 𝐴𝑆𝐹𝑅𝑓𝑖
Ket :
ASFRfi = tingkat fertilitas menurut umur ke I dari kelompok
berjenjang 5 tahunan
∑i = jumlah tingkat fertilitas menurut umur
Rumus :
𝑛𝐿𝑥
𝑁𝑅𝑅 = ∑𝑖𝐴𝑆𝐹𝑅𝑓𝑖 ×
𝐼𝑜
Ket :
𝑛𝐿𝑜
= jumlah perempuan-perempuan yang dapat bertahan hidup
𝐼𝑜
umur tertentu dengan kemungkinan hidup dari waktu lahir hingga
mencapai umur.
4. Determinan Fertilitas
Kondisi fertilitas total mengalami stagnasi dalam kurun waktu
sekitar 10 tahun terakhir. Hal ini ditunjukkan oleh hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, 2007, dan 2012
yaitu 2,6 anak dan tidak dapat mencapai tujuan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang menargetkan angka 2,1
tahun 2015. Sementara itu, pemakaian kontrasepsi hanya naik perlahan
dari 60,3 (SDKI 2002/03), 61,0 (SDKI 2007), menjadi 61,9 (SDKI
2012). Kondisi ini kemungkinan disebabkan Program Kependudukan
dan Keluarga Berencana tidak menjadi prioritas pemerintah
kabupaten/kota. faktor dominan yang berkontribusi terhadap fertilitas
berdasarkan hasil SDKI 2012 baik dari sisi faktor langsung
(intermediate variabel/ variabel antara) maupun tidak langsung
(demografi, sosial, ekonomi, program, norma) secara nasional.
7
disengaja, mortalitas janin disengaja. Sementara itu, menurut Freedman
(1961/1962), terdapat dua faktor yang mempengaruhi variabel antara
tersebut, yaitu: norma besarnya keluarga dan norma tentang variabel
antara itu sendiri.
8
pertama kali dikeluarkan adalah variabel yang mempunyai korelasi
parsial terkecil dengan variabel dependen. Variabel yang mempunyai
nilai p≥0,10 dikeluarkan dari model. Variabel independen yang berisi dua
katagori merupakan variabel dummy. Sementara itu, variabel independen
yang berisi lebih dari dua katagori (ordinal) diasumsikan sebagai variabel
numerik.
9
dengan teori yang dikembangkan oleh Freedman bahwa pada akhirnya
norma dapat dianggap sebagai “resep” untuk membimbing serangkaian
tingkah laku tertentu pada berbagai situasi yang sama. Norma/nilai terkait
dengan besarnya keluarga merupakan unsur kunci dalam teori sosiologi
terkait fertilitas yang dikemukakan oleh Freedmantersebut. Hasil analisis
ini menunjukkan bahwa pendapat suami dalam ber-KB memegang kunci
untuk memiliki jumlah anak, yaitu: proporsi wanita yang memiliki 1-2
anak tertinggi terdapat pada mereka/wanita yang suaminya/pasangannya
sepakat/setuju untuk menggunakan kontrasepsi.
Variable independen n %
10
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Umur dan Tempat
Tinggal, SDKI 2012
Variabel Kontrol n %
umur
15-19 6.958 15,3
20-24 6.305 13,8
25-29 6.970 15,3
30-34 6.863 15,0
35-39 6.897 15,1
40-44 6.248 13,7
45-49 5.366 11,8
Tempat Tinggal
Perkotaan 23.805 52,2
Pedesaan 21.802 47,8
Proporsi wanita usia subur yang memiliki 1-2 anak lahir hidup
cenderung meningkat dari mulai kuintil kekayaan terbawah sampai dengan
11
menengah atas, kemudian menurun ketika mereka mencapai kuintil
kekayaan teratas. Sebaliknya, wanita yang memiliki anak lahir hidup lebih
dari dua anak cenderung menurun dengan meningkatnya kuintil
kekayaannya. Kuintil kekayaan wanita mempunyai hubungan bermakna
dengan jumlah anak lahir hidup yang dimilikinya (nilai p<0,005). Proporsi
wanita yang memiliki 1-2 anak lahir hidup cenderung menurun dengan
semakin banyak jumlah anak yang meninggal. Proporsi mereka yang
memiliki 5anak lahir hidupataulebih terdapat pada wanita yang mengalami
3 anak atau lebih yang meninggal. Kondisi ini ditunjukkan oleh adanya
hubungan yang bermakna antara jumlah anak yang meninggal dan jumlah
anak yang dimiliki oleh wanita usia subur (p<0,05). Wanita yang memiliki
1-2 anak lahir hidup lebih banyak ditemukan pada mereka yang
menginginkan dua anak atau kurang. Sebaliknya, mereka yang memiliki
lebih dari dua anak lahir hidup cenderung ingin memiliki anak lebih dari
dua anak. Dengan nilai p=0,001 menunjukkan jumlah anak yang
diinginkan (anak ideal) memiliki hubungan bermakna dengan jumlah anak
lahir hidup.
Proporsi wanita yang memiliki 1-2 anak lebih tinggi pada wanita
yang terakses dengan media yang menginformasikan tentang KB
dibandingkan dengan wanita yang tidak terakses media. Sebaliknya,
wanita yang memiliki lebih dari dua anak cenderung banyak pada mereka
yang tidak terakses informasi tentang KB dari media. Akses terhadap
media tentang KB memiliki hubungan bermakna dengan jumlah anak lahir
hidup dengan nilai p=0,001. Diantara wanita yang memiliki12 anak lahir
hidup tidak tampak adanya perbedaan proporsi suami/pasangan yang
setuju dan tidak setuju terhadap penggunaan alat/cara KB. Wanita yang
mempunyai lima anak atau lebih cenderung ditemukan banyak pada
mereka yang suaminya tidak setuju pada pemakaian alat/cara KB. Dengan
nilai p=0,001 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
pendapat suami/pasangan danpemakaian alat/cara KB. Wanita yang
memiliki 1-2 anak lebih banyak dijumpai pada mereka yang melakukan
kontak dengan petugas KB dalam 6 bulan terakhir. Sebaliknya, wanita
yang mempunyai lima anak dan lebih dijumpai tinggi pada mereka yang
tidak melakukan kontak dengan petugas KB dalam 6 bulan terakhir.
Sebagaimana terlihat pada, kondisi ini ditunjukkan oleh adanya hubungan
yang bermakna antara kontak dengan petugas KB dan jumlah anak yang
dimiliki oleh wanita usia subur (p=0,01).
12
seksual pada usia yang lebih muda. Dengan nilai p=0,01 menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur hubungan seksual
pertama kali dan jumlah anak lahir hidup.
13
bermakna dengan jumlah anak lahir hidup dengan nilai p=0,001. Proporsi
wanita yang mempunyai 1-2 anak sedikit lebih tinggi diantara wanita yang
tinggal di perkotaan dibandingkan mereka yang ada di perdesaan.
Sebaliknya, wanita yang mempunyai lebih dari dua anak dijumpai lebih
tinggi pada wanita yang tinggal di perdesaan. Dengan nilai p=0,001
menandakan bahwa tempat tinggal memiliki hubungan bermakna dengan
jumlah anak lahir hidup.
14
kematian salah satu dari bayi yang dimiliki. Jika dilihat dari teori
pertubuhan penduduk, bahwa pertumubuhan dipengaruhi oleh
kelahiran, kematian, dan mobilitas, maka hasil dari analisis dapat
disimpulkan bahwa kematian anak berkontribusi tertinggi terhadap
anak lahir hidup (Syahbuddin,dkk : 2016).
15
negara-negara yang memiliki hubungan khusus. Gerakan perencanaan
keluarga internasional merupakan rekayasa sosial untuk mencipatakan
kesuksesan hidup hemat dan program rekayasa sosial lainnya.
Tingkatan Penyebab Penurunan fertilitas Berikut ini adalah hipotesis
utama mengenai "penyebab" dari penurunan fertilitas di negaranegara
berkembang di masing-masing tingkatan:
1) Tingkat Fisiologis :
a. peningkatan pemakaian kontrasepsi
b. perubahan pola perkawinan, semakin dewasa
c. peningkatan praktek aborsi (legal)
2) Tingkat Psikologis
Merupakan keinginan untuk memiliki anak lebih sedikit
(atau tidak memiliki) oleh pasangan masing-masing, yang
disebabkan oleh:
a. mengurangi kematian bayi dan anak
b. kesadaran risiko fertilitas untuk kesehatan ibu dan anak
c. peningkatan peranan dalam kegiatan alternatif bagi perempuan
untuk melahirkan
d. perubahan preferensi, prioritas nilai, seperti individualisme vs
familiisme
3) Tingkat Sosial ekonomi dan budaya :
a. intervensi perencanaan mempengaruhi perilaku kesuburan pada
tingkat pertama dan kedua
b. pembangunan sosial-peningkatan di bidang pendidikan,
perubahan nilainilai keluarga dan kebiasaan yang terkait
dengan perkawinan dan melahirkan
c. pembangunan ekonomi meningkat produktivitas dan
peningkatan tingkat hidup. Depresi ekonomi, kekurangan,
kemiskinan
d. penggunaan kontrasepsi.
16
Peningkatan penggunaan kontrasepsi dengan pertumbuhan yang
lambat merupakan kontribusi dari modernisasi dan perkembangan
ekonomi. Penolakan atau ketidakikutsertaan dalam keluarga
berencana muncul menjadi satu penyebab utama “titik masalah”
bangsa dengan fertilitas yang tinggi secara terus menerus (Kusyanto:
2017).
17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang
nyata dari seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas
ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya,
merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti
kata sterilitas. Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda
ruang lingkupnya.
2. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan
natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan
reproduksi manusia. Sumber-sumber data fertilitas dapat diketahui melalui
registrasi, sensus penduduk dan survei.
3. Pengukuran fertilitas memiliki dua macam pengukuran, yaitu pengukuran
fertilitas tahunan dan pengukuran fertilitas kumulatif. Pengukuran fertilitas
tahunan (vital rates) adalah mengukur jumlah kelahiran pada tahun tertentu
yang dihubungkan dengan jumlah penduduk yang mempunyai resiko untuk
melahirkan pada tahun tersebut. Sedangkan pengukuran fertilitas kumulatif
adalah mengukur jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang wanita
hingga mengakhiri batas usia subur.
4. Jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan yang tinggi, semakin
menghambat usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Masalah demografi ekonomi ini, kian mempertajam peningkatan dan
redistribusi pendapatan.
5. untuk mengukur tingkat kehamilan yang sering dipakai: tingkat kehamilan
total - rata-rata jumlah anak yang terlahir bagi tiap wanita dalam hidupnya.
Secara umum, tingkat kehamilan total adalah indikator yang lebih baik untuk
tingkat kehamilan daripada CBR, karena tidak terpengaruh oleh distribusi usia
dari populasi. Tingkat kehamilan cenderung lebih tinggi di negara yang
ekonominya kurang berkembang dan lebih rendah di negara yang
pertumbuhan ekonominya tinggi.
Saran
Demikianlah yang bisa kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasanmakalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya pengetahuan dan rujukan atau refrensi yang kami peroleh.sehubungan
dengan makalah ini penulis banyak berharap kepada pembaca yang budiman
memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
18
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca
khusus pada penulis. Aamiin
DAFTAR PUSTAKA
19