Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH TEKNOEKONOMI

PARAMETER KELAYAKAN INVESTASI

Disusun Oleh:
Silmi Azmi (F351190081)

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PEMBAHASAN

Studi kelayakan investasi merupakan suatu kajian dan analisis tentang usaha atau bisnis
yang akan dijalankan, dalam rangka untuk menentukan layak atau tidaknya usaha tersebut
dijalankan. Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila usaha tersebut mampu memberikan
laba usaha kepada pihak investor. Beberapa parameter yang biasa digunakan untuk
menentukan kelayakan suatu usaha atau investasi diantaranya adalah NPV (Net Present
Value), BCR (Benefit Cost Ratio), ROI (Return on Investment), Diversification dan Time
Horizon.

1. Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) merupakan salah satu analisis finansial yang digunakan
untuk mengukur kelayakan suatu usaha. Analisis ini dapat dilihat dengan menghitung selisih
antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa yang
akan datang pada tingkat suku bunga tertentu. Suatu usulan proyek dikatakan layak atau
diterima jika nilai NPV positif (lebih besar dari nol) dan jika sebaliknya maka usulan proyek
ditolak karena dinilai tidak menguntungkan. Adapun formula untuk menghitung NPV
adalah:
𝑛 + ∑𝑛𝐶𝐹𝑡 𝐴𝑡
𝑡 –(1+𝑟)
= ∑-A
NPV P= 0
𝑡=1 𝑟−1 I0 𝑡
(1+𝐾)

Dimana: I0 = pengeluaran investasi awal pada tahun ke-0


CFt = aliran kas masuk bersih pada tahun ke-t
K = suku bunga (discount rate)

Contoh kasus, PT. Natadikusumah sedang mempertimbangkan suatu usulan proyek


dengan melakukan investasi awal sebesar Rp100.000.000,- dan dapat menghasilkan cash
flow yang diasumsikan sama setiap tahunnya yaitu sebesar Rp35.000.000,- per tahun selama
5 tahun. Diasumsikan tingkat bunga pengembalian yang diinginkan sebesar 20% setiap
tahunnya. Sehingga dengan perhitungan diperoleh total present value cash flow sebesar
Rp104.671.424,- sehingga diperoleh nilai NPV sebesar Rp4.671.424,-. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut, diperoleh nilai NPV yang positif atau lebih besar dari 0, sehingga dapat
disimpulkan bahwa usulan proyek tersebut layak dan dapat diterima.
2. Benefit Cost Ratio (BCR)
Benefit Cost Ratio (BCR) merupakan perbandingan antara penerimaan dimasa yang
akan datang yang dinilai saat ini (memakai discount rate) dengan pengeluaran (investasi)
yang dilakukan pada saat ini. Suatu investasi dikatakan layak dan menguntungkan untuk
dijalankan apabila nilai BCR lebih besar dari 1, dan sebaliknya jika nilai BCR kurang dari
1 maka proyek tersebut dapat dikatakan tidak layak. Persamaan untuk menghitung BCR
adalah:
𝐵
(𝐶 )k =P=
∑ -A
PV0B+/ ∑ PVC

Dimana: PVB = Nilai sekarang penerimaan sesudah pajak


PVC = Nilai sekarang investasi
K = Nilai diskonto

Berdasarkan contoh kasus PT. Natadikusumah pada perhitungan NPV sebelumnya,


dengan asumsi kas bersih sama setiap tahunnya dan diperoleh total present value cash flow
sebesar Rp104.671.424,- dengan investasi awal sebesar Rp100.000.000,-, maka berdasarkan
perhitungan diperoleh nilai BCR sebesar 1,04. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usulan
proyek tersebut dapat dikatakan layak karena nilai BCR yang diperoleh lebih besar dari 1.

3. Return on Investment (ROI)


Return on Investment (ROI) merupakan rasio profitabilitas yang mengukur efisiensi investasi
dengan cara membandingkan antara laba bersih dengan total biaya atau modal yang diinvestasikan.
Kemampuan perusahaan memperoleh laba dapat dilihat dari nilai ROI yang dihasilkan.
Semakin besar nilai ROI maka semakin besar pula laba bersih yang mampu dihasilkan,
begitupun sebaliknya. Rumus untuk mencari return on investment (ROI) dapat digunakan
sebagai berikit :
𝑁𝐼
ROI = 𝐴𝑉 𝑥 100%

Dimana : NI = Laba bersih per tahun (Rp/tahun)


AV = Semua asset atau modal (Rp/tahun)

Contoh kasus, pada tahun 2018 PT. Natadikusumah melakukan investasi sebesar
Rp200.000.000,- dan menghasilkan penjualan sebesar Rp250.000.000,- sehingga diperoleh
laba sebesar Rp50.000.000,-. Maka berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai ROI sebesar
25%, yang artinya tingkat pengembalian investasi perusahaan pada tahun 2018 sebesar 25%.
Jika rata-rata return on investment perusahaan adalah 20%, maka rasio ROI untuk tahun
2018 cukup baik karena sudah di atas rata-rata perusahaan.

4. Time horizon
Time horizon sebagai panduan dalam aspek waktu merupakan perencanaan masa
berinvestasi sampai dengan saat ingin diambilnya hasil dari investasi tersebut. Sebagai
contoh, seorang pemuda ingin menginvestasikan dananya agar bisa membeli rumah baru
ketika akan menikah nanti yaitu dalam waktu 3 tahun. Time horizon investasinya dalam
contoh tersebut adalah selama 3 tahun. Time horizon dibedakan menjadi time horizon jangka
pendek, menengah dan jangka panjang. Pada contoh tersebut termasuk kedalam time horizon
jangka pendek, dimana investasi jangka pendek memiliki time horizon hingga 3 tahun yang
biasanya berinvestasi pada sekuritas yang dijamin, seperti deposito dan rekening tabungan.
Investasi jangka menengah dilakukan selama 3 sampai 10 tahun, dengan berinvestasi pada
campuran obligasi konservatif dan saham. Sedangkan investasi jangka panjang biasanya
dirancang selama 10 tahun atau lebih.

5. Diversification
Diversification merupakan penyebaran atau penganekaragaman jenis investasi,
dengana tujuan untuk mengurangi resiko atau kerugian. Misalnya seseorang berinvestasi
dalam saham secara langsung. Selain itu dia juga memiliki reksadana pendapatan tetap.
Untuk lebih mengamankan nilai kekayaannya, dia juga melakukan investasi pada emas
batangan atau sektor properti. Contoh lainnya, PT. Natadikusumah merupakan perusahaan
yang menginvestasikan dananya atau bergerak di sector property. Untuk mengurangi resiko,
perusahaan juga menginvestasikan dananya di beberapa sector lain, diantaranya 5% dananya
diinvestasikan di sector retail dan 8% dananya diinvestasikan di sector pangan.
DAFTAR PUSTAKA

Haming, Murdifin., Basalamah, Salim. 2010. Studi Kelayakan Investasi : Proyek dan Bisnis.
Jakarta: Bumi Aksara.
Jumingan. 2011. Studi Kelayakan Bisnis Teori & Pembuatan Proposal Kelayakan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Purwana, E.S. Dedi., Hidayat, Nurdin. 2016. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers.
Sayuti, M. 2008. Analisis Kelayakan Pabrik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sucipto, Agus. 2011. Studi Kelayakan Bisnis Analisis Integratif Dan Studi Kasus. Malang:
UIN-Maliki Press.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio Dan Investasi Teori Dan Aplikasi Edisi Pertama.
Yogyakarta: Kanisius.
Umar, Husein. 2001. Studi Kelayakan Bisnis Edisi 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Umar, Husein. 2005. Studi Kelayakan Bisnis Edisi 3 Revisi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Anda mungkin juga menyukai