Anda di halaman 1dari 19

Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

KEDUDUKAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL MAJELIS ULAMA

HN
INDONESIA DALAM MENDORONG PERKEMBANGAN BISNIS PERBANKAN
SYARIAH (PERSPEKTIF HUKUM PERBANKAN SYARIAH)
(Posi on of The Na onal Sharia Board – Indonesian Council Of Ulema's Fatwa In S mulate
The Development Of Islamic Banking Business – Islamic Banking Law Perspec ve)

BP
Ahyar Ari Gayo dan Ade Irawan Taufik
Badan Pembinaan Hukum Nasonal Kementerian Hukum dan HAM RI
Jl. Mayjen. Soetoyo, Cililitan, Jakarta Timur

Naskah diterima: 14 Mei 2012; revisi: 10 Juli 2012; disetujui: 20 Juli 2012

ing
ABSTRAK
Di dalam perbankan syariah, disamping peraturan perundang-undangan, para prak si perbankan syariah juga memerlukan
Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) sebagai acuan dalam mejalankan praktek perbankan syariah.
Permasalahannya adalah apakah Fatwa DSN-MUI secara langsung mengikat bagi pelaku perbankan syariah. Dengan
ind
menggunakan metode peneli an yuridis sosiologis diperoleh jawaban bahwa Fatwa DSN-MUI merupakan perangkat aturan
yang bersifat dak mengikat dan dak ada paksaan secara hukum bagi sasaran diterbitkannya fatwa untuk mematuhi
ketentuan fatwa tersebut, namun di sisi lain, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, adanya kewajiban
bagi regulator (Bank Indonesia) agar materi muatan yang terkandung dalam Fatwa DSN-MUI diserap dan ditransformasikan
sebagai prinsip-prinsip syariah dalam materi muatan peraturan perundang-undangan. Keberadaan Fatwa DSN-MUI
semakin menunjukan peranannya sebagai pedoman pelaksanaan prinsip-prinsip syariah dalam perbankan syariah sejak
V
diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Hambatan dalam penerapan Fatwa DSN-
MUI dalam kegiatan perbankan syariah, antara lain fatwa yang sulit untuk diterjemahkan atau sulit diaplikasikan dalam
peraturan perbankan dan fatwa DSN-MUI yang dak selaras dengan hukum posi f.
hts

Kata kunci: Fatwa, DSN-MUI, Perbankan Syariah

ABSTRACT
In the Islamic banking, besides legisla on, the prac oners of Islamic banking also requires the Na onal Sharia Board
ec

– Indonesian Council of Ulema’s Fatwa (DSN-MUI) as a reference in prac ce carry out Islamic banking. The problem is is
whether the DSN-MUI Fatwa is directly ed to the perpetrators of Islamic banking. By using the methods of sociological
juridical research obtained answers that DSN-MUI Fatwa is a set of rules which are not binding and there is no legal
compulsion for the target to comply with the fatwa issued the fatwa, but on the other side, based on legisla on in force,
the obliga on for the regulator (Bank Indonesia) that the substance contained in the DSN-MUI Fatwa absorbed and
lR

transformed the Islamic principles in the substance of legisla on. The presence of DSN-MUI Fatwa has grown from its role
as the guidelines for the implementa on of sharia principles in Islamic banking since the enactment of Law No. 21 of 2008
on Islamic Banking. Obstacles in the implementa on of DSN-MUI fatwa in Islamic banking ac vi es, including fatwas that
are difficult to translate or difficult to apply in banking regula on and DSN-MUI fatwa is not aligned with the posi ve law
Keywords: Fatwa, DSN-MUI, Islamic Banking
na
Jur

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 257
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

A. Pendahuluan santri (muslim) adalah mereka yang dipengaruhi

HN
oleh etos kerja Islam yang hidup di lingkungan
Terdapat rambu-rambu hukum Islam yang
di mana mereka bekerja.2
mengatur ke ka manusia melakukan kegiatan
Pada dasawarsa terakhir, perha an umat
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Rambu-
Islam Indonesia terhadap ajaran ekonomi
rambu hukum dimaksud, ada yang bersifat
yang berdasarkan syariah mulai tumbuh dan
pengaturan dari Alquran, Alhadis, peraturan

BP
berkembang. Hal tersebut disebabkan, selain
perundang-undangan (ij had kolek f), ijma
karena sistem ekonomi konvensional ternyata
qiyas, is hsan, maslahat mursalah, maqashidus
dak dapat memenuhi harapan, kesadaran
syariah, maupun is lah lainnya dalam teori-
umat untuk syariah secara kaffah (menyeluruh)
teori hukum Islam.. Rambu-rambu pengaturan
dalam berbagai aspek kehidupan ternyata juga

ing
dalam berak fitas dimaksud, baik dalam bentuk
terus meningkat.
hukum perbankan, jual beli, asuransi, gadai,
Momentum pergerakan ekonomi syariah di-
utang piutang, maupun dalam bentuk lainnya
mulai ke ka lahirnya Bank Muamalat Indonesia
dalam bidang hukum ekonomi atau ekonomi
pada tahun 1992 sebagai bank pertama di
syariah.1
Sejarah pergerakan ekonomi Islam di
ind Indonesia yang berlandaskan pada prinsip
syariah dalam kegiatan transaksinya.3 Kelahiran
Indonesia secara formal sebenarnya telah
bank syariah ini kemudian diiku oleh bank-
berlangsung sejak tahun 1911, yaitu sejak
bank lain, baik yang berbentuk full branch
berdirinya organisasi Syarikat Dagang Islam
maupun yang hanya berbentuk divisi atau
V
yang dibidani oleh para entrepreneur dan para
unit usaha syariah. Tak ke nggalan, lembaga
tokoh Muslim saat itu. Bahkan jika kita menarik
keuangan lainnya pun, seper perusahaan
hts

sejarah jauh ke belakang, jauh sebelum tahun


asuransi dengan prinsip syariah; pasar modal
1911, peran dan kiprah para santri (umat
yang berbasiskan produk syariah dan lembaga
Islam) dalam dunia perdagangan cukup besar.
pembiayaan non bank dengan prinsip syariah
Dalam buku Pedlers and Princes, (1955), Clifford
terus bermunculan.
Geertz, seorang antropolog dari Amerika Serikat,
ec

Perkembangan ekonomi syariah dalam


menyatakan bahwa di Jawa, para santri reformis
bidang usaha perbankan syariah, sampai dengan
mempunyai profesi sebagai pedagang atau
triwulan III 2010 jumlah bank yang melakukan
wirausahawan dengan etos entrepreneurship
lR

kegiatan usaha syariah meningkat seiring dengan


yang nggi. Sementara dalam buku ”The Religion
munculnya pemain-pemain baru baik dalam
of Java” (1960), Geertz menulis, ”Pengusaha
na

1
Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Sinar Gra ika, 2008), hlm. 1.
2
Agustianto, Implementasi Ekonomi Syariah, sumber: http://www.agustiantocentre.com/?p=459, diakses tanggal
29 April 2011.
3
PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai
Jur

oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawal
1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI)
dan beberapa pengusaha Muslim. Pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti
dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian
Perseroan, sumber: http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/pro ile, diakses tanggal 29 April
2011.

258 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

bentuk Bank Umum Syariah (BUS) maupun telah diubah dengan Undang-Undang No. 10

HN
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). BUS Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
yang pada akhir tahun 2009 berjumlah 6 BUS Undang No. 7 Tahun 1992; Undang-Undang
bertambah 4 BUS dimana 2 BUS merupakan No. 23 Tahun 1992 tentang Bank Indonesia
hasil konversi Bank Umum Konvensional dan 2 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
BUS hasil spin off Unit Usaha Syariahnya (UUS) Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan

BP
sehingga jumlah UUS di tahun 2010 ini berkurang Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang
menjadi 23 UUS. Peningkatan jaringan kantor Bank Indonesia; Undang-Undang No. 8 Tahun
BUS dan UUS sampai triwulan III 2010 meningkat 1995 tentang Pasar Modal; Undang-Undang
sebanyak 387 kantor, peningkatan ini terutama No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat;
dari pembukaan kantor cabang terutama kantor Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang

ing
cabang pembantu. Sedangkan untuk layanan Wakaf; Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
syariah mengalami penurunan sebanyak 652 tentang Perseroan Terbatas; Undang-Undang
menjadi 1140 pada triwulan III 2010.4 No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;
Dalam menghadapi perkembangan ekonomi ind Undang-Undang No. 19 Tahun 2008 tentang
syariah yang signifikan di Indonesia, diperlukan Surat Berharga Syariah Negara; dan peraturan
suatu perangkat peraturan perundangan-un- perundang-undangan lainnya dalam bentuk
dangan yang dapat memberikan kepas an Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,
hukum kepada para prak si ekonomi syariah Peraturan Bank Indonesia, Peraturan Menteri
V
dalam menjalankan ekonomi syariah. Di dalam Keuangan maupun Peraturan Bapepam-LK.
kons tusi, kegiatan ekonomi syariah secara Selain peraturan perundang-undangan
hts

implisit didasarkan pada Pasal 29 ayat (1 dan tersebut di atas, para prak si ekonomi syariah,
2) Undang-Undang Dasar Negara Republik masyarakat dan pemerintah (regulator)
Indonesia Tahun 1945, kemudian pengaturan membutuhkan fatwa-fatwa terkait ekonomi
ekonomi syariah di Indonesia tersebar dalam syariah dari para ulama atau lembaga-lembaga
berbagai peraturan perundang-undangan, atau organisasi-organisasi Islam lainnya yang
ec

antara lain Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 berkompeten mengeluarkan fatwa-fatwa


tentang Peradilan Agama sebagaimana telah sebagai suatu pegangan atau petunjuk untuk
diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun melaksanakan kegiatan ekonomi syariah.
lR

2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Perkembangan lembaga ekonomi syariah


No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang demikian cepat harus diimbangi dengan
sebagaimana telah diubah pula dengan Undang- fatwa-fatwa ekonomi syariah yang valid dan
Undang No. 50 Tahun 2009 tentang Perubahan akurat. Untuk lebih meningkatkan khidmah
na

Kedua atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 dan memenuhi harapan umat yang demikian
tentang Peradilan Agama; Undang-Undang No. besar terhadap ekonomi syariah, Majelis
7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana Ulama Indonesia (MUI) pada Tahun 1999 telah
Jur

4
Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2011, diterbitkan oleh Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia,
2010, sumber: www.bi.go.id, diakses tanggal 02 Mei 2011.

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 259
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

membentuk Dewan Syariah Nasional (DSN). Permasalahannya adalah apakah para

HN
Lembaga ini, yang beranggotakan para ahli hukum pelaku ekonomi syariah dapat secara langsung
Islam (fuqaha’) serta ahli dan prak si ekonomi, menjadikan Fatwa MUI sebagai dasar untuk
terutama sektor keuangan, bank maupun non- menerapkan prinsip-prinsip ekonomi syariah
bank, berfungsi untuk melaksanakan tugas- sebagai dasar operasional kegiatan perbankan
tugas MUI dalam mendorong dan memajukan syariah atau dituangkan terlebih dahulu ke dalam

BP
ekonomi ummat, di samping itu, lembaga ini peraturan perundang-undangan, sehingga
pun bertugas, antara lain, untuk menggali, diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan
menguji dan merumuskan nilai dan prinsip- hukum mengikat. Mengingat Fatwa MUI dak
prinsip hukum Islam (syariah) untuk dijadikan termasuk ke dalam jenis peraturan perundang-
pedoman dalam kegiatan transaksi di lembaga- undangan sebagaimana tersebut dalam Pasal

ing
lembaga keuangan syariah, serta mengawasi 7 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang
pelaksanaan dan implementasinya. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Sejak berdiri tahun 1999, DSN, telah
mengeluarkan lebih dari 80 fatwa tentang B. Permasalahan
ekonomi syariah, antara lain, fatwa tentang
ind 1. Bagaimana kedudukan Fatwa DSN–MUI
giro, tabungan, murabahah, jual beli saham, dalam perspek f hukum perbankan syariah
is shna’, mudharabah, musyarakah, ijarah, di Indonesia?
wakalah, kafalah, hawalah, uang muka dalam 2. Bagaimana Peran fatwa DSN-MUI dalam
murabahah, sistem distribusi hasil usaha dalam
V
mendorong pelaksanaan ekonomi syariah
lembaga keuangan syariah, diskon dalam dalam bidang usaha perbankan syariah di
murabahah, sanksi atas nasabah mampu yang
hts

Indonesia?
menunda-nunda pembayaran, pencadangan 3. Faktor apa saja yang menjadi hambatan
penghapusan ak va produk f dalam Lembaga dalam penerapan Fatwa DSN-MUI dalam
Keuangan Syariah, al-qaradh, investasi reksadana mendorong pelaksanaan bidang usaha
syariah, pedoman umum asuransi syariah, jual perbankan syariah di Indonesia?
ec

beli is sna’ paralel, potongan pelunasan dalam


murabahah, safe deposit box, raha (gadai), rahn C. Metode PeneliƟan
emas, ijarah muntahiyah bit tamlik, jual beli mata
Peneli an ini merupakan peneli an yuridis
lR

uang, pembiayaan pengurusan haji di Lembaga


Keuangan Syariah, pembiayaan rekening koran sosiologis, yaitu meneli tentang keberadaan
syariah, pengalihan hutang, obligasi syariah, Fatwa-fatwa MUI dan perkembangan ekonomi
obligasi syariah mudharabah, Le er of Credit syariah dan bagaimana hubungan hukum antara
na

(LC) impor syariah, LC untuk ekspor, Ser fikat fatwa MUI dan pelaksanaan ekonomi syariah
Wadiah Bank Indoensia, Pasar Uang antar Bank di Indonesia dengan peraturan perundang-
Syariah, ser fikat investasi mudharabah (IMA), undangan yang berlaku. Data peneli an yang
digunakan dalam peneli an ini berupa data
Jur

asuransi haji, pedoman umum penerapan


prinsip syariah di pasar modal, obligasi syariah primer dan data sekunder. Data primer yang
ijarah, kartu kredit, dan sebagainya. digunakan yaitu data yang diperoleh langsung
dari objek peneli an yang diperoleh melalui
metode instrumen wawancara kepada pihak

260 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

regulator dalam hal ini Bank Indonesia dan dalam sistem hukum Islam sangat pen ng seiring

HN
pelaku usaha perbankan syariah5 dan juga para dengan permasalahan sosial yang semakin hari
pakar yang mempunyai kompetensi di bidang semakin banyak dan kompleks dibandingkan
ekonomi syariah. dengan permasalahan yang terjadi pada masa
Nabi Muhammad, SAW, dan para sahabat.
D. Pembahasan Permasalahan yang dialami Rasulullah dan para

BP
1. Kedudukan Fatwa Dewan Syariah sahabatnya dak serumit yang dihadapi sekarang,
Nasional – Majelis Ulama Indonesia disisi lain Allah, SWT telah mencukupkan wahyu-
Dalam PerspekƟf Hukum Perbankan Nya dan hadits yang disampaikan Rasulullah un-
Syariah di Indonesia tuk memecahkan permasalahan-permasalahan
yang ada.7

ing
a. Konsepsi Fatwa DSN MUI
Keberadaan pihak-pihak pemberi fatwa
Penger an fatwa secara terminologis, seba-
di Indonesia, pada awalnya pada abad ke-20
gaimana dikemukakan oleh Zamakhsyari adalah
dikeluarkan oleh ulama secara individu. Pada
penjelasan hukum syara’ tentang suatu masalah
ind pertengahan kedua abad ke-20, beberapa
atas pertanyaan seseorang atau kelompok.
fatwa mulai dikeluarkan oleh para ulama secara
Menurut as-Sya bi, fatwa dalam ar al-i aa
berkelompok. Pada tahun 1926, para ulama
berar keterangan-keterangan tentang hukum
tradisionalis mendirikan organisasi Nahdlatul
syara’ yang dak mengikat untuk diiku . Menurut
Ulama (NU) dan mulai mengeluarkan fatwa untuk
Yusuf Qardawi, fatwa adalah menerangkan
V
para pengikutnya melalui sebuah lajnah yang
hukum syara’ dalam suatu persoalan sebagai
dinamakan Lajnah Bahts al-Masa’il. Sedangkan
jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh
hts

para ulama modernis yang memiliki pendirian


peminta fatwa (mustafi) baik secara perorangan
ij had secara langsung merujuk al-Quran dan
atau kolek f.6
al-Sunnah, mendirikan Muhammadiyah pada
Fatwa merupakan suatu keputusan hukum
tahun 1912. Pada awalnya Muhammadiyah
atas suatu masalah yang dilakukan oleh seorang
dak memberi penekanan dalam persoalan
ec

ulama yang berkompeten baik dari segi ilmu atau


fatwa, namun pada tahun 1927, organisasi
kewaraannya. Fatwa dikeluarkan baik diminta
itu membentuk pani a khusus diberi nama
ataupun dak, karena itu perkembangan fatwa
Majelis Tarjih. Tugas utama majelis ini meng-
lR

5
Pelaku usaha perbankan syariah yang diwawancarai, yaitu PT. Bank BNI Syariah; PT. Bank Syariah Mandiri; PT.
Bank Danamon Indonesia Unit Usaha Syariah; PT. Bank Mega Syariah; PT. Bank BJB Syariah; PT. Bank Maybank
Syariah Indonesia (dua responden, yaitu Direktur Kepatuhan dan Kepala Divisi Risk Management) dan PT. Bank
na

Tabungan Negara Unit Usaha Syariah. Pemilihan 8 (delapan) responden lembaga perbankan syariah tersebut
di atas sebagai sample untuk diwawancarai adalah didasarkan pada pemikiran: 1) Bahwa jumlah total populasi
lembaga perbankan syariah di Indonesia adalah berjumlah 34 (tiga puluh empat) lembaga perbankan syariah
(diluar Bank Pembiayaan Syariah), dengan perincian, bank umum syariah berjumlah 11 (sebelas) dan bank
dengan pelayanan unit usaha syariah berjumlah 23 (dua puluh tiga) unit usaha syariah); 2) Jangka waktu
Jur

penelitian yang relatif pendek, sehingga tidak memungkinkan untuk mewawancarai seluruh populasi lembaga
perbankan syariah, maka jumlah responden dibatasi sampai dengan 25% dari jumlah total populasi, yaitu kurang
lebih 8 (delapan) sample responden yang dianggap mereprentasikan total populasi.
6
Ma’ruf Amin, Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam, (Jakarta: Elsas, 2008), hlm. 19.
7
Ridwan Nurdin, Kedudukan Fatwa MUI Dalam Pengembangan Ekonomi Syariah di Indonesia, makalah disampaikan
dalam diskusi dengan Penulis, tanggal 17 Juni 2011.

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 261
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

kaji permasalahan yang berhubungan dengan oleh ins tusi yang berhak, seper

HN
keagamaan (agama Islam) secara umum, dan Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.
menerapkan hukumnya secara khusus ber- c. Memberikan dukungan dan/atau mencabut
landaskan syariat Islam.8 dan menyokong nama-nama yang akan
Pada perkembangan berikutnya, tahun 1975, duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah
dibentuk Majelis Ulama Indonesia. Majelis ini pada suatu Lembaga Keuangan Syariah.

BP
beranggotakan para ulama dari pelbagai kalangan, d. Mengundang para ahli untuk menjelaskan
baik kalangan tradisionalis maupun modernis. suatu masalah yang diperlukan dalam
Sejak pendiriannya hingga sekarang, MUI telah pembahasan ekonomi syariah, termasuk
mengeluarkan banyak fatwa, baik berkaitan otoritas moneter/lembaga keuangan dalam
dengan masalah ritual keagamaan, pernikahan, maupun luar negeri.

ing
kebudayaan, poli k, ilmu pengetahuan, maupun e. Memberikan rekomendasi kepada Lembaga
transaksi ekonomi. Perkembangan berikutnya, keuangan Syariah untuk menghen kan pe-
MUI menganggap perlu mendirikan Dewan nyimpangan dari fatwa yang telah dike-
Syariah Nasional (DSN), untuk menumbuh luarkan oleh Dewan Syariah Nasional.
kembangkan penerapan nilai-nilai syariah, me-
ind f. Mengusulkan kepada ins tusi yang berhak
ngeluarkan fatwa yang berhubungan dengan untuk mengambil ndakan apabila perintah
jenis-jenis kegiatan, produk dan jasa keuangan dak didengar.
syariah, termasuk juga bank-bank syariah.9
DSN adalah lembaga yang dibentuk oleh MUI b. Konsepsi Perbankan Syariah
V
yang secara struktural berada di bawah MUI. Ekonomi syariah adalah ekonomi yang di-
Tugas DSN adalah menjalankan tugas MUI dalam
hts

dasarkan pada petunjuk-petunjuk al-Qur’an


menangani masalah-masalah yang berhubungan dan Hadits. Sedangkan menurut Abdul Manan,
dengan ekonomi syariah, baik yang berhubungan bahwa yang dimaksud dengan ekonomi syariah
dengan ak vitas lembaga keuangan syariah atau- adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang
pun yang lainnya.10 Untuk melaksanakan tugas dilaksanakan menurut prinsip syariah yang
ec

utama tersebut, DSN memiliki otoritas untuk:11 melipu bank syariah, lembaga keuangan mikro
a. Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan syariah, asuransi syariah, reasuransi syariah,
Pengawas Syariah di masing-masing Lem- reksadana syariah, obligasi syariah dan surat
lR

baga Keuangan Syariah dan menjadi dasar berharga berjangka menengah syariah, sekuritas
ndakan hukum pihak terkait. syariah, pembiayaan syariah, pegadaian syariah,
b. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan dana pensiun lembaga keuangan syariah dan
bagi ketentuan/peraturan yang dikeluarkan bisnis syariah. 12
na

8
M. Cholil Na is, Teori Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: UI Press, 2011), hlm. 4.
9
Ibid., hlm. 6
Jur

10
Ibid., hlm. 82.
11
Ibid., hlm. 89.
12
M. Arsyad Harahap, Ekonomi Syariah dan Ruang Lingkup Pembahasannya, sumber: http://ekonomisyariah.blog.
gunadarma.ac.id/2010/05/25/ekonomi-syari%E2%80%99ah-dan-ruang-lingkup-pembahasannya-oleh-drs-
m-arsyad-harahap/, diakses pada tanggal 29 April 2011. Lihat juga Agustianto, Blueprint Ekonomi Syariah di
Indonesia, sumber: http://www.agustiantocentre.com/?p=783, diakses tanggal 29 April 2011

262 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Di dalam Penjelasan Pasal 49 huruf (i) Undang- Pada dasarnya sistem perbankan syariah

HN
Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan memiliki ga ciri yang mendasar, yaitu (a) prinsip
Agama sebagaimana telah diubah dengan Undang- keadilan, (b) menghindari kegiatan yang dilarang,
Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan dan (c) memperha kan aspek kemanfaatan.
Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Dalam pelaksanaan operasional sistem perbankan
Peradilan Agama sebagaimana telah diubah syariah akan tercermin prinsip ekonomi syariah

BP
pula dengan Undang-Undang No. 50 Tahun dalam bentuk nilai-nilai yang secara umum dapat
2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang- dibagi dalam dua persek f, yaitu mikro dan
Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan makro. Nilai-nilai syariah dalam perspek f mikro
Agama, merumuskan ”ekonomi syariah” adalah menekankan aspek kompetensi / profesionalisme
perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan dan sikap amanah; sedangkan dalam perspek f

ing
menurut prinsip syari’ah, melipu : bank syari’ah; makro nilai-nilai syariah menekankan aspek
asuransi syari’ah; reasuransi syari’ah; reksadana distribusi, pelarangan riba dan kegiatan ekonomi
syari’ah; obligasi syari’ah dan surat berharga yang dak memberi manfaat secara nyata kepada
berjangka menengah syari’ah; sekuritas syari’ah; ind sistem perekonomian.13
pembiayaan syari’ah; pegadaian syari’ah; dana Merujuk pada pasal 19 ayat (1) Undang-
pensiun lembaga keuangan syari’ah; bisnis Undang No. 21 Tahun 2008, disebutkan bahwa
syari’ah; dan lembaga keuangan mikro syari’ah. kegiatan usaha Bank Umum Syariah melipu :
Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang- a. menghimpun dana dalam bentuk Simpanan
V
Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya
Syariah, bahwa yang dimaksud dengan Perbankan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
hts

Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut Akad wadi'ah atau Akad lain yang dak
tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, bertentangan dengan Prinsip Syariah;
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta b. menghimpun dana dalam bentuk Investasi
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk
usahanya, kemudian di dalam Pasal 1 angka (7) lainnya yang dipersamakan dengan itu
ec

undang-undang tersebut disebutkan bahwa berdasarkan Akad mudharabah atau Akad


yang dimaksud Bank Syariah adalah Bank yang lain yang dak bertentangan dengan Prinsip
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Syariah;
lR

Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas c. menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berda-
Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat sarkan Akad mudharabah, Akad musyara-
Syariah. Prinsip syariah itu sendiri berdasarkan kah, atau Akad lain yang dak bertentangan
Pasal 1 angka (12) adalah prinsip hukum Islam dengan Prinsip Syariah;
na

dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa d. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad


yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki murabahah, Akad salam, Akad is shna', atau
kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang Akad lain yang dak bertentangan dengan
Jur

syariah. Prinsip Syariah;

13
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Gra ika, 2008), hlm. 20.

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 263
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

e. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad p. memberikan fasilitas le er of credit atau

HN
qardh atau Akad lain yang dak bertentangan bank garansi berdasarkan Prinsip Syariah;
dengan Prinsip Syariah; dan
f. menyalurkan Pembiayaan penyewaan q. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan
barang bergerak atau dak bergerak di bidang perbankan dan di bidang sosial
kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah sepanjang dak bertentangan dengan

BP
dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan
muntahiya bi amlik atau Akad lain yang peraturan perundang-undangan.
dak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
g. melakukan pengambilalihan utang c. Kedudukan Fatwa DSN MUI dalam
berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain PerspekƟf Hukum Perbankan Syariah

ing
yang dak bertentangan dengan Prinsip Ada beberapa dasar per mbangan disah-
Syariah; kannya Rancangan Undang-Undang Perbankan
h. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu Syariah menjadi Undang-Undang antara lain:
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah; Pertama, secara yuridis, kehadiran Undang-
i. membeli, menjual, atau menjamin atas
ind Undang Perbankan syariah adalah didasarkan pada
risiko sendiri surat berharga pihak ke ga Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
yang diterbitkan atas dasar transaksi Tahun 1945 (UUD 1945). Jadi, penerapan hukum
nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara ekonomi syariah di Indonesia memiliki dasar yang
lain, seper Akad ijarah, musyarakah,
V
sangat kuat. Ketentuan Pasal 29 ayat (1) UUD
mudharabah, murabahah, kafalah, atau 1945 dengan tegas menyatakan bahwa Negara
hawalah;
hts

berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.


j. membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Dalam pasal 29 ayat (2) UUD 1945 disebutkan
Syariah yang diterbitkan oleh pemerintah bahwa negara menjamin kemerdekaan ap- ap
dan/atau Bank Indonesia; penduduk untuk memeluk agamanya masing-
k. menerima pembayaran dari tagihan atas masing dan untuk beribadat menurut agama
ec

surat berharga dan melakukan perhitungan dan kepercayaannya itu. Kata ”menjamin”
dengan pihak ke ga atau antar pihak ke ga sebagaimana termaktub dalam ayat (2) pasal 29
berdasarkan Prinsip Syariah; UUD 1945 tersebut bersifat ”impera f”, ar nya
lR

l. melakukan Peni pan untuk kepen ngan negara berkewajiban secara ak f melakukan
pihak lain berdasarkan suatu Akad yang upaya-upaya agar ap- ap penduduk dapat
berdasarkan Prinsip Syariah; memeluk agama dan beribadat menurut agama
m. menyediakan tempat untuk menyimpan dan kepercayaannya itu. Sebenarnya, melalui
na

barang dan surat berharga berdasarkan ketentuan pasal 29 ayat (2) UUD 1945, seluruh
Prinsip Syariah; syariat Islam, khususnya yang menyangkut
n. memindahkan uang, baik untuk kepen ngan bidang-bidang hukum muamalat, pada dasarnya
Jur

sendiri maupun untuk kepen ngan Nasabah dapat dijalankan secara sah dan formal oleh kaum
berdasarkan Prinsip Syariah; muslimin, baik secara langsung maupun dak
o. melakukan fungsi sebagai Wali Amanat langsung, dengan jalan diadopsi dalam hukum
berdasarkan Akad wakalah; posi f nasional.

264 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Keharusan adanya materi kons tusi dan d. Peraturan Pemerintah;

HN
peraturan perundang-undangan yang berten- e. Peraturan Presiden;
tangan dengan nilai-nilai ke-Tuhanan Yang Maha f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
Esa tersebut adalah konsekuensi diterapkannya g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai salah Kemudian di dalam Pasal 8 ayat (1 dan 2)
prinsip dasar penyelenggaraan negara, oleh Undang-Undang No. 12 tahun 2011 disebutkan

BP
karenanya kehadiran kedua undang-undang pula bahwa keberadaan jenis peraturan
ekonomi syariah tersebut, dak bertantangan perundang-undangan selain sebagaimana
dengan Pancasila, UUD 1945 dan dak dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup
14
mengganggu keutuhan NKRI. peraturan yang ditetapkan oleh Majelis
Merujuk beberapa negara saat ini, fungsi Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan

ing
fatwa dalam sebuah negara dapat dibedakan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah
melalui ga fungsi utama. Pertama, negara Agung, Mahkamah Kons tusi, Badan Pemeriksa
yang menjadikan syariah Islam sebagai dasar Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia,
dan undang-undang negara yang dilaksanakan ind Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang
secara menyeluruh dan sempurna, maka fatwa se ngkat yang dibentuk dengan Undang-Undang
memainkan peranan sangat pen ng. Kedua, atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang,
negara yang mengaplikasikan hukum sekuler, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,
maka fatwa dak mempunyai peranan dan dak Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
V
berfungsi dalam negara. Ke ga, negara yang Kabupaten/Kota, Bupa /Walikota, Kepala Desa
menggabungkan penerapan hukum sekuler dan atau yang se ngkat diakui keberadaannya dan
hts

hukum Islam, maka fungsi fatwa lebih bertumpu mempunyai kekuatan hukum mengikat se-
dalam ruang lingkup hukum Islam saja. Indonesia panjang diperintahkan oleh peraturan perun-
adala negara yang mengaplikasikan pola dang-undangan yang lebih nggi atau dibentuk
pemerintahan ke ga, sehingga menjadikan kajian berdasarkan kewenangan.
fatwa di Indonesia begitu menarik.15 Apabila merujuk jenis dan hierarkhi seba-
ec

Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang gaimana tersebut dalam Undang-Undang No.
No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan 12 Tahun 2011 tersebut, maka posisi Fatwa DSN
Peraturan Perundang-undangan, jenis dan hie- – MUI dak merupakan suatu jenis peraturan
lR

rarkhi peraturan perundang-undangan adalah perundang-undangan yang mempunyai kekuatan


sebagai berikut: mengikat secara umum.
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Kemudian bagaimana kedudukan fatwa DSN-
Indonesia Tahun 1945; MUI dalam peraturan perundang-undangan di
na

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; Indonesia. Kedudukan Fatwa DSN-MUI terdapat


c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah dalam berbagai macam peraturan perundang-
Penggan Undang-Undang; undangan.
Jur

14
Agustianto, Inklusivisme Ekonomi Syariah (Rekleksi menanti Kelahiran UU SBSN dan UU Perbankan Syariah),
sumber: http://www.agustiantocentre.com/?p=816, diakses pada tanggal 29 April 2011.
15
M. Cholil Na is, Op.Cit., hlm. 3.

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 265
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Dalam catatan sejarah sejak berdirinya MUI 3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

HN
sampai dengan sekarang, telah banyak fatwa tentang Perseroan Terbatas;
dan nasihat MUI sebagai produk pemikiran Dalam Pasal 109 Undang-Undang Nomor 40
hukum Islam yang terserap16 dalam berbagai Tahun 2007 dinyatakan:
Peraturan Perundang-undangan khususnya di (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan
bidang Hukum Ekonomi Syariah. Indikator yang usaha berdasarkan prinsip syariah selain

BP
mendukung kecenderungan tersebut dapat dilihat mempunyai Dewan Komisaris wajib
dari lahirnya beberapa Peraturan Perundang- mempunyai Dewan Pengawas Syariah.
undangan, antara lain: (2) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana
1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dimaksud pada ayat (1) terdiri atas seorang
ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh

ing
tentang Perbankan:
Di dalam Pasal 6 huruf (m) undang-undang RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama
tersebut, disebutkan bahwa usaha bank umum Indonesia.
melipu menyediakan pembiayaan bagi nasabah Dewan Pengawas Syariah sebagaimana di-
berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan maksud pada ayat (1) bertugas memberikan
ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan
ind nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi
Pemerintah. Sebagai peraturan pelaksana dari kegiatan Perseroan agar sesuai dengan prinsip
ketentuan pasal tersebut, diberlakukan Peraturan syariah.
Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank 4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008
tentang Surat Berharga Syariah Negara;
V
Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Dari ketentuan
Pasal 6 huruf (m) dan PP No. 72 Tahun 1992, Dalam Pasal 25 Undang-Undang Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2008 dinyatakan:
hts

meski dak disebutkan secara eksplisit kata-kata


”Dalam rangka penerbitan SBSN, Menteri
bank syariah, namun dapat diar kan bahwa bank
meminta fatwa atau pernyataan kesesuaian
dengan prinsip bagi hasil adalah suatu ketentuan SBSN terhadap prinsip prinsip syariah dari
prinsip muamalah berdasarkan syariah; lembaga yang memiliki kewenangan dalam
2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 penetapan fatwa di bidang syariah.”
ec

tentang Perubahan atas Undang-Undang Dalam penjelasan Pasal 25 tersebut dinyata-


No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan; kan bahwa:
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 me- ”Yang dimaksud dengan "lembaga yang
lR

memiliki kewenangan dalam menetapkan


rupakan suatu k awal pengakuan perbankan
fatwa di bidang syariah" adalah Majelis Ulama
syariah secara eksplisit dalam peraturan Indonesia atau lembaga lain yang ditunjuk
perundang-undangan. Di dalam Undang-Undang Pemerintah.”
na

No. 10 Tahun 1998 disebutkan secara tegas kata 5) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
”Prinsip Syariah” di dalam Pasal 1 angka (3, 4, 12, tentang Perbankan Syariah;
13, 18), Pasal 6 huruf (M), Pasal 7 huruf (c), Pasal Dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 21
8 ayat (1&2), Pasal 11 ayat (1&3); Tahun 2008 dinyatakan:
Jur

16
Istilah ”penyerapan” digunakan untuk menunjukkan bahwa hukum Islam yang diformulasikan oleg fatwa tidak
diterapkan secara menyeluruh ke dalam hukum nasional, akan tetapi hanya menjadi nilai atau dasar yang
kemudian disahkan menjadi peraturan perundang-undangan. M. CholilNa is, Op.Cit., hlm. 234.

266 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

(1) Kegiatan usaha sebagaimana dimaksud tersebut dinyatakan bahwa dalam hal bank akan

HN
dalam Pasal 19, Pasal 20, dan Pasal 21 dan/ melakukan kegiatan usaha, jika ternyata usaha
atau produk dan jasa syariah, wajib tunduk yang dimaksudkan belum difatwakan oleh DSN,
kepada Prinsip Syariah. maka bank wajib meminta persetujuan DSN
(2) Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud pada sebelum melaksanakan kegiatan usaha tersebut.
ayat (1) difatwakan oleh Majelis Ulama Berdasarkan hasil peneli an, sebagai pihak

BP
Indonesia. regulator kegiatan perbankan syariah, Bank
(3) Fatwa sebagaimana dimaksud pada ayat Indonesia, juga mempunyai keterikatan dengan
(2) dituangkan dalam Peraturan Bank Fatwa yang dihasilkan oleh DSN-MUI. Dalam
Indonesia. membuat Peraturan Bank Indonesia, Bank
(4) Dalam rangka penyusunan Peraturan Bank Indonesia menggunakan Fatwa DSN-MUI sebagai

ing
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat bahan referensi dalam penyusunan Peraturan
(3), Bank Indonesia membentuk komite Bank Indonesia dan juga Surat Edaran yang
perbankan syariah. bersifat eksternal. Dalam praktek pembuatan PBI
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara ind terkait dengan perbankan syariah Bank Indonesia
pembentukan, keanggotaan, dan tugas hanya boleh merujuk Fatwa DSN-MUI dalam
komite perbankan syariah sebagaimana menyusun PBI, dan dak merujuk pada fatwa
dimaksud pada ayat (4) diatur dengan yang dikeluarkan oleh ins tusi selain DSN-MUI.17
Peraturan Bank Indonesia. Apabila melihat kedudukan fatwa DSN-MUI
V
(6) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 yang terdapat dalam peraturan perundang-
tentang Perubahan atas Undang-Undang undangan, maka fatwa DSN-MUI merupakan
hts

Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan perangkat aturan kehidupan masyarakat yang
Berjangka Komodi . bersifat mengikat bagi Bank Indonesia sebagai
Dalam Pasal II angka 1 (a) Undang-Undang regulator, yaitu adanya kewajiban agar materi
tersebut dinyatakan: muatan yang terkandung dalam Fatwa MUI
”Sebelum dibentuknya Peraturan Perundang- dapat diserap dan ditransformasikan dalam
ec

undangan yang mengatur tentang per- merumuskan prinsip-prinsip syariah dalam


dagangan berjangka komodi syariah, maka
penyelenggaraan Kontrak Deriva f Syariah bidang perbankan syariah menjadi materi muatan
ditetapkan berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Peraturan Perundang-undangan yang memiliki
lR

Nasional - Majelis Ulama Indonesia.” kekuatan hukum dan mengikat umum. Oleh
6) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. karena itu Bank Indonesia, dak dapat membuat
32/34/1999 suatu peraturan terkait perbankan syariah yang
Dalam Pasal 31 Surat Keputusan tersebut bertentang dengan prinsip-prinsip syariah yang
na

disebutkan bahwa ”untuk melaksanakan ke- ditentukan dalam fatwa DSN-MUI, selain itu hanya
giatan-kegiatan usahanya, bank umum syariah fatwa DSN-MUI yang dapat dijadikan pedoman
diwajibkan untuk memperha kan fatwa DSN- dalam pembuatan Peraturan Bank Indonesia,
Jur

MUI”, kemudian di dalam Surat Keputusan ar nya Bank Indonesia dak boleh mengacu

17
Instrumen Penelitian: Wawancara Responden/Informan dengan Kepala Biro Penelitian, Pengembangan dan
Pengaturan Perbankan Syariah, Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia.

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 267
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

pada fatwa yang diterbitkan oleh ins tusi lainnya di atas, maka kekuatan mengikat dari fatwa DSN-

HN
meskipun ins tusi yang mengeluarkan fatwa MUI tersebut bukan saja terjadi ke ka fatwa
tersebut adalah ins tusi yang berkompeten DSN-MUI tersebut menjadi materi muatan dalam
dalam mengeluarkan fatwa. Peraturan Bank Indonesia, namun juga diperlukan
Berdasarkan hasil peneli an yang dilakukan sebagai pedoman bagi pihak perbankan syariah
terhadap lembaga perbankan syariah, ditemukan dalam dalam pembuatan dan pengembangan

BP
bahwa lembaga perbankan syariah mempunyai produk baru yang dikeluarkan serta operasional
keterikatan terhadap fatwa yang dikeluarkan kegiatan perbankan syariah serta kewajiban
oleh DSN-MUI. Menurut lembaga perbankan Dewan Pengawas Syariah di lembaga perbankan
syariah yang diwawancarai, keterikatan terhadap syariah untuk berpedoman kepada fatwa DSN-
fatwa DSN-MUI dikarenakan adanya peraturan MUI.

ing
perundang-undangan yang mewajibkan lembaga Pembentukan fatwa merupakan tuntutan
perbankan syariah untuk patuh terhadap fatwa yang harus dipenuhi oleh DSN-MUI dalam rangka
DSN-MUI, selain hal tersebut, Fatwa DSN-MUI menciptakan kepas an hukum penyelenggaraan
merupakan syarat yang paling mendasar dalam kegiatan ekonomi syariah di Indonesia,
pembuatan dan pengembangan produk baru
ind mengupayakan agar kegiatan ekonomi syariah
yang dikeluarkan oleh lembaga perbankan syariah di Indonesia dapat berjalan dengan ter b,
serta operasional kegiatan perbankan syariah. dan tentunya dengan adanya fatwa tersebut
Yeni Salma Barin mengatakan bahwa fatwa diharapkan kegiatan ekonomi syariah di Indonesia
DSN-MUI mempunyai kekuatan hukum yang dapat berkembang dengan lebih cepat. Pada
V
mengikat sehingga harus dipatuhi oleh pelaku awal pelaksanaan kegiatan ekonomi syariah di
ekonomi syariah. Kekuatan hukum ini didasarkan Indonesia belum terdapat hukum nasional atau
hts

pada beberapa ketentuan yang berlaku dalam Peraturan Perundang-undangan yang mengatur
peraturan perundang-undangan, baik secara lang- kegiatan ekonomi syariah tersebut, sehingga
sung maupun dak langsung. Secara langsung Fatwa MUI sangat dibutuhkan eksistensinya
adalah disebut dengan jelas dalam peraturan sebagai landasan hukum untuk menutupi
ec

bahwa fatwa menjadi prinsip syariah yang harus kekosongan hukum di bidang ekonomi syariah.
dipatuhi, apabila dak dipatuhi, pelaku ekonomi
syariah akan dikenakan sanksi administrasi. 2. Peran Fatwa DSN-MUI dalam
lR

Secara dak langsung adalah disebutkannya mendorong pelaksanaan ekonomi


peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus
syariah dalam bidang usaha perbankan
syariah di Indonesia
berada di lembaga perbankan syariah. Dalam
melaksanakan perannya sebagai pengawas Hampir seluruh fatwa-fatwa yang
na

syariah, DPS harus berpedoman kepada fatwa- dikeluarkan oleh DSN-MUI terserap dalam
fatwa yang diterbitkan oleh DSN-MUI.18 bentuk Peraturan Bank Indonesia yang akan
Apabila melihat pada persepsi lembaga mengikat seluruh perbankan syariah dan pelaku
Jur

perbankan syariah dan keterangan ahli tersebut fiqih muamalah, meskipun beberapa fatwa

18
Instrumen Penelitian: Wawancara Responden/Informan dengan Yeni Salma Barlinti (Dosen Fakultas Hukum
Universitas Indonesia).

268 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

diadaptasi dan digabung menjadi satu Peraturan berpengaruh terhadap beralihnya sebagian

HN
Bank Indonesia.19 nasabah yang beragama Islam ke bank syariah.
Dalam prak k pelaksanaan perbankan Keberadaan fatwa DSN-MUI semakin me-
syariah, Bank Indonesia telah banyak me- nunjukkan peranannya dalam sebagai pedoman
ngeluarkan peraturan sebagai tuntunan pelaksanaan prinsip-prinsip syariah dalam
pelaksanaan prinsip-prinsip syariah. Fatwa pada perbankan syariah sejak diberlakukannya

BP
dasarnya memiliki sifat sesuai dengan keadaan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
dan situasi tempat dan mengiku pemahaman Perbankan Syariah.Undang-Undang No. 21
kontemporer, sehingga fatwa dapat mengalami Tahun 2008 mewajibkan para stakeholders
perubahan. Apabila terjadi perubahan fatwa untuk memperha kan dan menyesuaikan
DSN-MUI terhadap permasalahan tertentu, kegiatan-kegiatan usaha sesuai dengan prinsip-

ing
maka hal ini bukan dak mungkin berakibat pada prinsip syariah yang tersebut dalam Fatwa yang
perubahan ketentuan Bank Indonesia. Namun dikeluarkan DSN-MUI.
dalam prakteknya, berdasarkan data peneli an Sebagai undang-undang yang khusus meng-
belum ada perubahan Peraturan Bank Indonesia ind atur perbankan syariah, dalam Undang-Undang
akibat perubahan fatwa dari DSN-MUI.20 No. 21 Tahun 2008 diatur mengenai masalah
Peraturan Bank Indonesia No. 7/46/ kepatuhan syariah (syariah compliance) yang
PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan Uang dan kewenangannya berada pada Majelis Ulama
Penyalurannya bagi Bank yang Melaksanakan Indonesia (MUI) yang direpresentasikan melalui
V
Transaksi Berdasarkan Prinsip Syariah telah Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus
digan dengan Peraturan Bank Indonesia No. dibentuk pada masing-masing Bank Syariah
hts

9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip dan Unit Usaha Syariah. Untuk menindaklanju
Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Uang dan implementasi fatwa yang dikeluarkan MUI ke
Penyalurannya serta Layanan Jasa Bank Syariah. dalam Peraturan Bank Indonesia, di dalam
Penggan an ini dilakukan untuk menyesuaikan internal Bank Indonesia dibentuk Komite
dengan keputusan fatwa yang dikeluarkan oleh Perbankan Syariah, yang keanggotaannya
ec

DSN-MUI, dalam hal inilah proses menjadikan terdiri atas perwakilan dari Bank Indonesia,
fatwa berkekuatan mengikat, yaitu terjadinya Departemen Agama, dan unsur masyarakat
‘transformasi’ hukum Islam menjadi hukum yang komposisinya berimbang.22
lR

nasional.21 Dalam proses implementasi atau penuangan


Diterbitkannya fatwa bahwa bunga bank fatwa ke dalam Peraturan Bank Indonesia,
adalah riba nasi’ah yang diharamkan oleh MUI Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank
pada tanggal 24 Januari 2004 menjadi salah Indonesia No. 10/32/PBI/2008 tentang Komite
na

satu pendorong pelaksanaan perbankan syariah Perbankan Syariah, yang bertugas menjabarkan
di Indonesia. Pasca kehadiran fatwa tersebut fatwa MUI yang berhubungan dengan perban-
Jur

19
M. Cholil Na is, Op.Cit., hlm. 137.
20
Instrumen Penelitian: Wawancara Responden / Informan dengan Kepala Biro Penelitian, Pengembangan dan
Pengaturan Perbankan Syariah, Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia
21
M. Cholil Na is, Op.Cit., hlm. 239.
22
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang No. 21 Tahun 2008.

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 269
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

kan syariah, memberikan sumbangan dalam Wakalah;Fatwa DSN No. 13/DSN-MUI/

HN
rangka penyerapan fatwa dalam Peraturan Bank IX/2000 tentang Uang Muka Dalam
Indonesia dan melaksanakan pembangunan Murabahah;Fatwa DSN No. 16/DSN-MUI/
industri perbankan syariah. IX/2000 tentang Diskon dalam Muraba-
Penyusunan ketentuan Bank Indonesia di- hah;Fatwa DSN No. 23/DSN-MUI/III/2002
mulai dengan riset atau peneli an, selanjutnya tentang Potongan Pelunasan dalam

BP
akan dilakukan diskusi dengan stakeholders Murabahah; Fatwa DSN No. 46/DSN-MUI/
antara lain industri perbankan syariah dan juga II/2005 tentang Potongan Tagihan Mu-
dengan MUI dalam hal terkait pembahasan rabahah (Khashm Fi Al Murabahah);Fatwa
mengenai fatwa. DSN No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penye-
Peranan Fatwa DSN-MUI sebagai pemberi lesaian Piutang Murabahah bagi Nasabah

ing
pedoman prinsip-prinsip syariah dak hanya Tidak Mampu Membayar; Fatwa DSN No.
dalam tataran untuk diserap dalam peraturan 48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan
Bank Indonesia atau syariah compliance dalam Kembali tentang Tagihan Murabahah;Fatwa
internal lembaga perbankan syariah, namun DSN No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Kon-
juga pada hakikatnya fatwa-fatwa DSN-MUI
ind versi Akad Murabahah); Pembiayaan atas
telah diserap dalam Undang-Undang No. 21 dasar akad salam (Fatwa DSN No. 5/DSN-
Tahun 2008 dalam hal jenis-jenis transaksi yang MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam);
disebutkan dalam undang-undang tersebut. Pembiayaan atas dasar akad is shna (Fatwa
Pola-pola penyerapan jenis-jenis transaksi DSN No. 6/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual
V
dalam fatwa DSN-MUI ke dalam produk-produk Beli Is shna', dan Fatwa DSN No. 22/DSN-
perbankan syariah terlihat sebagai berikut: MUI/III/2002 tentang Jual Beli Is shna'
hts

1. Pengimpunan Dana, berupa Giro Syariah Paralel); Pembiayaan atas dasar akad ijarah
(Fatwa DSN No. 1/DSN-MUI/IV/2000 tentang (Fatwa DSN No. 9/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Giro); Tabungan Syariah (Fatwa DSN-MUI Pembiayaan Ijarah dan FatwaDSN No. 27/
yang mendasarinya Fatwa DSN No. 2/DSN- DSN-MUI/III/2002 tentang al-Ijarah al-
c

MUI/IV/2000 tentang Tabungan); Deposito Muntahiyah bi al- Tamlik); Pembiayaan atas


Re

Syariah (Fatwa DSN No. 3/DSN-MUI/IV/2000 dasar akad qardh (Fatwa DSN No. 19/DSN-
tentang Deposito). MUI/IV/2001 tentang Al qardh); Pembiayaan
2. Penyaluran Dana, berupa Pembiayaan Mul jasa (Fatwa DSN No. 44/DSN-MUI/
atas dasar akad mudharabah (Fatwa DSN No. VIII/2004 tentang Pembiayaan Mul jasa).
7/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan 3. Pelayanan Jasa, berupa Le er of credit (L/C)
l

Mudharabah (Qiradh)); Pembiayaan atas Impor syariah (Fatwa DSN No. 34/DSN-
na

dasar akad musyarakah. (Fatwa DSN No. 8/ MUI/IX/2002 tentang Le er of Credit(L/C)


DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Impor Syariah); Bank Garansi Syariah (Fatwa
Musyarakah); Pembiayaan atas dasar DSN Fatwa DSN No. 11/DSN-MUI/IV/2000
Jur

akad murabahah (Fatwa DSN No. 4/DSN- tentang Kafalah); Penukaran Valuta Asing
MUI/IV/2000 tentang Murabahah; Fatwa (Sharf), Fatwa DSN No. 28/DSN-MUI/III/2002
DSN No. 10/DSN-MUI/IV/2000 tentang tentang Jual Beli Mata Uang (Al Sharf).

270 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Peranan fatwa DSN-MUI berdasarkan data kendala yang dihadapi yaitu hal yang terkait

HN
peneli an, pada prakteknya sebagian besar dengan hukum posi f yang berlaku yang sering
fatwa DSN-MUI yang telah diterbitkan telah dak sejalan dengan hukum Islam. Dalam hukum
menjawab kebutuhan perbankan syariah, mes- posi f hanya mengenal transaksi utang piutang
kipun masih terdapat beberapa hal yang belum dalam perbankan, sehingga fatwa MUI terkait
terjawab atau belum tersedianya fatwa DSN-MUI mudharabah, musyarakah, ijarah dan lainnya

BP
dalam mendukung pengembangan produk baru dak dapat dilaksanakan secara utuh.
dan kegiatan operasional perbankan syariah. Pihak lembaga perbankan syariah juga meng-
Peranan Fatwa DSN-MUI dalam mendorong akui bahwa ada kendala-kendala yang dihadapi
pelaksanaan perbankan syariah dapat diin- dalam penerpan fatwa DSN-MUI, antara lain:
dikasikan juga dengan banyaknya bank umum a. Paradigma nasabah yang belum mengenal

ing
syariah dan bank dengan unit usaha syariah produk dan operasional perbankan syariah;
yang memulai kegiatan operasinya setelah MUI b. Regulasi belum selaras dengan fatwa,
membentuk Dewan Syariah Nasional. Sebelum seper produk IMBT apabila dilaksanakan
periode tahun 2008 jumlah bank umum syariah ind sesuai dengan fatwa maka objek IMBT harus
hanya berjumlah ga bank, pada tahun 2011 ini atas nama bank, apabila demikian maka
jumlah bank umum syariah meningkat menjadi akan menimbulkan cost yang nggi seper
11 (sebelas) bank umum syariah, begitu pula regulasi pajak;
dengan BPR Syariah, sebelum periode tahun c. Perbedaan persepsi antara DSN-MUI dan
V
2008 jumlah BPR Syariah hanya berjumlah 114 Bank Indonesia mengenai fatwa ekonomi
bank, pada tahun 2011 ini jumlah BPR Syariah syariah;
hts

meningkat menjadi 154 bank. d. Adanya fatwa DSN-MUI yang dak terlalu
detail sehingga untuk hal-hal teknis terkadang
3. Hambatan dalam penerapan Fatwa menimbulkan pertanyaan / perdebatan;
DSN-MUI dalam mendorong pelak- e. Adanya fatwa yang belum aplika f, seper
sanaan ekonomi syariah dalam bidang fatwa DSN-MUI No. 15/DSN-MUI/IX/2000
c

usaha perbankan syariah di Indonesia


tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha Dalam
Hampir seluruh fatwa-fatwa yang dikeluar-
Re

LKS;
kan oleh DSN-MUI terserap dalam bentuk f. Belum dapat mengadaptasi prinsip-prinsip
Peraturan Bank Indonesia yang akan mengikat syariah dalam pergerakan moneymarket
seluruh perbankan syariah dan masyarakat yang ekspansif
pelaku perbankan syariah, namun ada beberapa g. Tidak semua fatwa ekonomi relevan dari
l

fatwa yang sulit untuk diterjemahkan dalam sisi bisnis. Sebab, LKS dak akan membuat
na

peraturan perbankan sehingga hal ini menjadi sebuah produk yang kurang menguntungkan
kendala dalam pengembangan usaha perbankan dan dak dapat diserap oleh pihak ke ga;
syariah. h. Kendala Support Pemerintah. Seringkali
Jur

Berdasarkan data peneli an yang diperoleh kebijakan pemerintah menjadi kendala


ada beberapa kendala penerapan Fatwa DSN- bagi terlaksananya Fatwa DSN-MUI oleh
MUI dalam pelaksanaan perbankan syariah. LKS. Misalnya double tax yang pernah
Dalam hal ini Bank Indonesia mengakui bahwa diberlakukan untuk akad Murabahah (sebab

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 271
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

barang harus dibeli dulu oleh bank dan c. Keterbatasan sumber daya manusia yang

HN
kemudian baru dijual kepada nasabah); memahami produk dan sistem syariah;
i. Kendala dalam produk dengan akad d. Masih kurangnya modal yang dimiliki
musyarakah, PBI mensyaratkan pembatasan perbankan syariah;
proyeksi pendapatan minimal 80% terkait e. Lembaga arbitrase syariah nasional yang ada
pembiayaan, maka jika kurang dari 80% sekarang bukan dibentuk oleh pemerintah

BP
maka akan masuk NPf. tetapi oleh MUI. Hal ini menyebabkan
Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi lembaga ini dak memiliki kewenangan yang
perbankan syariah dalam mengembangkan usa- mengikat;
hanya berdasarkan persepsi lembaga perbankan f. Fasilitas dari pemerintah terkait penye-
syariah dan Bank Indoensia, antara lain: lesaian pembiayaan bermasalah;

ing
a. Mindset deposan yang masih berpikir g. Kendala tekhnis, berupa sistem informasi (IT).
secara konvensional dan masih ada kesan Semisal mekanisme bagi hasil (Profit Share)
di sebagian masyarakat bahwa bank syariah kepada pihak ke ga yang harusnya fluktua f
bersifat ekslusif dalam ar an bahwa bank se ap bulan (tergantung keuntungan bank).
syariah hanya ditujukan untuk masyarakat
ind Sementara ini masih terkendala sistem yang
muslim dan melibatkan kaum yang beragama ter ”set up” tetap (fix) se ap bulan.
muslim saja, hal ini dikarenakan sosialisasi Menurut Yeni Salma Barlin , kendala-ken-
perbankan syariah yang belum op mal. Oleh dala dalam penerapan fatwa ekonomi syariah,
sebab fatwa menggunakan is lah-is lah antara lain disebabkan dak semua pelaku
V
berbahasa arab (terutama jenis akad) dan ekonomi syariah mengetahui adanya fatwa
PBI juga menggunakan is lah yang sama, DSN-MUI; masih banyaknya anggapan bahwa
hts

maka perlu waktu bagi perbankan untuk fatwa DSN-MUI dak memiliki kekuatan hukum;
melakukan sosialisasi kepada pihak ke ga fatwa DSN-MUI dak dapat diterapkan secara
(masyarakat) terhadap produk-produk sempurna karena adanya hukum-hukum yang
perbankan yang menggunakan is lah telah berlaku yang harus dipatuhi oleh pelaku
ec

berbahasa arab. Selain itu, minimnya budget ekonomi syariah dan masih banyak peraturan
untuk marke ng dan promosi juga menjadi perundang-undangan yang belum menunjang
kendala perbankan syariah untuk semakin pelaksanaan fatwa DSN-MUI.23
lR

dikenal di mata masyarakat luas; Merujuk perihal kendala-kendala sebagai-


b. Peraturan untuk membuat iklim investasi mana tersebut di atas, maka letak permasalahan
di industri syariah masih kurang fleksibel, secara garis besar terletak pada:
aturan perpajakan dan pertumbuhan produk a. Produk fatwa DSN-MUI itu sendiri yang
na

dan jasa baru belum didukung maksimal belum menjawab kebutuhan kegiatan
dengan landasan hukum yang memadai perbankan syariah;
dalam bentuk fatwa DSN-MUI maupun PBI;
Jur

23
Instrumen Penelitian: Wawancara Responden/Informan dengan Yeni Salma Barlinti (Dosen Fakultas Hukum
Universitas Indonesia).

272 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

b. Proses ‘penterjemaahan’ atau ‘penye- rapkan prinsip perbankan syariah secara

HN
rapan’ Fatwa DSN-MUI ke dalam peraturan murni.
perundang-undangan;
c. Kesiapan pihak perbankan syariah untuk E. Penutup
menyesuaikan kegiatan operasional dan 1. Kesimpulan
produk perbankan mereka dengan Fatwa

BP
Fatwa DSN-MUI merupakan perangkat
DSN-MUI;
aturan kehidupan masyarakat yang bersifat
Berdasarkan kendala-kendala dalam pene-
dak mengikat dan dak ada paksaan secara
rapan fatwa DSN-MUI tersebut dalam pelak-
hukum bagi sasaran diterbitkannya fatwa
sanaan ekonomi syariah, maka untuk memi-
untuk mematuhi ketentuan fatwa tersebut.
nimalkan kendala tersebut yang dapat dilakukan

ing
Namun di sisi lain, berdasarkan peraturan
antara lain yaitu:
perundang-undangan yang berlaku, khususnya
a. Perkembangan perbankan syariah yang
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
dinamis dak diiku oleh kedinamisan fatwa
Perbankan Syariah, melalui pola-pola tertentu,
DSN-MUI yang dapat menjawab kebutuhan ind adanya kewajiban bagi regulator dalam hal
perbankan syariah. Oleh karena itu perlunya
ini Bank Indonesia agar materi muatan yang
dilibatkan lebih ak f par sipasi stakeholders
terkandung dalam Fatwa MUI dapat diserap dan
(dalam hal ini Bank Indonesia dan lembaga
ditransformasikan dalam merumuskan prinsip-
perbankan syariah) oleh DSN-MUI dalam
prinsip syariah dalam bidang perekonomian
V
se ap penyusunan Fatwa DSN-MUI, sehingga
dan keuangan syariah menjadi materi muatan
fatwa-fatwa yang dihasilkan dapat menjawab
Peraturan Perundang-undangan yang memiliki
hts

kebutuhan perbankan syariah dan dalam


kekuatan hukum dan mengikat umum.
proses ‘penterjemaahan’ dan ‘penyerapan’
Diterbitkannya fatwa yang menetapkan
dak menimbulkan mul tafsir dan dapat
bahwa bunga bank adalah riba nasi’ah yang
langsung diimplementasikan sehingga aspek
diharamkan oleh MUI menjadi salah satu
keha -ha an dalam kegiatan perbankan
ec

pendorong pelaksanaan perbankan syariah di


syariah dapat terjaga.
Indonesia, selain itu keberadaan fatwa DSN-
b. Peningkatan kualitas sumber daya ma-
MUI semakin menunjukan peranannya sebagai
nusia dari pihak perbankan syariah perlu
pedoman pelaksanaan prinsip-prinsip syariah
lR

dilakukan sebagai langkah ak f dari pihak


dalam perbankan syariah sejak diberlakukannya
perbankan syariah untuk siap dan faham
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
terhadap prinsip-prinsip perbankan syariah.
Perbankan Syariah, yang mewajibkan para
Hal ini mengingat masih banyak sumber
na

stakeholders untuk memperha kan dan menye-


daya manusia dari pihak perbankan syariah
suaikan kegiatan-kegiatan usaha sesuai dengan
yang masih menggunakan perspek f prinsip
prinsip-prinsip syariah yang tersebut dalam
perbankan konvensional ke ka menjalankan
Fatwa yang dikeluarkan DSN-MUI. Peranan
Jur

perbankan syariah, sehingga apabila tetap


Fatwa DSN-MUI dalam mendorong pelaksanaan
dengan menggunakan perspek f ini, maka
perbankan syariah dapat diindikasikan juga
akan menimbulkan kesulitan untuk mene-
dengan banyaknya bank umum syariah dan

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 273
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

bank dengan unit usaha syariah yang memulai Nafis, M. Cholil, Teori Hukum Ekonomi Syariah,
(Jakarta: UI Press, 2011).

HN
kegiatan operasinya setelah MUI membentuk
Rohilina, Wisam dan Yusuf Wibisono, Perbankan
Dewan Syariah Nasional. Syariah Mengokohkan Fondasi Menuju
Dalam penerapan Fatwa DSN-MUI terdapat Pertumbuhan Tinggi Yang Berkelanjutan, dalam
beberapa hambatan yang ditemui dalam kegiat- Indonesia Syariah Economic Outlook (ISEO) 2001,
Yusuf Wibisono (Ed.), (Jakarta: Lembaga Penerbit
an perbankan syariah, antara lain fatwa yang
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2011).

BP
sulit untuk diterjemahkan atau sulit diaplikasikan Sjafi’i, Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek,
dalam peraturan perbankan, fatwa DSN-MUI (Jakarta: Tazkia Cendekia-Gema Insani Pers,
yang dak selaras dengan hukum posi f dan 2001).
Soekanto, Soerjono, Pengantar Peneli an Hukum,
beberapa kendala lainnya. (Jakarta: UI Press, 1986).

ing
Zahrah, Muhammad Abu, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT.
2. Saran Pustaka Firdaus, 1999).
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pelibatan yang lebih ak f dan par sipasi Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
stakeholders amat diperlukan (dalam hal ini Indonesia.
Bank Indonesia dan lembaga perbankan syariah)
oleh DSN-MUI dalam se ap penyusunan Fatwa
ind Makalah / ArƟkel / Prosiding / Hasil PeneliƟan
DSN-MUI, sehingga fatwa-fatwa yang dihasilkan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Kementerian Keuangan Republik
dapat langsung diimplementasikan sehingga
Indonesia, “Laporan Tahunan (Annual Report)
aspek keha -ha an dalam kegiatan perbankan Tahun 2009”.
V
syariah dapat terjaga. Nurdin, Ridwan, Kedudukan Fatwa MUI Dalam
Dukungan pemerintah dan DPR juga diper- Pengembangan Ekonomi Syariah di Indonesia
(makalah).
hts

lukan dalam merancang peraturan perundang-


undangan yang lebih harmonis dalam men- Internet
dukung pelaksanaan transaksi perbankan Agus anto, “Implementasi Ekonomi Syariah”, h p://
www.agus antocentre.com/?p=459, (diakses 29
syariah.
April 2011).
Sosialisasi dan edukasi yang lebih intensif Agus anto, “Blueprint Ekonomi Syariah di Indonesia”,
ec

mengenai produk-produk perbankan syariah http://www.agustiantocentre.com/?p=783,


harus terus dilakukan kepada masyarakat (diakses 29 April 2011).
Agus anto, “Ekonomi Syariah Sebagai Solusi”, h p://
luas, dan juga para prak si perbankan syariah www.agus antocentre.com/?p=761, (diakses 29
lR

sehingga perbankan syariah dapat berkembang April 2011).


lebih cepat Agus anto, “Inklusivisme Ekonomi Syariah (Rekleksi
menan Kelahiran UU SBSN dan UU Perbankan
Syariah)”, h p://www.agus antocentre.
DAFTAR PUSTAKA
na

com/?p=816, (diakses 29 April 2011).


Buku Agus anto, “Blueprint Ekonomi Syariah di Indonesia”,
Ali, Zainuddin, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: http://www.agustiantocentre.com/?p=783,
Sinar Grafika, 2008). (diakses 29 April 2011).
----------------, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Dewan Syari’ah Nasional dan Dewan Pengawas
Jur

Sinar Grafika, 2008). Syari’ah, www.scrib.com/doc/57565656/


Amin, Ma’ruf, Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam, Makalah-Dewan-Syari’ah-Nasional-Dan-Dewan-
(Jakarta: Elsas, 2008). Pengawas-Syari’ah
Fatah, Rohadi Abdul, Analisis Fatwa Keagamaan
Dalam Fikih Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006).

274 Jurnal RechtsVinding, Vol. 1 No. 2, Agustus 2012, hlm. 257-275


Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012

Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, M. Arsyad Harahap, “Ekonomi Syariah dan
“Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2011”, Ruang Lingkup Pembahasannya”, h p://

HN
www.bi.go.id ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2010/
Faradibah, “Kedudukan Fatwa MUI”, sumber: 05/25/ekonomi-syari%E2%80%99ah-dan-ruang-
http://freearsy.wordpress.com/2009/07/10/ lingkup-pembahasannya-oleh-drs-m-arsyad-
kedudukan-fatwa-mui/, (diakses 29 April 2011). harahap/, (diakses 29 April 2011).
h p://www.muamalatbank.com/index.php/home/ Sta s k Perbankan Indonesia (Indonesian Banking

BP
about/profile, (diakses 29 April 2011). Sta s cs), Direktorat Perizinan dan Informasi
http://www.takaful.com/index.php/profile/list/, Perbankan Bank Indonesia, Vol. 9, No. 8, Juli
(diakses 29 April 2011). 2011
Profil MUI, sumber: www.mui.or.id, (diakses 29 April Tentang Dewan Syariah Nasional, sumber
2011). sumber: www.mui.or.id

ing
V ind
hts
ec
lR
na
Jur

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional… (Ahyar A. Gayo dan Ade Irawan Taufik) 275

Anda mungkin juga menyukai