Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

ADMINISTRASI PERTANAHAN

ADMINISTRASI PERTANAHAN SEBELUM DAN SESUDAH UUPA DI


BPN DAN INSTANSI LAINNYA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

KELAS B

1. JONATHAN CHANDRA LUMBAN TOBING NIM. 16252988


2. KRISNAWAN ANDIYANTO NIM. 16252990

PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN

SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

YOGYAKARTA

2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Administrasi pertanahan merupakan suatu usaha dan manajemen yang


berkaitan dengan penyelenggaraan kebijaksanaan pemerintah di bidang
pertanahan dengan mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sesuai
dengan ketentuan perundangan-perundangan yang berlaku. Dengan demikian
maka administrasi pertanahan merupakan bagian dari Administrasi Negara.
Tujuan pembangunan di bidang pertanahan adalah menciptakan kemakmuran dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pencapaian tujuan tersebut dilaksanakan
dengan pengelolaan pertanahan dan pengembangan administrasi pertanahan.
Perihal pendaftaran tanah di Indonesia mengalami dinamisasi yang acap
kali merubah tatanan yuridis dalam bidang agraria. Sejak zaman pra-kemerdekaan
atau zaman kolonialisasi sampai reformasi ini pendaftaran tanah mengalami
berbagai perkembangan dari sisi landasan hukumnya maupun dari sisi implementasi. Hal ini
terjadi seiring dengan dinamika regulasi dalam hal agraria. Dimana keberadaan
aturan dibidang agraria diawali dengan adanya hukum adat. Hukum adat ini
berlaku berlaku dikalangan masyarakat adat, yang didalamnya telah terdapat
penguasaan hak atas tanah. Aturan didalam hukum adat bercirikan “tidak tertulis”.Semenjak
Belanda menguasai Indonesia, Belanda menerapkan hukum agraria buatan mereka di
Indonesia. Oleh karenanya dinamisasi perihal pendaftaran tanah di Indonesia

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kelembagaan adiministrasi pertanahan di

Indonesia?

2. Seperti apakah Administrasi Pertanahan di Luar BPN pada saat ini?

3. Apa manfaat administrasi pertanahan?


II. PEMBAHASAN

A. Sejarah Kelembagaan Adiministrasi Pertanahan Di Indonesia

1. Administrasi Pertanahan Sebelum UUPA

Administrasi Pertanahan termasuk dalam bidang Administrasi Negara

(Public Administration). Administrasi Negara sebagai keseluruhan yang dilakukan

oleh seluruh Aparatur Pemerintah dan suatu Negara dalam usaha mencapai tujuan

Negara.

Dalam fungsinya, administrasi Negara mempunyai tugas utama yakni:

1. Menentukan tujuan menyeluruh yang hendak dicapai (organizasional goal);

2. Menentukan kebijaksanaan umum yang menyangkut seluruh organisasi

(general and over allpolicies).

2. Administrasi Pertanahan pada Zaman Pemerintahan Belanda

Administrasi pertanahan dijalankan berpedoman pada politik hukum pertahan

colonial pada waktu itu. Dasar peraturan yang berlaku dengan berpedoman pada

pasal 163 (1) IS (Indische Staatsregeling), yang membagi tiga golongan

masyarakat:

1. Golongan Indonesia

2. Golongan Eropa

3. Golongan Timur Asing

Akibat adanya penggolongan masyarakat diatas, menimbulkan hukum yang

beraneka ragam yang berlaku.Dari pasal 163 dan pasal 131 IS berlaku dua macam
hukum yaitu: Hukum tertulis atau hukum undang-undang. Sebagian besar

terdapatalam Burgerlijk Wetboek (BW) Hukum yang tidak tertulis atau hukum

agrarian yang terdapat dalam hukum adapt.

Adapun hukum agararia yang berlaku pada zaman pemerintah Belanda adalah:

1. Agrarische Wet (S. 1870 - 55 )

2. Domein Verklaring ( S. 1870-118 a) / pernyataan Domein : Algemene

Domein Vewrklaring ( S. 1875-119a ), DomeinVerklaring untuk Sumatera

Ps 1 dari S. 1874-94 f, Domein Verklaring untuk Residentie Manado

dim Ps 1 dari 1877-55, Domein Verklaring untuk Residentie Zwider en

Ooster fdeling van Borneo ( ps 1. S. 1888-8 )

3. Koninklijk Besluit/ keputusan raja tgl 16 april 1872 no 29 S. 1872117 dan

peraturan pelaksanaannya.

4. Buku II KUH Perdata

Agrarisch Wet bertujuan

1. memperhatikan perusahaan swasta yang bermodal besar dengan jalan

memberikan tanah2 negara Dg hak Erfpacht s/d 75 th

2. memberikan kemungkinan bagi pengusaha untuk menyewakan tanah adat.

3. memperhatikan kepentingan rakyat asli

4. melindungi hak2 tanah rakyat ash

5. memberi kesempatan pd rakyat ash untuk memperoleh hak tanah baru (

Agrarische Eigendom )
Ad. II DomeinVerklaring ( Pernyataan Domein ) Asas " semua tanah yang tidak

dapat dibuktikan adanya hak eligendom atas tanah tsb oleh orang lain adalah

domein negara "

Jadi Berdasar hukum adat: tidak mempunyai bukti otomatis menjadi tanah

negara ( Domein Negara ) jadi tidak sama dengan ps 570 BW

Ad III. Koninkljk Besluit/ Keputusan Raja .

Hak agrarische Eigendom Hak yang bertujuan memberi kpd pribumi suatu

hak yang kuat atas sebidang tanah .

3. Administrasi Pertanahan pada masa sesudah kemerdekaan sebelum

berlakunya UUPA (1945-1960).

Pada masa ini semula urusan agraria menjadi kewenangan Menteri Dalam

Negeri.Tanggal 29 Maret 1955 dengan Kepres No. 55/1955, dibentuk

Kementerian Agraria.Perlu diketahui bahwa pada masa ini yang berlaku adalh

UUDS 1950 dengan sistem pemerintahan parlementer. Hal ini berlaku sampai

dikeluarkannya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959, dan berlaku kembali UUD

1945 dan sejak saat itu berlaku ketentuan pasal 33 ayat 3 UUD 1945.

4. Administrasi Pertanahan Sesudah UUPA

Administrasi Pertanahan menurut UUPA (UU No. 5 tahun 1960). Untuk

mengakhiri politik, tujuan,asas-asas hukum agraria jajahan, maka dibentu hukum

tanah nasionalyang berdasar hukum adat tentang tanah dengan memberikan


wewenang hak menguasai negara atas dasar ketentuan pasal 33 ayat 3 UUD 1945.

Hak Menguasai dari Negara memberi wewenang untuk:

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan

pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut

2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dengan bumi air dan ruang angkasa

3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antar orang-orang

dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang

angkasa

B. Administrasi Pertanahan di Luar BPN pada saat ini

1. Pejabat Pembuat Akta Tanah(PPAT)

Sesuai ketentuan pasal 6 ayat(2) dinyatakan bahwa dalam melaksanakan

pendaftaran tanah, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh PPAT dan Pejabat lain

yang ditugaskan untuk melaksanakan kegian-kegiatan tertentu menurut Peraturan

Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. Adapun

yang mengatur jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 37 Tahun 1998 tentang Peratuaran Jabatan Pegawai. Pembuat

Akta Tanah, Didalam ketentuan Peraturan Pemerintah tersebut ditentukan adanya

PPAT, PPAT Sementara dan PPAT Khusus. Adapun tuagas pokik PPAT adalah

melaksanakan sebagian kegiatan pedaftaran tanah dengan membuat akta tanah

sebagai bukti dilakukannya peerbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah
atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang dijadikan dasar bagi pendaftaran

perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan perbuatan hukum itu.

Adapun perbuatan hukum yang dimaksud adalah meliputi:

a. Jual Beli

b. Tukar Menukar

c. Hibah

d. Pemasukan ke Dalam Perusahaan(Inbreng)

e. Pembagian Hak Bersama

f. Pemberian HGB atau HP atas Hak Milik

g. Pemberian Hak Tanggungan

h. Pemberian Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

Dalam melaksanakan tugasnya Akta yang dibuat PPAT adalah sebanyak

dua rangkap dalam bentuk asli, dimana lembar pertama asli sebagai arsip PPAT

dan lembar kedua asli untuk Kantor Pertanahan untuk keperluan pendaftaran.

Sedangkan kepada pihak yang melakuan perbuatan hukum diberikan salinan Akta.

Sesuai ketentuan yang berlaku, arsip Akta yang ada di PPAT harus dijilin sebulan

sekali, PPAT harus juga membuat Buku Daftar untuk semua akta yang dibuatnya

dan wajib membuat laporan bulanan ke kantor Pertanahan. Dengan demikian

tertib administrasi pertanahan di PPAT sama pentingnya dengan tertib administasi

di Kantor Pertanahan karena jika tidak dapat ditemukan warkah di Kantor

Pertanahan akibat berbagai hal maka dapat di cari di kantor PPAT.

Kelemahan selama ini adalah banyak PPAT bila berhenti karena meninggal

dunia atau pindah, tidak pernah menyerahkan arsip ke PPAT lain dan
penggantinya atau kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat untuk kemudian

diserahkan kepada PPAT yang baru.

2. Surveyor Berlisensi

Pada saat ini untuk menuju adanya tertib administrasi pertanahan yang baik

harus didukung oleh tenaga kerja yang berkompeten dan berkemampuan tinggi di

bidangny. Masalah sumber daya manusia baik di bidang teknis pengukuran

sampai saat ini di lingkungan BPN masih merupakan kendala. Jumlah tenaga juru

ukur yang dimiliki BPN masih sangat terbatas dibanding dengan volume

pekerjaan yang ada. Untuk itulah BPN mengambil kebijakan dengan cara melalui

pemberdayaan pihak ketiga yaitu swasta di bidang pengukuran bidang-bidang

tanah.

Berdasarkan Peraturan Mentri Agraria/Ka. BPN Nomor 2 Tahun 1998

tentang Surveyor Berlisensi diatur tentang pengukuran yang dilakuakan Juru Ukur

Swasta. Pada dasarnya surveyor berlisensi adalah seseorang yang mempunyai

keahlian di bidang pengukuran dan pemetaan kadastral dan diberi kewenangan

untuk melakukan pekertaan pengukuran dan pemetaan kadastral tertentu dalam

rangkat pendaftaran tanah. Sesuai ketentuan yang berlaku hasil pekerjaan

surveyor berlisensi yaitu berupa hasil gambar ukur yang disampaikan kepada

Kantor Pertanahan utnuk disahkan oleh Pejabat BPN yang berwenang beserta

dokumen-dokumen yang mendukungnya. Hasil yang sudah diserahkan kepada

BPN menjadi milik BPN yang kemudian dipergunakan untuk kegiatan pelayanan

pendaftaran tanah selanjutnya.


Dengan demikian peranan surveyor berlisesi dalam mendukung tertib

administrasi pertanahan khususnya dalam rangka pendaftaran tanah sangat

membantu karena apabila dokumen-dokumen yang diserahkan tidak sesuai

ketentuan maka justru akan menimbulkan permasalahan dikemudian hari.

3. Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah beserta jajarannya sampai dengan Pemerintah

Desa/Kelurahan mempunyai peranan penting di dalam mendukung kegiatan

pembangunan pertanahan khususnya dalam mewujudkan tertib administrasi

pertanahan. Sesuai Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan

Nasional di Bidang Pertanahan, ada 9 (Sembilan) kewenangn di bidang

pertanahan yang pelaksanaannya dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dalam hal

ini oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Adapun 9 (sembilan) kewenangan tersebut

antara lain, Pemberian Ijin Lokasi, Penyelenggaraan pengadaan tanah untuk

kepentingan umum, perencanaan penggunaan tanah di wilayah Kabupaten/Kota

dan lain-lain.

C. Manfaat Administrasi Pertanahan

Adapun manfaat adanya terbentuknya sebuah sistem administrasi pertanahan

adalah, yaitu;

1. Memberikan jaminan atas kepastian hak,maksud semakin jelas penentuan

hak milik seseorang akan mempermudah untuk orang tersebut

mempertahankan haknya atas klaim dari orang lain.

2. Stabilitas sosial,catatan publik yang tepat akan melindungi dari

pengunjingan mengenai kepemilikan yang sah (bila nantinya ada yang


menggugat),dan membantu menyelesaikan masalah-masalah lain dengan

cepat sejak batasan dan kepemilikan tanah dibuat .

3. Kredit,catatan publik akan mengurangi ketidakpastian informasi melalui

pemberian kewenagan pada kreditor untuk menentukan apakah peminjam

potensial telah memiliki hak untuk pemindahan hak yang diminta menurut

apa yang diminta sebagai jaminan peminjam.

4. Proses perbaikan lahan,pembaharuan jaminan atas kepastian hak pemilik

akan menaikan kecenderungan seseorang untuk mencari keuntungan

ketika akan berinvestasi pada bangunan,peralatan atau perbaikan

infrastruktur termasuk pengukuran perlindungan lahan. Cara kredit yang

sudah diperbaiki menyediakan sumber daya keuangan yang bisa

mempengaruhi nilai lahan.

5. Produktivitas,faktor-faktor seperti nilai guna, perpindahan lahan,

kepemilikan, pembanguan, hak atas tanah dan lain-lain dikombinasikan

untuk meyakinkan bahwa lahan itu sedang berkembang menuju nilai dan

manfaat yang terbaik,misalnya,pertanian komersil dilakukan oleh petani

yang cerdik untuk mendapatkan keuntungan dan lahan lebih. Beda dengan

petani biasa yang tidak bisa mengembangkan lahannya.

6. Likuiditas,ketika hak kepemilikan sudah dapat legalitas formal aset-aset

tersebut bisa ditukar dengan cepat dalam skala besar dan pada harga yang

rendah. Pada Negara-negara berkembang,mayoritas hak kepemilikan

dalam stastus informal,oleh karena itu mereka tidak dapat memasuki

tempat pasaran formal sebagai aset yang bisa dinegosiasikan.


III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Administrasi Pertanahan (land administration) adalah pemberian hak,

perpanjangan hak, pembaruan hak, peralihan hak, peningkatan hak, penggabungan

hak, pemisahan hak, pemecahan hak, pembebanan hak, izin lokasi, izin perubahan

penggunaan tanah, serta izin penunjukan dan penggunaan tanah.

Sumber daya manusia merupakan salah satu kunci dalam pelaksanaan

tugas-tugas pertanahan, sesuai tugas pokok dan fungsi Kantor Pertanahan

khususnya dalam rangka pelaksanaan administrasi pertanahan, salah satu

kelompok kompetensi yang mempengaruhi kinerja adalah petugas lapangan

(khusus juru ukur) dan tenaga operator komputer.

B. Saran

Agar administrasi pertanahan nasional dalam satu atap benar-benar dapat

dilaksanakan secepatnya. Dalam jangka panjang, mengelola administrasi

pertanahan di bawah satu atap, termasuk untuk lahan milik pemerintah, lahan

hutan, pertambangan dan lahan bukan hutan, merupakan suatu rencana yang patut

dipertimbangkan. Dengan begitu duplikasi dapat dikurangi serta meningkatkan

skala ekonomis dengan menggabungkan administrasi pertanahan dan pajak

pertanahan. Ini juga dapat menghilangkan permasalah antara BPN dengan

Departemen Kehutanan dan membuat aktifitas monitoring dan pemberlakuan

peraturan menjadi lebih mudah

Anda mungkin juga menyukai