Anda di halaman 1dari 20

PENELITIAN GEORAFI

MASALAH KEKERINGAN

Nama : I Ketut Surya Pranata Bisvan


No : 11
Kelas : X IPS 1

SMA NEGERI 2 MENGWI


TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah untuk
memenuhi tugas mata pelajaran Geografi dengan baik dan tepat waktu.

Ucapan terima kasih juga kepada:

1. Ayah dan Ibu yang telah mendo’akan dan memberikan semangat kepada
penulis.
2. Ibu guru mata pelajaran Geografi yang telah memberikan Bimbingan dan
Ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
3. Teman-teman yang telah memberikan semangat dan saran serta kritik kepada
penulis
4. SMA Negeri 3 Mengwi, tempat penulis menuntut ilmu sehingga dapat
menyelesaikan tugas ini.
Berikut ini penulis mempersembahkan tugas Karya Ilmiah yang
berjudul “MASALAH KEKERINGAN”Tugas ini disusun berdasarkan informasi
yang ada. Semoga siapa saja yang membaca dapat mengetahui makna dari isi karya
ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan dalam
karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis menerima dengan baik saran dan kritik
yang diberikan.

Dengan ini saya mempersembahkan karya ilmiah sederhana ini dengan penuh rasa
terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi tugas ini sehingga dapat
memberikan manfaat.

11 November 2019

Hormat Kami,

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/
atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. (Definisi bencana menurut UU No. 24 tahun 2007). Bencana merupakan
pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan
yang di picu oleh suatu kejadian.
Posisi geografis menyebabkan Indonesia berada pada belahan bumi dengan
iklim monsoon tropis yang sangat sensitif terhadap anomali iklim El-Nino Southern
Oscillation (ENSO). ENSO menyebabkan terjadinya kekeringan apabila kondisi
suhu permukaan laut di Pasifik Equator bagian tengah hingga timur menghangat (El
Nino).
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam
masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya
kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan
di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan
karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi,
ataupun penggunaan lain oleh manusia.
Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu
wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan
ekosistem yang ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan
merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat
berbeda-beda. Namun demikian, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat
pula menyebabkan kerusakan yang signifikan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat di simpulkan rumusan masalah berikut
dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan kekeringan ?
2. Apa saja tanda-tanda kekeringan ?
3. Apa saja faktor penyebab kekeringan ?
4. Bagaimana dampak kekeringan baik fisik maupun non fisik ?
5. Bagaimana usaha untuk mitigasi untuk menangani bencana kekeringan baik
pra bencana saat bencana dan pasca bencana ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat disimpulkan tujuan dalam
penyususnan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kekeringan.
2. Untuk mengetahui tanda-tanda terjadinya kekeringan.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab kekeringan.
4. Untuk mengetahui dampak kekeringan baik fisik maupun non fisik.
5. Untuk mengetahui usaha mitigasi untuk menangani bencana kekeringan baik
pra bencana, saat terjadi bencana, dan pasca bencana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara
perlahan (slow onset disaster),berlangsung lama sampai hujan tiba, berdampak
sangat luas,dan bersifat lintas sector (ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan
lain-lain).
Kekeringan adalah merupakan salah satu bencana yang sulit dicegah dan datang
berulang. Secara umum pengertian kekeringan adalah ketersediaan air yangjauh
di bawah dari kebutuhan air untuk kebutuhan hidup,pertanian,kegiatan ekonomi dan
lingkungan.Terjadinya kekeringan di suatu daerah bisa menjadi kendala dalam
peningkatan produksi pangan di daerah tersebut.Di Indonesia pada setiap musim
kemarau hampir selalu terjadi kekeringan pada tanaman pangan dengan intensitas
dan luas daerah yang berbeda tiap tahunnya.
2.2 Hipotesis
Menurut pengalaman saya waktu melakukan penelitian di kampung saya,
masyarakat banyak yang menggunakan hujan buatan dengan menaburkan
banyak garam khusus yang halus dan di campur bibit / seeding ke awan agar
mempercepat terbentuknya awan jenuh. Untuk menyemai / membentuk hujan
deras, biasanya dibutuhkan garam sebanyak 3 ton yang disemai ke awan
potensial selama 30 hari. Tapi itu bisa saja gagal karena memakan biaya banyak.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang
bersifat membandingkan. Variabelnya masih sama dengan penelitian variabel
mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang
berbeda.

3.2 Populasi dan Sampel


Populasi penelitian ini saya mengambil warga-warga di desa saya yaitu desa
Belalang.Perwakilan 1 orang dari masing masing desa. Saya hanya meneliti
tentang cara mengatasi kekeringan yang berkepanjangan.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian


Saya melakukan penelitian di Geger setiap kali ada waktu luang, saya
memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Proses penelitian ini cukup lama yaitu
1bulan. Dan saya melakukan wawancara di bulan terakhir kurang lebih 1
minggu.Setelah itu penulisan penelitianpun di mulai.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Saya tidak hanya melakukan wawancara tetapi saya juga mengambil
sebagian informasidari internet dan buku paket.Setelah semua data yang di
butuhkann telah terkumpul,kemudian saya memadukan opini internet dan buku
paket dengan hasil wawancara saya.Dan saya mendapatkan jawaban sementara
yangtelah tercantum di Hipotesis.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Kekeringan


Posisi geografis menyebabkan Indonesia berada pada belahan bumi dengan iklim
monsoon tropis yang sangat sensitif terhadap anomali iklim El-Nino Southern
Oscillation (ENSO). ENSO menyebabkan terjadinya kekeringan apabila kondisi
suhu permukaan laut di Pasifik Equator bagian tengah hingga timur menghangat (El
Nino). Berdasarkan analisis iklim 30 tahun terakhir menunjukkan bahwa, ada
kecenderungan terbentuknya pola iklim baru yang menyebabkan terjadinya
perubahan iklim. Dampak terjadinya perubahan iklim terhadap sektor pertanian
adalah bergesernya awal musim kemarau yang menyebabkan berubahnya pola
tanam karena adanya kekeringan.
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam
masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun).Biasanya
kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan
di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan
karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi,
ataupun penggunaan lain oleh manusia.
Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan didefinisikan sebagai pengurangan
persediaan air atau kelembaban yang bersifat sementara secara signifikan di bawah
normal atau volume yang diharapkan untuk jangka waktu khusus. Dampak
kekeringan muncul sebagai akibat dari kekurangannya air, atau perbedaan-
perbedaan antara permintaan dan persediaan air.
Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan bisa dikelompokan berdasarkan jenisnya
yaitu:
1. Kekeringan meteorologis, berasal dari kurangnya curah hujan dan didasarkan
pada tingkat kekeringan relatif terhadap tingkat kekeringan normal atau rata–rata
dan lamanya periode kering. Perbandingan ini haruslah bersifat khusus untuk daerah
tertentu dan bisa diukur pada musim harian dan bulanan, atau jumlah curah hujan
skala waktu tahunan. Kekurangan curah hujan sendiri, tidak selalu menciptakan
bahaya kekeringan.
2. Kekeringan hidrologis mencakup mencangkup berkurangnya sumber–sumber air
seperti sungai, air tanah, danau dan tempat–tempat cadangan air. Definisinya
mencangkup data tentang ketersediaan dan tingkat penggunaan yang dikaitkan
dengan kegiatan wajar dari sistem yang dipasok (sistem domestik, industri, pertanian
yang menggunakan irigasi). Salah satu dampaknya adalah kompetisi antara pemakai
air dalam sistem–sistem penyimpanan air ini.
3. Kekeringan pertanian adalah dampak dari kekeringan meteorologi dan hidrologi
terhadap produksi tanaman pangan dan ternak. Kekeringan ini terjadi ketika
kelembapan tanah tidak mencukupi untuk mempertahankan hasil dan pertumbuhan
rata-rata tanaman. Kebutuhan air bagi tanaman, bagaimanapun juga, tergantung pada
jenis tanaman, tingkat pertumbuhan dan sarana- sarana tanah. Dampak dari
kekeringan pertanian sulit untuk bisa diukur karena rumitnya pertumbuhan tanaman
dan kemungkinan adanya faktor–faktor lain yang bisa mengurangi hasil seperti
hama, alang–alang, tingkat kesuburan tanah yang rendah dan harga hasil tanaman
yang rendah..
4. Kekeringan sosioekonomi berhubungan dengan ketersediaan dan permintaan
akan barang–barang dan jasa dengan tiga jenis kekeringan yang disebutkan diatas.
Ketika persediaan barang–barang seperti air, jerami atau jasa seperti energi listrik
tergantung pada cuaca, kekeringan bisa menyebabkan kekurangan. Konsep
kekeringan sosioekonomi mengenali hubungan antara kekeringan dan aktivitas–
aktivitas manusia. Sebagai contoh, praktek–praktek penggunaan lahan yang jelek
semakin memperburuk dampak–dampak dan kerentanan terhadap kekeringan di
masa mendatang.

4.2 Tanda-Tanda Umum Kekeringan


Gejala terjadinya kekeringan adalah sebagai berikut:
1. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah normal
dalam satu musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis merupakan indikasi
pertama adanya bencana kekeringan.
2. Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air
permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air
sungai, waduk, danau dan air tanah. Kekeringan Hidrologis bukan merupakan
indikasi awal adanya kekeringan.
3. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah
(kandungan air di dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas yang
menyebabkan tanaman menjadi kering dan mengering.

4.3 Faktor – Faktor Terjadinya Kekeringan


Faktor-faktor penyebab terjadinya bencana kekeringan:
1. Lapisan tanah tipis
Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah tidak akan
bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih cepat mengalami
penguapan oleh panas matahari. Biasanya bencana kekeringan sering terjadi di
daerah pegunungan kars, karena di daerah ini memiliki lapisan tanah atas yang tipis.
2. Air tanah dalam
Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke dalam
lapisan bawah tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air dengan
intensitas yang terbatas, tanah juga tidak mampu menyimpan air dengan jangka
waktu yang lebih lama.Hal ini menyebabkan aliran-aliran air di bawah tanah (sungai
bawah tanah) yang dalam, sehingga tanaman tidak mampu menyerap air pada saat
musim kemarau, karena akar yang dimiliki tidak mampu menjangkaunya. Air tanah
yang dalam menyebabkan sumber-sumber mata air mengalami kekeringan di musim
kemarau, karena air yang terdapat jauh di bawah lapisan tanah tidak mampu
naik, sehingga kalaupun ada sumber mata air yang tidak mengalami kekeringan pada
musim kemarau, itu jumlahnya terbatas.
3. Tekstur tanah kasar
Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang
lama. Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir ke dalam, karena tanah
tidak mampu menahan laju air. Di lain sisi, air yang terkandung dalam tanah yang
memiliki tekstur yang kasar akan mengalami penguapan relatif lebih cepat, karena
rongga-rongga tanah jelas lebih lebar dan sangat mendukung terjadinya proses
penguapan.
4. Iklim
Dalam hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan. Keadaan alam
yang tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim yang terjadi. Sehingga
mengakibatkan perubahan musim.
Misalnya: Akibat perubahan kondisi iklim, menyebabkan musim kemarau berjalan
lebih lama daripada musim penghujan, dengan musim kemarau yang lebih lama
tentunya akan memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. Karena kebutuhan air
kurang terpenuhi di musim kemarau.
5. Vegetasi
Vegetasi juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis vegetasi
tertentu seperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan intensitas yang lebih
banyak,daripada tanaman lain, tentunya akan sangat menguras kandungan air dalam
tanah. Dan lebih parahnya, penanaman ketela pohon banyak terjadi di daerah
pegunungan karst yang rawan akan bencana kekeringan. Vegetasi lain yang dapat
memicu kekeringan adalah tanaman bambu. Bambu memiliki struktur yang sangat
rumit, dan menutupi permukaan tanah (lapisan tanah atas) di sekitar bambu itu
tumbuh. Sehingga kemungkinan tanaman lain untuk tumbuh sangat kecil. Dengan
demikian tanaman yang seharusnya berfungsi untuk menyimpan air tidak ada atau
terbatas jumlahnya.
6. Topografi
Topografi atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh terhadap
kandungan air tanah yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah akan memiliki
kandungan air tanah yang lebih banyak daripada di daerah dataran tinggi. Hal ini
disebabkan karena air hujan yang diserap oleh tanah akan mengalir dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah. Oleh karena itu air akan lebih banyak terserap oleh
tanah di dataran yang lebih rendah. Dengan kata lain.di dataran tinggi kemungkinan
terjadi bencana kekeringan lebih besar daripada di dataran rendah. Karena dataran
tinggi tidak mampu menyimpan air lebih lama.
4.4 Dampak Kekeringan
1. Fisik
a. Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang.
b. Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah.
c. Kerusakan spesies tanaman.
d. Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi).
e. Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu, polutan, berkurangnya daya
pandang).
f. Kekeringan juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retak-retak, sehingga
sulit untuk dijadikan lahan pertanian.
g. Keadaan suhu siang hari pada saat kekeringan akibat musim kemarau menjadikan
suhu udara sangat tinggi dan sebaliknya pada malam hari suhu udara sangat dingin.
Perbedaan suhu udara yang berganti secara cepat antara siang dan malam
menyebabkan terjadinya pelapukan batuan lebih cepat.
2. Non fisik
a. Ekonomi
1) Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu, dan perikanan.
2) Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
3) Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara langsung.
4) Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi.
5) Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-biaya energi.
6) Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian.
7) Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga pangan.
8) Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait dengan kekeringan.
9) Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan meningkatnya kejenuhan pada
lembaga-lembaga keuangan.
b. Sosial Budaya
1) Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau debu mudah
terbawa angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana, sehingga menimbulkan
banyak gejala penyakit yang berhubungan dengan pernafasan. Banyak orang yang
akan sakit flu dan batuk.
2) Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan).
3) Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-kondisi yang
terkait dengan kekeringan.
4) Konflik di antara penggunan air.
5) Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air.
6) Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan dan bantuan
pemulihan.
7) Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan.
8) Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup.
9) Kekacauan social, perselisihan sipil.
10) Pengangguran meningkat,Karena yang tadinya petani jadi kehilangan pekerjaan
11) Migrasi penduduk untuk mendapatkan pekerjaan atau bantuan
pemulihan,banyaknya TKI (tenaga kerja indonesia) yang memilih keluar negeri.
c. Politik
Pemerintah harus bekerja keras untuk membuat kebijakan penanggulangan
bencana kekeringan. Badan khusus penanggulangan bencana juga harus dibentuk,
seperti yang sudah dibentuk di Indonesia yaitu BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana).
4.5 Mitigasi Bencana Kekeringan
Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana
1. Penyusunan peraturan pemerintah tentang pengaturan sistem pengiriman data iklim
dari daerah ke pusat pengolahan data.
2. Penyusunan PERDA untuk menetapkan skala prioritas penggunaan air dengan
memperhatikan historical right dan azas keadilan.
3. Pembentukan pokja dan posko kekeringan pada tingkat pusat dan daerah.
4. Penyediaan anggaran khusus untuk pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan
iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan.
5. Pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan
kekeringan.
Jika lebih dirincikan, tahap mitigasi bencana kekeringan adalah sebagai berikut:
1. Pra bencana
a. Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.
b. Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air baku
untuk air bersih.
c. Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang
ada di lingkungan tinggal kita.
d. Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
e. Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan
plester semen atau ubin keramik.
f. Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air
g. Perlindungan sumber-sumber air pengembangannya.
h. Panen dan konservasi air
Panen air merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau air
aliran permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada waktu curah
hujan rendah. Panen air harus diikuti dengan konservasi air, yakni menggunakan air
yang sudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan. Pembuatan rorak merupakan
contoh tindakan panen air aliran permukaan dan sekaligus juga tindakan konservasi
air.
Daerah yang memerlukan panen air adalah daerah yang mempunyai bulan
kering (dengan curah hujan < 100 mm per bulan) lebih dari empat bulan berturut-
turut dan pada musim hujan curah hujannya sangat tinggi (> 200 mm per bulan). Air
yang berlebihan pada musim hujan ditampung (dipanen) untuk digunakan pada
musim kemarau. Penampungan atau 'panen air' bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan air tanaman, sehingga sebagian lahan masih dapat berproduksi pada
musim kemarau serta mengurangi risiko erosi pada musim hujan.
1) Rorak
Rorak adalah lubang kecil berukuran panjang/lebar 30-50 cm dengan kedalaman
30-80 cm, yang digunakan untuk menampung sebagian air aliran permukaan. Air
yang masuk ke dalam rorak akan tergenang untuk sementara dan secara perlahan
akan meresap ke dalam tanah, sehingga pengisian pori tanah oleh air akan lebih
tinggi dan aliran permukaan dapat dikurangi.
Rorak cocok untuk daerah dengan tanah berkadar liat tinggi-di mana daya serap
atau infiltrasinya rendah—dan curah hujan tinggi pada waktu yang pendek.
2) Saluran buntu
Saluran buntu adalah bentuk lain dari rorak dengan panjang beberapa meter
(sehingga disebut sebagai saluran buntu). Perlu diingat bahwa dalam pembuatan
rorak atau saluran buntu, air tidak boleh tergenang terlalu lama (berhari-hari) karena
dapat menyebabkan terganggunya pernapasan akar tanaman dan berkembangnya
berbagai penyakit pada akar.
3) Lubang penampungan air (catch pit)
Bibit yang baru dipindahkan dari polybag ke kebun, seharusnya dihindarkan dari
kekurangan air. Sistem 'catch pit' merupakan lubang kecil untuk menampung air,
sehingga kelembaban tanah di dalam lubang dan di sekitar akar tanaman tetap tinggi.
Lubang harus dijaga agar tidak tergenang air selama berhari-hari karena akan
menyebabkan kematian tanaman.
4) Embung
Embung adalah kolam buatan sebagai penampung air hujan dan aliran permukaan.
Embung sebaiknya dibuat pada suatu cekungan di dalam daerah aliran sungai (DAS)
mikro. Selama musim hujan, embung akan terisi oleh air aliran permukaan dan
rembesan air di dalam lapisan tanah yang berasal dari tampungan mikro di bagian
atas/hulunya. Air yang tertampung dapat digunakan untuk menyiram tanaman,
keperluan rumah tangga, dan minuman ternak selama musim kemarau.
Embung cocok dibuat pada tanah yang cukup tinggi kadar liatnya supaya
peresapan air tidak terlalu besar. Pada tanah yang peresapan airnya tinggi, seperti
tanah berpasir, air akan banyak hilang kecuali bila dinding dan dasar embung dilapisi
plastik atau aspal. Cara ini akan memerlukan biaya tinggi.
5) Bendungan Kecil (cek dam)
Cek dam adalah bendungan pada sungai kecil yang hanya dialiri air selama musim
hujan, sedangkan pada musim kemarau mengalami kekeringan. Aliran air dan
sedimen dari sungai kecil tersebut terkumpul di dalam cekdam, sehingga pada
musim hujan permukaan air menjadi lebih tinggi dan memudahkan pengalirannya
ke lahan pertanian di sekitarnya. Pada musim kemarau diharapkan masih ada
genangan air untuk tanaman, air minum ternak, dan berbagai keperluan lainnya.
6) Panen air hujan dari atap rumah
Air hujan dari atap rumah dapat ditampung di dalam bak atau tangki untuk
dimanfaatkan selama musim kemarau untuk mencuci, mandi, dan menyiram
tanaman. Untuk minum sebaiknya digunakan air dari mata air karena pada awal
musim hujan, air hujan mengandung debu yang cukup tinggi.
Antisipasi penanggulangan kekeringan dapat dilakukan melalui dua tahapan
strategi yaitu perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang.
a) Perencanaan jangka pendek (satu tahun musim kering):
· Penetapan prioritas pemanfaatan air sesuai dengan prakiraan kekeringan.
· Penyesuaian rencana tata tanam sesuai dengan prakiraan kekeringan.
· Pengaturan operasi dan pemanfaatan air waduk untuk wilayah sungai yang
mempunyai waduk.
· Perbaikan sarana dan prasarana pengairan.
· Penyuluhan/sosialisasi kemungkinan terjadinya kekeringan dan dampaknya.
· Penyiapan cadangan pangan.
· Penyiapan lapangan kerja sementara (padat karya) untuk meringankan dampak.
· Persiapan tindak darurat.
· Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.
· Penyediaan air minum dengan mobil tangki.
· Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.
· Penyediaan pompa air.
b. Sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi antara lain:
· Pelaksanaan reboisasi atau konservasi untuk meningkatkan retensi dan tangkapan
di hulu.
· Pembangunan prasarana pengairan (waduk, situ, embung).
· Pengelolaan retensi alamiah (tempat penampungan air sementara) di wilayah
sungai.
· Penggunaan air secara hemat.
· Penciptaan alat sanitasi hemat air.
· Pembangunan prasarana daur ulang air.
· Penertiban pengguna air tanpa ijin dan yang tidak taat aturan.
2. Saat terjadi Bencana
Sasaran penanggulangan kekeringan ditujukan kepada ketersediaan air dan
dampak yang ditimbulkan akibat kekeringan. Untuk penanggulangan kekurangan air
dapat dilakukan melalui:
· Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.
· Penyediaan air minum dengan mobil tangki.
· Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.
· Penyediaan pompa air.
· Pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti gilir giring).
Untuk penanganan dampak, perlu dilakukan secara terpadu oleh sektor terkait
antara lain dengan upaya:
a. Dampak Sosial:
ü Penyelesaian konflik antar pengguna air.
ü Pengalokasian program padat karya di daerah-daerah yang mengalami kekeringan.
b. Dampak Ekonomi:
ü Peningkatan cadangan air melalui pembangunan waduk-waduk baru, optimalisasi
fungsi embung, situ, penghijauan daerah tangkapan air, penghentian perusakan
hutan, dll.
ü Peningkatan efisiensi penggunaan air melalui gerakan hemat air, daur ulang
pemakaian air.
ü Mempertahankan produksi pertanian, peternakan, perikanan, dan kayu/ hutan melalui
diversifikasi usaha.
ü Meningkatkan pendapatan petani, dan perdagangan hasil pertanian melalui perbaikan
sistem pemasaran.
c. Dampak Keamanan:
ü Mengurangi kriminalitas melalui penciptaan lapangan pekerjaan.
ü Mencegah kebakaran dengan meningkatkan kehati-hatian dalam penggunaan api.
d. Dampak Lingkungan:
ü Mengurangi erosi tanah melalui penutupan tanah (land covering).
ü Mengurangi beban limbah sebelum dibuang kesumber air.
ü Membangun waduk-waduk baru untuk menambah cadangan air pada musim
kemarau.
ü Mempertahankan kualitas udara (debu, asap, dll) melalui pencegahan pencemaran
udara dengan tidak melakukan kegiatan yang berpotensi menimbulkan kebakaran
yang menimbulkan terjadinya pencemaran udara.
ü Mencegah atau mengurangi kebakaran hutan dengan pengolahan lahan dengan cara
tanpa pembakaran.

3. Pasca Bencana
Kegiatan pemulihan mencakup kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang
akibat bencana kekeringan antara lain:
a. Bantuan sarana produksi pertanian.
b. Bantuan modal kerja.
c. Bantuan pangan dan pelayanan medis.
d. Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran
pembawa, dll.
e. Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.
f. Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.
Kejadian kekeringan mempengaruhi sistem sosial, disamping sistem fisik dan
sistem lingkungan, sehingga manajemen kekeringan merupakan suatu tanggung
jawab sosial, yang pada dasarnya terarah pada upaya pasokan air dan
mengurangi/meminimalkan dampak (Yevjevich-1978).

4.6 Cara mengatasi kekeringan


Negara kita Indonesia memiliki dua buah musim. Yakni musim hujan
dan musim kemarau. Seringkali setiap tahunnya, Indonesia mengalami kondisi
dimana musim kemarau lebih panjang dari biasanya. Hal ini mengakibatkan
terjadinya kekeringan di beberapa daerah. Kejadian ini terus berulang dan
berulang. Banyak pihak yang dirugikan oleh kondisi kemarau panjang yang
mengakibatkan kekeringan. Salah satunya adalah petani yang tanamannya
terancam gagal panen karena kekeringan. Selain itu, kekeringan juga
menyebabkan air bersih menjadi langka dan mahal di beberapa tempat.
Mengingat kondisi yang hampir selalu terjadi setiap tahunnya ini, diperlukan
caramengatasi kekeringan yang setidaknya dapat menangani dan membantu kita
melewati kondisi yang satu ini.
· Cara mengatasi dengan embung
Cara mengatasi kekeringan yang dapat dilakukan salah satunya adalah
dengan membuat embung alias penampung air hujan. Nantinya, embung ini
dapat digunakan sebagai penyediaan air ketika musim kemarau panjang tiba.
Embung ini dapat membantu untuk mengairi tanaman-tanaman yang ‘terjebak’
ketika musim kemarau tiba, sehingga tanaman-tanaman tersebut tidak akan mati
karena kekurangan air. Cara ini cukup efektif dan dapat digunakan oleh para
petani, mengingat seringnya terjadi gagal panen karena kemarau panjang yang
menyebabkan kekeringan. Pertimbangkanlahseberapa banyak air yang akan
dibutuhkan ketika membuat embung. Semakinbesar embung yang dibuat maka
akan semakin banyak pula air yang tertampung, maka akan semakin banyak
pula lahan dan tanaman yang dapat diairi.
· Cara mengatasi kekeringan dengan memelihara waduk
Selanjutnya, ketika musim kemarau banyak sumber air yang mengalami
kekeringan. Misalnya, waduk. Untuk mengatasi hal tersebut maka cara
mengatasi kekeringan yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah waduk
mengalami pendangkalan. Pasalnya, jika terjadi pendangkalan maka kapasitas
air dalam waduk akan berkurang dan menyebabkan waduk menjadi cepat
kering ketika musim kemarau tiba. Penyebab dari pendangkalan ini adalah
karena adanya sedimentasi butiran tanah yang dibawa oleh aliran sungai dari
daerah hulu akibat dari rusaknya ekosistem hulu. Untuk menghindari
pendangkalan waduk ini, maka perlu dilakukan pengerukan agar waduk menjadi
lebih dalam lagi. Dengan begitu, waduk pun mampu menampung air lebih
banyak lagi.

· Cara mengatasi kekeringan dengan penghijauan


Jangan lupa juga untuk selalu melakukan penghijauan. Ini merupakan
cara mengatasi kekeringan yang paling klasik tapi tidak boleh dilewatkan.
Penghijauan sebaiknya di lakukan di daerah hulu disertai dengan pengurangan
konversi lahan di daerah hulu. Konversi lahan ini mampu mengurangi
kemampuan lahan dalam menyerap air hujan. Penghijauan ini nantinya bisa
mengurangi terjadinya sedimentasi sehingga tidak akan terjadi pendangkalan
waduk. Tanaman yang ditanam pada lahan-lahan kosong mampu menjaga
butiran tanah ketika hujan tiba. Tanaman yang rapat juga berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air hujan, mengurangi aliran
permukaan dan penguapan sehingga akhirnya air tanah akan tersedia lebih
lama.
Terakhir, sebaiknya berikan peringatan kepada masyarakat bahwa akan terjadi
kekeringan. Dengan begitu masyarakat dapat bersiap-siap untuk mencari cara
mengatasi kekeringan yang dapat membantu mereka. Peringatan ini sangat
penting untuk dilakukan. Terutama bagi para petani. Sehingga mereka dapat
mempertimbangkan kapassaat yang pas untuk menanam, sehingga tidak akan
terjadi gagal panen karena kekeringan.Selain itu, pemerintah seharusnya bisa
membantu masyarakat dengan memberikan pompa air. Pompa air sangat penting
karena dapat membantu pengadaan air untuk irigasi ketika pasokan air yang
dibutuhkan kurang atau tidak mencukupi. Nantinya dengan pompa air tersebut,
petani dapat mengatasi kelangkaan air dengan memompa air dari sungai atau
sumber-sumber air sekitar.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hujan buatan umumnya diciptakan dengan tujuan untuk membantu daerah yang
sangat kering akibat sudah lama tidak turun hujan sehingga dapat mengganggu
kehidupan di darat mulai dari sawah kering, gagal panen, sumur kering, sungai
/ danau kering, tanah retak-retak, kesulitan air bersih, hewan dan tumbuhan
pada mati dan lain sebagainya. Dengan adanya hujan buatan diharapkan mampu
menyuplai kebutuhan air makhluk hidup di bawahnya dan membuat masyarakat
hidup bahagia dan sejahtera.
Hujan yang berlebih pada suatu lokasi dapat menimbulkan bencana pada
kehidupan di bawahnya. Banjir dan tanah longsor adalah salah satu akibat dari
hujan yang berlebihan. Perubahan iklim di bumi akhir-akhir ini juga
mendukung persebaran hujan yang tidak merata sehingga menimbulkan
berbagai masalah di bumi. Untuk itu kita sudah semestinya membantu
menormalkan iklim yang berubah akibat ulah manusia agar anak cucu kita
kelak tidak menderita dan terbunuh akibat kesalahan yang kita lakukan saat
ini.
Media yang bisa ditempeli uap air contohnya partikel garam di atas lautan
yang bisa menyerap uap air sehingga membentuk kumpulan yang besar. Asap
juga bisa sebagai media untuk berkumpulnya uap air. Bibit hujan ini akan
bergerak sesuai dengan tiupan angin.

5.2 Saran
Bagi para Masyarakat hendaknya menggunakan air dengana baik, jangan terlalu
berlebihan dalam menggunakan air karena bisa menyebabkan kekurangan
air. Menurut keagamaan kekeringan itu di sebabkan oleh tingkah laku manusia
itu sendiri di faktorkan Kemaksiatan yang Merajalela,
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................3
1. 1 Latar Belakang ............................................. Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah ........................................ Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan ......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................5
2.1 Landasan Teori.............................................. Error! Bookmark not defined.
2.2 Hipotesis........................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................................6
3.1 Jenis Penelitian............................................. Error! Bookmark not defined.
3.2 Populasi dan Sampel ................................... Error! Bookmark not defined.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................... Error! Bookmark not defined.
3.4 Teknik Pengumpulan Data............................ Error! Bookmark not defined.
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................7
4.1 Pengertian Kekeringan .................................................................................7
4.2 Tanda-Tanda Umum Kekeringan ...............................................................8
4.3 Faktor – Faktor Terjadinya Kekeringan.......................................................9
4.4 Dampak Kekeringan ................................... Error! Bookmark not defined.
4.5 Mitigasi Bencana Kekeringan .....................................................................12
4.6 cara mengatasi kekeringan .............................................................................17
BAB V PENUTUP..................................................................................................19
5.1 Kesimpulan ................................................... Error! Bookmark not defined.
5.2 Saran.............................................................. Error! Bookmark not defined.

Anda mungkin juga menyukai