Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR OTAK


DI RUANG GARDENA RUMAH SAKIT dr SOEBANDI JEMBER

Oleh
Eka Mei Dianita, S.Kep
192311101023

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan berikut disusun oleh:

Nama : Eka Mei Dianita


NIM : 192311101023
Judul : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Tumor Otak Ruang Gardena
Rumah Sakit Daerah Dr. Soebandi Jember.

telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:


Hari :
Tanggal : November 2019

Jember, November 2019

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

…………………………….. …………………………..

ii
DAFTAR PUSTAKA

PENGESAHAN ................................................................................................................ ii

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN ...............................................................................................1

1.1 Anatomi Fisiologi Otak ............................................................................................1

1.2 Definisi Tumor Otak ................................................................................................4

1.3 Epidemiologi Tumor Otak ...............................................................................9

1.4 Etiologi ....................................................................................................................9

1.5 Patofisiologi.....................................................................................................11

1.6 Manifestasi Klinis ...........................................................................................13

1.7 Penatalaksanaan .............................................................................................14

1.8 Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik .............................................................17

1.9 Komplikasi ......................................................................................................18

BAB II. CLINICAL PATHWAY ..................................................................................24

BAB III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................25

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................30

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Anatomi Fisiologi Otak


Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf, dengan komponen bagiannya
adalah:
a) Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari sepasang
hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan sulkus
(celah) dan girus (Ganong, 2003). Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
1) Lobus frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih tinggi,
seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di hemisfer
kiri), pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini mengandung pusat pengontrolan
gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik primer) dan terdapat area
asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca yang
mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku
sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif (Purves dkk, 2004).
2) Lobus temporalis
Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang
berjalan ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura parieto-
oksipitalis (White, 2008). Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat
verbal, visual, pendengaran dan berperan dlm pembentukan dan
perkembangan emosi.
3) Lobus parietalis
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus
postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran (White,
2008).
4) Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi
penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan dari

1
nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain
& memori (White, 2008).
5) Lobus Limbik
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori emosi dan
bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui pengendalian atas
susunan endokrin dan susunan otonom (White, 2008).

Gambar Lobus-lobus pada Otak


b) Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran koordinasi yang
penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada informasi somatosensori yang
diterima, inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan output. Cerebellum terdiri
dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang menerima dan menyampaikan
informasi ke bagian lain dari sistem saraf pusat. Cerebellum merupakan pusat
koordinasi untuk keseimbangan dan tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot-
otot volunter secara optimal. Bagian-bagian dari cerebellum adalah lobus anterior,
lobus medialis dan lobus fluccolonodularis (Purves, 2004).
c) Brainstem

Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh proses


kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon diatasnya dan
medulla spinalis dibawahnya. Struktur- struktur fungsional batang otak yang
penting adalah jaras asenden dan desenden traktus longitudinalis antara medulla
spinalis dan bagian-bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf cranial.
2
Secara garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen, yaitu: mesensefalon, pons
dan medulla oblongata.

Otak diberi nutrisi oleh darah. Darah mengangkut zat asam, makanan dan
substansi lainnya yang diperlukan bagi fungsi jaringan hidup yang baik. Suplai
darah arteri ke otak merupakan suatu jalinan pembuluh-pembuluh darah yang
bercabang-cabang, berhubungan erat satu dengan yang lain sehingga dapat
menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel.

a) Peredaran Darah Arteri

Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan
arteri karotis interna, yang bercabang dan beranastosmosis membentuk circulus
willisi. Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis
yang berakhir pada arteri serebri anterior dan arteri serebri medial. Di dekat akhir
arteri karotis interna, dari pembuluh darah ini keluar arteri communicans posterior
yang bersatu kearah kaudal dengan arteri serebri posterior. Arteri serebri anterior
saling berhubungan melalui arteri communicans anterior. Arteri vertebralis kiri
dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri subklavia kanan
merupakan cabang dari arteria inominata, sedangkan arteri subklavia kiri
merupakan cabang langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak
melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua
arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris.

b) Peredaran Darah Vena

Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus-sinus duramater,


suatu saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater. Sinus-
sinus duramater tidak mempunyai katup dan sebagian besar berbentuk triangular.
Sebagian besar vena cortex superfisial mengalir ke dalam sinus longitudinalis
superior yang berada di medial. Dua buah vena cortex yang utama adalah vena
anastomotica magna yang mengalir ke dalam sinus longitudinalis superior dan
vena anastomotica parva yang mengalir ke dalam sinus transversus. Vena-vena

3
serebri profunda memperoleh aliran darah dari basal ganglia (Wilson, et al.,
2002).

Gambar: Pereradaran Darah Otak

1.2 Definisi Tumor Otak

Tumor otak merupakan neoplasma, baik yang jinak maupun ganas, dan
lesi-lesi desak ruang yang lain, yang berasal dari inflamasi kronik yang
tumbuh dalam otak, meningen atau tengkorak. Tumor otak terdapat yang
benigna dan tumor otak maligna. Tumor otak benigna merupakan
pertumbuhan jaringan otak secara abnormal namun tidak ganas. Tumor otak
maligna merupakan pertumbuhan jaringan abnormal yang berpotensi ganas
yang dapat menyusup atau menyebar di jaringan sekitarnya maupun
bermetastasis ke jaringan yang jauh melalui aliran darah. Tumor otak di bagi
2 yaitu (Batticaca, 2008):
a. Tumor otak primer
Tumor otak primer dapat berasal dari otak itu sendiri atau jaringan yang
menutup otak, seperti membran meninges, syaraf tengkorak, kelenjar
pituitary atau kelenjar pineal. Tumor otak primer dimulai ketika sel normal
mengalami mutasi pada DNA-nya. Mutasi ini menyebabkan sel tumbuh

4
secara tidak terkendali dan tetap hidup saat sel yang lain mati. Ada
beberapa jenis tumor otak primer. Masing-masing dinamakan berdasarkan
sel yang terkat, antara lain: acoustic neuroma (schwannoma), astrocytoma,
juga dikenal dengan nama glioma, yang terdiri dari anaplastic astrocytoma
dan glioblastoma, ependymoma, ependymoblastoma, germ cell tumor,
medulloblastoma, meningioma, neuroblastoma, oligodendroglioma, dan
pineoblastoma.
1. Glioma : tumor yang tersusun dari neuroglia dalam setiap tahap
perkembangannya; kadang- kadang diperluas mencakup semua
neoplasma otak dan medula spinalis intrinsik, seperti astrositoma,
ependimomas, dan lain- lain. Sejumlah tumor yang bisa dikelompokkan
glioma :
a) Glioblastoma : setiap astrositoma yang ganas; biasanyaterdapat pada
otak tetapi tidak terdapat pada batang otak atau medula spinalis.
b) Astrocytomas : tumor yang terdiri dari astrosit; jenis tumor yang
paling lazim dan juga ditemukan di sepanjang sistem saraf pusat;
diklasifikasikan berdasarkan histologi atau dalam hubungannya
dengan keganasan (I- IV).
c) Oligodendrogliomas : neoplasma dari dan tersusun dari
oligodendrosit (sel oligodendroglia; sel neo-neural yang berasal dari
ektodermal, membentuk bagian struktur adventisial (neuroglia)
sistem saraf pusat.
d) Ependymomas : neoplasma, biasanya tumbuh lambat dan jinak,
terdiri dari sel- sel ependimal (membran yang melapisi ventrikel otak
dan kanalis sentralis medula spinalis) yang terdiferensiasi.
2. Meningioma : tumor pada selaput pelindung otak (meninges) jinak yang
tumbuh lambat, biasanya terletak bersebelahan dengan dura mater
(lapisan yang paling luar, paling kuat dari tiga selaput otak (meninges)
dan sumsum tulang belakang), yang dapat menginvasi tulang tengkorak
atau menyebabkan hiperostosis (pertumbuhan jaringan bertulang yang
berlebihan), dan sering menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
5
anatomi ; lebih banyak menyerang wanita daripada pria, terutama usia
50-60 tahun. Wanita lebih sering menderita meningioma karena
reseptor hormon progesteron yang mempunyai GP1 dan GP2 (GP =
glikoprotein) : memberi sifat pengenal pada molekul yang terlibat
dalam lalulintas di dalam sel menyebabkan timbulnya meningioma.
a) Angioblastic meningioma : meningioma yang mengandung banyak
pembuluh darah dari berbagai ukuran;
b) Convexity meningioma : beragam kelompok meningioma yang
terletak antara sulkus otak, biasanya di sebelah anterior fisura
ronaldi;
c) Psammomatous meningioma : meningioma yang mengandung
banyak badan psammoma (badan psammoma; tumor seperti pasir :
yang berasal dari jaringan berserat dari meninges atau koroid atau
struktur tertentu; terbentuk dari kumpulan kalsium yang tampak
mikroskopik).
3. Medulloblastomas : tumor; ganas embrional invasif otak kecil yang
lebih sering terjadi pada anak- anak; sel yang tidak terdeferensiasi pada
tabung neural yang bisa berkembang baik menjadi neuroblast maupun
spongioblas.
4. Gangliogliomas : ganglioneuroma (neoplasma jinak yang tersusun atas
serabut saraf dan sel ganglion masak) pada sistem saraf pusat.
5. Schwannomas: neoplasma yang berasal dari sel schwann (selubung
mielin) neuron; meliputi neurofibroma (tumor saraf tepi akibat
proliferasi (reproduksi atau multiplikasi bentuk serupa, khususnya sel)
sel schwann yang abnormal) dan neurilemomas (tumor selubung saraf
perifer (neurilema), jenis tumor neurogenik yang paling umum,
biasanya jinak).
b. Tumor otak sekunder / metastatik
Tumor otak sekunder / metastatik adalah tumor yang dihasilkan dari
kanker yang berasal dari bagian tubuh lain dan kemudian merambat ke
otak. Tumor otak sekunder paling sering terjadi pada orang yang memiliki
6
catatan dengan kanker. Tapi dapat juga terjadi walaupun jarang, tumor
otak metastatik merupakan tanda awal kanker yang dimulai dari bagian
tubuh lainnya. Kanker apapun dapat menyebar ke otak, tapi jenis yang
paling umum antara lain: kanker payudara, kanker usus besar, kanker
ginjal, kanker paru-paru, dan melanoma.

1.2.1 Klasifikasi tumor


National Cancer Institute (NCI) menggunakan sistem penilaian untuk
mengklasifikasikan tumor. NCI mencantumkan tingkatan berikut
berdasarkan gambaran mikroskopisnya:

1.Grade I: Jaringan penyusunnya jinak. Sel terlihat hampir seperti sel otak
normal, dan pertumbuhan sel lambat.
2.Grade II: Jaringan penyusunnya ganas. Sel terlihat kurang seperti sel
normal daripada sel-sel pada tumor kelas I.
3.Grade III: Jaringan penyusunnya ganas dan memiliki sel yang terlihat
sangat berbeda dari sel normal. Sel abnormal tumbuh secara aktif. Sel-sel
yang tampak abnormal ini disebut sel anaplastik.
4.Grade IV: Jaringan penyusunnya ganas dan memiliki sel yang terlihat
paling abnormal dan cenderung tumbuh sangat cepat (agresif).

1.2.2 Lapisan Pelindung Otak

Terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat
yang disebut meninges. Lapisan meningeal terdiri dari pia meter, lapisaan
araknoid dan dura meter.

1. Pia meter adalah lapisan paling dalam yang halus dan tipis, dan
melekat erat dengan otak. Lapisan ini banyak mengandung pembuluh
darah untuk mensuplai pembuluh saraf.
2. Lapisan araknoid adalah lapisan tengah terletak bagian eksternal pia
meter dan mengandung sedikit pembuluh darah.

7
a. Ruang subaraknoid yaitu yang memisahkan araknoid dari
pia meter dan mengandung cairan serebrospinalis,
pembuluh darah, serta jaringan penghubung seperti selaput
yang mempertahankan posisi araknoid terhadap pia meter
dibawahnya.
b. Berkas kecil jaringan araknoid, Vili araknoid, menonjol ke
dalam sinus vena (dural) dura meter.

3. Dura meter adalah lapisan terluar yang tebal dan terdiri dari dua
lapisan. Lapisan ini biasanya terus bersambung, tetapi terputus
beberapa sisi spesifik.

1.2.3 Jenis jenis pendarahan


Secara patologi ada dua macam stroke, yaitu stroke sumbatan (stroke
iskemik) dan stroke perdarahan (Michel, 2003).
Stroke sumbatan terjadi ketika pembuluh darah ke otak mengalami
sumbatan. Stroke perdarahan terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang
menuju ke otak. Baik stroke perdarahan maupun stroke sumbatan akan
menyebabkan berkurangnya pasokan darah ke bagian ujung setelah
sumbatan/perdarahan. Hal ini menyebabkan otak kekurangan oksigen dan
zat makanan. Hal ini dapat menyebabkan matinya jaringan saraf.
Stroke sumbatan dibagi menjadi dua, yaitu sumbatan akibat thrombus
dan sumbatan akibat emboli. Thrombus terjadi di dinding pembuluh darah
sebagai bagian dari proses pengerasan dinding pembuluh darah. Emboli
adalah jendalan darah yang berasal dari tempat lain (misalnya jendalan
darah dari jantung).
Stroke perdarahan dibagi menjadi dua yaitu stroke perdarahan
intraserebral (pada jaringan otak) dan stroke perdarahan subarachnoid
(dibawah jaringan pembungkus otak).
Proporsi stroke sumbatan (infark) pada umumnya mencapai 70% kasus,
stroke perdarahan intraserebral 25% dan perdarahan subarachnoid 5%.

8
Perdarahan intraserebral dibagi menjadi dua yaitu perdarahan
intraserebral primer (80-85%) dan perdarahan intraserebral sekunder (15-
20%). Perdarahan otak primer dihubungkan dengan hipertensi yang tidak
terkendalai. Perdarahan intraserebral sekunder disebabkan oleh kalainan
pembuluh darah (aneurisma atau malformasi arteriovenosa), penggunaan
obat anti koagulan (obat pengencer darah), penggunaan obat anti koagulan
(obat pengencer darah), penyakit hati dan penyakit sistem darah (misalnya
pada leukemia).

1.3 Epidemiologi Tumor Otak


Kanker otak meliputi sekitar 85-90% dari seluruh kanker susunan saraf
pusat. Di Amerika Serikat inssidensi kanker otak ganas dan jinak adalah
21.42 per 100.000 penduduk per tahun (7.25 per 100.000 penduduk untuk
kanker otak ganas, 14.17 per 100.000 penduduk per tahun untuk tumor otak
jinak). Angka insidens untuk kaner otak ganas diseluruh dunia berdasarkan
angka standart populasi dunia adalah 3.4 per 100.000 penduduk. Angka
mortalitas lebih tinggi pada pria (Gloria, 2013)
Dari seluruh tumor primer susunan saraf pusat, astrositoma anaplastic dan
glioblasma multiforme (GBM) meliputi sekitar 38% dari jumlah keseluruhan,
dan meningioma dan tumor mesenkim lainnya 27%. Sisanya terdiri dari
tumor otak primer yang berfariasi, meliputi tumor hipofisis, schwannoma,
limfoma SSP, oligodendroglioma, ependimoma, astrositoma derajat rendah
dan meduloblastoma (Gloria, 2013)

1.4 Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu
ditinjau, yaitu (Satyanegara, 2010)
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada

9
anggotaanggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber
yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan
faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada
bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas
yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi
ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu
dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi
setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem
saraf pusat.
e. Gaya Hidup
penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti makanan yang
diawetkan, daging asap atau acar tampaknya berkorelasi dengan
peningkatan resiko tumor otak. Di samping itu, resiko tumor otak menurun
ketika individu makan lebih banyak buah dan sayuran.
f. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti

10
methylcholanthrone, nitrosoethyl urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
g. Trauma Kepala
Cedera kepala dapat menimbulkan tumor otak jika mengenai neuron dan
tidak bisa diperbaiki lagi. Kerusakan otak yang dijumpai pada trauma kepala
dapat terjadi melalui 2 cara:
1) Efek segera dari trauma pada fungsi otak
2) Efek lanjutan dari respons sel-sel otak terhdap trauma.
Kerusakan neurologik segera disebabkan oleh suatu benda atau serpihan
tulang yang menembus dan merobek jaringan otak, oleh pengaruh kekuatan
atau energi yang diteruskan ke otak dan oleh efek akselerasi- deselerasi pada
otak. Derajat kerusakan yang terjadi disebabkan pada kekuatan yang
menimpa, makin besar kekuatan, makin parah kerusakan. Kerusakan terjadi
waktu energi atau kekuatan diteruskan ke otak. Banyak energi yang diserap
oleh lapisan pelindung yaitu rambut, kulit kepala dan tengkorak, tetapi pada
trauma hebat penyerapan ini tidak cukup untuk melindungi otak. Sisa energi
diteruskan ke otak, menyebabkan kerusakan otak. Kekuatan akselerasi dan
deselerasi menyebabkan bergeraknya isi dalam tengkorak yang keras
sehingga memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada
tempat yang berlawanan dengan benturan.

1.5 Patofisiologi
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2
faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang
tumbuh paling cepat (Smeltzer, 2002).
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri
pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
11
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan
dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.
Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak
sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor
dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari
ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam
jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga
disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena
dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan
serebrospinal dari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan
hidrocepalus (Smeltzer, 2002).
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi
secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya.
Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan
untuk menjadi efektif dan oelh karena ity tidak berguna apabila tekanan
intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja
menurunkan volume darah intra kranial, volume cairan serebrospinal,
kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan
tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum.
Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior
melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga.
Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen
magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti
nafas terjadi dengan cepat. Intrakranial yang cepat adalah bradicardi

12
progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan
pernafasan) (Smeltzer, 2002).

1.6 Manifestasi Klinis


1) Sakit kepala (nyeri)
Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus-menerus, tumpul, dan
kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat saat pagi hari dan
menjadi lebih hebat saat beraktivitas yang biasanya meningkatkan TIK,
seperti membungkuk, batuk, atau mengejan sewaktu buang air besar.
Nyeri kepala akibat tumor otak disebabkan oleh traksi dan pergeseran
struktur peka nyeri (arteri, vena, sinus-sinus vena, dan saraf otak) dalam
rongga intrakranial. Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama
dalam tumor fosa posterior. Bila keluhan nyeri kapala terjadi menyeluruh
maka kurang dapat ditentukan lokasinya dan biasanya menunjukkan
pergeseran aktensif kandungan intracranial akibat peningkatan ICP.
2) Mual Muntah
Gejala ini terjadi akibat rangsangan pusat muntah di medulla oblongata.
Muntah paling sering terjadi pada anak dan berhubungan dengan
peningkatan ICP disertai pergeseran batang otak. Muntak dapat terjadi
tanpa didahului mual dan dapat bersifat proyektil.
3) Papiledema
Papilla edema adalah penumpukan cairan yang berlebih pada pupil.
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan dan
perbesaran diskus optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi,
tanda ini mengisyaratkan peningkatan ICP. Dapat terjadi gangguan
penglihatan yang berkaitan dengan papilledema. Gangguan ini adalah
perbesaran bintik dan amaurosis fugaks (ketika pengihatan berkurang).
4) Lokalisasi gejala

13
Karena fungsi-fungsi dari bagian-bagian berbeda dari otak yang tidak
diketahui, lokasi tumor dapat ditentukan, pada bagiannya, dengan
mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor.
1) Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung,
tingkah laku aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar atau tidak,
hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
2) Kortek presentalis posterior
Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari
3) Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah
4) Lobus Oksipitalis
Kejang, gangguan penglihatan
5) Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot
wajah
6) Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik,
gangguan penglihatan
7) Cerebulum
Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia,
hiperekstremitas esndi

1.7 Penatalaksanaan
Tumor yang tidak terobati dapat menyebabkan kematian, salah satu
peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial) atau dari kerusakan otak. Pasien
dengan tumor otak harus diobati segera bila memungkinkan sebelum
kerusakan neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalah mengangkat dan
memusnakan semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa meningkatnya
neurologik (kebutaan) atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat
sebagian. Salah satu variasai dapat digunakan pendekatan spesifik bergantung
14
tipe tumor bergantung pada tipe tumor, lokasinya dan kemampuannya untuk
dicapai dengan mudah.
1) Pembedahan
Tumor jinak seringkali dapat ditangani dengan eksisi komplet dan
pembedahan merupakan tindakan yang kuratif. Untuk tumor primer
maligna atau tumor sekunder biasanya sangat sulit disembuhkan.
Pembedahan tumor primer seringkali diindikasikan untuk mencapai
diagnosis histologis, dan jika mungkin untuk meringankan gejala dengan
mengurangi massa tumor. Pemeriksaan histologis dari biopsi tumor dapat
mengkonfirmasi apakah lesi merupakan suatu glioma dan bukan
neoplasma lainnya, misalnya limfoma, atau bahkan kondisi non neoplasia,
misalnya abses. Kadang-kadang pembedahan tidak disarankan, misalnya
pada pasien dengan kecurigan gioma derajat rendah dengan gejala
epilepsy. Pembedahan juga tidak tepat dilakukan pada metastasis otak
multiple, dimana diagnosannya jelas, walaupun beberapa metastasis soliter
dapat ditangani dengan reseksi.
2) Radioterapi
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada sebagian
tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak.
Radioterapi juga dapat digunakan dalam tatalaksana beberapa tumor jinak,
misalnya tumor hipofisis.
3) Radiografi tengkorak
Memberikan informasi : struktur tulang, penebalan, dan kalsifikasi; posisi
kelenjar pinealis; posisi sela tursika.
4) EEG (echoensefalogram)
Memberikan informasi perubahan kepekaan neuron, pergeseran
kandungan intraserebral.
5) Scan otak radioaktif
Memperlihatkan daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif.
6) Terapi medikamentosa

15
Antikonvulsan untuk epilepsi, kortikosteroid (dekstametason), untuk
peningkatan TIK. Steroid juga dapat memperbaiki deficit neurologis fokal
sementara dengan mengobati oedema otak.
7) DSA (Digital Subtraction Angiography)
c. Pengertian DSA
Yaitu teknik yang dilakukan untuk menggambar pembuluh darah, dengan
menyemprotkan zat kontras (iodine) agar bisa dideteksi oleh alat X-ray
melalui film. DSA bisa diaplikasikan pada pembuluh jantung, kepala,
kaki, perut, hati, dll. Penggunaan iodine dikarenakan cairan tersebut
terlihat jelas pada X-ray, serta dapat dengan mudah diserap dan
dikeluarkan oleh tubuh.
d. Tujuan DSA
Tujuan DSA ada dua, yaitu:
1. Diagnostik, yaitu untuk mendeteksi kelainan pembuluh darah,
vaskularisasi tumor, dll. Pasien hanya perlu melakukan persiapan
berupa puasa empat jam, pengecekan Hb dan leukosit, fungsi ginjal
dan hati. Pasien dengan diabetes mellitus sebaiknya menghentikan
pemakaian obat sehari sebelum tindakan DSA.
2. Terapeutik, yaitu untuk tindakan pengobatan abnormalitas pada
pembuluh darah, dengan cara memasukkan obat, alat, maupun
implan pada pembuluh yang dituju. DSA juga digunakan sebagai
terapi pelengkap sebelum menjalani operasi.
Tidak tertutup kemungkinan, pada saat menjalani DSA, pasien yang
bertujuan diagnostik harus langsung menjalani tindakan terapeutik.
Tindakan DSA pada sistem saraf manusia dikenal dengan istilah
neurointervensi, dan menjadi teknik yang lebih banyak digunakan
pada kasus aneurisma dan stroke, karena penggunaan obat menjadi
lebih tepat sasaran.
e. Efek samping
Risiko tindakan DSA kini jauh lebih kecil dibandingkan dengan
prosedur yang harus ditempuh sebelum teknologi ini berkembang,
16
dimana pasien harus menjalani operasi vital, seperti pembukaan
tengkorak, yang juga dapat mengakibatkan infeksi. Kini risiko yang
ada hanyalah kemungkinan pergesekan pembuluh dengan kateter, atau
robeknya pembuluh darah. DSA kini jauh lebih minim risiko.
f. DSA di Indonesia
Teknik DSA sebenarnya terlebih dahulu dimanfaatkan dalam
cardiologi, dan baru belakangan ini berkembang menjadi salah satu
teknik neurointervensi. Tidak banyak rumah sakit yang memiliki
tenaga ahli di bidang neurointervensi, walaupun mempunyai alatnya.
Eka Hospital merupakan salah satu dari sedikit rumah sakit yang
memiliki alat sekaligus tenaga ahli di bidang neurointervensi, yaitu
neuro vascular surgeon dan endo vascular surgeon, yang bahu
membahu menangani tindakan kritis dalam neurointervensi
8) Kemoterapi
Diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagian acuan pembedahan
dan radioterapi, dengan penganasan unit spesialitik neuro onkologi. Terapi
radiasi, merupakan dasar pada beberapa tumor otak, juga menurunkan
timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap.

1.8 Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik


1) CT scan dan MRI : memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi
prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang
progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah
satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit
membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2) Foto polos dada : dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal
dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal
ataupun multiple pada otak.
3) Pemeriksaan cairan serebrospinal : dilakukan untuk melihat adanya sel-sel
tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan
terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya
17
diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi,
sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses
infeksi (abses cerebri).
4) Biopsi stereotaktik : dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan
tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan
informasi prognosis.
5) Angiografi Serebral : memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan
letak tumor serebral.
6) Elektroensefalogram (EEG) : mendeteksi gelombang otak abnormal pada
daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk
mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang

1.9 Komplikasi
a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi
sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema
Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
b. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam
rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi
pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
c. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan
singuli.
d. Epilepsi
Metastase ketempat lain

18
1.10 Macam-macam Terapi Oksigen
Alat terapi oksigen (O2) Arus rendah
a. Nasal kanul dan nasal kateter.
Nasal kanul dan nasal kateter merupakan alat terapi oksigen (O2)
dengan sistem arus rendah yang digunakan secara luas. Nasal kanul
terdiri dari sepasang tube dengan panjang + dua cm yang
dipasangkan pada lubang hidung pasien dan tube dihubungkan
secara langsung menuju oxygen flow meter.

b. Sungkup muka tanpa kantong penampung.


Sungkup muka tanpa kantong penampung merupakan alat terapi
oksigen (O2) yang terbuat dari bahan plastik di mana
penggunaannya dilakukan dengan cara diikatkan pada wajah pasien
Gambar 2.1. Nasal Kanul Gambar 2.2. Nasal Kateter 19 ngan ikat
kepala elastis yang berfungsi untuk menutupi hidung dan mulut.

c. Sungkup muka dengan kantong penampung.


Terdapat dua jenis sungkup muka dengan kantong penampung
yang seringkali digunakan dalam pemberian terapi oksigen (O2),

19
yaitu sungkup muka partial rebreathing dan sungkup muka
nonrebreathing.

d. Jackson rees
adalah salah satu sirkuit pernafasan, terutama digunakan pada
kelompok usia anak saat menjalani pembiusan total. Hal ini terkait
dengan salah satu kelebihannya, yaitu memiliki resistensi yang
rendah dan dead space minimal. Pasien akan menghirup udara dari
mesin. Melalui kantong reservoir, petugas kesehatan bisa
mengobservasi kecepatan ventilasi selama pernafasan spontan
berlangsung. Demikian juga bisa mengontrol kecepatan ventilator
dengan memberikan tekanan pada kantong.

20
1.11 Skala Kekuatan Otot
Skala Ciri-ciri
0 Lumpuh total
1 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot
2 Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi ( hanya
bergeser)
3 Bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan atau melawan
tahanan pemeriksa
4 Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatanya berkurang
5 Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal

1.12 Tingkat Kesadaran


Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang
terhadap rangsangan yang berasal dari lingkungan. Untuk mengukur
tingkat kesadaran maka digunakanlah suatu cara pemeriksaan yakni
dengan standar Glasgow Coma Scale (GCS).
Oleh karena itu maka tingkat kesadaran ini dibedakan menjadi beberapa
tingkat yaitu :

1. Composmentis, yaitu kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya, baik


terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya dan dapat menjawab
pertanyaan yang ditanyakan pemeriksa dengan baik.
2. Apatis, yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh
terhadap lingkungannya.
3. Delirium, yaitu kondisi seseorang yang mengalami kekacauan gerakan,
siklus tidur bangun yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau,
disorientasi serta meronta-ronta.
4. Somnolen yaitu kondisi seseorang yang mengantuk namun masih dapat
sadar bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur kembali.
5. Sopor, yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun
masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang
nyeri, tetapi tidak terbangun sempurna dan tidak dapat menjawab
pertanyaan dengan baik.
6. Semi-coma yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons
terhadap pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama sekali, respons
terhadap rangsang nyeri hanya sedikit, tetapi refleks kornea dan pupil
masih baik.

21
7. Coma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, memberikan
respons terhadap pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respons
terhadap rangsang nyeri.

Pemeriksaan Glasgow Coma Scala (GCS)

Yaitu skala yang digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran pasien


yang dilakukan dengan menilai respon pasien terhadap rangsang yang
diberikan oleh pemeriksa.

Berikut nilai acuan dalam penilaian GCS pada orang dewasa:

1. Eye (respon membuka mata) :

(4) : spontan atau membuka mata dengan sendirinya tanpa dirangsang.

(3) : dengan rangsang suara (dilakukan dengan menyuruh pasien untuk


membuka mata).

(2) : dengan rangsang nyeri (memberikan rangsangan nyeri, misalnya


menekan kuku jari).

(1) : tidak ada respon meskipun sudah dirangsang.

2. Verbal (respon verbal atau ucapan) :

(5) : orientasi baik, bicaranya jelas.

(4) : bingung, berbicara mengacau (berulang-ulang), disorientasi tempat


dan waktu.

(3) : mengucapkan kata-kata yang tidak jelas.

(2) : suara tanpa arti (mengerang)

(1) : tidak ada respon

3. Motorik (Gerakan) :

(6) : mengikuti perintah pemeriksa

22
(5) : melokalisir nyeri, menjangkau dan menjauhkan stimulus saat
diberi rangsang nyeri.

(4) : withdraws, menghindar atau menarik tubuh untuk menjauhi


stimulus saat diberi rangsang nyeri.

(3) : flexi abnormal, salah satu tangan atau keduanya menekuk saat
diberi rangsang nyeri.

(2) : extensi abnormal, salah satu tangan atau keduanya bergerak lurus
(ekstensi) di sisi tubuh saat diberi rangsang nyeri.

(1) : tidak ada respon

23
BAB II. CLINICAL PATHWAY

etiologi

Pertumbuhan sel otak abnormal

Mengganggu masa dalam otak bertambah


fungsi otak
Obstruksi sirkulasi
cairan serebrospinal
Penekanan jaringan otak dari ventrikel lateral
Timbul manifestasi
terhadap sirkulasi darah & O2 ke sub arachnoid
yang sesuai

Penurunan suplai O2 ke
jaringan otak akibat obstruksi
sirkulasi otak hidrochepalus

Hipoksia serebral Kerusakan darah otak

Kompensasi takipneu Perpindahan cairan


Perubahan Akumulasi CO2
perfusi jar intravaskuler ke serebral
di cerebral
serebral
Pola nafas tdk efektif
Kompresi kurang
Volume intrakranial
cepat
Nyeri kepala tinggi

Resiko ketidakefektifan Statis vena


perfusi jaringan cerebral Peningkatan TIK
serebralperfusi jaringan tinggi
serebral
Kompresi saraf
optikus

Gangguan
penglihatan (N III/IV)
24

Perubahan persepsi visual


BAB III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan
Data yang perlu dikaji :
1. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
2. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman
atau diplopia.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
4. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga
dengan tumor kepala.
5. Pengkajian psiko-sosio-spirituab
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic
test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
6. Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan
fisik umum per sistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-
tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5
(Bowel), dan B6 (Bone).
a. Pernafasan B1 (breath)
1) Inspeksi : bentuk dada simetris, pola napas biasanya tidak teratur,
dispnea, batuk, terlihat adanya retraksi otot bantu napas.
2) Auskultasi : suara napas vesikuler atau ada suara napas abnormal
misalnya rongkhi, stridor, dll.
25
b. Kardiovaskular B2 (blood)
1) Auskultasi : irama jantung pada umumnya irregular, bunyi jantung
normal, tekanan darah Meningkat
2) Palpasi : akral hangat, nadi bradikardi
3) Kaji adanya nyeri dada
c. Persyarafan B3 (brain)
1) Penglihatan (mata), penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman
atau diplopia.
2) Pendengaran (telinga), terganggu bila mengenai lobus temporal
3) Penciuman (hidung), mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus
frontal
4) Pengecapan (lidah), ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia)
5) Afasia : kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata
komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
6) Ekstremitas : kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
7) GCS : skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai
respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
d. Perkemihan B4 (bladder)
1) Inpeksi : bentuk alat kelamin normal/tidak, uretra normal/tidak,
produksi urin normal/tidak.
2) Kaji adanya kelainan seperti oliguri, hematuria, poliuria, nokturia,
dll.
e. Pencernaan B5 (bowel)
1) Nafsu makan menurun/tidak
2) Kaji adanya mual dan muntah
26
3) Keadaan mulut bersih atau tidak
4) Mukosa bibir lembap/tidak
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
1) Keadaan umum klien biasanya mengalami kelelahan, kaji
kemampuan pergerakan sendi bebas atau tidak, kaji kekuatan otot
klien.

Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol
terhadap otot pernafasan), ditandai dengan : perubahan kedalamam nafas,
dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
2. Nyeri akut b.d peningkatan TIK, ditandai dengan : nyeri kepala terutama
pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila klien batuk,
mengejan, membungkuk
3. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan
peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak,
depresi SSP dan oedema
4. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan
disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi
5. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
6. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP,
ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran

Rencana tindakan Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi dan Rasional
keperawatan Hasil
1. Pola napas NOC: respiratory status : NIC: respiratory monitoring
tidak efektif airway patency 1. Pantau frekuensi, irama, dan
b.d disfungsi kedalaman napas
neuromuskuler Setelah dilakukan Rasional: memantau keadaan
(hilangnya tindakan keperawatan umum klien
kontrol selama 1×24 jam pola 2. Perhatikan gerakan dinding
terhadap otot nafas tidak efektif dapat dada dan kesimetrisan, kaji
pernafasan) teratasi dengan kriteria adanya penggunaan otot

27
hasil: bantu pernapasan
- Menunjukkan jalan nafas Rasional : mengetahui
yang paten (klien tidak kemampuan pernapasan klien
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi NIC: airway management
pernafasan dalam rentang 3. Berikan posisi yang nyaman :
normal, tidak ada suara semifowler
nafas abnormal) Rasional : tindakan
- Tanda Tanda vital dalam noninfasif dalam
rentang normal (tekanan meringankan sesak napas
darah, nadi, pernafasan dengan memaksimalkan
ventilasi
4. Lakukan suction (bila perlu)
Rasional : mengurangi sekret
5. Berikan terapi nebulizer
Rasional : mengencerkan
secret
NIC: oxygen terapy
6. Berikan oksigen sesuai
indikasi
Rasional : memberikan
bantuan oksigen

2. Gangguan NOC: circulation status NIC: management peripheral


perfusi sensation
serebral b.d Setelah dilakukan 1. Pantau keadaan umum klien
hipoksia tindakan keperawatan (GCS)
jaringan selama 25×24 jam Rasional : memantau
perfusi jaringan cerebral keadaan umum klien
dapat teratasi dengan 2. Pantau status cairan termasuk
kriteria hasil: intake dan output
- Menunjukkan status Rasional : mencegah intake >
sirkulasi baik dengan output yang menyebabkan
indikator tekanan darah tekanan di dalam tubuh
dalam batas normal meningkat
- Menunjukkan NIC: intra-cranial pressure
kemampuan kognitif monitor (ICT)
dengan indikator mempu 3. Pantau tanda-tanda vital
berkomunikasi dengan Rasional : memantau
jelas, mampu keadaan umum klien
berkonsentrasi dan 4. Monitor tekanan perfusi
orientasi, mampu serebral
mengingat, menerima Rasional : memantau tekanan
informasi dan membuat intrakranial agar tidak
keputusan meningkat
5. Posisikan kepala lebih tinggi
28
Rasional : mengurangi aliran
darah ke otak sehingga
menurunkan TIK
6. Pertahankan keadaan tirah
baring
Rasional : meningkatkan
istirahat sebagai upaya
menurunkan TIK
7. Kolaborasi dalam pemberian
obat-obatan
Rasional : prosedur
penanganan dan tindakan
medis

3. Resiko tinggi NOC: fall prevention NIC: fall prevention


cidera b.d behavior 1. Identifikasi kelemahan fisik
disfungsi otot atau kognitif yang berpotensi
sekunder Setelah dilakukan meningkatkan resiko cidera
terhadap tindakan keperawatan Rasional : mengetahui faktor
depresi SSP selama 1×24 jam resiko yang dapat menyebabkan
tinggi cidera dapat teratasi cidera klien
dengan kriteria hasil: 2. Pasang set rail di samping
- Klien mampu kanan dan kiri bed klien
menjelaskan Rasional : membantu
cara/metode untuk mencegah klien jatuh dari
mencegah cidera tempat tidur
- Orientasi orang, waktu,
dan tempat dengan baik NIC: dementia management
- Klien terbebas dari risiko 3. Gunakan kontak mata saat
cidera interaksi dengan klien
- Klien mampu Rasional : kontak mata
memodifikasi gaya menunjukkan perhatian
hidup untuk mencegah 4. Bicara dengan jelas dan pelan
cidera Rasional : membantu klien
berkonsentrasi terhadap
informasi
5. Gunakan bahasa yang
sederhana
Rasional : bahasa sederhana
mudah dicerna dan tidak
membingungkan klien

29
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Gloria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman & Cheryl M.
Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition.
Mosby: United States of America.
Nanda International. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC.
Nursing Care Plan. 2012. Nursing Management-Ineffective Cerebral Tissue
Perfusion related to Hydrocephalus.[Serial Online]. http://nanda-nursing-care-
plan.blogspot.com/2012/06/nursing-management-ineffective-cerebral.html.
[Diakses Tanggal 06 Juli 2014].
Zulkarnain, Nuzulul Haq. 2011. Asuhan Keperawatan (Askep) Tumor Otak.
[Serial Online]. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35597-
Kep%20Neurobehaviour-Askep%20Tumor%20Otak.html. [Diakses 06 Juli
2014].
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Smeltzer , Suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Sue Moorhead, Maria Johnson, Meridean L. Maas, and Elisabeth Swanson. 2013.
Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition Measurement Of Health
Outcomes. Mosby: United States of America.

30

Anda mungkin juga menyukai