Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Pola Pernapasan Pada Pasien Asma

di Poliklinik RSUD Kota Surakarta

Rizka Adila Wardani1), Isnaini Rahmawati2), Saelan3)


1)
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta
2) 3)
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ichamega12345@gmail.com

ABSTRAK

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis pada saluran pernapasan dan


masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Keluhan pada
asma ialah sesak napas sehingga mempengaruhi pola pernapasan pada pasien.
Teknik non farmakologis direkomendasikan diantaranya adalah dengan teknik
slow deep breathing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
slow deep breathing terhadap pola pernapasan pada pasien asma di Poliklinik
RSUD Kota Surakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian pre exsperiment dengan pre test and
post test without control.Sampel pada penelitian sebanyak 33 orang dengan teknik
Insidental sampling. Analisa data yang digunakan dengan uji Wilcoxon sign test.
Hasil penelitian diperoleh rata-rata pola pernafasan sebelum diberi terapi
slow deep breathing pada pasien asma sebesar 1,97 dengan standar deviasi
sebesar 0,810. Rata-rata pola pernafasan sesudah diberi terapi slow deep breathing
pada pasien asma sebesar 2,61 dengan standar deviasi sebesar 1,059.
Simpulan penelitian ini adalah ada pengaruh slow deep breathing terhadap
pola pernapasan pada pasien asma di poliklinik RSUD Kota Surakarta dengan p-
value = 0,000 (p-value < 0,05).

Kata Kunci: Slow deep breathing, pola pernapasan, asma.

Daftar Pustaka: 30 (2007-2016)

1
Effect of Deep Breathing Slow Against Respiratory Patterns on Asthma Patients
in Polyclinic RSUD Surakarta

Rizka Adila Wardani1), Isnaini Rahmawati2), Saelan3)


1)
Student of Nursing Study Program STIKes Kusuma Husada Surakarta
2) 3)
Lecturer of Nursing Study Program STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ichamega12345@gmail.com

Abstract

Asthma is a chronic inflammatory disease of the respiratory tract and


remains a public health problem worldwide. Complaints in asthma are shortness
of breath affecting respiratory patterns in patients. Non-pharmacological
techniques recommended among others is the technique of slow deep breathing.
The purpose of this study was to determine the effect of slow deep breathing on
respiratory patterns in asthma patients in Polyclinic RSUD Surakarta.
This research is a pre-experiment research with pre test and post test
without control. The sample of this study as much 33 people with purposive
sampling technique. Data analysis tool used with Wilcoxon test test.
Research results obtained the average respiratory pattern before being
given slow damping therapy in asthma patients was 1.97 with a standard
deviation of 0.810. The average respiratory pattern after being given slow-throat
breathing therapy in asthma patients was 2.61 with a standard deviation of 1.059.
Conclusion that there is influence of slow deep breathing on respiratory
pattern in asthma patient in polyclinic RSUD Surakarta with p-value = 0,000 (p-
value <0,05).

Keywords: Slow deep breathing, respiratory pattern, asthma.


References : 30 (2007-2016)

2
1. PENDAHULUAN mengontrol penyakitnya sendiri serta
Asma merupakan penyakit mengurangi risiko sesak napas.
inflamasi kronis pada saluran pernapasan Prevalensi asma di Jawa Tengah
dan masih menjadi masalah kesehatan pada tahun 2013 sebesar 113 ribu
masyarakat di seluruh dunia. Keluhan (Riskesdas, 2013). Prevalensi asma di
pada asma ialah sesak napas sehingga Surakarta pada tahun 2013 sebesar 10
mempengaruhi pola pernapasan pada ribu (Riskesdas, 2013). Data dari RSUD
pasien. Kota Surakarta ini pada tahun 2017
Gejala sesak napas ini berkaitan jumlah penderita asma di rawat jalan atau
dengan pola pernapasan yang tidak poliklinik dalam 3 bulan terakhir adalah
efektif, sehingga asma mempunyai 51 pasien. Survei pada populasi
dampak yang sangat mengganggu menunjukkan bahwa walaupun terdapat
aktivitas sehari-hari pasien. Berdasakan keefektifan obat-obat farmakoterapi yang
data dari World Health Organization tinggi, mayoritas (70-95%) dari semua
(WHO) pada tahun 2011 dan Global pasien asma di Eropa barat dan Asia-
Initiative for Asthma (GINA) tahun 2011, Pasifik mempunyai kontrol asma yang
di seluruh dunia diperkirakan terdapat rendah (Nieuwenhof et al, 2008 dalam
300 juta orang menderita asma. Penyakit Kusuma, 2011). Selama ini terapi yang
asma merupakan proses inflamasi kronik digunakan adalah terapi farmakologis,
saluran pernapasan yang melibatkan namun mengingat banyaknya efek
banyak sel dan elemennya (GINA, 2011). samping 4 dari pengobatan asma jangka
Pada umumnya keluhan pada asma ialah panjang dan kenyataannya bahwa
sesak napas sehingga mempengaruhi pola gangguan-gangguan psikologis seperti
pernapasan pada pasien. Inspirasi dan cemas dan depresi berperan dalam
ekspirasi yang tidak memberi ventilasi kekambuhan asma, maka terapi
yang adekuat ini membuat pola napas komplementer saat ini banyak
penderita asma menjadi tidak efektif, dimanfaatkan oleh pasien asma (Kusuma,
seharusnya penderita asma bisa 2011). Slow Deep Breathing merupakan
memperbaiki pola pernapasan namun hal tindakan yang disadari untuk mengatur
ini belum dilakukan secara mandiri, pernapasan secara dalam dan lambat
padahal dengan memperbaiki dan yang dapat menimbulkan efek relaksasi
mengatur pola pernapasan mereka saat (Tarwoto, 2011). Terapi pernapasan
istirahat maupun pada saat terkena bertujuan untuk melatih cara bernapas
serangan maka penderita asma dapat yang benar, melenturkan dan

3
memperkuat otot pernapasan, kebetulan/insidental bertemu dengan
meningkatkan sirkulasi, mempercepat peneliti dapat digunakan sebagai
dan mempertahankan pengontrolan asma sampel, bila dipandang orang yang
yang ditandai dengan penurunan gejala kebetulan ditemui itu cocok sebagai
dan meningkatkan kualitas hidup bagi sumber data. (Nursalam, 2011).
penderitanya. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan di poliklinik RSUD Kota 3. METODE PENELITIAN
Surakarta pada tahun 2017 jumlah Penelitian ini menggunakan jenis
penderita asma adalah 51 pasien dalam 3 penelitian kuantitatif, dengan
bulan terakhir. Berdasarkan wawancara rancangan penelitian yang
dengan perawat, penanganan pada pasien
digunakan adalah Pre exsperiment
asma di poliklinik RSUD Kota Surakarta
dengan pre test and post test
menggunakan teknik farmakologis tetapi
without control. Pre exsperiment
juga diajarkan pada pasien teknik non
merupakan rancangan penelitian
farmakologis seperti teknik pernapasan
yang berupaya untuk
buteyko, pursed lips dan breathing slow
deep breathing. mengungkapkan dampak dari
perlakuan pada eksperimen
2. PELAKSANAAN (Nursalam, 2016).
a. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik
RSUD Kota Surakarta. Penelitian ini 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan pada bulan Mei 2018. a) Pola Pernapasan sebelum
b. Populasi dan Sampel Penelitian diberi tindakan slow deep
Populasi pasien asma yang kontrol breathing pada pasien asma
di Poliklinik RSUD Kota Hasil pre test pola
Surakarta.Sampel pada penelitian ini pernafasan sebelum diberi
berjumlah 33 pasien. Teknik tindakan slow deep breathing
pengambilan sampling dalam
dapat ditampilkan pada tabel
penelitian ini adalah Insidental
4.5.
sampling. Insidental sampling
Tabel 4.5. Hasil pre test
adalah suatu teknik penentuan
pola pernafasan sebelum
sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
diberi tindakan slow deep
siapa saja yang secara

4
breathing pada pasien asma di Dalam keadaan normal,
Poliklinik RSUD Kota rasio durasi inspirasi: durasi
Surakarta (n = 33) ekspirasi = 4:5, yang berarti
Pola Mean SD Min Max inspirasi mengambil waktu 4/9
Perna
pasan dari durasi respirasi sedangkan
ekspirasi 5/9 dari durasi respirasi.
Pre 1,97 0,81 1 4
test 0 Irama, frekuensi dan kedalaman
Tabel 4.5 menunjukkan hasil pernapasan sangat bergantung
pre test rata-rata pola pernafasan pada kerja pusat pengaturan
sebelum diberi terapi slow deep pernapasan. Sel saraf pengontrol
breathing pada pasien asma di pernapasan terletak berpencar di
Poliklinik RSUD Kota Surakarta
beberapa level, yaitu dibatang
sebesar 1,97 dengan nilai tertinggi 4
otak (Pons dan Medulla
dan terendah 1 dengan standar
Oblongata) serta di korteks.
deviasi sebesar 0, 810.
Sentrum pernapasan yang terdapat
Pada orang normal dalam
pada medulla oblongata berperan
keadaan istirahat, pernapasannya
untuk pernapasan spontan
teratur (reguler) dengan frekuensi
(involuntary). Sentrum
diantara 12-20 kali per menit.
pernapasan yang terdapat pada
Pergerakan napas terlihat pada
pons berupa apneustic center dan
dada dan perut. Keteraturan irama
pneumotaxic center.
yaitu keteraturan inspirasi dan
ekspirasi pernafasan yang normal.
b) Pola Pernapasan sesudah
Irama pernafasan menggambarkan
diberi tindakan slow deep
teratur atau tidaknya pernafasan.
breathing pada pasien asma
Perbandingan antara frekuensi Hasil post test pola
nafas dengan nadi.1 : 4. Secara pernafasan sebelum diberi
umum pada laki-laki, pergerakan tindakan slow deep breathing
yang dominan adalah pergerakan dapat ditampilkan pada tabel
perut (abdominal atau 4.6.
diaphragmatic breathing).

5
Tabel 4.6. Hasil post test pola pengobatan adalah untuk
pernafasan sesudah diberi tindakan mencapai SaO2 > 92%.
slow deep breathing pada pasien Pengukuran SaO2 akan
asma di Poliklinik RSUD Kota
mengindikasikan pasien mana
Surakarta (n = 33)
yang dalam kondisi gagal
Pola Mean SD Min Max
Pernapa
napas dan untuk itu diperlukan
san terapi intensif berupa slow
Post test 2,61 1,058 1 5
deep breathing (Marhama,
2010).
Tabel 4.6 menunjukkan hasil
post test rata-rata pola pernafasan c) Analisis Pengaruh slow deep
sesudah diberi terapi slow deep breathing terhadap Pola
breathing pada pasien asma di Pernafasan pada Pasien Asma
Poliklinik RSUD Kota Surakarta di Poliklinik RSUD Kota
sebesar 2,61 dengan nilai Surakarta
tertinggi 5 dan terendah 1 dengan Uji Normalitas Data
standar deviasi sebesar 1,058. Tujuan analisis normalitas data
Sudah menjadi suatu adalah untuk mengetahuai
kesepakatan bahwa asma apakah data penelitian
berakibat pada kondisi berdistribusi normal atau tidak.
hipoksemia, sangat beralasan Data berdistribusi normal

bahwa pemeriksaan pulse memiliki nilai p > 0,05 (Dahlan,


2006), oleh karena data
oksimetri adalah suatu hal
mempunyai sampel kecil (< 50),
yang rasional dan efektif
maka uji normalitas data
dalam mengevaluasi asma.
menggunakan uji Saphiro-Wilk.
Pengukuran Saturasi Oksigen
Hasil uji normalitas data
dengan menggunakan pulse
ditampilkan dalam tabel 4.7.
oksimetri penting pada semua
asma akut untuk menunjukkan
adanya hipoksemia, dan dapat
digunakan untuk memonitor
hasil terapi dimana tujuan

6
Tabel 4.7 Hasil uji normalitas yang menghasilkan
data dengan Saphiro-Wilk kesimpulan bahwa hasil uji
Data p-value Kesi statistik menunjukan nilai p
mpul
Pre Post
an value 0.001, yang berarti ada
test test
Pola 0,00 0,011 Tid
Pernafas 0 ak pengaruh terapi napas dalam
an Nor
mal terhadap perubahan saturasi
Tabel 4.4 menunjukkan data oksigen perifer pada pasien
penilaian pola pernafasan pada
asma.
pasien asma di poliklinik RSUD
Mekanisme pernapasan diatur
Kota Surakarta baik pre test
maupun post test memiliki nilai dan dikendalikan oleh dua faktor
p-value < 0,05, sehingga
utama yaitu, kimiawi dan
kesimpulannya adalah data pada
pola pernafasan pada pasien pengendalian oleh saraf.
asma tidak berdistribusi normal. Beberapa faktor tertentu
Oleh karena data berkenaan pola
pernafasan tidak berdistribusi
merangsang pusat pernapasan

normal maka dilanjutkan dengan yang terletak di dalam medula


pengujian hipotesis yaitu uji
oblongata. Dan kalau dirangsang
Wilcoxon signed ranks test.
Hasil penelitian ini maka pusat itu mengeluarkan
diperkuat penelitian yang
impuls yang disalurkan oleh saraf
dilakukan oleh Walburga
spinalis ke otot pernapasan, yaitu
(2014) yang menjelaskan
bahwa ada perbedaan otot diafragma dan otot
pengaruh deep breathing
interkostalis. Slow deep
exercise terhadap nilai arus
breathing sebagai tindakan non
puncak ekspirasi pada
penderita asma bronkhial. farmakologi dengan tujuan untuk
Demikian juga penelitian yang
memperbaharui pola pernafasan
dilakukan oleh Mirza Susanto
dan Teguh Ardiyanto (2015)

7
pada pasien asma yang dirawat di Slow deep breathing sebagai
tindakan non farmakologi dengan
rumah sakit.
tujuan untuk memperbaharui pola
pernafasan pada pasien asma yang
d) Uji Non Parametrik
dirawat di rumah sakit. Hal ini
Pengujian yang digunakan
sebagaimana dinyatakan oleh
dengan menggunakan uji Wilcoxon
Tarwoto (2011), bahwa terapi
signed ranks test. Hasil pengujian
pernapasan khususnya nafas dalam
hipotesis pre test-post test pola
(slow deep breathing) bertujuan
pernafasan sebelum dan sesudah
untuk melatih cara bernapas yang
diberikan tindakan slow deep
benar, melenturkan dan
breathing pada pasien asma di
memperkuat otot pernapasan,
Poliklinik RSUD Kota Surakarta
meningkatkan sirkulasi,
dapat ditampilkan dalam tabel 4.8.
memepercepat dan
Tabel 4.8. Hasil pengujian
mempertahankan pengontrolan
pengaruh Pola Pernafasan sebelum
asma yang ditandai dengan
dan sesudah diberikan tindakan
penurunan gejala dan
slow deep breathing pada pasien
meningkatkan kualitas hidup bagi
asma di Poliklinik RSUD Kota
penderitanya. Pada pederita asma
Surakarta
terapi pernapasan selain ditujukan
Pola Mean Kep
Pernafa Z-test p-value utus untuk memperbaiki fungsi alat
san an
Pre test 1,97 pernapasan, juga bertujuan melatih
Ho
-4,001 0.000 dito penderita untuk dapat mengatur
Post 2,61 lak
test
pernapasan pada saat terasa akan
datang serangan, ataupun sewaktu
Tabel 4.5. menunjukan nilai p- serangan asma. Deep breathing
value = 0,000 (p-value < 0,05), maka
exercise dilakukan untuk
ada pengaruh slow deep breathing
menghasilkan tekana lebih rendah
terhadap pola pernafasan pada pasien
pada intrathorak, sehingga udara
asma di poliklinik RSUD Kota
akan mengalir dari tekanan
Surakarta.
atmosfir yang lebih tinggi masuk

8
kedalam paru-paru yang memiliki 5. KESIMPULAN
tekanan yang rendah sebagai a) Usia responden pada pasien

proses pertukaran gas dan asma di Poliklinik RSUD Kota


Surakarta mayoritas berumur
ventilasi. Terlatihnya otot-otot
antara 46-55 tahun (27,3%),
pernapasan ini akan meningkatkan
berjenis kelamin perempuan
kemampuan paru-paru untuk
(51,5%), mempunyai pekerjaan
menampung volume udara
sebagai pegawai swasta (54,5%),
sehingga nilai APE (arus puncak
mempunyai kebiasaan merokok
ekspirasi) akan mengalami tidak merokok (54,4%).
peningkatan. b) Rata-rata pola pernafasan
Hasil penelitian ini diperkuat sebelum diberi terapi slow deep
penelitian yang dilakukan oleh breathing pada pasien asma di
Walburga (2014) yang Poliklinik RSUD Kota Surakarta

menjelaskan bahwa ada sebesar 1,97 dengan standar


deviasi sebesar 0,810.
perbedaan pengaruh deep
c) Rata-rata pola pernafasan
breathing exercise terhadap nilai
sesudah diberi terapi slow deep
arus puncak ekspirasi pada
breathing pada pasien asma di
penderita asma bronkhial.
Poliklinik RSUD Kota Surakarta
Demikian juga penelitian yang sebesar 2,61 dengan standar
dilakukan oleh Mirza Susanto deviasi sebesar 1,059.
dan Teguh Ardiyanto (2015) d) Ada pengaruh slow deep
yang menghasilkan kesimpulan breathing terhadap pola
bahwa hasil uji statistik pernapasan pada apsien asma di
menunjukan nilai p value 0.001, poliklinik RSUD Kota Surakarta

yang berarti ada pengaruh terapi dengan p-value = 0,000 (p-value


< 0,05).
napas dalam terhadap perubahan
6. SARAN
saturasi oksigen perifer pada
Berdasarkan hasil penelitian
pasien asma.
yang telah dilakukan maka dapat
disarankan sebagai berikut:

9
1. Untuk pasien dan keluarga 4. Untuk peneliti berikutnya
Dengan adanya hasil Untuk dapat
penelitian ini diharapkan pasien digeneralisasikan, maka peneliti
dan keluarga dapat mengetahui selanjutnya disarankan untuk
bahwa pemberian slow deep menambah jumlah objek
breathing karena cukup efektif penelitian, menambah variabel
terhadap pola pernafasan pada yang akan diteliti serta
pasien asma di poliklinik RSUD memperluas seting penelitian. Di
Kota Surakarta. samping itu penelitian
2. Untuk para profesi. selanjutnya dapat meneliti pada
Hasil penelitian ini spesifik jenis asma.
diharapkan dapat menjadi acuan
untuk meningkatkan DAFTAR PUSTAKA
profesionalisme dalam Global Initiative For Asthma (GINA).
memberikan pelayanan kepada (2011). “Global Strategy For
pasien khususnya tentang Asthma Management And
pengaruh tindakan terapi slow Prevention.”Diakses Pada
deep breathing terhadap pola Tanggal 7 November 2017 Dari
pernafasan pada pasien asma. Http://Www.Ginasthma.Com/Gu
3. Untuk rumah sakit idelineitem.Asp?Intid=1170.
Rumah sakit pada Kusuma Dharma (2011). Metodologi
umumnya dan ruang penyakit Penelitian Keperawatan: Edisi
dalam dan poliklinik dalam pada Revisi. Jakarta: Trans Info Media
khususnya diharapkan dapat Marhama, D. (2010). Asma Bronkial
memanfaatkan hasil penelitian ini dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
sebagai rujukan untuk Paru. Surabaya: Departemen
menentukan kebijakan-kebijakan Ilmu Penyakit Paru FK Unair-
dalam hal pelayanan yang RSUD Dr. Soetomo.
langsung berhubungan dengan Martini, F. (2008), Fundamental of
tindakan untuk memperbaiki pola Anatomy & Physiology, Seventh
pernafasan pada pasien asma, Edition, Pearson, Benjamin
misalnya jenis obat yang Cummings.
diberikan dan alat yang Nursalam, (2016). Konsep Dan
digunakan. Penerapan Metodologi

10
Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis Dan
Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Riskesdas (2013). Riset Kesehatan
Dasar. Diakses 27 November
2017.
Http://Www.Depkes.Go.Id/Reso
urces/Download/General/Hasil%
20Riskesdas%202013.Pdf
Tarwoto. (2011). Kebutuhan Dasar
Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Teguh Ardiyanto dan Morza Susanto.
(2015). Pengaruh Terapi Napas
Dalam Terhadap Perubahan
Saturasi Oksigen Perifer pada
Pasien Asma di Rumah Sakit
Wilayah Kabupaten Pekalongan.
Jurnal Publikasi Ilmiah. Program
Studi Ners STIKes
Muhammadiyah Pekajangan –
Pekalongan
World Health Organization.(2013).
World Health Statistics
2013.Diakses Pada Tanggal 20
November 2017 Di
Http://Apps.Who.Int/Iris/Bitstrea
m
/10665/81965/1/9789241564588
_Eng.Pdf

11

Anda mungkin juga menyukai