Anda di halaman 1dari 23

A.

Tujuan
1. Mahasiswa dapat menentukan jarak fokus lensa cembung dengan cara
meletakkan benda di jauh tak hingga
2. Melalui pengukuran jarak benda dan jarak bayangan, mahasiswa dapat
menentukan jarak focus lensa cembung
3. Dengan pengukuran jarak benda dan jarak bayangan mahasiswa dapat
menentukan jarak focus lensa cekung
B. Dasar Teori
Ada dua hal yang terjadi ketika seberkas cahaya melewati batas antara dua
bahan transparan, misalnya batas antara udara dengan suatu kaca. Pertama bagian
cahaya akan memantul dari batas, hal ini dituangkan dalam hukum pemantulan
(Serway:2014 dan Randall:2015). Pantulan itu dapat dilihat di sekitar kita, misalnya
kita dapat meliha pantulan cahaya dari sebuah cermin. Kedua, bagian dari cahaya
berlanjut ke medium selanjutnya, cahaya tersebut ditransmisikan tetapi arahnya
berubah yakni berbelok ketika melintasi batas. Hal ini disebut dengan refraksi atau
pembiasan. Pembiasan pada permukaan sferis yang memisahkan dua medium yang
indeks bias mutlaknya n1 dan n2 (gambar1).

Sinar datang PA dibiaskan sepanjang AD dan memotong sumbu utama


di Q. dari gambar diatas teramati bahwa dalam kasus ini p, q, dan r semuanya
merupakan besaran positif. Dari gambar juga diperoleh 𝛽 = 𝜃i + 𝛼₁ dan 𝛽 = 𝜃r
- 𝛼₂. Perhatikan bahwa 𝛼₂ negatif menggambarklan bahwa q adalah negatif
menurut perjanjian tanda. Dari hukum Snellius n₁ sin 𝜃i = n₂ sin 𝜃r. Karena
dianggap sinar-sinar mempunyai inklinasi yang kecil, maka sudut-sudut 𝜃i , 𝜃r,
𝛼₁, 𝛼₂, dan 𝛽 semuanya sangat kecil, dan dapat digunakan sin 𝜃i ≈ 𝜃i , sin 𝜃r
≈ 𝜃r sehingga hukum Snellius menjadi n₁ 𝜃i = n₂ 𝜃r atau
n₁ (𝛽 − 𝛼₁) = 𝑛₂(𝛽 + 𝛼₂)………………………………………..1
dari gambar 1 dibuat pendekatan
ℎ ℎ ℎ
tan 𝛼₁ ≈ 𝛼₁ ≈ 𝑝 , tan 𝛼₂ ≈ 𝛼₂ ≈ 𝑝 , tan 𝛽 =≈ 𝑟

kemudian disubtitusikan ke persamaan 1 menjadi


𝑛₁ 𝑛₂ 𝑛₁−𝑛₂
+ = ……………………………………………………...2
𝑝 𝑞 𝑟

yang merupakan rumus Descartes untuk pembiasan pada suatu permukaan sferis
(Tim Fisika:2018). Rumus ini juga sahih untuk permukaan pembias cembung
kecuali untuk permukaan cembung, r bilangan positif. Fokus benda Fo yang juga
disebut titik fokus pertama suatu permukaan pembias sferis adalah posisi suatu
benda titik pada sumbu utama sedemikian rupa sehingga sinar-sinar bias sejajar
sumbu utama; artinya q = ∞ dan p = fo (fo disebut panjang fokus benda). Dengan
𝑛₁
mensubstitusikan ke persamaan 2 diperoleh f₀=(𝑛₁−𝑛₂) 𝑟. Jika sinar-sinar datang

sejajar sumbu utama maka sinar-sinar bias melewati titik Fi pada sumbu utama
yang disebut titik fokus kedua; artinya p = ∞ dan q = fi (fi disebut panjang fokus
𝑛₂
bayangan). Dengan mensubstitusikan ke persamaan 2 diperoleh fᵢ = (𝑛₁ )r.
−𝑛₂

Lensa adalah suatu medium transparan yang dibatasi oleh dua permukaan
melengkung (biasanya sferis), meskipun satu dari permukaan lensa itu dapat
merupakan bidang datar. Karena itu suatu gelombang datang mengalami dua
pembiasan ketika melewati lensa tersebut. Untuk menyederhanakan anggaplah
medium dikedua sisi lensa sama dan mempunyai indeks bias satu dan indeks
bias lensa adalah n.
Sumbu utama lensa adalah garis yang ditentukan oleh dua pusat C1 dan C2
(gambar 2).
Perhatikan sinar datang PA. Di permukaan pertama sinar datang tersebut
dibiaskan sepanjang sinar AB. Jika diteruskan, sinar AB akan melewati Q' , dan
karena itu merupakan bayangan P yang dihasilkan oleh permukaan pembias
pertama. Jarak benda dan jarak bayangan dapat diukur dari O1 atau O2; tetapi
jika lensanya sangat tipis, ketebalan O1O2 dapat diabaikan dan semua jarak
diukur dari titik pusat yang sama, O. Jarak q ' titik Q' dari O didapat menerapkan
persamaan 2; yaitu
1 𝑛 1−𝑛
+ 𝑞′ = ……………………………………………………3
𝑝 𝑟₁

Di B sinar mengalami pembiasan kedua dan menjadi sinar BQ. Dikatakan bahwa
Q merupakan bayangan akhir P yang dihasilkan oleh sistem dua permukaan
pembias yang membentuk lensa. Perhatikan pembiasan di B, benda merupakan
bayangan pertama Q' dan karena itu merupakan benda maya pada jarak - q ' dari
lensa; dan bayangannya adalah Q, pada jarak q dari O. Karena itu dengan
kembali menerapkan persamaan 2 dengan p digantikan oleh - q ' diperoleh
𝑛 1 𝑛−1
+ = ……………………………………………………4
−𝑞′ 𝑞 𝑟₂

Perhatikan bahwa urutan indeks bias telah dibalik karena dalam pembiasan
kedua sinar adalah dari lensa ke udara. Dengan menggabungkan persamaan 3
dan 4 untuk mengeliminasi q ' , diperoleh

1 1 1 1
+ 𝑞 = (𝑛 − 1) (𝑟₂ − 𝑟₁)……………………………………………5
𝑝

yang merupakan rumus Descartes untuk lensa tipis. Dengan mengambil p = f


dan q = ∞
diperoleh
1 1 1
= (𝑛 − 1) (𝑟₂ − 𝑟₁)………………………………………………..6
𝑓

yang kadang-kadang disebut persamaan pembuat lensa. Dengan


mensubstitusikan
persamaan 5 ke persamaan 4 diperoleh
1 1 1
+ 𝑞 = 𝑓…………………………………………………………….7
𝑝
Persamaan ini memberikan keuntungan tertentu yaitu jika f ditentukan secara
eksperimen, maka dapat digunakan suatu lensa tanpa perlu mengetahui indeks
bias atau jari-jarinya.

C. Alat dan Desain Percobaan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah

Lensa cekung Lensa cembung

Layar untuk menangkap bayangan


Lilin sebagai benda

Bangku optic dan mistar sebagai


tempat mendesain percobaan dan Korek api untuk menyalakan lilin
alat ukur
Desain dari percobaan pembiasan adalah memasang semua alat percobaan
kecuali korek api diatas bangku optic. Karena ada tiga perlakuan maka tiap
perlakuan memiliki desain percobaan yang berbeda. Desain masing-masing
perlakuan digambarkan seperti yang ada pada prosedur percobaan.

D. Prosedur Praktikum

D.1. Menentukan jarak fokus lensa cembung dengan meletakkan benda


jauh tak hingga

a) Langkah pertama adalah memasang lensa cembung dan layar pada


bangku optic seperti gambar berikut

b) Kemudian menggeser layar hingga menampakkan bayangan benda


tersebut dengan jelas. Percobaan ini diulang lima kali.

D.2. Menentukan jarak fokus lensa cembung dengan pengukuran jarak


benda dan jarak bayangan

a) Langkah pertama adalah menyusun layar, lensa cembung dan lilin


pada meja optic seperti gambar berikut
b) Dalam percobaan ini ada dua perlakuan, yang pertama ketika benda
di ruang II dan ruang III. Untuk ruang II benda diletakkan di
sembarang titik pada jarak fokus-2 kali fokus. Maka akan terbentuk
bayangan diruang III, sehingga layar digeser hingga mendapatkan
bayangan yang paling jelas. Percobaan ini diulang lima kali dengan
mengganti jarak benda
c) Untuk benda di ruang III, benda diletakkan di sembarang titik pada
jarak 2 kali fokus- tak hingga, sehingga akan terbentuk bayangan di
ruang II. Kemudian menggeser layar hingga mendapatkan bayangan
yang paling jelas. Percobaan ini diulang lima kali dengan mengganti
jarak benda ke lensa.

D.3. Menentukan jarak fokus lensa cekung dengan pengukuran jarak


benda dan jarak bayangan

a) Memasang layar, lensa cembung serta benda pada meja optik seperti
gambar berikut sebelum disisipi lensa cekung

b) menggeser layar hingga menangkap bayangan yang paling jelas


c) menyisipi layar dan lensa cembung dengan lensa cekung, sehingga
bayangan yang awalnya jelas menjadi kabur
d) Menggeser layar hingga mendapatkan bayangan yang jelas
kembali dan catat p sebagai jarak antara lensa cekung dengan layar
awal sebelum disisipi, dan q jarak layar dengan lensa cekung
setelah disisipi. Percobaan dulang lima kali dengan mengganti
jarak p
E. Data Pengamatan
a. Metode Analisis
Dalam praktikum ini ada tiga percobaan, untuk percobaan pertama
menentukan jarak fokus lensa cembung dengan benda jauh tak hingga
merupakan pengukuran berulang, sehingga menggunakan metode ralat
deviasi rata-rata yang dapat dituliskan sebagai berikut
∑(𝑓−𝑓̅ )2 𝑆𝑓
𝑆𝑓 = √ 𝑛(𝑛−1) dengan ralat relatif 𝑅𝑓 = × 100%.
𝑓

Untuk percobaan kedua dan ketiga menggunakan teori ralat rambat


karena menurunkan suatu rumus berdasarkan percobaan, teori tersebut
dapat dituliskan sebagai berikut

2 2
𝜕𝑍 2 𝜕𝑍 2
∆𝑧 = √|𝜕𝑥 3| + |𝜕𝑥 3 ∆𝑥2 | dengan ∆𝑥 adalah 0,5 nst alat ukur
1 2

b. Data pengamatan
1. Lensa Cembung benda jauh tak hingga

Percobaan
Jarak fokus (× 10−2 m)
ke-
1 11±(5 × 10−4 )
2 10,7±(5 × 10−4 )
3 10,5±(5 × 10−4 )
4 11,1±(5 × 10−4 )
5 10,7±(5 × 10−4 )

2. Lensa Cembung mengukur jarak benda dan jarak bayangan

Benda diruang 2 Benda diruang 3


Percobaan ke -
p (× 10−2m) q (× 10−2m) p (× 10−2m) q (× 10−2m)
15±(5 × 27±(5 × 23±(5 × 18,4±(5 ×
1
10−4 ) 10−4 ) 10−4 ) 10−4 )
16±(5 × 26,6±(5 × 24±(5 × 17,8±(5 ×
2
10−4 ) 10−4 ) 10−4 ) 10−4 )
17±(5 × 25,6±(5 × 25±(5 × 16,7±(5 ×
3
10−4 ) 10−4 ) 10−4 ) 10−4 )
18±(5 × 23,4±(5 × 26±(5 × 16,4±(5 ×
4
10−4 ) 10−4 ) 10−4 ) 10−4 )
19±(5 × 22,3±(5 × 27±(5 × 16±(5 ×
5
10−4 ) 10−4 ) 10−4 ) 10−4 )

3. Lensa Cekung, menentukan jarak benda dan jarak bayangan

Percobaan ke- p (× 10−2m) q (× 10−2m)


1 0,4±(5 × 10−4 ) 3±(5 × 10−4 )
2 2,2±(5 × 10−4 ) 4,4±(5 × 10−4 )
3 3,5±(5 × 10−4 ) 3,1±(5 × 10−4 )
4 0,3±(5 × 10−4 ) 1,9±(5 × 10−4 )
5 1,6±(5 × 10−4 ) 2±(5 × 10−4 )

c. Hasil perhitungan
1. Lensa Cembung benda jauh tak hingga

Percobaan
Jarak fokus (× 10−2 m)
ke-
1 11±(5 × 10−4 )
2 10,7±(5 × 10−4 )
3 10,5±(5 × 10−4 )
4 11,1±(5 × 10−4 )
5 10,7±(5 × 10−4 )
𝑓 ̅ =10,8× 10−2 ± (5 × 10−4 )𝑚
̅̅̅
𝑆𝑓 = 0,357 × 10−2 ± (5 × 10−4 )m
RR = 3,31% (3AP)
2. Lensa Cembung, mengukur jarak benda dan jarak bayangan
Benda di ruang II
Percobaan f (× 𝑆𝑓 ̅ (×
p (× q (× 10−2m RR(%)
ke- 10−2m ) 10−2m )
10−2m ) )
15±(5 × 27,00±(5 ×
1 9,731 0,0146 0,15
10−4 ) 10−4 )
16±(5 × 26,60±(5 ×
2 9,991 0,0138 0,14
10−4 ) 10−4 )
17±(5 × 25,60±(5 ×
3 10,21 0,0132 0,13
10−4 ) 10−4 )
18±(5 × 23,40±(5 ×
4 10,17 0,0124 0,12
10−4 ) 10−4 )
19±(5 × 22,30±(5 ×
5 10,26 0,0120 0,11
10−4 ) 10−4 )
Benda di ruang III
Percobaan f (× 𝑆𝑓 ̅ (×
−2
p (× q (× 10 m RR(%)
ke- 10−2m ) 10−2m )
10−2m ) )
23±(5 × 18,40±(5 ×
1 10,22 0,0122 0,12
10−4 ) 10−4 )
24±(5 × 17,80±(5 ×
2 10,22 0,0125 0,12
10−4 ) 10−4 )
25±(5 × 16,70±(5 ×
3 10,01 0,0131 0,13
10−4 ) 10−4 )
26±(5 × 16,40±(5 ×
4 10,05 0,0134 0,13
10−4 ) 10−4 )
27±(5 × 16,00±(5 ×
5 10,04 0,0139 0,14
10−4 ) 10−4 )

3. Lensa Cekung, mengukur jarak benda dan jarak bayangan


Percobaan p (× q (× f (× 𝑆𝑓 ̅ (×
RR(%)
ke- 10−2m) 10−2 m) 10−2m ) 10−2m)
0,4±(5 × 3±(5 ×
1 0,3529 0,025956 7,35
10−4 ) 10−4 )
2,2±(5 × 4,4±(5 ×
2 1,467 0,015271 1,04
10−4 ) 10−4 )
3,5±(5 × 3,1±(5 ×
3 1,643 0,011914 0,72
10−4 ) 10−4 )
0,3±(5 × 1,9±(5 ×
4 0,2591 0,02487 9,61
10−4 ) 10−4 )
1,6±(5 × 2±(5 ×
5 0,8889 0,012215 1,37
10−4 ) 10−4 )

F. Pembahasan

Praktikum pembiasan menggunakan dua jenis alat utama yaitu lensa


cembung dan lensa cekung. Praktikum ini bertujuan untuk, 1) menentukan jarak
fokus lensa cembung pada benda jauh tak hingga, 2) menentukan jarak fokus lensa
cembung dengan mengukur jarak benda dan jarak bayangan, dan 3) menentukan
jarak fokus lensa cekung dengan mengukur jarak benda dan jarak bayangan.
Pengukuran jarak fokus pada lensa dapat menggunakan persamaan.

1 1 1
+𝑞 =𝑓
𝑝

Dengan

p = jarak benda (cm)

q = jarak bayangan (cm)

f = jarak fokus (cm)


Praktikum pembiasan dalam menganalisis data menggunakan dua jenis
ketidakpastian / ralat yaitu, standar deviasi dan ralat rambat (ralat mutlak dan ralat
relative). Ralat standar deviasi memiliki persamaan,

𝛴 (𝑓−𝑓̅ )²
Sf = √ 𝑛(𝑛−1)

dan ralat rambat memiliki persamaan,

2 2
𝜕𝑍 2 𝜕𝑍 2
Sf = √|𝜕𝑥 3| + |𝜕𝑥 3 ∆𝑥2 |
1 2

𝑆𝑓
∆f = 𝑥 100%
𝑓

Hasil ketidakpastian pengukuran menggunakan ralat-ralat tersebut adalah sebagai


berikut,

1. Jarak fokus pada lensa cembung dengan benda jauh tak hingga
 Jarak fokus lensa cembung pada benda jauh tak hingga adalah sebesar
(10,8± 0,4) × 10−2 𝑚 dengan ralat relative 3,31 % (3AP).
2. Jarak fokus lensa cembung pada ruang II
 Jarak fokus pada percobaan 1 adalah sebesar (9,731±0,015) ×
10−2 𝑚 dengan ralat relative sebesar 0,15% (4AP).
 Jarak fokus pada percobaan 2 adalah sebesar (9,991±0,013) ×
10−2 𝑚 dengan ralat relative sebesar 0,14% (4AP).
 Jarak fokus pada percobaan 3 adalah sebesar ( 10,21± 0,01) × 10−2 𝑚
dengan ralat relative sebesar 0,13 % (4AP).
 Jarak fokus pada percobaan 4 adalah sebesar (10,17±0,01) ×
10−2 𝑚 dengan ralat relative sebesar 0,12% (4AP).
 Jarak fokus pada percobaan 5 adalah sebesar (10,26 ± 0,01) × 10−2 𝑚
dengan ralat relative sebesar 0,11% (4AP).

3. Jarak fokus lensa cembung pada III


 Jarak fokus pada percobaan 1 adalah sebesar (10,22±0,01) ×
10−2 𝑚 dengan ralat relative sebesar 0,12% (4AP).
 Jarak fokus pada percobaan 2 adalah sebesar (10,22±0,01) ×
10−2 𝑚 dengan ralat relative sebesar 0,12% (4AP).
 Jarak fokus percobaan 3 adalah sebesar (10,01± 0,01) × 10−2 𝑚 dengan
ralat relative sebesar 0,13 % (4AP).
 Jarak fokus percobaan 4 adalah sebesar (10,05±0,01) × 10−2 𝑚 dengan
ralat relative sebesar 0,13 % (4AP).
 Jarak fokus percobaan 5 adalah sebesar (10,04± 0,01) × 10−2 𝑚 dengan
ralat relative sebesar 0,14% (4AP).

Pada pengukuran jarak fokus pada lensa cembung, baik menggunakan


benda jauh tak hingga maupun mengukur jarak bayangan dan jarak benda di ruang
II dan ruang III mengahasilkan jarak fokus yang tidak jauh berbeda. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam menentukan jarak fokus pada lensa cembung tidak
harus menggunakan benda jauh tak hingga ataupun benda di ruang II dan ruang III.
Tapi dapat menggunakan salah satu ataupun keduanya karena akan menghasilkan
jarak fokus yang relative sama.

4. Jarak fokus lensa cekung


 Jarak fokus pada percobaan 1 adalah sebesar (0,352 ± 0,025) ×
10−2 𝑚 dengan ralat relative sebesar 7,35% (3AP).
 Jarak fokus pada percobaan 2 adalah sebesar (1,47 ± 0,01) × 10−2 𝑚
dengan ralat relative sebesar 1,04 % (3AP).
 Jarak fokus pada percobaan 3 adalah sebesar (1,643±0,012) × 10−2 𝑚
dengan ralat relative 1,42 % (3AP).
 Jarak fokus pada percobaan 4 adalah sebesar (2,29 ± 0,025) ×
10−2 𝑚 dengan ralat relative sebesar 1,13% (3AP).
 Jarak fokus pada percobaan 5 adalah sebesar (1,38±0,0284) ×
10−2 𝑚 dengan ralat relative sebesar 2,06% (3AP).

Sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran jarak fokus banyak


terjadi karena kondisi pengukur. Apalagi jika kondisi mata dari pengukur
kurang normal akan menyebabkan perbedaan pendapat tentang kejelasan
bayangan yang tampak pada layar. Hal ini menyebabkan ketidakpastian dalam
pengukuran menjadi lebih besar.
G. Kesimpulan
1. Untuk menentukan jarak fokus lensa cembung dengan meletakkan
benda jauh tak hingga dengan pengukuran berulang mendapatkan
hasil jarak fokus rata-rata sebesar (10,8±0,36) × 10−2m dengan
ralat relative 3,31% (3AP)
2. Untuk menentukan nilai jarak fokus lensa cembung dengan
pengukuran jarak benda pada ruang 2 menghasilkan bayangan yang
letaknya diruang 3. Dengan jarak fokus bernilai (9,731±0,015) ×
10−2m dengan ralat relative 0,15% (4AP), (9,99±0,01) × 10−2m
dengan ralat relative 0,14%(4AP), (10,21 ±0,13) × 10−3 m dengan
ralat relative 0,13%(4AP), (10,17 ±0,01) × 10−2m dengan ralat
relative 0,12% (4AP), (10,26±0,01) × 10−2 m dengan ralat relative
0,11% (4AP). Sedangkan untuk pengukuran jarak benda yang
berada diruang 3, bayangan terbentuk di ruang 2 dan menghasilkan
jarak fokus sebesar (10,22±0,01) × 10−2 m dengan ralat relative
0,12%(4AP), (10,22±0,01) × 10−2 𝑚 dengan ralat relative 0,12%
(4AP), 1(0,01±0,01) × 10−2 m dengan ralat relative 0,13%(4AP),
(10,05±0,01)× 10−2m dengan ralat relative 0,13%(4AP),
(10,04±0,01) × 10−2m dengan ralat relative 0,14%(4AP).
3. Untuk jarak fokus pada lensa cekung diperoleh data
4. Teori ralat yang digunakan adalah deviasi rata-rata untuk
pengukuran berulang pada jarak fokus lensa cembung benda tak
hingga sedangkan untuk jarak fokus lensa cembung dan cekung
melalui pengukuran jarak benda dan bayangan menggunakan teori
ralat rambat.

Saran : Sebelum melakukan praktikum ini sebaiknya praktikan harus


memahami konsep pembiasan dan prosedur praktikum dan tak lupa juga
memeriksa dulu kelengkapan dan fungsi alatnya dengan baik, agar
praktikum menjadi lebh baik. Selain itu menentukan kejelasan bayangan
benda yang ditangkap oleh layar merupakan hal yang subjektif karena
setiap anggota kelompok memiliki pendapat masing-masing, sehingga
harus lebih jeli lagi dalam menentukan apakah bayangan tersebut sudah
jelas atau tidak.

H. Rujukan

D.Knight, Randall.2015. Physic for Science And Engineers.California:

Pearson

Serway, R.A dan Jewett. 2014 .Fisika untuk sains dan teknik. Jakarta:

Salemba Teknika

Tim Fisika Dasar.2018.Modul Praktikum Fisika Dasar III. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Tim Fisika Dasar.2018.Buku Seminar Teori Ralat. Malang: Universitas

Negeri Malang
I. Lampiran-lampiran
 Lensa cembung
1) Benda di tak hingga
Jarak fokus (×
No
10−2 m)
1 11
2 10,7
3 10,5
4 11,1
5 10,7
∑𝑓
𝑓̅ = = 10,8 × 10−2 m
𝑛
2
∑(𝑓 − 𝑓 )̅ 2,552
𝑆𝑓 = √ =√ = 0.357
𝑛(𝑛 − 1) 20
𝑆𝑓
𝑅𝑓 = × 100% = 3,307% (3AP) jadi f=(10,8 ± 0,4) × 10−2 m
𝑓

Benda di ruang 2
Benda diruang 2
No p (× q (×
10 m) 10−2m)
−2

1 15 27,7
2 16 26,6
3 17 25,6
4 18 23,4
5 19 22,3
o Percobaan 1
p × q 15 × 27,7
𝑓= = = 9,730 × 10−2 m
p + q 15 + 27,7
2 2
𝜕𝑓 2 2 𝜕𝑓 2 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝜕𝑆𝑖 3 𝜕𝑆0 3
2 2 2 2
𝑆0 2 𝑆𝑖 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝑆0 + 𝑆1 3 𝑆0 + 𝑆𝑖 3
2 2 2 2
15 2 27,7 2

𝑆𝑓 = |( ) × × 0,05| + |( ) × × 0,05|
15 + 27,7 3 15 + 27,7 3
= √0,000214
= 0,015 × 10−2 m
𝑆𝑓
𝑅𝑓 = × 100% = 0,1502% (4AP) jadi nilai f=(9,730±0,015) × 10−2 m
𝑓
o Percobaan 2
p × q 16 × 26,6
𝑓= = = 9,990 × 10−2 m
p + q 16 + 26,6
2 2
𝜕𝑓 2 2 𝜕𝑓 2 2
𝑆𝑓 = √|( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝜕𝑆𝑖 3 𝜕𝑆0 3
2 2 2 2
𝑆0 2 𝑆𝑖 2
𝑆𝑓 = √|( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝑆0 + 𝑆1 3 𝑆0 + 𝑆𝑖 3
2 2 2 2
16 2 26,6 2

𝑆𝑓 = |( ) × × 0,05| + |( ) × × 0,05|
16 + 26,6 3 16 + 26,6 3
= √0,000191
= 0,014 × 10−2 m
𝑆𝑓
𝑅𝑓 = × 100% = 0,1383% (4AP) jadi nilai f=(9,990±0,014) × 10−2 m
𝑓
o Percobaan 3
p × q 17 × 25,6
𝑓= = = 10,21 × 10−2 m
p + q 17 + 25,6
2 2
𝜕𝑓 2 2 𝜕𝑓 2 2
𝑆𝑓 = √|( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝜕𝑆𝑖 3 𝜕𝑆0 3
2 2 2 2
𝑆0 2 𝑆𝑖 2
𝑆𝑓 = √|( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝑆0 + 𝑆1 3 𝑆0 + 𝑆𝑖 3
2 2 2 2
17 2 25,6 2
𝑆𝑓 = √|( ) × × 0,05| + |( ) × × 0,05|
17 + 25,6, 3 17 + 25,6 3
= √0,000173
= 0,01 × 10−2 m
𝑆𝑓
𝑅𝑓 = × 100% = 0,1287% (4AP)
𝑓
o Percobaan 4
p × q 18 × 23,4
𝑓= = = 10,17 × 10−2 m
p + q 18 + 23,4
2 2
𝜕𝑓 2 2 𝜕𝑓 2 2
𝑆𝑓 = √|( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝜕𝑆𝑖 3 𝜕𝑆0 3
2 2 2 2
𝑆0 2 𝑆𝑖 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝑆0 + 𝑆1 3 𝑆0 + 𝑆𝑖 3
2 2 2 2
18 2 23,4 2

𝑆𝑓 = |( ) × × 0,05| + |( ) × × 0,05|
18 + 23,4 3 18 + 23,4 3
= √0,000153
= 0,012 × 10−2 m
𝑆𝑓
𝑅𝑓 = × 100% = 0,1216% (4AP) jadi nilai f=(10,17±0,01) × 10−2 m
𝑓
o Percobaan 5
p × q 19 × 22,3
𝑓= = = 10,26 × 10−2 m
p + q 19 + 22,3
2 2
𝜕𝑓 2 2 𝜕𝑓 2 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝜕𝑆𝑖 3 𝜕𝑆0 3
2 2 2 2
𝑆0 2 𝑆𝑖 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝑆0 + 𝑆1 3 𝑆0 + 𝑆𝑖 3
2 2 2 2
19 2 22,3 2

𝑆𝑓 = |( ) × × 0,05| + |( ) × × 0,05|
19 + 22,3 3 19 + 22,3 3
= √0,000144
= 0,01 × 10−2 m
𝑆𝑓
𝑅𝑓 = × 100% = 0,11705% (4AP) jadi nilai f=(10,26±0,01) × 10−2 m
𝑓

2) Benda di ruang 3

Benda diruang 3
No p (× q (×
10 m) 10−2 m)
−2

1 23 18,4
2 24 17,8
3 25 16,7
4 26 16,4
5 27 16
o Percobaan 1
p × q 23 × 18,4
𝑓= = = 10,22 × 10−2 m
p + q 23 + 18,4
2 2
𝜕𝑓 2 2 𝜕𝑓 2 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝜕𝑆𝑖 3 𝜕𝑆0 3
2 2 2 2
𝑆0 2 𝑆𝑖 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝑆0 + 𝑆1 3 𝑆0 + 𝑆𝑖 3
2 2 2 2
23 2 18,4 2

𝑆𝑓 = |( ) × × 0,05| + |( ) × × 0,05|
23 + 18.4 3 23 + 18,4 3
= √0,000149
= 0,01 × 10−2 m
𝑆𝑓
𝑅𝑓 = × 100% = 0,1194% (4AP) jadi nilai f=(10,22±0,01) × 10−2 m
𝑓
o Percobaan 2
p × q 24 × 17,8
𝑓= = = 10,22 × 10−2 m
p + q 24 + 17,8
2 2
𝜕𝑓 2 2 𝜕𝑓 2 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝜕𝑆𝑖 3 𝜕𝑆0 3
2 2 2 2
𝑆0 2 𝑆𝑖 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝑆0 + 𝑆1 3 𝑆0 + 𝑆𝑖 3
2 2 2 2
24 2 17,8 2

𝑆𝑓 = |( ) × × 0,05| + |( ) × × 0,05|
24 + 17,8 3 17,8 + 24 3
= √0,000157
= 0,01 × 10−2 m
𝑆𝑓
𝑅𝑓 = × 100% = 0,1227% (4AP) jadi nilai f=(10,22±0,01) × 10−2 m
𝑓
o Percobaan 3
p × q 25 × 16,7
𝑓= = = 10,00 × 10−2 m
p + q 25 + 16,7
2 2
𝜕𝑓 2 2 𝜕𝑓 2 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝜕𝑆𝑖 3 𝜕𝑆0 3
2 2 2 2
𝑆0 2 𝑆𝑖 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝑆0 + 𝑆1 3 𝑆0 + 𝑆𝑖 3
2 2 2 2
25 2 25 2

𝑆𝑓 = |( ) × × 0,05| + |( ) × × 0,05|
25 + 16,7 3 25 + 16,7 3
= √0,000172
= 0,01 × 10−2 m
𝑆𝑓
𝑅𝑓 = × 100% = 0,1310% (4AP) jadi nilai f=(10,00±0,01) × 10−2 m
𝑓
o Percobaan 4
p × q 26 × 16,4
𝑓= = = 10,05 × 10−2 m
p + q 26 + 16,4
2 2
𝜕𝑓 2 2 𝜕𝑓 2 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝜕𝑆𝑖 3 𝜕𝑆0 3
2 2 2 2
𝑆0 2 𝑆𝑖 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝑆0 + 𝑆1 3 𝑆0 + 𝑆𝑖 3
2 2 2 2
26 2 16,4 2

𝑆𝑓 = |( ) × × 0,05| + |( ) × × 0,05|
26 + 16,4 3 26 + 16,4 3
= √0,000182
= 0,01 × 10−2 m
𝑆𝑓
𝑅𝑓 = × 100% = 0,1341% (4AP) jadi nilai f=(10,05±0,01) × 10−2 m
𝑓

o Percobaan 5
p × q 27 × 16
𝑓= = = 9,975 × 10−2 m
p + q 27 + 16
2 2
𝜕𝑓 2 2 𝜕𝑓 2 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝜕𝑆𝑖 3 𝜕𝑆0 3
2 2 2 2
𝑆0 2 𝑆𝑖 2
𝑆𝑓 = √|( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝑆0 + 𝑆1 3 𝑆0 + 𝑆𝑖 3
2 2 2 2
27 2 16 2
𝑆𝑓 = √|( ) × × 0,05| + |( ) × × 0,05|
27 + 16 3 27 + 16 3
= √0,000194
= 0,014 × 10−2 m
𝑆𝑓
𝑅𝑓 = × 100% = 0,1386% (4AP) jadi nilai f=(9,975±0,014) × 10−2 m
𝑓
 Lensa cekung
No p (× q (×
10−2 m) 10−2 m)
1 0,4 3
2 2,2 4,4
3 3,5 3,1
4 0,3 1,9
5 1,6 2
o Percobaan 1
p × q 0,4 × 3
𝑓= = = 0,353 cm
p + q 0,4 + 3
2 2
𝜕𝑓 2 2 𝜕𝑓 2 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝜕𝑆𝑖 3 𝜕𝑆0 3
2 2 2 2
𝑆0 2 𝑆𝑖 2
𝑆𝑓 = √|( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝑆0 + 𝑆1 3 𝑆0 + 𝑆𝑖 3
2 2
0,4 2 2 3 2
2
𝑆𝑓 = √|( ) × × 0,05| + |( ) × × 0,05|
0,4 + 3 3 0,4 + 3 3
= √0,000674
= 0,026
𝑆𝑓
𝑅𝑓 = × 100% = 7,354% (3AP) jadi nilai f=(0,353±0,026) × 10−2 m
𝑓
o Percobaan 2
p × q 2,2 × 4,4
𝑓= = = 1,47 × 10−2 m
p + q 2,2 + 4,4
2 2
𝜕𝑓 2 2 𝜕𝑓 2 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝜕𝑆𝑖 3 𝜕𝑆0 3
2 2 2 2
𝑆0 2 𝑆𝑖 2
𝑆𝑓 = √|( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝑆0 + 𝑆1 3 𝑆0 + 𝑆𝑖 3
2 2 2 2
2,2 2 4,4 2
𝑆𝑓 = √|( ) × × 0,05| + |( ) × × 0,05|
2,2 + 4,4 3 2,2 + 4,4 3
= √0,000233
= 0,02 × 10−2 m
𝑆𝑓
𝑅𝑓 = × 100% = 1,04% (3AP) jadi nilai f=(1,47±0,02) × 10−2 m
𝑓
o Percobaan 3
p × q 3,5 × 3,1
𝑓= = = 1,643 × 10−2 m
p + q 3,5 + 3,1
2 2
𝜕𝑓 2 2 𝜕𝑓 2 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝜕𝑆𝑖 3 𝜕𝑆0 3
2 2 2 2
𝑆0 2 𝑆𝑖 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝑆0 + 𝑆1 3 𝑆0 + 𝑆𝑖 3
2 2 2 2
3,5 2 3,1 2

𝑆𝑓 = |( ) × × 0,05| + |( ) × × 0,05|
3,5 + 3,1 3 3,5 + 3,1 3
= √0,0001422
= 0,012
𝑆𝑓
𝑅𝑓 = × 100% = 0,724% (4AP) jadi nilai f=(1,643±0,012) × 10−2 m
𝑓
o Percobaan 4
p × q 0,3 × 1,9
𝑓= = = 0,259 × 10−2 m
p + q 0,3 + 1,9
2 2
𝜕𝑓 2 2 𝜕𝑓 2 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝜕𝑆𝑖 3 𝜕𝑆0 3
2 2 2 2
𝑆0 2 𝑆𝑖 2
𝑆𝑓 = √|( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝑆0 + 𝑆1 3 𝑆0 + 𝑆𝑖 3
2 2 2 2
0,3 2 1,9 2
𝑆𝑓 = √|( ) × × 0,05| + |( ) × × 0,05|
0,3 + 1,9 3 0,3 + 1,9 3
= √0,000619
= 0,025 × 10−2 m
𝑆𝑓
𝑅𝑓 = × 100% = 9,59% (3AP) jadi nilai f=(0,259±0,025) × 10−2 m
𝑓
o Percobaan 5
p × q 1,6 × 2
𝑓= = = 0,888 × 10−2 m
p + q 1,6 + 2
2 2
𝜕𝑓 2 2 𝜕𝑓 2 2

𝑆𝑓 = |( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝜕𝑆𝑖 3 𝜕𝑆0 3
2 2 2 2
𝑆0 2 𝑆𝑖 2
𝑆𝑓 = √|( ) × × ∆𝑆𝑖 | + |( ) × × ∆𝑆0 |
𝑆0 + 𝑆1 3 𝑆0 + 𝑆𝑖 3
2 2
1,6 2 2 2 2
2
𝑆𝑓 = √|( ) × × 0,05| + |( ) × × 0,05|
1,6 + 2 3 1,6 + 2 3
= √0,000149
= 0,012
𝑆𝑓
𝑅𝑓 = × 100% = 1,37% (3AP) jadi nilai f=(0,888±0,012) × 10−2 m
𝑓
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 3

PEMBIASAN

Disusun untuk memenuhi tugas MataKuliah Praktikum Fisika Dasar 3

Dibimbing oleh Bapak Agus Suyudi

Nama : Yuyun Iqmatul Amalia

NIM : 180321614557

Kelas : AB/2018

Kelompok : 3

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FISIKA

OKTOBER 2019

Anda mungkin juga menyukai