Bab-14-Pj-1993-Cek 20090203104550 1788 14
Bab-14-Pj-1993-Cek 20090203104550 1788 14
BAB XIV
A. PENDAHULUAN
XIV/3
Sesuai amanat GBHN tersebut maka upaya pembangunan daerah,
desa dan kota telah dilaksanakan dan ditingkatkan secara konsisten dari
tahun ke tahun sejak Repelita I sampai dengan Repelita V, terlebih-lebih
dalam 5 tahun terakhir ini, dari tahun 1988/89 hingga tahun 1992/93. Adapun
langkah-langkah kebijaksanaan dan program-program pembangunan daerah
yang telah dilakukan meliputi pembangunan desa, pembangunan Daerah
Tingkat II, pembangunan Daerah Tingkat I, pengembangan kawasan terpadu,
pembangunan perkotaan, penataan ruang, penataan pertanahan dan
pembinaan aparatur pemerintah. Pembangunan daerah yang dilaksanakan
selama PJPT I tersebut telah berhasil membantu memenuhi berbagai
kebutuhan yang dihadapi dan lebih mendayagunakan pemanfaatan potensi
daerah.
XIV/4
Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II atau Program Inpres Dati II pada
tahun 1970/71. Pada akhir Repelita I, tahun 1973/74, telah dicanangkan
Program Pembangunan Sarana Pendidikan Dasar atau program Inpres
Sekolah Dasar yang pelaksanaannya oleh pemerintah Daerah Tingkat II.
Program-program ini, Inpres secara nyata telah mampu meningkatkan taraf
hidup masyarakat desa serta memperluas cakupan dan meningkatkan jumlah
anak-anak peserta pendidikan dasar, sehingga dapat meningkatnya taraf
pendidikan dan kecerdasan masyarakat.
Dalam lima tahun terakhir ini sejak tahun 1988/89 hingga tahun
keempat Repelita V, alokasi anggaran telah ditingkatkan dengan sangat
berarti didukung dengan penyempurnaan dan pelengkapan kebijaksanaan
untuk menunjang pembangunan daerah. Dalam rangka itu pada tahun
1989/90, telah diprogramkan bantuan Peningkatan Jalan Propinsi atau Inpres
Peningkatan Jalan Propinsi (IPJP) dan Program Penunjangan Jalan
Kabupaten/Kotamadya yang kemudian diganti menjadi Program Peningkatan
Jalan Kabupaten atau Inpres Peningkatan Jalan Kabupaten (IPJK). Maksud
utama penyempurnaan tersebut adalah untuk meluaskan cakupan program
termasuk lingkup jangkauannya (kabupaten dan propinsi). Dengan
XIV/5
mengubah program penunjangan menjadi program peningkatan maka
pembangunan jaringan jalan tersebut dilaksanakan dengan kualitas
konstruksi yang dapat bertahan setidaknya selama 5 tahun.
XIV/6
prasarana penunjang kelembagaan yang dibutuhkan. Seluruh kegiatan
tersebut telah dilaksanakan dengan semakin meningkat dan telah
membuahkan hasil yang cukup menggembirakan.
B. PEMBANGUNAN DESA
XIV/7
desa ini, maka sejak tahun 1980/81 sebagian dari Bantuan Pembangunan
Desa tersebut digunakan untuk membantu mengembangkan kemampuan dan
peranan kaum wanita melalui Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di
setiap desa.
XIV/8
TABEL XIV – 1
PERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DESA, 1)
1969/70 – 1992/93
(juta rupiah)
XIV/9
TABEL XIV – 2
PERKEMBANGAN JUMLAH DESA DAN BANTUAN PEMBANGUNAN DESA, 1)
1969/70 – 1992/93
1) Angka tahunan
2) Bantuan untuk menunjang kegiatan PKK, Rp. 300.000,- per Desa
3) Bantuan untuk menunjang kegiatan PKK, Rp. 500.000,- per Desa
4) Bantuan untuk menunjang kegiatan PKK, Rp. 700.000,- per Desa
5) Bantuan untuk menunjang kegiatan PKK, Rp. 900.000,- per Desa
XIV/10
2. Pemantapan Pelaksanaan Unit Daerah Kerja Pembangunan
(UDKP)
XIV/11
Dalam Repelita IV, telah dilakukan kegiatan penataran Camat
sejumlah 2.242 orang, penempatan TKS-BUTSI sebanyak 666 orang, latihan
Sekwilcam (Sekretaris Wilayah Kecamatan) sebanyak 3.529 orang, latihan
penatar UDKP Tingkat Kabupaten sebanyak 75 orang dan latihan KPD
sejumlah 168.953 orang.
XIV/12
masyarakat desa terus dikembangkan dan ditingkatkan fungsinya.
Pengembangan dan peningkatan LKMD diarahkan pada peningkatan
kemampuannya untuk: merencanakan dan melaksanakan pembangunan desa
serta mewadahi kegiatan dan peran serta masyarakat desa dalam
pembangunan. Untuk dapat makin meningkatkan efektivitas fungsi LKMD,
maka di setiap desa/kelurahan dibentuk Kader Pembangunan Desa (KPD)
yang berperan sebagai pendorong motivasi dan penggerak masyarakat dalam
pembangunan di setiap desa. Hingga sekarang, pada tahun keempat Repelita
V ini, sebanyak 48% desa telah memiliki KPD.
XIV/13
tinggalnya berdekatan, dan kegiatan Peningkatan Pendapatan Usaha
Keluarga. Untuk menunjang kegiatan tersebut sampai dengan tahun keempat
Repelita V telah dilatih sebanyak 1.710 orang anggota Kelompok Dasa
Wisma dan 2.850 orang pembina kegiatan Peningkatan Pendapatan Usaha
Keluarga.
Dengan usaha-usaha ini maka dua hal telah dicapai yakni pertama,
penyiapan dan peningkatan kemampuan pelaksana pembangunan di tingkat
paling bawah, dan kedua peningkatan . peran serta wanita secara aktif dalam
usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat dari tingkat paling bawah serta
dalam usaha merangsang dan menampung peran serta masyarakat secara
langsung.
XIV/14
Dengan kegiatan ini, maka desa-desa transmigrasi telah lebih
terintegrasikan dalam sistem permukiman di dalam kecamatannya, baik
secara sosial maupun ekonomi. Dengan demikian program transmigrasi
menjadi bagian yang lebih terpadu dengan program pembangunan
pemerintah daerah. Sementara itu dampak lain dari program ini adalah
semakin berkurangnya jumlah penduduk yang masih mengikuti pola hidup
berpindah-pindah, pemanfaatan lahan semakin efisien, dan jumlah desa
berpenduduk jarang semakin berkurang.
XIV/15
semakin meningkatnya kondisi lingkungan perumahan pedesaan sehingga
mutu kehidupan masyarakat desa menjadi lebih baik.
XIV/16
tanggung jawab dan wewenang pemerintah Daerah Tingkat II.
XIV/17
penyediaan bantuan ini diharapkan agar Pemerintah Daerah Tingkat II dapat
secara lebih leluasa melaksanakan berbagai upaya untuk menggali serta
memanfaatkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
ada, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat di daerah
masing-masing. Sejak permulaannya, tahun 1970/71 sampai dengan tahun
keempat Repelita V sebagian besar penggunaan Bantuan Pembangunan
Daerah Tingkat II diarahkan kepada kegiatan operasional dan pemeliharaan
prasarana dan sarana yang sudah ada, terutama jalan dan jembatan. Namun
di samping itu digunakan juga untuk peningkatan dan pembangunan jalan
baru.
Khusus selama lima tahun terakhir sejak tahun 1988/89 sampai dengan
tahun 1992/93, yaitu tahun keempat Repelita V, besar bantuan telah
ditingkatkan dari Rp 1.450 per penduduk dengan bantuan minimum per Dati
II sebesar Rp 170 juta per Dati II menjadi Rp 4.000 per penduduk dengan
bantuan minimum Rp 750 juta per Dati II. Data perkembangan penyediaan
dana melalui Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel XIV-3.
XIV/18
TABEL XIV – 3
PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PEMBANGUNAN DATI II, 1)
MASING-MASING PROPINSI DAERAH TINGKAT I
1970/71 – 1992/93
(juta rupiah)
1) Angka tahunan.
2) Termasuk bantuan untuk penyusunan RUTR Dati II dan Pengembangan Perkotaan.
3) Peralatan dan Kegiatan Penunjang.
XIV/19
pendapatan yang ada di daerah, seperti Pajak Bumi dan Bangunan.
Jenis proyek yang paling menonjol, atau lebih dari separuh kegiat-
annya dibiayai dari Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II, adalah proyek
pemeliharaan jalan dan jembatan. Jika pada akhir Repelita I, yaitu tahun
1973/74, proyek jalan yang dibiayai dari bantuan ini baru mencapai se-
panjang 5.220 km, maka selama 5 tahun sejak tahun 1988/89 sampai dengan
tahun keempat Repelita V, telah dapat ditangani sepanjang 184.777 km
jalan. Pada tahun 1988/89, pemeliharaan jalan yang dikerjakan mencapai
33.812 km. Sedangkan pada tahun 1989/90, yaitu tahun pertama Pelita V,
jalan yang ditangani mencapai 23.463 km, tahun 1990/91 sepanjang 49.008
km, tahun 1991/92 sepanjang 31.494 km, dan tahun 1992/93 atau pada
tahun keempat Pelita V diperkirakan 47.000 km. Jadi selama 4 tahun Pelita
V, telah ditangani jalan sepanjang 150.965 km meliputi kegiatan berupa
pemeliharaan, rehabilitasi, dan peningkatan serta berupa pembangunan
jaringan jalan baru.
XIV/20
TABEL XIV – 4
HASIL FISIK PELAKSANAAN PROYEK-PROYEK 1)
BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II,
TAHUN 1970/71 – 1992/93
1) Angka tahunan.
2) Angka sementara.
XIV/21
kan lingkungan pemukiman penduduk dari bahaya banjir dan meningkatkan
usaha penyehatan lingkungan pemukiman tersebut, juga telah meluaskan
jangkauan kegiatan ekonomi penduduk dalam proses produksi dan
pemasaran hasilnya. Di samping itu juga jangkauan pelayanan sosial serta
mutunya meningkat sehingga derajat kesehatan maupun tingkat pengetahuan
dan keterampilan mereka meningkat. Bantuan-bantuan ini secara tidak
langsung juga berperan dalam upaya kita menanggulangi kemiskinan dan
keterisolasian, yang secara langsung ditangani melalui program PKT
(Pengembangan Kawasan Terpadu).
XIV/22
adalah Rp 13 miliar dan setiap tahun meningkat terus sehingga menjadi
Rp 825,6 miliar pada tahun keempat Repelita V. Hal ini berarti meningkat
dengan lebih dari 63 kali lipat.
XIV/23
TABEL XIV – 5
PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PENINGKATAN JALAN KABUPATEN/KOTAMADYA 1)
1979/80 – 1992/93
(juta rupiah)
1) Angka tahunan.
2) Kegiatan Penunjang.
XIV/24
TABEL XIV – 6
PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PENINGKATAN JALAN KABUPATEN/KOTAMADYA, 1)
1979/80 – 1992/93
(juta rupiah)
1) Angka tahunan.
2) Angka diperbaiki.
3) Angka sementara..
XIV/25
gilirannya dapat meningkatkan kegiatan perekonomian setempat, sehingga
dapat menanggulangi kemiskinan di daerah tersebut.
XIV/26
D. PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I
XIV/27
ditingkatkan. Bahkan sejak tahun 1990/91, di samping bantuan dasar juga
disediakan sejumlah dana tertentu, yaitu sebesar Rp 108 miliar, yang
pengalokasiannya menggunakan faktor luas wilayah daratan sebagai proporsi
yang dikalikan jumlah tersebut. Dengan memasukkan unsur luas wilayah
sebagai kriteria alokasi, besaran bantuan pembangunan Dati I bervariasi
antara satu propinsi dengan propinsi yang lain sesuai dengan luas geografis
masing-masing. Dengan demikian propinsi yang mempunyai wilayah cukup
luas seperti Irian Jaya, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Riau dan Sumatera Selatan memperoleh tambahan alokasi bantuan
sesuai dengan luas wilayah masing-masing sehingga dapat lebih
meningkatkan kegiatan pembangunannya sesuai dengan kebutuhannya.
XIV/28
TABEL XIV – 7
PERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DATI I, 1)
1973/74 – 1992/93
(juta rupiah)
1) Angka tahunan.
2) SPP-ADO (Sumbangan Pemerintah Pengganti Alokasi Devisa Otomatis)
3) Kegiatan Penunjang.
XIV/29
pangan. Secara fisik, hasil sejak tahun 1974/75 sampai dengan tahun
keempat Repelita V terus meningkat. Jika pada tahun 1974/75 meliputi
3.657.175 ha, maka pada tahun 1992/93 meliputi 5.495.028 ha. Sejak tahun
1989/90-1992/93, berbagai prasarana dan sarana yang dioperasikan dan
dipelihara dengan program ini antara lain meliputi: 8.798 bendung, 8.991
bangunan air, seperti, pintu-bagi, dan pintu-buang. Juga ditangani sepanjang
66.492 km saluran pembawa, baik saluran primer maupun sekunder, serta
sebagian kecil saluran tertier. Di samping itu 24.770 km saluran pembuang,
dan 2.574 buah fasilitas eksploitasi, seperti, kendaraan roda empat, sepeda
motor, dan lain sebagainya.
XIV/30
2. Bantuan Peningkatan Jalan Propinsi
XIV/31
TABEL XIV – 8
PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PENINGKATAN JALAN PROPINSI, 1)
1989/90 – 1992/93
1) Angka tahunan.
2) Kegiatan Penunjang.
XIV/32
Tingkat I, Pemerintah juga melaksanakan program-program pengembangan
wilayah. Program Pengembangan Wilayah ditujukan untuk mengembangkan
wilayah-wilayah tertentu dengan berbagai kegiatan sektoral secara terpadu.
Program ini dimulai sejak Repelita I, dan dari tahun ke tahun cakupan
kegiatan serta wilayah yang ditangani semakin meningkat sesuai dengan
permasalahan yang semakin berkembang.
Dalam Repelita IV, yaitu periode 1984/85, studi wilayah yang lebih
menekankan kepada identifikasi program dan keterpaduan proyek untuk
investasi jangka menengah dan jangka pendek, dilaksanakan di wilayah
Maluku dan Sumatera bagian utara.
XIV/33
Sulawesi Selatan, wilayah Sulawesi Tenggara, dan wilayah NTT. Di
samping itu ada dua proyek yang ditujukan khusus untuk peningkatan
kemampuan Bappeda Dati I dalam mengevaluasi dan merencanakan
pemanfaatan sumber daya lahan, yaitu proyek Land Resources Evaluation
and Planning (LREP) di delapan propinsi di Sumatera serta peningkatan
kelembagaan perkreditan di daerah (Financial Institution Development),
kedua-duanya tahun 1988/1989.
XIV/34
pembangunan daerah terutama Bantuan Dati I telah banyak berperan dalam
pembangunan nasional yang berwawasan Nusantara. Pembangunan jalan,
pelabuhan dan telekomunikasi telah menciptakan suatu keadaan yang
memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa. Perkembangan-perkembangan
tersebut menjamin kesatuan ekonomi yang digambarkan dengan makin
kecilnya perbedaan harga antar daerah.
XIV/35
peningkatan kemampuan aparat pemerintah daerah dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara terpadu.
XIV/36
Program PKT dimulai pada tahun anggaran 1989/90, dengan alokasi
dana sebesar Rp 2,35 miliar untuk membiayai 12 lokasi/kawasan proyek
percontohan di 12 propinsi, yaitu di DI Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi,
Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tenggara, Maluku, Irian Jaya dan Timor Timur. Pelaksanaan program tersebut
mendapat tanggapan positif dari Pemerintah Daerah dan masyarakat
setempat.
XIV/37
TABEL XIV – 9
PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN 1)
PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN TERPADU
1979/80 – 1992/93
(juta rupiah)
Keterangan:
1) Angka tahunan.
2) Program PKT baru dimulai pada awal Repelita V;
angka di dalam kurung menunjukkan jumlah kawasan/kecamatan.
3) Termasuk bantuan luar negeri untuk propinsi DI Aceh, Jawa Barat dan Maluku.
XIV/38
masyarakat secara lebih matang, diupayakan juga pelibatan unsur lembaga
swadaya masyarakat (LSM/LPSM). Semua upaya yang telah ditempuh ter-
sebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program penanggulangan
kemiskinan secara keseluruhan, dalam rangka mempercepat proses
peningkatan kesejahteraan sekitar 27 juta penduduk yang masih hidup di
bawah garis kemiskinan.
F. PEMBANGUNAN PERKOTAAN
XIV/39
rata-rata 5,4% per tahun. Kota-kota besar dengan penduduk di atas 200.000
jiwa tumbuh dengan laju pertumbuhan antara 3-6% per tahun. Sedangkan
kota-kota lainnya yang berpenduduk di bawah 200.000 jiwa tumbuh dengan
laju yang lebih pesat. Pertumbuhan penduduk di kota-kota yang berstatus
Kotamadya lebih pesat daripada di kota-kota lainnya.
XIV/40
Sesuai dengan arahan kebijaksanaan yang telah digariskan tersebut
maka pada tahun anggaran 1986/87 mulai dilaksanakan penyiapan Program
Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT). Program ini bertujuan untuk
menterpadukan pembangunan prasarana perkotaan dan meningkatkan
kemampuan pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan kota.
Pada tahun 1989/90 sebanyak 90 kota besar dan kecil, sebagian besar
meliputi kota-kota di Pulau Jawa dan Sumatera, telah melaksanakan P3KT.
Pada tahun 1990/91 jumlah kota yang telah menyusun PJM dalam rangka
pelaksanaan P3KT meningkat menjadi 121 kota, termasuk kota-kota yang
memasuki tahapan pelaksanaan, seperti Bogor, Tangerang, Bekasi, Bandar
Lampung, dan Palembang. Selain itu, juga dilaksanakan P3KT di kota-kota
sedang dan kecil di Jawa Timur, Bali, Sulawesi, dan Irian Jaya. Pada tahun
1991/92, dan tahun 1992/93, tahun keempat Repelita V, jumlah kota besar
dan kecil yang termasuk dalam program P3KT seluruhnya mencapai 123
buah. Pada tahun keempat Repelita V, hampir seluruh kota-kota yang telah
memiliki PJM tersebut sudah memasuki tahap pelaksanaan (Tabel XIV-10).
XIV/41
TABEL XIV – 10
JUMLAH KOTA KABUPATEN/KODYA DALAM PROGRAM 1)
PEMBANGUNAN PRASARANA KOTA TERPADU (P3KT)
1989/90 – 1992/93
Keterangan:
1) Angka tahunan.
2) P3KT dimulai dengan tahap persiapan konsep dan perencanaan program pada tahun 1986/87
pelaksanaannya sebagai Program Nasional baru dimulai pada awal Repelita V.
XIV/42
Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan dan kota-kota di wilayah Indonesia
bagian Timur, seperti di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Maluku dan Timor Timur.
XIV/43
Khusus dalam tahun 1988/89 penanganan kawasan permukiman
kumuh mencakup kawasan seluas 5.431,7 ha. Sejak tahun pertama sampai
tahun keempat Repelita V, penanganan permukiman kumuh masing-masing
dapat disebutkan sebagai berikut: tahun 1989/90 sebanyak 242 kota, tahun
1990/91 sebanyak 291 kota, tahun 1991/92 sebanyak 299 kota, dan tahun
1992/93 sebanyak 386 kota.
XIV/44
Selain itu peran serta masyarakat dan swasta dalam penyediaan
prasarana perkotaan makin menjadi kenyataan. Hal ini terlihat dari
peningkatan partisipasi masyarakat dalam program perbaikan kampung dan
peningkatan peranan aktif serta kerja sama pihak swasta dan pemerintah Dati
II dalam bidang air minum dan persampahan. Koordinasi pembangunan di
daerah juga terlihat makin meningkat, yaitu dengan makin berfungsinya
Bappeda TK I maupun Bappeda TK II sebagai lembaga perencana dan
koordinasi serta terlibatnya dinas-dinas sektoral TK I dan II pada tahap
persiapan serta pelaksanaan pembangunan prasarana perkotaan.
G. PENATAAN RUANG
XIV/45
pengairan di berbagai daerah dan kota secara cepat. Hasil-hasil program
penataan ruang dalam Repelita ini berupa rencana-rencana kerangka umum
baik untuk kota maupun daerah (kabupaten/propinsi). Selanjutnya untuk
mendukung tercapainya usaha penyusunan tersebut dan pelaksanaannya di
daerah, dibentuk Unit-unit Perencanaan Daerah di 10 Propinsi. Di samping
itu dilakukan juga penyusunan rancangan Undang-undang Bina Kota dan
Standar Tata Ruang Kota.
XIV/46
langsung diperhitungkan sebagai produk pembangunan nasional yang
merupakan wadah untuk memadukan berbagai produk perencanaan
pembangunan sektor dan daerah. Pada akhir Repelita IV telah diselesaikan
rencana tata ruang untuk 239 kota, rencana umum tata ruang daerah untuk
36 kabupaten dan studi pengembangan wilayah untuk 5 propinsi.
Sejak itu dalam rangka pelaksanaan program ini telah berhasil disusun
rencana pengembangan kota besar untuk 8 kota, Rencana Umum Tata Ruang
Kota (RTURK) untuk 7 kota, Rencana Umum Tata Ruang Daerah Kabupaten
(RUTRD) sebanyak 21 kabupaten, Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi
(RSTRP) sebanyak 2 Propinsi dan identifikasi kawasan strategis di 26
propinsi. Pada tahun 1990/91 telah berhasil disusun: Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Kota untuk 13 kawasan, RUTRD untuk 48 kabupaten,
RSTRP untuk sebanyak 6 propinsi dan studi pengembangan wilayah untuk 10
propinsi. Selanjutnya pada tahun 1991/92, telah dihasilkan antara lain RDTR
Kota untuk 39 kawasan, Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) untuk 9
kota, RUTRD Kabupaten untuk 112 kabupaten, RSTR Propinsi sebanyak 18
propinsi sehingga telah mencakup seluruh 27 propinsi,
XIV/47
dan pengembangan peta digital di beberapa wilayah perkotaan. Dalam tahun
ke empat Repelita V, yaitu tahun 1992/93, telah diselesaikan antara lain
rencana tata ruang kawasan strategis di 4 kawasan, pedoman teknik penataan
ruang kawasan dan penyusunan metoda pemantauan perubahan struktur
ruang kota. Pada akhir Repelita V nanti, diharapkan penyusunan Rencana
Umum Tata Ruang untuk -seluruh 296 Dati II (kodya dan kabupaten) dapat
diselesaikan.
XIV/48
dasarkan Undang-undang Penataan Ruang tersebut, kegiatan-kegiatan
pembangunan di daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah dan
masyarakat harus dilandaskan pada rencana tata ruang daerah.
H. PENATAAN PERTANAHAN
XIV/49
Dalam GBHN digariskan bahwa kebijaksanaan dasar pembangunan
bidang pertanahan diarahkan pada pemanfaatan tanah yang sungguh-
sungguh membantu usaha peningkatan kesejahteraan rakyat dalam rangka
mewujudkan keadilan sosial. Kegiatan-kegiatan di bidang pertanahan dalam
rangka mencapai tujuan tersebut meliputi penguasaan tanah, penataan
penggunaan tanah, pengurusan hak-hak atas tanah, serta pengukuran dan
pendaftaran tanah.
XIV/50
TABEL XIV – 11
PELAKSANAAN KEGIATAN PERTANAHAN 1)
1973/74 – 1992/93
XIV/51
tanah bagi para peserta proyek/masyarakat di sektor tersebut. Sementara itu
jaminan kepastian hukum atas tanah bagi masyarakat berpenghasilan rendah
juga makin ditingkatkan dengan pemberian sertifikat melalui kegiatan
PRONA.
Pada tahun 1989/90, telah dikeluarkan sertifikat tanah untuk PIR dan
transmigrasi, masing-masing berjumlah 23.788 dan 116.131 buah sertifikat.
Disamping itu juga telah dilaksanakan konsolidasi tanah perkotaan seluas
2.300 ha, pemetaan detail penggunaan tanah pedusunan seluas 4.480.000
ha, pemetaan kemampuan tanah seluas 3.400 ha, dan pemetaan kawasan
Puncak di kabupaten Bogor seluas 8.000 ha.
XIV/52
Pada tahun 1991/92 kegiatan penertiban sertifikat melalui kegiatan
PRONA semakin ditingkatkan dan berhasil menyelesaikan sebanyak 81.261
sertifikat. Pada tahun ini juga dimulai kegiatan penertiban sertifikat tanah
wakaf sebanyak 95.003 sertifikat. Sementara itu penertiban sertifikat PIR
dan transmigrasi mencapai 5.706 dan 154.168 sertifikat, pembukuan hak
sebanyak 26.771 persil, serta penertiban pengurusan hak-hak tanah sebanyak
18.710 SK. Melalui kegiatan pengaturan kembali penguasaan tanah (landre -
form), telah diselesaikan redistribusi tanah seluas 8.410 ha, serta konsolidasi
tanah perkotaan dan pertanian seluas 1.250 ha. Selain itu dilaksanakan
pemetaan pendaftaran tanah dan fotogrametri masing-masing seluas 14.848
ha dan 55.200 ha, pemetaan detail penggunaan tanah pedusunan seluas
14.620.000 ha, pemetaan kemampuan tanah seluas 2.152.000 ha,
melanjutkan pemetaan kawasan Puncak seluas 10.000 ha.
XIV/53
perencanaan teknis baik di , tingkat pusat maupun daerah. Dengan demikian
perkembangan masalah pertanahan dapat terus dipantau dan dikelola
administrasinya secara cepat. Program pemetaan dengan menggunakan foto
udara, dalam rangka perbaikan peta dasar pertanahan/pendaftaran tanah
nasional, secara langsung bermanfaat bagi pendataan peningkatan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) di semua propinsi.
XIV/54
penunjang kelembagaan, baik itu berupa penyempurnaan peraturan maupun
prasarana fisik Pamong Praja, telah pula dilaksanakan secara bertahap.
Peningkatan kemampuan Pemerintah Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II
untuk merencanakan dan menyusun anggaran kegiatan telah diawali dengan
pembentukan Bappeda tingkat propinsi pada tahun 1974 dan tingkat
Bappeda kabupaten/kotamadya pada tahun 1980.
XIV/55
Peningkatan kemampuan dan keterampilan aparat pemerintah daerah
terus menerus dilaksanakan dan bahkan sekarang terdapat jaminan agar hasil
penataran ataupun kursus peningkatan kemampuan perencanaan daerah
berdaya guna. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tahun 1992,
lulusan program up grading tidak dapat dipindahkan atau dimutasikan,
minimal selama 5 tahun.
XIV/56
(2) PP Nomor 44 Tahun 1990 tentang Perubahan Batas Wilayah Kota-madya
Dati II Sawahlunto, Kabupaten Dati II Sawahlunto/Sijunjung dan
Kabupaten Dati II Solok;
(3) UU Nomor 6 Tahun 1990 tentang Pembentukan Kabupaten Dati II
Halmahera Tengah;
(4) UU Nomor 7 Tahun 1990 tentang Pembentukan Kotamadya Dati II
Bitung;
(5) UU Nomor 6 Tahun 1991 tentang Pembentukan Kabupaten Dati II
Lampung Barat;
(6) UU Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kotamadya Dati II
Denpasar;
(7) PP Nomor 45 Tahun 1992 tentang Titik Berat Otonomi pada Daerah
Tingkat II;
(8) PP Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas Wilayah Kota -
madya Dati II Salatiga dan Kabupaten Dati II Semarang.
XIV/57
Mengingat pentingnya modernisasi institusi pelayanan umum maka
telah dilakukan suatu studi penyempurnaan administrasi khususnya
administrasi perkotaan. Hasilnya adalah Konsep Rencana Strategis (Renstra)
Pengelolaan Perkotaan di Indonesia. Laporan ini menggambarkan pola
pengelolaan kota yang ada beserta usulan-usulan perbaikan yang sesuai
dengan kondisi di Indonesia.
XIV/58