Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

PT. BETON PRIMA INDONESIA


PENGAWASAN NORMA K3 BIDANG KESEHATAN KERJA,
LINGKUNGAN KERJA DAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PEMBINAAN CALON AHLI K3 UMUM


ANGKATAN KE 181

KELOMPOK 3:
1. RUHAMAAU RIZQIYYATUSH SHOLIHAH
2. SULAMI
3. GUSTI INDRA FIRIANSYAH
4. SYAHIDI ISWANTO
5. DITO JELANG MAULANA
6. AULIA RAHMAN FARIZKY
7. FIQIH MUHAMMAD
8. MOH. SOLIHIN

PENYELENGGARA
PT. DUTA SELARAS SOLUSINDO
SURABAYA, 21 FEBRUARI 2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... 1

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 3

A. Latar Belakang .................................................................................................................... 3

B. Tujuan .................................................................................................................................... 4

C. Ruang Lingkup.................................................................................................................... 4

D. Dasar Hukum ....................................................................................................................... 5

BAB II KONDISI PERUSAHAAN ................................................................................... 6

A. Gambaran Umum Perusahaan ........................................................................................ 6

BAB III ANALISA ................................................................................................................ ..9

A. Temuan Positif .................................................................................................................. ..9

B. Temuan Negatif ................................................................................................................ 13

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 19

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 19

B. Saran .................................................................................................................................... 19

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Industri di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Di Jawa Timur sendiri,
ada sekitar 6.000 industri dengan tenaga kerja sekitar satu juta orang pada tahun
2018. Ini menunjukkan bahwa potensi bahaya yang khususnya terdapat pada
industri di Jawa Timur cukup besar dan akan berakibat fatal ketika perusahaan ini
tidak memenuhi kebutuhan keselamatan dan kesehatan pekerjanya.
Beberapa elemen dari industri yang merupakan sumber bahaya ketika tidak
dikelola dengan baik sesuai dengan norma K3 yang ada adalah pesawat uap,
bejana tekan, tangki timbun, pesawat angkat angkut, serta pesawat tenaga dan
produksi. Bahaya yang dapat ditimbulkan bervariasi, mulai dari sekedar terluka
hingga korban jiwa. Untuk kasus pesawat uap, bejana tekan dan tangka timbun,
bahaya yang ditimbulkan berupa kebakaran dan ledakan yang dapat
mengakibatkan kerugian materi hingga korban jiwa. Dan untuk kasus pesawat
tenaga dan produksi serta pesawat angkat angkut, bahaya yang dapat ditimbulkan
berupa lecet, kehilangan sebagian anggota tubuh, hingga kematian.
Untuk itu, perlu dipastikan bahwa aspek keselamatan dan kesehatan kerja
diperhatikan oleh setiap pengurus perusahaan. Dalam pasal 12 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, dikatakan bahwa tenaga kerja
berhak untuk bekerja di tempat kerja yg dipenuhi semua syarat-syarat keselamatan
dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Untuk memenuhi semua syarat-syarat
tersebut, perlu adanya panitia atau komite yang fokus untuk memenuhi syarat
tersebut. Untuk itu, menurut pasal 2 di Permenaker nomor 4 tahun 1987 tentang
Panitia Pembina K3 dikatakan bahwa setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu
wajib membentuk P2K3.
Selain dibentuknya panitia, perlu adanya system manajemen yang diusahakan
oleh perusahaan untuk menciptakan tempat kerja yang aman dan mengurangi dan
mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Lebih lanjut, dalam pasal 87
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dikatakan

3
bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen K3 yang
terintegrasi dengan system manajemen perusahaan.
PT. Beton Prima Indonesia (BPI) merupakan perusahaan manuktur
dibidang industri beton pracetak. Berdiri di Mojokerto sejak tahun 2010,
perusahaan ini telah menerima sertifikat perak SMK3 di tahun 2015 dan akan
menerima sertifikat emas SMK3 di awal tahun 2019. Total karyawan saat ini
berjumlah sekitar 400 karyawan. Pada laporan kali ini kami melakukan
pengamatan dan penelitian terkait pengawasan kelembagaan & keahlian K3,
pengawasan SMK3, pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan pada
perusahaan, dan pengawasan K3 mekanik.

B. TUJUAN
Tujuan dilaksanakannya PKL ini adalah untuk:
1. Menemukan dan menganalisis temuan positif maupun negatif dari penerapan
K3 di perusahaan
2. Membekali para calon Ahli K3 melalui praktek nyata dalam penerapan
persyaratan dan pembinaan K3 ditempat kerja yang meliputi kelembagaan dan
keahlian K3, pengawasan SMK3, norma K3 pesawat uap dan bejana tekan,
serta norma K3 mekanik.
3. Memahami kewajiban dan wewenang Ahli K3 ditempat kerja, sehingga para
calon Ahli K3 dapat bertindak secara professional didalam bekerja dan dapat
memberikan kontribusi yang nilai dalam menciptakan, menjaga dan
meningkatkan kinerja K3 ditempat kerja yang menjadi ruang lingkup tanggung
jawabnya.

C. RUANG LINGKUP
1. Norma K3 Kesehatan Kerja,
2. Norma K3 Lingkungan Kerja
3. Norma K3 Bahan Berbahaya dan Beracun.

4
D. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Uap Tahun 1930
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 4 Tahun 1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 2 Tahun 1992
tentang Tata Cara Penunjukkan Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
6. Permenakertrans No. 1 Tahun 1976 Kewajiban Hygiene Perusahaan, K3 Bagi
Dokter Perusahaan
7. Permenakertrans No. 1 Tahun 1979 Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan
K3 Bagi Tenaga Pramedis Perusahaan
8. Permenakertrans No. 1 Tahun 1981 Kewajiban Melaporakan Penyakit Akibat
Kerja (PAK)
9. Permenakertrans No 3 Tahun 1982 Pelayanan Kesehatan Kerja
10. Permen 25 Tahun 2008 P3K di tempat Kerja
11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 8 Tahun 2010
tentang Alat Pelindung Diri
12. Kepmenaker No 187 Tahun 1999 Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya
13. Permenakertrans Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika dan Kimia di
Tempat Kerja
14. Permenakertrans No 9 Tahun 2016 K3 dalam Pekerjaan Ketinggian
15. Permenakertrans No 5 Tahun 2015 K3 Lingkungan Kerja

5
BAB II
LATAR BELAKANG PERUSAHAAN

A. GAMBARAN PERUSAHAAN

Sejarah PT. Beton Prima yang berlokasi di Desa Desa Sumberwono, Kec.
Bangsal didirikan sebagai suatu perusahaan swasta yang berdiri tahun 2010 dan
bergerak pada bidang produksi beton precast/pracetak. Perusahaan ini telah
mendapatan sertifikat SMK3 silver sebelumnya di tahun 2015 dan sertifikat gold
akan didapatkan di tahun 2019. Kebanyakan klien selalu mempertimbangkan harga
produk pracetak yang lebih rendah karena mereka tidak mengetahui kualitas produk
yang akan mereka gunakan untuk proyek mereka. Kekecewaan kemudian akan
timbul setelah mereka menyadari bahwa kualitas produk pracetak yang mereka beli
adalah penyebab utama kerusakan bangunan mereka. Dengan mempertimbangkan
kesulitan dalam menemukan produk beton pracetak berkualitas tinggi di pasaran, PT
Beton Prima Indonesia (BPI) menyediakan berbagai produk beton pracetak untuk
memenuhi kebutuhan pasar konstruksi. Pabrik BPI berlokasi yang berlokasi di
Bangsal - Mojosari, Jawa Timur dan memiliki Luas Area pendudukan sebesar 10 HA
dan dilengkapi dengan fasilitas & peralatan modern, BPI dapat memenuhi kebutuhan
klien yang menginginkan produk terbaik untuk proyek mereka.PT Beton Utama
Indonesia menggunakan metode beton ready mix. Beton Ready Mix merupakan jenis
beton custom yang spesifikasinya tergantung pemesanan customer. PT Beton Utama
adalah salah satu perusahaan yang memiliki fasilitas produksi beton Ready Mix yaitu
batching plant. Untuk memenuhi kriteria kepuasaan customer, produk PT. Beton
Prima menggunakan proses manufaktur sesuai spesifikasi standard nasional dan
internasional seperti :

1. Standart Nasional Indonesia : SNI-0302874-2002


2. American Society of Testing Materials : ASTM
3. Japanese Institute Standards : JIS
4. British Standards Institute : ACI
5. Prestressed Concrete Institute Design Handbook
6
Sebelum mengirimkan produk ke pasar, produk PT. Beton Prima harus melewati
kontrol pengujian yang sangat ketat untuk mengonfirmasi bahwa hanya produk
berkualitas prima yang dapat dikirimkan dan produk yang cacat akan ditolak dan
dibongkar. Selain memproduksi produk-produk standar, BPI juga dapat
memproduksi produk-produk khusus sesuai kebutuhan pelanggan, seperti:

1. Produk Standar
 PC Spun Piles (Ø 250 hingga Ø 600)
 PC Square Piles (20/20 hingga 50/50)
 PC Flat Sheet Piles
 PC Corrugated Sheet Piles

Gambar : Contoh produk PT. Beton Prima Indonesia

7
Gambar : Struktur Organisasi P2K3 PT. Beton Prima Indonesia

8
BAB III

ANALISA

Hasil observasi dari kelompok 4 di PT BETON PRIMA INDONESIA pada 21 Februari 2019 di temukan beberapa temuan
positif. Beberapa temuan positif di gambarkan pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Temuan Positif


Analisis Dasar Hukum/
No Lokasi Gambar Temuan Potensi Rekomendasi Peraturan
Bahaya
1. K3 Poliklinik Tersedianya  Fasilitas Permenaker
poliklinik khusus kesehatan 03/MEN/1982 tentang
karyawan untuk dilengkapi pelayanan kesehatan
memberikan peralatan dan tenaga kerja
obat obatnya
pelayanan
 Ruangan
kesehatan kepada poliklinik
seluruh tenaga lebih diperluas
kerja

2. Paramedis Paramedis di Paramedis harus Permenakertrans No.


perusahaan telah standby di 1 tahun 1979 Pasal 2
memiliki poliklinik tentang pelatihan
sertifikat hiperkes bagi
Hiperkes paramedis

9
Keputusan Dirjen
nomor
22/DJPPK/V/2008
Tabel 2 tentang cara
penyelenggaraan
pelayanan kesehatan
kerja yang
dilaksanakan sendiri
oleh perusahaan
3. Petugas P3K Terdapat petugas Petugas P3K Permenaker No. 15
P3K di lokasi untuk bisa tahun 2008 Pasal 2
perusahaan dan standby di lokasi tentang pengusaha
mendapatkan wajib menyediakan
sertifikat dari petugas P3K dan
disnaker setempat fasilitas P3K di tempat
kerja
4. Kotak P3K Kotak P3K Penamabahan Permenaker No. 15
dan isinya berada di 4 lokasi jumlah sebaran tahun 2008 Pasal 2
area perusahaan kotak P3K pada tentang pengusaha
yaitu : area perusahaan wajib menyediakan
1. Pos security lainnya dan petugas P3K dan
2. Area Boiler menambah isi fasilitas P3K di tempat
3. Gudang dari kotak P3K kerja
4. Pos 2 (Stok
Material)
yakni kota
P3K tipe A

5 House Terdapat tenaga Pengecekan dan Permenaker No. 5


keeping dan kerja bagian pembersihan tahun 2018 Pasal 33

10
toilet house keeping toilet dilakukan tentang fasilitas
sendiri di lebih sering. kebersihan di tempat
perusahaan, kerja.
terdapat list
pengecekan
harian untuk
petugas house
keeping serta
lingkungan kerja
sudah baik.
6. NAB Kimia Telah terdapat Tetap Permenaker No. 05
laporan hasil merutinitaskan tahun 2018 Pasal 07
pengujian air untuk melakukan tentang keselamatan
limbah industri uji air limbah dan kesehatan kerja.
beton yang industri beton.
dikeluarkan oleh
pemerintah
kabupaten
Mojokerto, Dinas
Lingkungan
Hidup, UPTD
Laboratorium
Lingkungan.
7. APD Banyak karyawan Terjadinya Masih terdapat Permenaker No. 08
telah memenuhi kecelakaan beberapa tahun 2010 Pasal 07
standart aturan kerja karyawan yang tentang alat pelindung
pemakaian APD tidak memakai diri.
di lokasi. APD secara
lengkap, perlu

11
dilakukan
pengawasan dan
pembinaan yang
lebih intense.

12
Tabel 3.2 Temuan Negatif
Analisis Potensi Dasar Hukum/
No Lokasi Gambar Temuan Rekomendasi
Bahaya Peraturan
1 Poklinik Belum ada Dokter Potensi bahaya: Melakukan Permenaker 10 Tahun
Perusahaan yang Penanganan kerjasama 1976 Kewajiban
Berserftifikat Hiperkes Korban dengan Dokter Pelatihan Hiperkes
Kecelakan tidak Bersertifikat Bagi Dokter
Maksimal Hiperkes Perusahaan
Pasal 1
Resiko:
Keterlambatan Permenaker 4 Tahun
penanganan 1998 Pengangkatan ,
korban Pemberhentian dan
kecelakaan Tata Kerja Dokter
berakibat Penasehat
kematian Pasal 5

2 Tempat Isi Kotak P3K tidak Potensi bahaya: Memenuhi Permenaker 15 Tahun
Produksi memenuhi standar Tidak standar isi 2008 Pertolongan
terlaksananya Kotak P3K Pertama Pada
P3K sesuai Kecelakaan di Tempat
dengan standar Kerja
Lampiran II
Resiko:
Keterlambatan
penanganan P3K

13
3 Jamban/ Toilet di Ruang Potensi bahaya: Penambahan Permenker No 5
Toilet Produksi tidak sesuai Menimbulkan Jumlah Toliet Tahun 2015
Tempat dengan kapasitas Faktor Bahaya sebanyak Keselamatan dan
Produksi Pekerja, Jumlah pekerja Biologi minimal 6 Kesehatan Kerja
dalam 1 ruangan 80 untuk ruangan Lingkungan Kerja
orang berbanding Resiko : dengan Pasal 34 Ayat 1- 5
dengan 1 toilet. Menyebaran pekerjan 81-
Kebersihan tidak terjaga Kuman, Bakteri 100 orang
dan Virus
terhadap pekerja Dibersihkan
setiap hari
secara periodik
4 Tempat Penataan Alat Perkakas Potensi Bahaya : Menata alat Permenker No 5
Produksi dan Bahan tidak Rapi Menyebabkan dan Bahan Tahun 2015
dan Tertib bahaya sesuai dengan Keselamatan dan
kecelakaan kerja posisi yang di Kesehatan Kerja
pada pekerja tetapkan dan di Lingkungan Kerja
beri label yang Pasal 43-44
Resiko : jelas
- Terjadi
kecelakaan kerja
- Menghambat
proses produksi
dikarenak bahan
yang tidak tertata

14
5 Gudang Tidak ada pelabelan dan Potensi Bahaya: Memberikan Kepmenker 187
keterangan bahan kimia Terjadi label berupa : Tahun 1999
berbahaya kebocoran, -Nama produk Pasal 4-6 Bab
kebakaran, -Identifikasi Penyediaan dan
meledakan dll. bahaya Penyampaian Lembar
-Tanda bahaya Data Keselamatan
dan arti Bahan dan Label
-dll
6 Tempat Jalan khusus forklift Potensi Bahaya: Buat peta jalur Permenaker RI No. 5
Produksi tidak tersedia Rawan terjadi khusus forklift tahun 1985 Pasal 105
tabrakan, rawan dan peta jalur “Lantai kerja yang
terjadi kecelakaan khusus pejalan dilalui pesawat
kaki pada angkutan landasan
Resiko: seluruh harus:
Tabrakan, pekerja wilayah a. Dikonstruksi cukup
tergilas, dan lingkup kuat dan rata dengan
pekerja terjepit perusahaan memperhatikan
kecepatan, jenis roda
dan ban yang
digunakan
b. Tidak mempunyai
belokan dengan sudut
yang tajam, tanjakan
yang terjal jalan yang
bebas dan pelataran
yang rendah

15
7 Tempat Pekerja tidak Potensi Bahaya: Memberi Permenakertrans R.I.
Produksi menggunakan APD saat Rawan kejatuhan peringatan No 08 Tahun 2010
melakukan pekerjaan di bahan dari proses kepada pekerja Pasal 4 ayat (1) huruf
ruang produksi pengangkutan yang tidak a “APD wajib
material produksi menerapkan digunakan di tempat
K3 secara baik kerja di mana: Dibuat
Resiko: dan benar dicoba, dipakai atau
Gagar otak, (memberikan dipergunakan mesin,
terjepit, kematian surat pesawat, alat pekakas,
pernyataan peralatan atau instalasi
tidak akan yang berbahaya yang
melakukan dapat menimbulkan
pelanggaran kecelakaan, kebakaran
kembali) atau peledakan.
Pasal 6 ayat (1)
“Pekerja atau buruh
dan orang lain yang
memasuki tempat
kerja wajib memakai
atau menggunakan
APD sesuai dengan
potensi bahaya dan
resiko”

Lampiran II Kriteria
Audit SMK3 PP R.I.
No. 50 Tahun 2012
Kriteria 6.1.6
“Alat pelindung diri

16
disediakan sesuai
kebutuhan dan
digunakan secara
benar serta selalu
dipelihara dalam
kondisi layak pakai”
8 Tempat Pekerja melakukan Potensi Bahaya: Memberikan Permenakertrans R.I.
Produksi tindakan Mata terkena peringatan No 08 Tahun 2010
membahayakan dengan percikan api hasil kepada pekerja Pasal 3 ayat (1) huruf
melakukan pekerjaan pengelasan, yang tidak b
pengelasan tanpa menggunakan Pasal 4 ayat (1) huruf
Flasher dan Masker Resiko : alat pelindung a
Gangguan diri (Flasher Pasal 6 ayat (1)
Penglihatan dan Masker)
hingga Buta

Keracunan Bahan
Kimia
9 Tempat Bagian mesin yang Potensi bahaya: Memberikan Permenaker R.I.
Produksi berputar dan akan Pekerja terjepit penutup pada No.38 Tahun 2016
menghasilkan dampak mesin yang Pasal 8 ayat (2)
pada resiko kecelakaan Resiko: berputar “Semua bagian yang
kerja Pekerja akan sehingga bergerak dan
patah tulang, pekerja berbahaya dari
bahkan kematian menjadi aman pesawat tenaga dan
dari resiko produksi harus
kecelakaan dilengkapi alat
kerja perlindungan.”

17
10 Tempat Tidak menggunakan Potensi bahaya: Menggunakan Permenaker No 9
Produksi Body Harness pada saat Terjatuh dari Body Harness Tahun 2016
bekerja pada ketinggian Ketinggian saat bekerja Keselamatan dan
pada Kesehatan Kerja
Resiko: ketinggian Dalam Pekerjaan Pada
Cidera Patah Ketinggian
Tulang hingga Pasal 25
Kematian

11 Tempat Belum dilakukan Dapat Melakukan Lampiran II Kriteria


Penyimpana pengukuran kualitas menimbulkan pengukuran Audit SMK3 PP R.I.
n Batu Bara udara di tempat penyakit ISPA kualitas udara No. 50 Tahun 2012
penyimpanan batu bara pada pekerja yg di tempat Kriteria 7.2.1
terpapar tersebut. “Pemantauan/penguku
ran lingkungan kerja
dilaksanakan secara
teratur dan hasilnya
didokumentasikan,
dipelihara dan
digunakan untuk
penilaian dan
pengendalian risiko.”,
Kriteria 7.2.2
“Pemantauan/penguku
ran lingkungan kerja
meliputi faktor fisik,
kimia, biologi,
ergonomic, dan
psikologi.”

18
BAB V
Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan
- PT. Beton Prima Indonesia telah melakukan kegiatan K3 Kesehatan Kerja dengan
Baik, namun masih ada beberapa kekurangan seperti belum adanya Dokter
pemeriksa kesehatan tenaga kerja dan isi kotak P3K kurang lengkap.
- PT. Beton Prima Indonesia telah menyediakan APD sesuai dengan pekerjaan pada
masing-masing unit kerja, namun masih ditemukan beberapa pekerja tidak lengkap
dalam menggunakan APD sesuai SOP yang diterapkan oleh perusahaan.
- PT. Beton Prima Indonesia memenuhi standar kelulusan NAB Limbah Kimia yang
telah di riksa uji dan dilaporkan pada Dinas Lingkungan Hidup. Beberapa temuan
minor antara lain tidak ada pelabelan dan tanda bahaya pada kemasan bahan kimia
berbahaya.
- Tetap memiliki pelanggaran minor yang terjadi meski pun telah memeiliki
sertifikat SMK3 dengan predikat gold pada tahun 2019

B. Saran
- Segera melakukan Kontrak Kerja dengan Dokter bersertifikasi Hyperkes dan
melengkapi setiap Kotak P3K sesuai dengan peraturan perundang-undangan
- Melakukan Safety Briefing, Pembinaan, dan Pengawasan mengenai penggunaan APD
yang sesuai dengan SOP setiap Unit Kerja.
- Melakukan Pemeliharaan secara konsisten mengenai lingkungan kerja dengan prinsip
5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).
- Melengkapi pelabelan dan tanda bahaya pada bahan kimia berbahaya ditempat kerja.
- Perusahaan di harapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan pencapaian SMK3
yang sudah di dapat kan.

19
20

Anda mungkin juga menyukai