Anda di halaman 1dari 6

Strength / Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan


bahan menjadi patah. (Suarsana 2017)

1. Kekuatan Tekan ( Compressive Strength )

Kekuatan tekan adalah kapasitas dari suatu bahan atau struktur dalam menahan
beban yang akan mengurangi ukurannya. Beberapa bahan akan patah pada batas
tekan, beberapa mengalami deformasi yang tidak dapat dikembalikan. Deformasi
tertentu dapat dianggap sebagai batas kekuatan tekan, meski belum patah,
terutama pada bahan yang tidak dapat kembali ke kondisi semula (irreversible).
(Ayu 2017)

2. Kekuatan Tarik (Tensile Strength)


Kekuatan tarik (tensile strength, ultimate tensile strength) adalah tegangan
maksimum yang bisa ditahan oleh sebuah bahan ketika diregangkan atau ditarik,
sebelum bahan tersebut patah. Kekuatan tarik adalah kebalikan dari kekuatan
tekan, dan nilainya bisa berbeda. (Ayu 2017)

3. Kekuatan Geser (Shear Strength)

Kekuatan geser suatu bahan adalah tegangan yang menyebabkan komponen


rusak/patah akibat beban geser. (Ayu 2017)

4. Kuat Lentur ( Flexural Strength)

Kemampuan untuk menahan deformasi atau perubahan bentuk akibat gaya luar
pada umumnya pada struktur balok.

Stress / Tegangan dan Strain / Regangan


Stress adalah intensitas gaya atau hasil perhitungan gaya dibagi luas. Strain /
Regangan merupakan kemampuan material untuk meregang dari panjang sebenarnya.
Regangan diberi simbol ε .(Princeton University Press n.d.).
Untuk mengetahui besar tegangan dan regangan dilakukan pengujian tarik, desak,
dan geser. Dari pengujian didapatkan parameter material yang diuji yaitu :
Tegangan teknik ( Engineering Stress)
= F / Ao
Regangan teknik ( Engineering Strain)
ε = dL/L
Tegangan Geser ( Shear Stress)

= F /A

Hubungan tegangan geser dan regangan geser


τ=G.γ
Dimana G ialah modulus geser.
Elastisitas adalah kemampuan material teknik untuk kembali ke bentuk semula ketika
gaya yang diberikan dihilangkan. Pada daerah elastis hubungan tegangan dan
regangan berbanding lurus (proporsional). Deformasi yang terjadi dimana tegangan
dan regangan bersifat proporsional disebut deformasi elastis .Di daerah deformasi
plastis ini berlaku hubungan yang dikenal sebagai hukum hooke yaitu :
σ= Eε
Dimana E = modulus elastisitas atau modulus Young (GPa atau psi) . Regangan (ε)
yang terjadi pada suatu benda berbanding lurus dengan tegangannya (σ) dan
berbanding terbalik terhadap ke elastisitasannya. (Sudirman 2017)

Kemiringan pada kurva diatas menunjukan nilai modulus elastisitas . Bila nilai E
semakin kecil, maka akan semakin mudah bagi bahan untuk mengalami perpanjangan
atau perpendekan. Semakin besar modulus, semakin kaku material tersebut.
(www.ncut.edu.tw n.d.)
Poisson Ratio
o
Poisson ratio adalah perbandingan antara regangan horizontal ( lateral strain) dan juga
regangan horizontal (axial strain) yang disebabkan oleh beban sejajar sumbu dan
regangan axial.

Toughness / Ketahanan
Toughness merupakan estimasi jumlah energi yang diserap material sampai terjadi
patah yang dinyatakan dalam Joule. Energi yang diserap digunakan untuk
berdeformasi, mengikuti arah pembebanan yang dialami. Pada umumnya toughness
menggunakan konsep yang sukar dibuktikan/ didefinisikan (Unila.ac.id n.d.).
Toughness berhubungan dengan stress dan strain dimana energi yang diserap = kerja
yang dilakukan = gaya x jarak sehingga menghasilkan persamaan toughness = energi
regangan = luas daerah dibawah kurva tegangan dan regangan (Ieda.ust.hk n.d.).
Dapat dituliskan dengan :

Integral tersebut merupakan energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu


material. Untuk logam-logam uler mempunyai kurva yang dapat didekati dengan
persamaan :
Gambar kurva stress strain material getas dan ulet

Dari gambar kurva diatas terlihat bahwa material ulet memiliki ketangguhan yang
lebih besar dibandingkan material getas. Ditandai dengan luas daerah dibawah
material getas lebih besar dibandingkan luas daerah dibawah material getas (Baskoro
n.d.).
Ducility / Keuletan
Keuletan adalah kemampuan bahan untuk mengalami deformasi dibawah stress /
tarik tanpa terjadi patah. Pengukurannya dapat dilakukan dengan melakukan uji tarik.
Dimana, akan didapatkan hasil regangan teknis pada saat patah (ef), yang biasa
disebut perpanjangan dan pengukuran luas penampang pada patahan (q). Kedua sifat
ini didapat setelah terjadi patah, dengan cara menaruh benda uji kembali, kemudian
diukur panjang akhir benda uji (Lf) dan diameter pada patahan (Df), untuk
menghitung luas penampang patahan (Af). (Unila.ac.id n.d.)

%EL = 100 x (Lf – Lo)/Lo


atau
%RA = 100 x (A0-Af) /A0

Gambar uji tarik untuk mencari ducility

Hardness / Kekerasan
Kemampuan material untuk tahan terhadap perubahan bentuk ( deformasi plastis)
dengan memberikan beban yang terlokalisasi. Nilai kekerasan dihitung hanya pada
tempat dilakukannya pengujian (lokal). Uji keras lebih sering dilakukan dibandingkan
uji lainnya karena beberapa alasan yaitu mudah, murah, dan tidak merusak material.
(www.ncut.edu.tw n.d.)Pada pengujian kekerasan dengan metoda penekanan, penekan
kecil (identor) ditekankan pada permukaan bahan yang akan diuji dengan penekanan
tertentu. Kedalaman atau hasil penekanan merupakan fungsi dari nilai kekerasan,
makin lunak suatu bahan makin luas dan makin dalam akibat penekanan tersebut, dan
makin rendah nilai kekerasannya. Metode pengujian yang sering dilakukan yaitu
pengujian Rockwell, Brinell dan juga Vickers.
Pada pengujian Rockwell mengunakan indentor berupa bola baja yang dikeraskan /
kerucut intan. Nilai kekerasan metoda Rockwell dibagi dalam skala kekerasan
Rockwell skala B (HRB) untuk bahan yang relativelunak dan skala kekerasan
rockwell skala c (HRC) untuk bahan yang relative keras. (Ardabiz.net n.d.)
Pengujian Brinell menggunakan indentor bola yang terbuat dari baja yang dikeraskan
. Gaya yang diberikan antara 500-3000 kilogram. Rumus untuk me nghitung nilai
kekerasan brinell yaitu :

BHN = Brinell Hardness Number


P = Beban yang diberikan (kgf)
D = Diameter indentor (mm)
d = Diameter lekukan rata-rata hasil indentasi
Pengujian Vickers
Pengujian kekerasan Vickers ini menggunakan piramida berlian dengan sudut
o
indentor 136 dan memiliki akurasi yang lebih baik dari pengujian Brinell karena
jejak indentasi yang dihasilkan oleh indentor vickers lebih jelas dibandingkan
indentor brinell. (Ardabiz.net n.d.)Rumus yang digunakan untuk mengetahui bilangan
kekerasan Vickers (HV) yaitu :

HV = Angka kekerasan Vickers

F = Beban (kgf)

d = diagonal (mm)

Anda mungkin juga menyukai