Anda di halaman 1dari 67

Meditory

Original Article
Number 1

PERBEDAAN ZONA HAMBAT PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus


PADA BERBAGAI KONSENTRASI PERASAN DAUN PARE
SECARA IN VITRO

L P Ayu Bintang Utami1., I G Sudarmanto2., I W Merta3

Abstract :
Background Staphylococcus aureus is a bacteria that can causes infection. Bitter
gourd is an alternative that can be used to treat the infections. Objective This study
aimed to determine differences in growth inhibition zone of Staphylococcus aureus at
various concentrations of filtrate of bitter melon leaf. Method This study was true
experiment with posttest only control design, used Kirby Bauer disk diffusion method
with various concentrations of filtrate of bitter melon leaf (20%, 40%, 60%,
80%,100%), positive control (chloramfenicol 30 mcg) and negative control (sterile
distilled water). Result The result of this study showed that the average diameter of
inhibition zone of concentration 20% is 5,3 mm, 40 % is 11,65 mm, 60% is 14,85 mm,
80% is 17,2 mm and 100% is 18,65 mm. One Way Anova and LSD (Least Significant
Difference) statistic analysis showed that there was significant difference of growth
inhibition zone of Staphylococcus aureus at various concentrations of filtrate of bitter
melon leaf (p (0,00) < α (0,05). Conclusion of this study is there are differences in
growth inhibition zone of Staphylococcus aureus at various concentrations of filtrate of
bitter melon leaf.

Keywords: bitter melon leaf; Staphylococcus aureus; inhibition zone

PENDAHULUAN samping. Strategi untuk menemukan


Penyakit infeksi merupakan jenis antibiotik baru mulai dikembangkan, salah
penyakit yang hampir selalu menempati satunya adalah dengan memanfaatkan
urutan teratas, terutama di negara-negara tanaman obat alami atau terapi herbal, salah
berkembang yang taraf kehidupan sosialnya satunya adalah daun pare (Momordica
masih di bawah garis yang layak. Bakteri charantia L.). Daun pare dikenal berkhasiat
yang dapat menjadi agen penyebab infeksi mengobati berbagai penyakit, seperti
salah satunya adalah bakteri Staphylococcus diabetes, luka, & penyakit infeksi lainnya2-5.
aureus. Staphylococcus aureus merupakan Penelitian lain tentang adsorpsi,
jenis bakteri yang paling penting dalam emulsifikasi, dan antibakteri ekstrak daun
menyebabkan infeksi pada manusia.Hampir pare, diperoleh hasil bahwa daun pare
setiap orang akan mengalami beberapa tipe
infeksi Staphylococcus aureus sepanjang
1.,2.,3.,
hidupnya, dari infeksi kulit ringan, Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
keracunan makanan, sampai infeksi berat Denpasar
yang mengancam jiwa1,2. Korespondensi : L P Ayu Bintang Utami1,
Penggunaan antibiotik sintetis untuk Jurusan Analis Kesehatan, Poltekes
pengobatan terhadap infeksi Staphylococcus Denpasar, Jalan Sanitasi No. 1 Sidakarya,
aureus mengakibatkan terjadinya resistensi Denpasar-Bali 80224, Indonesia.
kuman karena dosis yang tidak tepat dan Telp. +62-361-710 527, Fax. +62-361-710
waktu pemakaian yang tidak sesuai dengan 448
aturan serta cenderung menimbulkan efek Email : meditoryjournal@gmail.com
1
L P Ayu Bintang Utami, et al : PERBEDAAN ZONA HAMBAT PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus PADA
BERBAGAI KONSENTRASI PERASAN DAUN PARE SECARA IN VITRO

mengandung flavonoid, alkaloid, saponin, Penelitian ini berjenis true experiment


triterpenoid dan glikosida diketahui dengan desain posttest only control design.
memiliki sifat antibakteri6. Penelitian juga Metode uji yang digunakan adalah uji
menunjukkan bahwa bahwa ekstrak daun sensitivitas cara difusi cakram Kirby Bauer.
pare dapat menghambat pertumbuhan Konsentrasi perasan daun pare yang
bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus digunakan adalah 20%, 40%, 60%, 80%,
aureus setelah diinkubasi 24 jam dan 48 dan 100%. Adapun cara kerjanya adalah
jam, konsentrasi yang baik dalam dengan menimbang 500 gr daun pare, lalu
menghambat pertumbuhannya adalah 20%7. dibersihkan dengan air bersih, lalu ditiriskan
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti sampai kering, ditumbuk dengan mortir dan
tertarik untuk meneliti perbedaan zona pastle steril. Cairan yang diperoleh dengan
hambat Staphylococcus aureus pada konsentrasi 100 % dan diambil dan diambil
berbagai konsentrasi perasan daun pare sebanyak 60 %. Setelah itu diencerkan
secarain vitro. Perasan daun pare dipilih dengan rumus V1 X N1 = V2 X N2
karena diharapkan nantinya akan mudah sehingga didapat konsentrasi perasan daun
diaplikasikan pleh masyarakat. pare dengan konsentrasi 20 %, 40 %, 60 %,
80 % dan 100 % seperti pada tebel dibawah
METODE ini

NO V1(ML) C1 V2(ML) C2 AQUADES STERIL (ML)


1 2 100 % 10 20 % 8
2 4 100 % 10 40 % 6
3 6 100 % 10 60 % 4
4 8 100 % 10 80 % 2
5 10 100 % 10 100 % 0
Keterangan:
V1 = Vol perasan daun pare konsentrasi 100 % yang akan diencerkan.
V2 = Vol perasan daun pare yang dibuat 10 ml.
C1 = Konsentrasi perasan daun pare yang akan diencerkan dengan
konsentrasi 100 %
C2 = Konsentrasi perasan daun pare yang akan dibuat.

Penelitian ini dilaksanakan di pengukuran zone hambat perasan daun pare


Laboratorium Mikrobiologi Fakultas yaitu pada daerah jernih sekitar perasan
Kedokteran Universitas Udayana bulan daun pare yang diukur dari ujung yang satu
Januari-Juni 2015. keujung lainnya tepatnya ditengah-tengah
Dalam penelitian ini dilakukan dua kali hambat yang terbentuk dengan
replikasi dengan tiga kali pengulangan pada menggunakan jangka sorong. Data yang
masing-masing replikasi, sehingga diperoleh diperoleh dianalisis menggunkan ujistatistik
30 data. Penelitian ini menggunakan control Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui
positif kloramfenikol 30 mcg dan control distribusi data, apabila data berdistribusi
negative aquadest steril. normal ujidilanjutkan dengan uji One Way
Jenis data yang diperoleh dalam Anova, sedangkan apabila data berdistribusi
penelitian ini adalah data primer yaitu data tidak normal digunakan uji Kruskal Wallis8.
hasil eksperimen laboratorium, berupa
diameter zona hambat pertumbuhan bakteri HASIL DAN PEMBAHASAN
Staphylococcus aureus. Jenis bakteri Data yang diperoleh dari hasil
Staphylococcus aureus yang berasal dari pengukuran diameter zona hambat
biakan murni (ATCC). Cara kerja pertumbuhan Staphylococcusaureus pada
2
L P Ayu Bintang Utami, et al : PERBEDAAN ZONA HAMBAT PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus PADA
BERBAGAI KONSENTRASI PERASAN DAUN PARE SECARA IN VITRO

berbagai konsentrasi perasan daun pare tabel 1 di bawah ini.


(MomordicacharantiaL.) dapat dilihat pada

Tabel 1.Rerata Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus Pada


Berbagai Konsentrasi Perasan Daun Pare (Momordica charantia L.)

Rerata Diameter Zona Hambat Rerata Seluruh


Perlakuan
Per Replikasi (mm) Replikasi (mm)
Konsentrasi
I II
Kontrol negatif 0 0 0
Kontrol positif 26,3 26,7 26,5
20 % 5,3 5,3 5,3
40 % 11,3 12 11,65
60 % 15 14,7 14,85
80 % 16,7 17,7 17,2
100 % 18,3 19 18,65

Analisis Data tidak menunjukkan adanya diameter zona


Hasil uji statistic Kolmogorov Smirnov hambat karena aquadest steril yang
menunjukkan nilai p = 0,260 > α (0,05) digunakan sebagai control negative tidak
untuk data diameter zona hambat mengandung zat antibakteri.
pertumbuhan Staphylococcus aureus. Dari hasil penelitian yang dilakukan
Dengan demikian dapat di interpretasikan diketahui setiap konsentrasi (20%, 40%,
data berdistribusi normal. Uji dilanjutkan 60%, 80%, 100%) menunjukkan
dengan uji One Way Anova, diperoleh hasil terbentuknya diameter zona hambat.
probabilitas (p) = 0,000. Ini menandakan Timbulnya diameter zona hambat ini
ada perbedaan zona hambat pertumbuhan disebabkan adanya kandungan zat aktif
Staphylococcus aureus yang bermakna pada dalam daun pare yang bersifat sebagai
berbagai konsentrasi perasan daun pare antibakteri. Daun pare memiliki kandungan
(Momordica charantia L.) secara in vitro flavonoid, alkaloid, saponin, triterpenoid
(0,00<0,05). Uji LSD menunjukkan adanya dan glikosida yang diketahui memiliki sifat
perbedaan yang bermakna antara masing- antibakteri6. Flavonoid yang merupakan
masing konsentrasi perasan daun pare yang salah satu golongan fenol alam terbesar yang
ditunjukkan dengan nilai p=0,00 < α (0,05). mempunyai kecenderungan untuk mengikat
protein sehingga mengganggu proses
Pembahasan metabolisme9. Mekanisme kerja dari
Berdasarkan hasil penelitian yang flavonoid dalam menghambat pertumbuhan
diperoleh dapat diketahui bahwa control bakteri adalah dengan cara merusak
positif kloramfenikol yang digunakan permeabiltas dinding sel bakteri, mikrosom,
menunjukkan adanya diameter zona hambat dan lisosom sebagai hasil interaksi antara
dengan rerata 26,5 mm. Munculnya zona flavonoid dengan DNA bakteri10. Selain
hambat ini disebabkan adanya kandungan mengandung flavonoid, daun pare juga
zat antibakteri yaitu kloramfenikol 30 mcg memiliki kandungan zat aktif lain seperti
yang memiliki kemampuan antibakteri, jika saponin5. Saponin termasuk golongan
dibadingkan dengan tabel NCCLS zona senyawa terpenoid yang dapat menghambat
hambat yang terbentuk pada control positif pertumbuhan atau mematikan bakteri
ini tergolong kedalam kategori sensitive dengan cara mengganggu proses
karena diameter yang terbentuk>18 mm. terbentuknya dinding sel, dimana dinding sel
Sedangkan control negatif yang digunakan tidak terbentuk atau terbentuk tetapi tidak
3
L P Ayu Bintang Utami, et al : PERBEDAAN ZONA HAMBAT PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus PADA
BERBAGAI KONSENTRASI PERASAN DAUN PARE SECARA IN VITRO
sempurna11. Penelitian juga menemukan perasannya dan dioleskan pada permukaan
adanya kandungan alkaloid dalam simplisia kulit yang mengalami infeksi.
maupun ekstrak daun pare. Alkaloid dapat
mengganggu komponen penyusun DAFTAR PUSTAKA
1.
peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga Tjay, T.H dan Rahardja K. Obat-obat
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-
utuh dan menyebabkan kematian sel efek Sampingnya. Edisi Keenam.
tersebut6. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo;
Perbedaan diameter zona hambat yang 2007.
terbentuk pada masing-masing konsentrasi
2.
perasan daun pare dipengaruhi oleh adanya Jawetz, dkk. Mikrobiologi Kedokteran.
factor pengenceran yang berbeda-beda pada Edisi 25. Alih Bahasa: dr. Aryandhito
setiap konsentrasi yang dibuat. Widhi Nugroho, dkk. Jakarta: Penerbit
Perbedaan volume perasan murni yang Buku Kedokteran EGC;2013.
diencerkan menyebabkan kandungan zat
3.
aktif yang terkandung di dalam setiap Radji, M. Buku Ajar Mikrobiologi
konsentrasi juga berbeda. Semakin besar Panduan Mahasiswa Farmasi dan
konsentrasi maka akan semakin banyak Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
kandungan zat aktif yang terkandung, Kedokteran EGC; 2011.
sehingga kemampuan untuk menghambat
4.
pertumbuhan bakteri akan semakin besar Utami, P. Terapi Jus untuk Diabetes
yang menyebabkan timbulnya diameter zona Mellitus. Jakarta: Agro Media Pustaka;
hambat yang semakin panjang. Hasil 2005.
pengukuran menunjukkan peningkatan zona
5.
hambat pertumbuhan bakteri dengan Subahar, T.S.S.Khasiat dan Manfaat
semakin tingginya konsentrasi. Pare: Si Pahit Pembasmi Penyakit.
Jakarta: Agro Media Pustaka; 2004.
SIMPULAN DAN SARAN
6.
Ada perbedaan yang bermakna antara Aulya, S. Adsorpsi, Emulsifikasi, Dan
diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Antibakteri Ekstrak Daun Pare
Staphylococcus aureus pada konsentrasi (Momordica charantia). Skripsi. Bogor:
20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% (nilai p Departemen Biokimia Fakultas
<0,05). Semakin tinggi konsentrasi semakin Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
panjang pula diameter zonahambat yang Alam Institut Pertanian Bogor. 2012.
terbentuk.Konsentrasi 100% menunjukkan
7.
diameter zona hambat terpanjang dan Majid, A. dan Nurtati K.2012.Pengaruh
tergolong ke dalam kategori sensitif.Peneliti Pemberian Ekstrak Daun Pare
lain dapat melanjutkan penelitian ini untuk (Momordica charantia) terhadap
mengetahui persentase kandungan zat aktif Pertumbuhan Escherichia coli dan
yang terkandung dalam perasan daun pare Staphylococcus aureus (Suatu Studi
dan kandungan zat aktif mana yang paling Untuk Menunjang Materi Biologi).
dominan pengaruhnya dalam menghambat Available:http://www.poltekkes-
pertumbuhan Staphylococcus aureus. Bagi mks.ac.id/index.php/tutorials-
masyarakat disarankan untuk memanfaatkan mainmenu48/sulolipu/edisi-ke-17/403-
perasandaun pare (Momordica charantia L.) pengaruhpemberian -ekstrak-daun-pare-
konsentrasi 100% untuk mengobati infeksi momordica-charantia-terhadap-
yang disebabkan oleh Staphylococcus pertumbuhan-escherichia-coli-dan-sta
aureus dengan cara menumbuk daun pare phylococcus-aureus-suatu-studi-untuk-
kemudian diperas untuk dicari air
4
L P Ayu Bintang Utami, et al : PERBEDAAN ZONA HAMBAT PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus PADA
BERBAGAI KONSENTRASI PERASAN DAUN PARE SECARA IN VITRO

menunjang-materi-biologi. (26
November 2014).
8.
Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Edisi Revisi, Cetakan Kedua.
Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2012.
9.
Poelongan, dkk. 2010. Uji Aktivitas Anti
bakteri Ekstrak Kulit Manggis
(Garciniamongostana Linn). Available:
http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id/ind/
attachments/327_69.pdf. (14 Juni 2015).
10.
Manoi, F. dan Balittro. Binahong
(Anrederacordifolia) sebagai Obat.
Bogor :Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. 2009.
11.
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella
Typhymurium terhadap Ekstrak Daun
Psidium Guajava L. Available:
http://www.webng.combioscientiae/v1n1
ajizah.pdf. (14 Juni 2015).

5
Meditory
Original Article
Number 2

IMUNOLOGI, INFEKSI LATEN DAN MEKANISME


REAKTIVASI Mycobacterium tuberculosis
Burhannuddin*

Abstract :
Mortality rate caused by tuberculosis (TB) is high all over the world. About
90% of all cases of tuberculosis (TB) infection are comprised of latent
mycobacterial persistence in the absence of clinical manifestations. The results
of various studies have shown that genes in M. tuberculosis DosR regulon
involved in the persistence mechanism such as relA (Rv2583c) and the genes of
the family LuxR. Several additional M. tuberculosis factors promoting
persistence or increased survival in mammalian cells have been identified.
Some of these factors include phospholipases encoded by plcA, plcB, plcC, and
plcD, the two PhoP and PhoQ regulatory proteins, phosphate-binding proteins
PstS1 and PstS2, and proteins encoded by mce operons. Reactivation of latent
infection requires latent M. tuberculosis cells to exit dormancy. Several factors
can trigger the development of active disease from the reactivation of remote
infection, and this typically involve the weakening of the immune system.
Resuscitation Promoting Factor (RPFs) protein produced by M. tuberculosis
known to play an important role in the mechanism of this reactivation because it
can resucitate bacterial growth from dormant state.

Keywords: M. tuberculosis, Immunology infection, latent infection, reactivation

PENDAHULUAN Sekitar 90 % kasus infeksi TB ditandai


Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu dengan adanya persistensi Mycobacteria
penyakit infeksi utama yang mengancam yang tidak menunjukkan manisfestasi klinik.
jutaan orang di dunia, terutama di negara Dalam suatu proporsi individu dengan
berkembang dan juga di negara maju. infeksi laten, dapat mengalami reaktivasi
Hampir dua juta orang meninggal dunia dan menularkan ke orang lain yang
setiap tahunnya akibat TB dan diperkirakan menimbulkan masalah serius secara
sepertiga populasi dunia terinfeksi M. epidemologi. Mekanisme transisi M.
tuberculosis. Banyak individu terinfeksi M. tuberculosis ke dorman kemudian
tuberculosis namun tidak semuanya mengalami reaktivasi belum dipahami
berkembang menjadi penyakit, kondisi yang
dinamakan infeksi laten. Individu dengan
*.
infeksi laten hanya 5 % yang akan Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
berkembang menjadi TB aktif, sisanya Denpasar
sebanyak 95 % akan terus membawa TB Korespondensi : Burhannuddin, Jurusan
laten sepanjang hidupnya dan hanya dapat Analis Kesehatan, Poltekes Denpasar, Jalan
mengalami reaktivasi menjadi TB aktif pada Sanitasi No. 1 Sidakarya, Denpasar-Bali
kondisi imunokompromise seperti koinfeksi 80224, Indonesia.
HIV, pengobatan imunosuppresif, usia tua, Telp. +62-361-710 527, Fax. +62-361-710
dan reinfeksi oleh M. tuberculosis1,2. 448
Email : meditoryjournal@gmail.com

6
Burhannuddin: IMUNOLOGI, INFEKSI LATEN DAN MEKANISME REAKTIVASI Mycobacterium tuberculosis

dengan baik termasuk marker biologi untuk tersebut diperoleh berdasarkan studi-studi
mengidentifikasi infeksi laten. Upaya yang yang telah dilakukan dalam mempelajari
sedang dilakukan antara lain dengan infeksi M. tuberculosis dan respon sel host,
mengakumulasikan data terkait baik secara invitro, invivo dengan model
keseimbangan dinamis antara patogen dan hewan coba ataupun uji klinik pada
host, yang meliputi ekspresi selama infeksi manusia. Informasi yang disampaikan pada
laten dan ekspresi saat mengalami reaktivasi artikel ini diharapkan dapat menunjang
yang keduanya dikontrol baik oleh patogen berbagai studi yang akan dilakukan
maupun sel host. Data tentang interaksi selanjutnya dalam upaya penanganan TB
antara patogen dan host menjadi penting terutama pengembangan vaksin baru
untuk lebih memahami infeksi M. terhadap TB.
tuberculosis, termasuk respon imun yang
dikembangkan oleh host sehingga PEMBAHASAN
penanganan terhadap TB dapat lebih baik 1. Imunologi infeksi M. tuberculosis
terutama dalam upaya pengembangan Respon imun terhadap M. tuberculosis
vaksin baru terhadap TB3. dimulai saat droplet infeksius menempati
Dalam upaya pencegahan TB, strain tempat di sepanjang saluran pernafasan.
Mycobacterium bovis bacille Calmette– Melalui mucus dan silia yang terdapat pada
Guerrin (BCG) merupakan satu-satunya daerah tersebut, droplet dikeluarkan ke
vaksin yang mampu mencegah TB pada bagian atas saluran pernafasan8,9.
manusia. Vaksin hidup yang dilemahkan ini Berdasarkan Gambar 1 M. tuberculosis
didapatkan dari pasasi berseri dari strain M. yang mampu melewati sistem pertahanan
bovis dan telah digunakan untuk mencegah mucosilia dan mencapai alveolus dengan
TB sejak tahun 19214. Meskipun vaksin cepat akan dikelilingi dan difagosit oleh
BCG mampu melindungi serangan TB parah makrofag alveolar yang terdapat dalam
pada anak, namun kurang efektif untuk jumlah besar di ruang alveolus10. Makrofag
mencegah TB paru pada orang dewasa, yang akan memproduksi sitokin inflamatori dan
menjadi kasus utama di daerah endemik kemokin sebagai sinyal adanya infeksi yang
TB5. Dengan tingkat keberhasilan yang menyebabkan migrasi sel-sel monosit,
rendah dari BCG dalam sejumlah uji klinis, neutrofil, dan limfosit ke tempat infeksi
upaya besar sedang dilakukan di seluruh untuk mengeliminasi bakteri7.
dunia untuk mengembangkan vaksin yang Sel dentritik yang memfagosit bakteri
lebih efektif terhadap TB paru. kemudian bermigrasi ke nodus limpa,
Pemahaman tentang mekanisme mempresentasikan antigen M. tuberculosis
imunologi dapat menjadi dasar untuk dan akan mengaktifkan sel T primer (sel T
mendesain secara rasional vaksin baru untuk CD4 and CD8). Sel T yang diaktifkan
TB6. Kontrol yang efektif terhadap infeksi kemudian bermigrasi ke tempat infeksi
M. tuberculosis diperankan terutama oleh melalui sinyal yang dihasilkan oleh sel yang
aktivitas sel T dan dengan demikian aktivasi terinfeksi. Akumulasi dari makrofag, sel T,
sel T melalui vaksinasi dibutuhkan untuk dan sel-sel lain seperti sel dendritik,
menghasilkan kekebalan protektif terhadap fibroblasts, endothelial, dan stromal
TB7. Sel T yang teraktivasi melalui menyebabkan terbentuknya formasi
vaksinasi dapat memproduksi berbagai granuloma pada tempat infeksi7.
sitokin yang terkait dengan proteksi Formasi granuloma yang terbentuk
terhadap TB seperti IFN-γ, TNF-α, IL-2, IL- menyebabkan terlokalisirnya basil tuberkel
6, dan IL-12. dari jaringan paru sekitarnya, membatasi
Dalam artikel ini dikaji beberapa hal penyebaran bakteri, dan menyediakan
terkait imunologi, infeksi laten, dan lingkungan mikro yang memungkinkan
reaktivasi M. tuberculosis. Data tentang hal interaksi antara makrofag dengan sel imun
7
Burhannuddin: IMUNOLOGI, INFEKSI LATEN DAN MEKANISME REAKTIVASI Mycobacterium tuberculosis

lain dan sitokin yang dihasilkan10. T CD4 antara lain menginduksi apoptosis
Perkembangan infeksi sampai tahap ini makrofag yang terinfeksi melalui interaksi
dapat dihentikan, namun beberapa basil Fas/Fas ligan, memproduksi produksi
resisten mampu bertahan pada kondisi stress sitokin lain seperti IL-2 dan TNF-α,
dengan cara menghindari aktivitas killing menginduksi sel kekebalan lainnya seperti
dari sel host, bertransisi ke fase dorman dan makrofag atau sel dendritik untuk
menjadi persisten untuk menghindari memproduksi sitokin immunoregulatory
eliminasi oleh sistem imun11. lainnya seperti IL-10 , IL-12, dan IL-15, dan
Berbagai komponen dalam sistem imun mengaktivasi makrofag dengan kontak
selanjutnya terlibat dalam upaya langsung melalui ligan CD40. Sel-sel T CD4
pengendalian infeksi M. tuberculosis. juga berperan dalam fungsi sitotoksik sel T
Komponen yang paling penting di antaranya CD8 yang dimediasi oleh IL-1512.
adalah sel T CD4 dan IFN-γ. Fungsi dari sel

Gambar 1. Respon imun terhadap M. tuberculosis13


Sel T CD8 juga berperan dalam proteksi perlindungan terhadap TB. Sel T yang
terhadap infeksi M. tuberculosis. Sel ini dibatasi CD1 mengenali glikolipid seperti
memproduksi IFN-γ dan IL-4 yang LAM yang melimpah di dinding sel
memainkan peran utama dalam regulasi mycobacterial sementara sel-T γδ mengenali
keseimbangan sel Th1 dan Th2 serta metabolit kecil berisi fosfat
memproduksi TNF-α yang meningkatkan (phospholigands)14.
aktivitas sel efektor makrofag. Sel T CD8 IFN-γ adalah sitokin utama untuk respon
mampu melisiskan sel makrofag dan sel kekebalan protektif terhadap M.
dendritik terinfeksi yang mengekpresikan tuberculosis. Studi menunjukkan bahwa
antigen melalui molekul CD1 dan MHCI. pada manusia dan mencit yang mengalami
Sel T CD8 langsung melisiskan sel-sel kelainan gen dalam produksi IFN-γ atau
tersebut melalui mekanisme reseptonya menjadi lebih rentan terhadap
perforin/granzym. Perforin yang dilepaskan infeksi M. tuberkulosis15. IFN-γ diproduksi
sel T CD8 menyebabkan terbentuknya pori terutama oleh sel T CD4, sel T CD8 , dan
di membran sel dan dilanjutkan dengan sel NK. IFN-γ bersinergi dengan TNF-α
pelepasan granzym yang menginduksi akan mengaktifkan makrofag untuk
apoptosis sel makrofag/dendritik. Sel T CD8 mengeliminasi M. tuberculosis. IFN-γ juga
juga dapat melisiskan sel terinfeksi melalui meningkatkan aktivitas presentasi antigen,
mekanisme ligan-fas ligand12. menyebabkan perekrutan sel T CD4 dan sel
Studi pada model TB primata T sitotoksik CD8 serta meningkatkan
menunjukkan bahwa sel-sel T non- aktivitas sel T memori. Selain itu, IFN-γ
konvensional seperti sel T yang dibatasi dapat menginduksi transkripsi lebih dari 200
CD1 dan sel-T γδ juga berkontribusi dalam gen dalam makrofag termasuk upregulation

8
Burhannuddin: IMUNOLOGI, INFEKSI LATEN DAN MEKANISME REAKTIVASI Mycobacterium tuberculosis

ekspresi MHC kelas II dan memproduksi diketahui berperan dalam memodulasi jalur
efektor antimikroba seperti radikal oksigen presentasi antigen dan menghambat fungsi
dan oksida nitrat16 microbicidal makrofag dan sel-sel kekebalan
TNF-α, yang diproduksi oleh makrofag, lainnya (seperti RNI) atau mencegah
sel dendritik, dan sel-T, adalah sitokin lain pematangan fagolisosom7.
yang memiliki peran protektif utama Berbagai komponen M. tuberculosis
terhadap infeksi M. tuberculosis. Mencit diketahui dapat mempromosikan persistensi
yang mengalami defisiensi TNF-α atau dalam sel mamalia telah berhasil
reseptor TNF-α menunjukkan lebih rentan diidentifikasi. Beberapa faktor tersebut
terhadap infeksi mikobakteri17. Sitokin ini antara lain phospholipases yang dikode oleh
terlibat dalam respon imun sebagai plcA, plcB, plcC, dan plcD23, dua PhoP dan
imunomodulator dan bertindak secara PhoQ protein regulator24, protein pengikat
sinergis dengan IFN-γ untuk meningkatkan fosfat-PstS1 dan PstS2, dan protein yang
ekspresi iNOS dan aktivitas dikodekan oleh operon MCE25. Dengan
antimycobacterial makrofag. TNF-α juga demikian, M. tuberculosis telah
menginisiai migrasi sel dan pembentukan mengembangkan sebagian besar genom
granuloma yang berfungsi sebagai dengan fungsi untuk mempromosikan
18
mikrobisidal . kelangsungan hidup intraseluler dalam sel
Interleukin-12 (IL-12) juga diketahui mamalia termasuk makrofag
terkait dengan peningkatan kerentanan pada Tidak banyak diketahui mekanisme
mencit dan manusia terhadap infeksi M. transisi Mycobacterium menjadi dorman.
tuberculosis19. Individu yang mengalami Transisi terutama ditentukan oleh regulon
kelainan atau cacat dalam produksi IL-12 dosR yang terdiri dari 50 gene. Ekspresi gen
atau reseptornya sangat rentan terhadap regulon dosR diinduksi ketika
penyakit TB aktif20. Sitokin yang dihasilkan Mycobaterium dikultur pada kondisi
oleh sel T seperti IFN-γ dan TNF-α hypoksik dalam kultur makrofag yang diuji
diproduksi berlimpah melalui pengaktifan pada mencit dan guinea pigs. Hasil
sel T CD4 di bawah pengaruh IL-1212. penelitian terbaru menunjukkan bahwa
transisi ke dormansi diatur oleh mekanisme
2. Infeksi laten M. tuberculosis upregulation gen hspX (Rv2031c) yang
Infeksi laten M. tuberculosis ditandai memiliki regulon dosR dan mengkode α-
dengan adanya dormansi bakteri di dalam kristalin. DosR berinteraksi langsung
sel host. Karena lokasi infeksi yang terisolir dengan faktor SigA yang dapat meregulasi
dan rendahnya aktivitas metabolik berbagai proses seluler. Modulasi pada
menyebabkan bentuk infeksi ini sulit sistem imun host juga memungkinkan
dideteksi menggunakan metode biokimia infeksi berkembang menjadi laten, misalnya
dan mikrobiologi termasuk pembentukan granuloma yang mengisolasi
mengeliminasinya dengan antibiotik. Infeksi Mycobacteria dari jaringan sekitar26,27.
laten akan menunjukkan asimtomatik dalam Dua gen lain yang diduga terlibat dalam
jangka waktu yang lama dan bervariasi transisi Mycobacteria menjadi dorman
diantara kejadian infeksi21. adalah relA (Rv2583c) dan gen dari family
M. tuberculosis diketahui telah LuxR. Produk dari gen relA diduga mampu
mengembangkan beberapa strategi untuk mencegah transisi ke dormansi dan/atau
memanipulasi sel inang yang terinfeksi menstimulasi resusitasi setelah dorman.
dengan tujuan untuk menghindari atau Sedangkan gen dari family LuxR berupa
memodifikasi respon imun dan dengan regulator transkripsi yang mensupport tahap
demikian dapat bertahan di dalam sel host. dorman dari M. tuberculosis28,29.
Beberapa faktor M. tuberculosis, seperti
ManLAM dan 19-kDa lipoprotein telah
9
Burhannuddin: IMUNOLOGI, INFEKSI LATEN DAN MEKANISME REAKTIVASI Mycobacterium tuberculosis

3. Mekanisme Reaktivasi M. tuberculosis (Rv2389c) dan RpfE (Rv2450c). Kelima


Reaktivasi M. tuberculosis dapat gen tersebut diekspresikan baik secara
didefinisikan sebagai kemampuan bakteri invitro maupun invivo pada paru mencit
untuk mengalami pertumbuhan aktiv setelah yang mengalami infeksi akut M.
berada di dalam tahap dorman atau laten. tuberculosis33.
Berbagai faktor dapat memicu reaktivasi Hasil studi ekspresi kelima gen Rpf
antara lain melemahnya sistem kekebalan menunjukkan adanya perbedaan ekspresi
tubuh seperti adanya infeksi HIV30. gen selama fase eksponensial, stasioner,
Reaktivasi TB dapat terjadi pada berbagai non-kultur, dan fase resusitasi. Kelima gen
sistem organ tempat terjadinya infeksi tersebut diekspresikan pada awal fase
primer M. tuberculosis31. eksponensial. Gen RpfB, RpfC dan RpfE
Reaktivasi juga dapat dipicu oleh menunjukkan rasio ekspresi yang lebih
kemampuan resusitasi bakteri. Protein tinggi pada fase eksponensial, namun
transglikosilase yang bersifat litik, saat ini ekspresi gen RpfB dan RpfE secara relatif
dikenal sebagai Resuscitation Promoting berkurang pada fase stationer. Rasio
Factor (RPF) dan endopeptidase (Ripa) ekspresi gen RpfD lebih rendah dalam fase
yang dihasilkan M. tuberculosis baru-baru eksponensial tetapi lebih tinggi pada fase
ini diakui sebagai komponen penting untuk stationer dan non-kultur. Gen RpfC
resusitasi bakteri dari fase laten31. menunjukkan satu-satunya gen dengan
Peran penting dari famili protein Rpf ekspresi yang konsisten pada fase
dalam proses ini telah ditunjukan dalam eksponensial, stasioner, dan non-kultur.
berbagai studi, misalnya upregulation Ekspresi gen RpfA relatif lebih rendah
ekspresi gen Rpf pada saat reaktivasi dalam fase eksponensial dan non-
Mycobacteria pada Rabbit. Domain kulturtetapi lebih tinggi pada fase resusitasi.
konservatif pada protein Rpf secara struktur Dengan demikian, gen RpfC dan RpfD
menunjukkan aktivitas litik transglikosilase. menunjukkan peran dalam fase stasioner
Hal ini menunjukkan bahwa protein ini yaitu untuk adaptasi dan persistensi
terlibat dalam remodeling dinding sel32. sedangkan gen RpfB dan RpfE dibutuhkan
Protein Rpf merupakan enzim muralitik dalam fase eksponensial33.
yang meningkatkan kemampuan
pertumbuhan dari bakteri yang berada dalam SIMPULAN DAN SARAN
fase dorman. Pada bakteri M. tuberculosis, Informasi tentang imunologi, infeksi laten,
interaksi antara protein RpfB, D,L- dan reaktivasi M. tuberculosis dapat
endopeptidase, dan Rpf interacting protein A membantu dalam mempelajari interaksi
(RipA), secara sinergis mampu yang terjadi antara bakteri dengan sel host
mendegradasi peptidoglikan untuk selama proses infeksi. Infeksi M.
memfasilitasi pertumbuhan. Selain itu, tuberculosis dominan dalam bentuk laten
kombinasi antara protein Rpf dengan RipA yang dapat mengalami reaktivasi pada saat
serta dengan protein hydrolase lainnya dapat imunitas menurun. Sejauh ini berbagai
memproduksi muropeptide yang dapat komponen M. tuberculosis yang terlibat
menjadi signal untuk pertumbuhan bakteri31. dalam mekanisme tersebut telah berhasil
Hasil studi menunjukkan bahwa protein diidentifikasi dan berpotensi dikembangkan
Rpf dalam konsentrasi picomolar mampu sebagai kandidat vaksin TB seperti protein
meresusitasi M. tuberculosis dari kondisi Rpf yang berperan dalam resusitasi.
dorman selama inkubasi dalam medium
kultur. Gen pengkode protein Rpf pada M.
tuberculosis H37Rv terdistribusi pada DAFTAR PUSTAKA
kromosom dalam bentuk RpfA (Rv0867c), 1. WHO. Global Tuberculosis Control
RpfB (Rv1009), RpfC (Rv1884c), RpfD 2010. 2010. Available at http:// www.
10
Burhannuddin: IMUNOLOGI, INFEKSI LATEN DAN MEKANISME REAKTIVASI Mycobacterium tuberculosis

whqlibdoc.who.int/publications/2010/97 13. Ernst JD. The immunological life cycle


89241564069_eng of tuberculosis. Nature Reviews
2. Amanda, W. Survival strategies of 2012;12:581-91
Mycobacterium tuberculosis inside the 14. Kaufmann SHE. New issues in
human macrophage. Linköping tuberculosis. Ann Rheum Dis.
University Medical Dissertations. 2011 ; 2004;63:ii50-ii6.
No. 1223 15. Chana J, Flynnb J. The immunological
3. Kondratieva T, Tatyana A, Boris N, aspects of latency in tuberculosis.
Arseny K, Alexander A. Latent Clinical Immunology. 2004;110:2-12
tuberculosis infection: What we know 16. Russell MS, Dudani R, Krishnan L, Sad
about its genetic control?. Journal S. IFN-g Expressed by T Cells Regulates
Tuberculosis xxx. 2014.1-7 the Persistence of Antigen Presentation
4. McShane H. Tuberculosis vaccines: by Limiting the Survival of Dendritic
beyond bacille Calmette–Gue´ rin. Phil Cells. The Journal of Immunology.
Trans R Soc B. 2011;366:2782-9 2009;183:7710-8.
5. Parida SK, Kaufmann SH. Novel 17. Bean AGD, Roach DR, Briscoe H,
tuberculosis vaccines on the horizon. France MP, Korner H, Sedgwick JD, et
Current Opinion in Immunology. al. Structural Deficiencies in Granuloma
2010;22:374-84 Formation in TNF Gene-Targeted
6. Kaufmann SHE. Envisioning future Mencit Underlie the Heightened
strategies for vaccination against Susceptibility to Aerosol Mycobacterium
tuberculosis. Nat Rev Immunol. tuberculosis Infection, Which Is Not
2006;6(9):699-704 Compensated for by Lymphotoxin. The
7. Ahmad S. Pathogenesis, Immunology, Journal of Immunology,.
and Diagnosis of Latent Mycobacterium 1999;162:3504-11
tuberculosis Infection. Clinical and 18. Scanga CA, Mohan VP, Tanaka K,
Developmental Immunology. 2011:1-17. Alland D, Flynn JL, Chan J. The
8. Frieden TR, Sterling TR, Munsiff SS, Inducible Nitric Oxide Synthase Locus
Watt CJ, Dye C. Tuberculosis. Lancet. Confers Protection against Aerogenic
2003;362(887-889). Challenge of Both Clinical and
9. Knechel NA. Tuberculosis: Laboratory Strains of Mycobacterium
Pathophysiology, Clinical Features, and tuberculosis in Mencit. Infection and
Diagnosis. Critical Care Nurse. Immunity. 2001;69(12):7711-7
2009;29(2). 19. Caragol I, Casanova JL. Inherited
10. Wolf AJ, Desvignes L, Linas B, Banaiee disorders of the Interleukin-
N, Tamura T, Takatsu K, et al. Initiation 12/Interferon-gamma axis: Mendelian
of the adaptive immune response to predisposition to mycobacterial disease
Mycobacterium tuberculosis depends on in man. Inmunología. 2003;22(3):263-
antigen production in the local lymph 76.
node, not the lungs. JEM. 20. Lichtenauer-Kaligis EGR, Boer TD,
2008;205(1):105-15 Verreck FAW, Voorden SV, Hoeve MA,
11. Flynn JL, Chany J. Immune evasion by Vosse EVD, et al. Severe
Mycobacterium tuberculosis : living Mycobacterium bovis BCG infections in
with the enemy. Current Opinion in a large series of novel IL–12 receptor I 1
Immunology. 2003;15:450-5. deficient patients and evidence for the
12. Cooper AM. Cell-mediated immune existence of partial IL–12 receptor I 1
responses in tuberculosis, Annual deficiency. Eur J Immunol. 2003;33:59-
Review of Immunology. 2009 : 27. Page 69.
393–422
11
Burhannuddin: IMUNOLOGI, INFEKSI LATEN DAN MEKANISME REAKTIVASI Mycobacterium tuberculosis

21. Chao MC, Rubin EJ. Letting Sleeping survival program in Mycobacterium
dos Lie: Does Dormancy Play a Role in tuberculosis. J Bacteriol 2014;196. Page
Tuberculosis? Annu Rev Microbiol. 790-9.
2010;64:293-311. 28. Murphy DJ, Brown JR. Identification of
22. Stefanova T. Quality control and safety gene targets against dormant phase
assessment of BCG vaccines in the post- Mycobacterium tuberculosis infections.
genomic era. Biotechnology & BMC Infectious Diseases. 2007;7(84):1-
Biotechnological Equipment. 16.
2014;28(3):387-93 29. Honga Y, Zhoua X, Fanga H, Yua D,
23. Raynaud C, Guilhot C, Rauzier J, Bordat Lib C, Sun B. Cyclic di-GMP mediates
Y, Pelicic V, Manganelli R, et al. Mycobacterium tuberculosis dormancy
Phospholipases C are involved in the and pathogenecity. Tuberculosis.
virulence of Mycobacterium 2013;93(6):625-34.
tuberculosis. Molecular Microbiology. 30. Dooley KE, Chaisson RE. Tuberculosis
2002;45(1):203-17 and diabetes mellitus: convergence of
24. Ferrer NL, Ana B Gomez, Olivier two epidemics. Lancet Infec Dis.
Neyrolles, Brigitte Gicquel, Martin C. 2009;9(12):737-46.
Interactions of Attenuated 31. Hett EC, Chao MC, Steyn AJ, Fortune
Mycobacterium tuberculosis phoP SM, Deng LL, Rubin EJ. A partner for
Mutant with Human Macrophages. PLoS the resuscitation-promoting factors of
ONE. 2010;5(9) Mycobacterium tuberculosis. Mol
25. Peirs P, Lefe`vre P, Boarbi S, Wang Microbiol. 2007;66(3):658-68.
XM, Denis O, Braibant M, et al. 32. Biketov S, Potapov V, Ganina E,
Mycobacterium tuberculosis with Downing K, Kana BD, Kaprelyants A.
Disruption in Genes Encoding the The role of resuscitation promoting
Phosphate Binding Proteins PstS1 and factors in pathogenesis and reactivation
PstS2 Is Deficient in Phosphate Uptake of Mycobacterium tuberculosis during
and Demonstrates Reduced In Vivo intra-peritoneal infection in mencit.
Virulence. Infection And Immunity BMC Infectious Diseases.
2005;73(3):1898-902. 2007;7(146):1-8
26. Rustad TR, Harrell MI, Liao R, Sherman 33. Gupta RK, Srivastava BS, Srivastava R.
DR. The enduring hypoxic response of Comparative expression analysis of rpf-
Mycobacterium tuberculosis. PLoS One like genes of Mycobacterium
2008;3:502. tuberculosis H37Rv under different
27. Gautam US, Sikri K, Vashist A, Singh physiological stress and growth
V, Tyagi JS. Essentiality of DevR/DosR conditions. Microbiology.
interaction with SigA for the dormancy 2010;156:2714-22.

12
Meditory
Original
Original
Article
Article
Number 3

ANALISIS KANDUNGAN TOTAL ASAM PADA CUKA SALAK


(Salacca vinegar) KELOMPOK TANI ABIAN SALAK YANG
BERPOTENSI SEBAGAI ANTI DIABETES
I Wayan Karta 1*, I N. Mastra2, L. A. N. K. Eva Susila3

Jurusan Analis Kesehatan, Politeknik Kesehatan Denpasar1*


Kelompok Tani Abian Salak, Desa Sibetan2
KIRS Denpasar3
iwayankarta_ganesh@yahoo.com

Abstract:
Background: At harvest time prices snake fruit (Salacca zalacca) prices decline
significantly. Therefore, Farmers Group Abian Salak perform processing
independently to make Salacca vinegar. Total levels of acetic acid fermentation
results have not done the research. Total acid will show the levels of acetic acid in
salacca vinegar. Objective: This study aimed to analyze the total content of the acid
in salacca vinegar Salak Abian Farmers Group, as well as the acidity level (pH).
Methods: Sample used was salacca vinegar that has undergone fermentation for 3
months. Determination of total acid titrimetric done by using a standard solution of
NaOH 0.103 N and phenophtalein indicator. Titration is done with three repetitions .
Determining the level of acidity is done using universal indicator. Results: The
calculations show total concentration of salacca vinegar that is 5.75 % with the level
of acidity ( pH ) 3. The total acid content is higher than the content of the acetic acid
snake fruit varieties Malang Suwaru 3.49% . These levels high enough to provide
benefits to consuming Abian Salak snake fruit vinegar, Sibetan Karangasem. Vinegar
contains acetic acid has been implicated in the regulation of blood glucose levels .
The acetic acid in vinegar bark alleged influence on blood glucose control by
influencing the rate of gastric emptying.

Key word: snake fruit, vinegar, salacca, diabetes

PENDAHULUAN berlimpah di daerah kawasan Karangasem


Salak (Salacca zalacca) merupakan seperti Desa Sibetan, ternyata mengalami
salah satu spesies palm yang tergolong
dalam famili Arecaceae yang tersebar di
1.
daerah Indonesia dan Malaysia. Di Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
Indonesia terdapat 18 jenis salak yang Denpasar
dikembangkan di beberapa daerah, salah Korespondensi : I Wayan Karta, Jurusan
satunya adalah Bali terutama daerah Analis Kesehatan, Poltekes Denpasar, Jalan
Karangasem. Berdasarkan data Dinas Sanitasi No. 1 Sidakarya, Denpasar-Bali
Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten 80224, Indonesia.
Karangasem (2009) tercatat 8.098.568 Telp. +62-361-710 527, Fax. +62-361-710
pohon yang tersebar di beberapa 448
1
kecamatan . Jumlah pohon salak yang Email : meditoryjournal@gmail.com
13
I WAYAN KARTA, et al : ANALISIS KANDUNGAN TOTAL ASAM PADA CUKA SALAK (Salacca vinegar)
KELOMPOK TANI ABIAN SALAK YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTI DIABETES

permasalahan pada saat musim panen tiba. Cuka salak mengandung senyawa alami
Jika satu pohon salak dapat menghasilkan 4 yang dibuktikan dengan kemampuannya
kilogram buah, maka dapat dihitung pada dalam menurunkan kadar gula darah tikus
saat panen dari sekitar 8 juta pohon yang yang diberi diet tinggi gula sehingga
ada di Kabupaten Karangasem akan berpotensi sebagai antidiabetes5.
diperoleh 32.000 ton buah. Jumlah yang Diabetes Mellitus (DM) merupakan
besar jika tidak dicarikan pangsa pasarnya, masalah kesehatan dunia yang dianggap
maka akan menimbulkan harga buah salak sebagai salah satu dari lima penyebab utama
yang rendah, sehingga petani kurang morbiditas dan mortalitas di kalangan
berminat untuk menjualnya dan buah salak masyarakat6. Lebih dari 171 juta penduduk
dibiarkan sampai membusuk. Membusuknya dunia menderita diabetes pada tahun 2000
buah salak karena merupakan bahan pangan dan jumlah ini diperkirakan akan mencapai
yang mudah rusak (perishable). Buah salak 366 juta pada tahun 2030, dimana Indonesia
yang ketika dipanen berasa manis, namun sendiri menempati urutan ke-4 pada tahun
setelah dibiarkan beberapa hari kemudian 2000 dengan 8,4 juta kasus dan diperkirakan
daging buah berangsur-angsur melunak dan akan meningkat menjadi 21,3 juta kasus
kemudian menjadi berasa asam karena pada tahun 20307. Penyebab utama
perubahan oleh enzim. Hal inilah yang terjadinya penyakit diabetes adalah
dirasakan oleh petani di Kabupaten gangguan sekresi insulin, resistensi insulin
Karangasem, sehingga beberapa kelompok dan tubuh memproduksi glukosa yang
melakukan inisiatif mengolah hasil panen belebih8. Pengobatan DM yang sering
yang melimpah menjadi produk ekonomis dilakukan adalah terapi insulin dan obat oral
diantaranya “madu salak”, dodol, manisan, antidiabetes (OAD), akan tetapi pengobatan
kerupuk, pia salak, dan cuka salak. tersebut dapat memberikan efek negatif,
Cuka merupakan produk cairan yang seperti hipoglikemia berat, mual, rasa tidak
berasa masam dari proses fermentasi enak di perut, anoreksia dan terjadinya
alkoholik dan acetous pada bahan yang komplikasi jangka panjang yang dapat
mengandung pati dan gula. Cuka yang membahayakan otak serta membutuhkan
terbuat dari buah-buahan mengandung biaya yang mahal sehingga banyak penderita
banyak sekali komponen fungsional seperti yang berusaha mengendalikan kadar glukosa
asam organik, vitamin, mineral, asam amino darahnya dengan pengobatan tradisional
dan senyawa fenol. Cuka mampu menggunakan bahan alam seperti cuka
menghambat aksi enzim disakaridase yang buah9.
menyebabkan penyerapan glukosa hasil Kelompok Tani Abian Salak memilki
pencernaan akan lebih lambat dan ciri khas dibandingkan dengan
mengontrol kenaikan indeks glikemik2. pembuatannya secara umum. Kelompok ini
Jenis cuka yang sekarang dikenal memiliki membuat cuka salak tanpa menambahkan
manfaat yaitu cuka apel. Pemberian cuka starter seperti gula dalam proses
apel pada tikus diabetes dapat menurunkan fermentasinya, dan belum diketahui
kadar glukosa darah, diduga cuka apel mikroorganisme yang membantu proses
memiliki senyawa yang menyerupai fermentasi. Hal ini karena dalam prosesnya
sulfonylurea yang dapat menstimulasi sel tanpa menambahkan adanya fermentor,
beta pankreas untuk meningkatkan produksi Namun kemungkinan berasal dari salak itu
insulin3 . sendiri ataupun dari lingkungan. Dalam
Selain cuka apel, terdapat cuka salak prosesnya, daging buah salak diperas
yang memiliki manfaat yang sama. Cuka sehingga diperoleh sari salak, kemudian
salak (Salacca vinegar) merupakan cuka disimpan dalam tempat tertutup. Setelah
dari buah salak yang memiliki kemampuan sekitar 2 minggu, sudah tercium bau cuka
fungsional lebih tinggi dari pada cuka apel4. yang khas dari proses fermentasinya. Kadar
14
I WAYAN KARTA, et al : ANALISIS KANDUNGAN TOTAL ASAM PADA CUKA SALAK (Salacca vinegar)
KELOMPOK TANI ABIAN SALAK YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTI DIABETES

total asam yang dihasilkan belum dilakukan Alat – alat yang digunakan dalam
analisis dan juga tingkat keasamannya. penelitian ini yaitu buret 50 mL, gelas kimia
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam 100 mL, Erlenmeyer 100 mL, pipet tetes,
penelitian ini akan dianalisis kandungan pipet volume 10 mL, magnetic stirrer, labu
total asam dalam cuka salak Kelompok Tani ukur 100 mL, dan corong. Bahan yang
Abian Salak, serta tingkat keasamannya. digunakan adalah sampel cuka salak (umur
fermentasi 3 bulan), natrium hidroksida
METODE (NaOH) 0,1 N; asam oksalat (H2C2O4) 0,1
Penelitian ini merupakan penelitian N, akuades, indikator universal, dan
deskriptif untuk menjelaskan kadar total fenoftalein.
asam pada cuka salak produk Kelompok Preparasi sampel dilakukan dengan
Tani Abian Salak, Desa Sibetan, Kabupaten pengenceran cuka salak sebanyak 10
Karangasem. Pengukuran derajat keasaman (sepuluh) kali. Standarisasi NaOH 0,1N
(pH) dan total asam dilakukan di dilakukan dengan asam oksalat 0,1 N.
Laboratorium Kimia Terapan, Jurusan Penentuan total asam dilakukan dengan
Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar. mentitrasi 10 mL sampel cuka salak yang
Pengukuran pH cuka salak dilakukan telah diteteskan fenoftalein (5 tetes) dengan
dengan menggunakan indikator universal. NaOH 0,1N. Titrasi dihentikan saat terjadi
Penentuan total asam dilakukan dengan perubahan warna dari bening tidak berwarna
metode titrasi alkalimetri menggunakan menjadi merah muda. Hasil titrasi dirata-
larutan natrium hidroksida (NaOH) 0,1 N ratakan kemudian dihitung kadar total asam
sebagai titer dan fenoftalein sebagai (asam asetat) dengan menggunakan
indikator. Titrasi dilakukan sebanyak tiga persamaan berikut (BE = Mr/ekivalen).
kali pengulangan.

 BEasamasetat xVNaOH xN NaOH 


% Total Asam    x Faktor pengencera n x100%
 Vasamasetat titrasi x1000 
 

HASIL DAN PEMBAHASAN Asam asetat pada cuka salak diduga


Konsentrasi NaOH yang digunakan memberikan pengaruh terhadap kontrol
setelah distandarisasi dengan asam oksalat glukosa darah dengan cara mempengaruhi
yaitu 0,103 N. Hasil titrasi terhadap sampel laju pengosongan lambung. Hasil penelitian
cuka salak dengan NaOH 0,103 N dengan menunjukkan bahwa terjadi penurunan laju
rata-rata 9,3 mL. Hasil perhitungan pengosongan lambung pasca pemberian
menunjukkan kadar total asam cuka salak cuka sehingga terjadi kontrol kadar glukosa
yaitu 5,75%. Tingkat keasaman cuka salak darah11. Prinsip laju pengosongan lambung
yaitu dengan pH 3. Kandungan total asam adalah lambung yang awalnya penuh secara
ini lebih tinggi dibandingkan dengan berangsur-angsur akan kosong kembali
kandungan pada asam cuka salak varietas karena adanya proses pengangkutan
Suwaru Malang 3,49%. Kadar yang cukup makanan menuju usus untuk diserap oleh
tinggi ini memberikan manfaat untuk tubuh. Seperti halnya dengan kadar glukosa
pengonsumsi cuka salak Abian Salak, darah, kecepatan laju pengosongan lambung
Sibetan Karangasem. Cuka salak yang yang menurun akan memberikan efek
mengandung asam asetat diduga berperan kenyang dan mempengaruhi penyerapan
dalam pengaturan kadar glukosa darah10. sari-sari makanan oleh usus halus. Sehingga
Cuka salak sibetan juga lebih besar pelepasan glukosa ke dalam darah lebih
dibandingkan dengan cuka apel sebesar lambat dan memperlambat rasa lapar yang
4,53% 4. timbul serta mencegah penumpukan lemak
15
I WAYAN KARTA, et al : ANALISIS KANDUNGAN TOTAL ASAM PADA CUKA SALAK (Salacca vinegar)
KELOMPOK TANI ABIAN SALAK YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTI DIABETES

dan air di dalam tubuh11. Mekanisme cuka Aktivitas antioksidan mampu


dalam menurunkan kadar glukosa darah menangkap radikal bebas penyebab
adalah komponen utama pada cuka berupa kerusakan sel beta pankreas dan
asam asetat diduga mampu menghambat menghambat kerusakan sel beta pankreas
aksi dari enzim disakaridase yang berakibat sehingga sel beta yang tersisa masih tetap
pada proses pencernaan dari karbohidrat berfungsi. Mekanisme antioksidan dalam
komplek sehingga penyerapan glukosa hasil memperbaiki kerusakan sel beta pankreas
pencernaan akan lebih lambat dan kenaikan adalah antioksidan menstabilkan radikal
indeks glikemik dapat terkontrol12. Hal bebas dengan melengkapi kekurangan
tersebut diperkuat dengan adanya penelitian elektron yang memiliki radikal bebas dan
yang menunjukkan bahwa pemberian cuka menghambat terjadinya reaksi berantai dari
dapat meningkatkan sensitifitas insulin, pembentukan radikal bebas yang dapat
menurunkan kadar glukosa pospandrial, dan menimbulkan stres oksidatif. Salah satu
menurunkan level resistensi insulin karena contohnya senyawa flavonoid berfungsi
adanya kandungan zat seperti asam asetat13. sebagai penangkap (scavenger) anion
Penelitian lain menunjukkan bahwa hasil superoksida dan radikal hidroksi. Flavonoid
pengujian cuka salak mengandung asam juga mendonorkan atom hidrogen ke radikal
asetat, total fenol dan aktivitas antioksidan. peroksida membentuk radikal flavonoid
Berdasarkan uji in vivo pada tikus wistar, yang mudah bereaksi dengan radikal bebas
terapi diabetes dengan obat metformin lebih sehingga reaksi radikal rantai berhenti15.
efektif menurunkan kadar glukosa darah Kemampuan senyawa polifenol dalam
dibandingkan cuka salak, namun tidak lebih menangkal radikal bebas disebabkan oleh
baik dalam memperbaiki kerusakan jaringan strukturnya. Pada senyawa flavonoid,
pankreas14. Sehingga cuka salak adanya gugus hidroksil pada cincin
memberikan potensi besar terhadap aromatis, akan mendonasikan atom H pada
perbaikan jaringan pancreas. Hal ini karena radikal bebas. Radikal fenoksil flavonoid
dalam cuka salak selain mengandung asam yang terbentuk kemudian mengalami
asetat juga terdapat senyawa antioksidan stabilisasi resonansi oleh sistem ikatan
polifenol seperti tannin dan flavonoid yang rangkap terkonjugasi sehingga radikal
menjaga jaringan dari kerusakan. tersebut bersifat kurang reaktif16.
Senyawa antioksidan berpengaruh pada Cuka salak yang dihasilkan Kelompok
penurunan kadar glukosa darah karena Tani Abian Salak juga lebih besar total
diduga dapat berfungsi sebagai scavenger asamnya dibandingkan dengan cuka apel.
radikal bebas. Aktivitas antioksidan cuka Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa
salak berfungsi sebagai scavenger radikal pemberian cuka salak lebih efektif dalam
bebas yang mampu mengurangi reaktivitas menurunkan kadar glukosa darah dan
radikal bebas, sehingga dapat menurunkan menunjukkan adanya perubahan sel
kadar glukosa darah akibat dari stress pankreas yang lebih baik dibandingkan cuka
oksidatif dan mencegah terjadinya oksidasi apel, pada kelompok cuka salak penurunan
yang berlebihan. Penghambatan ini dapat sebesar 61.89% dan cuka apel sebesar
melindungi sel beta pankreas dari 42.23%10.
kerusakan4. Penurunan kadar glukosa darah
tikus diduga disebabkan karena kombinasi SIMPULAN DAN SARAN
asam asetat, antioksidan, dan berbagai Simpulan
komponen fungsional lainnya seperti tanin Kadar total asam yang dihasilkan dari
dan flavonoid yang terkandung pada cuka cuka salak (Salacca vinegar) dengan lama
membantu memperbaiki sel beta pankreas fermentasi selama 3 bulan yang diproduksi
yang rusak sehingga dapat meningkatkan oleh Kelompok Abian Salak yaitu 5,75%.
sekresi insulin10. Total asam ini lebih tinggi dibandingkan
16
I WAYAN KARTA, et al : ANALISIS KANDUNGAN TOTAL ASAM PADA CUKA SALAK (Salacca vinegar)
KELOMPOK TANI ABIAN SALAK YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTI DIABETES

dengan cuka apel (4,53%) dan pada asam M., Mehrabian, M., Sayyadi A., and
cuka salak varietas Suwaru Malang 3,49%. Hajizadeh, M. 2013. The Effect of White
Vinegar on Some Blood Biochemical
Saran Factors in Type 2 Diabetic Patients.
Saran yang dapat disampaikan dalam Journal of Diabetes and Endocrinology 4
penelitian ini adalah perlu dilakukan lebih : 2, 1-5
lanjut mengenai parameter lain dalam cuka 7. Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R,
salak Desa Sibetan seperti kadar alkohol, King H (2004). Global prevalence of
kandungan fenol, tannin dan flavonoid, serta diabetes: Estimates for the year 2000
pengujian in vivo mengenai potensinya and projections for 2030. Diabetes Care
sebagai antidiabetes. 27 : 5, 1047-1053
8. Dailey G. 2004. New strategies for basal
DAFTAR PUSTAKA insulin treatment in type 2 diabetes
1. Dinas Pertanian Tanaman Pangan mellitus. Clin. Ther 26 : 6, 889-901
Kabupaten Daerah Tingkat II 9. Shafiee, Gita, Mohammadreza Mohajeri-
Karangasem. 2009. Laporan Perubahan Tehrani*, Mohammad Pajouhi and
Survei Potensi Wilayah Pengembangan Bagher Larijani. 2012. The importance
Komiditi Salak di Bali. of hypoglycemia in diabetic patients.
2. Ogawa N, Satsu H, Watanabe H. 2000. Journal of Diabetes & Metabolic
Acetic Acid Suppresses The Increase In Disorders 2012, 11:17
Disaccharidase Activity That Occurs 10. Zubaidah, E., dan I. Rosdiana. 2015.
During Culture Of Caco-2 Cells. J Nutr. Efektivitas Cuka Salak dan Cuka Apel
130:507–513 Terhadap Kadar Glukosa Darah dan
3. Saber, Ahmed.2011. Effect of Apple Histopatologi Pankreas Tikus Diabetes.
Vinegar on Physiological State of Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4
Pancreas in Normal and Alloxan No 1 p.170-179
Induced Diabetic Rats. 11. Hlebowicz J, Darwiche G, Bjorgell O,
http://idosi.org/wjz/wjz6%281%2911/2. and Olof L. 2007. Effect of Apple Cider
pdf. Tanggal akses 25 September 2013. Vinegar On Delayed Gastric Emptying
4. Zubaidah, Elok. 2011. Pengaruh In Patients With Type I Diabetes
Pemberian Cuka Apel Dan Cuka Salak Mellitus: A Pilot Study. BMC
Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Gastroenterology 7-4.
Wistar Yang Diberi Diet Tinggi Gula. 12. Ogawa N, Satsu H, Watanabe H. 2000.
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 12 No. Acetic Acid Suppresses The Increase In
3 : 163-169. Disaccharidase Activity That Occurs
5. Wulandari dan Zubaidah. 2010. During Culture Of Caco-2 Cells. J Nutr.
Pengaruh Pemberian Cuka Apel dan 130:507–513
Cuka Salak terhadap Kadar Glukosa 13. Johnston, C.S., Kim, C.M., and Buller,
Darah Tikus Wistar Yang diberi Diet A.J. 2004. Vinegar Improves Insulin
Tinggi Gula. Fakultas Teknologi Sensitivity To A High Carbohydrate
Pertanian-Brawijaya. Malang Meal In Subjects With Insulin
6. Mahmoodi, M., Hosseini-zijoud, S., Resistance Or Type 2 Diabetes Mellitus.
Hassanshahi, G., Nabati, S., Modarresi, Diabetes Care. 27:281–282.

17
Meditory
Original Article
Number 4

PERBEDAAN KADAR PROTEIN TOTAL PADA PELAKU


VEGETARIAN DAN NON VEGETARIAN
DI DESA PANJI SINGARAJA
Nyoman Ringin1., I.G.A. Sri Dhyanaputri2., G.A. Md. Ratih Kusuma R.D.3

Abstract:
Background A vegetarian diet means eating only prioritize the consumption of
vegetables and other plant materials as well as abstinence from meat, including
products - derivatives. Vegetarian diet ranging been increasing incidence of
degenerative diseases caused by excess consumption of meat. Coronary heart disease,
hypertension or stroke that is now impacting the upper middle is the result of excessive
consumption of protein and fat from animal. Objective The research that aims to
identify differences in the levels of total protein in vegetarian and non-vegetarian in the
Panji village, Singaraja. Methode This study was observasional study with
crossectional design. Sampling was done in this study by simple random sampling by
means of the draw. Subjects in this study were Panji villagers aged 40-50 years with
a population of 395 people and sample of the study were 60 people consisting of 30
persons are vegetarian and 30 persons are non-vegetarian. Result Based on the results
of laboratory tests is known that the value of the average level of total protein in a
vegetarian was 95,46 g/L and the average level of total protein in a non-vegetarian was
79,36 g/L. Conclusion Based on the analysis of data with independent sample T test
showed a sig 0,001 it can be interpreted that there are differences in the levels of total
protein between vegetarian and non-vegetarian.

Keywords : total protein, non vegetarian, vegetarian.

PENDAHULUAN penurunan kadar protein total maka dapat


Pola makan vegetarian berarti pola menyebabkan malnutrisi berkepanjangan,
makan yang hanya mengutamakan konsumsi gagal ginjal kronis, dan penyakit hati2.
sayuran serta bahan nabati lainnya serta Penyakit jantung koroner, hipertensi atau
berpantang daging termasuk produk – stroke yang kini sering menjangkiti kaum
produk turunannya. Pola makan vegetarian menengah ke atas adalah akibat konsumsi
mulai dipilih karena meningkatnya kejadian pangan hewani yang berlebihan. Penyakit-
penyakit degeneratif yang disebabkan oleh
kelebihan konsumsi pangan hewani. Namun,
1.,2.,3.,
asupan makanan vegetarian mengandung Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
resiko kekurangan beberapa zat gizi seperti Denpasar
protein dan besi, yang banyak terdapat pada Korespondensi : Nyoman Ringin, Jurusan
pangan hewani1. Analis Kesehatan, Poltekes Denpasar, Jalan
Pemeriksaan kadar protein total bertujuan Sanitasi No. 1 Sidakarya, Denpasar-Bali
untuk mengetahui beberapa dampak yang 80224, Indonesia.
ditimbulkan bila pemeriksaan fungsi ginjal Telp. +62-361-710 527, Fax. +62-361-710
tidak normal. Beberapa dampak yang 448
ditimbulkan antara lain bila terjadi Email : meditoryjournal@gmail.com
18
NYOMAN RINGIN, et al : PERBEDAAN KADAR PROTEIN TOTAL PADA PELAKU VEGETARIAN DAN NON
VEGETARIAN
DI DESA PANJI SINGARAJA
penyakit ini muncul seiring dengan dengan metode spektrofotometri pada
bertambahnya kemakmuran seseorang panjang gelombang 546 nm4.
sehingga pola makan menjadi tidak Data yang didapat dari hasil pemeriksaan
seimbang. Ketidakseimbangan ini umumnya dikelompokan sesuai dengan jenisnya
dicerminkan oleh tingginya konsumsi selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
protein dan lemak yang berasal dari pangan uji Kolmogorov Smirnov (KS), apabila
hewani1. berdistribusi normal maka selanjutnya diuji
Akibat dari adanya pola konsumsi menggunakan uji T sampel bebas
vegetarian, masalah kesehatan, keuntungan (Independent Samples T Test) untuk
yang bisa ditimbulkan oleh pola hidup mengetahui perbedaan kadar protein total
vegetarian serta terdapatnya tempat antara vegetarian dan non vegetarian.
perkumpulan vegetarian di Desa Panji
Singaraja, maka peneliti tertarik untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
mengkaji lebih lanjut apakah ada perbedaan Distribusi sampel penelitian berdasarkan
kadar protein total pada pelaku vegetarian karakteristik
dan non vegetarian. Karakteristik responden berdasarkan
umur terbanyak pada pelaku vegetarian
METODE (53,3%) terdapat pada rentang umur 46-50
Penelitian ini menggunakan jenis tahun, sedangkan karakteristik responden
penelitian observasional dengan rancangan berdasarkan umur terbanyak pada pelaku
cross sectional3. Penelitian ini dilakukan di non vegetarian (76,7%) terdapat pada
Desa Panji Kecamatan Sukasada Kabupaten rentang umur 40-45 tahun. Karakteristik
Buleleng, Singaraja dari tanggal 10 responden berdasarkan pekerjaan terbanyak
September – 20 Nopember 2013. Populasi pada pelaku vegetarian (36,7%) terdapat
penelitian adalah penduduk Desa Panji pada jenis pekerjaan guru/dosen, demikian
Singaraja yang berusia 40-50 tahun dengan juga karakteristik responden berdasarkan
jumlah populasi 395 orang. Besar sampel pekerjaan terbanyak pada pelaku non
dalam penelitian ini adalah 60 orang yang vegetarian (40,0%) terdapat pada jenis
terdiri dari 30 orang pelaku vegetarian dan pekerjaan guru/dosen.
30 orang pelaku non vegetarian.
Pengambilan sampel secara acak sederhana Distribusi responden berdasarkan kadar
adalah bahwa setiap anggota atau unit dari protein total
populasi mempunyai kesempatan yang sama Kadar Protein Total Pelaku Vegetarian
untuk diseleksi sebagai sampel3. Dilakukan Berdasarkan Lama Melakukan Vegetarian
pemeriksaan kadar protein total pada masing didapatkan hasil yaitu paling lama 6-10
– masing responden, yakni pelaku tahun sebanyak 11 orang (36,7%) dengan
vegetarian dan non vegetarian dengan kadar protein total diatas normal (tabel 1).
menggunakan alat otomatis (Spherra)

Tabel 1. Kadar Protein Total Pelaku Vegetarian Berdasarkan Lama Melakukan Vegetarian

Lama Melakukan Kadar Protein Total


Vegetarian (Tahun) Normal Presentase Diatas normal Presentase
(%) (%)
1-5 - 0 8 26,7
6 - 10 - 0 11 36,7
11 - 15 - 0 7 23,3
16 - 20 - 0 4 13,4
Total 0 0 30 100
19
NYOMAN RINGIN, et al : PERBEDAAN KADAR PROTEIN TOTAL PADA PELAKU VEGETARIAN DAN NON
VEGETARIAN
DI DESA PANJI SINGARAJA

Distribusi responden berdasarkan kadar maksimum 104,7 g/L yang terdapat pada
protein total terbanyak yang melebihi batas pelaku vegetarian (tabel 2).
normal adalah 30 orang dengan kadar

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Presentase Kadar Protein Total

Responde Kadar Protein Total


n Normal Presentase Diatas Presentase Total Maksimal Minimal Standar
(%) normal (%) (g/L) (g/L) Deviasi
Vegetaria 0 0 30 50 30 104,7 87,6 4,48
n
Non 13 21,7 17 28,3 30 95,0 65,6 7,09
vegetarian

Adanya variasi hasil pemeriksaan kadar kedelai merupakan sumber protein utama
protein total pada semua sampel yang yang banyak digunakan. Tercatat,
dianalisis pada penelitian ini baik pada kandungan protein kedelai mencapai 11 kali
pelaku vegetarian dan non vegetarian dapat lebih banyak daripada susu, 2 kali dari
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu daging dan ikan, 1,5 kali lebih banyak dari
asupan dan metabolisme protein. Protein keju dan yang terpenting adalah kandungan
merupakan rangkaian asam amino yang lesitin yaitu zat penguat daya ingat pada
diikat oleh ikatan peptida5. Jumlah asam otak. Tak hanya susu, kacang kedelai pada
amino yang terdapat dalam darah tergantung tempe juga menghadirkan kekayaan protein
pada jumlah asam amino yang diterima yang luar biasa. Jika kita mengkonsumsi
(asupan protein) dan jumlah yang digunakan tempe setiap hari, hal itu dapat memenuhi
(metabolisme protein). Dalam keadaan 62% kebutuhan protein yang diperlukan
puasa, konsentrasi asam amino dalam darah tubuh, 35% riboflavin, 34% magnesium,
biasanya sekitar 3,5-5 mg/dL dan setelah 108% mangan dan 425 tembaga. Selain itu
makan makanan yang mengandung sumber juga mengkonsumsi tempe akan memenuhi
protein maka konsentrasi asam amino dalam kebutuhan asam lemak esensial 24 kali lipat.
darah akan meningkat sekitar 5-10 mg/dL Nilai serat, vitamin, efisien protein dan nilai
namun konsentrasi ini akan turun kembali asam lemak bebasnya jauh lebih baik. Selain
setelah 4-6 jam6. itu, tempe juga mengandung zat besi yang
Tingginya kadar protein total pada pelaku cukup tinggi sekitar 4 mg/100 gram tempe8.
vegetarian dibandingkan pelaku non Pemeriksaan kadar protein total sangat
vegetarian dalam penelitian ini, sangat penting dilakukan secara rutin dan berkala
dipengaruhi oleh jenis makanan yang karena pemeriksaan ini berfungsi untuk
dikonsumsi setiap harinya karena pelaku memantau terjadinya peningkatan atau
vegetarian yang diteliti termasuk jenis lacto- penurunan kadar protein total. Secara
vegetarian yaitu pelaku vegetarian yang umum, pemeriksaan ini relatif sensitif
mengkonsumsi susu. Pada makanan namun tidak spesifik untuk menentukan
vegetarian seperti kacang-kacangan, tahu, diagnose penyakit. Meskipun demikian,
tempe, gandum, dan sebagainya memiliki adanya penurunan atau peningkatan kadar
kandungan protein total yang sangat tinggi protein total erat kaitannya dengan tes
bahkan memiliki kandungan protein total fungsi hati dan gagal ginjal, baik akut
yang lebih tinggi dibandingkan ikan dan maupun kronis5.
daging segar7. Bagi vegetarian, kacang
20
NYOMAN RINGIN, et al : PERBEDAAN KADAR PROTEIN TOTAL PADA PELAKU VEGETARIAN DAN NON
VEGETARIAN
DI DESA PANJI SINGARAJA
SIMPULAN DAN SARAN Plasma. Denpasar: Politeknik Kesehatan
Simpulan Denpasar; 2012.
Berdasarkan hasil penelitian yang 7. Move Indonesia. Vegetarian Hidup
dilakukan dapat disimpulkan sebagai Ekologis. Malang: Pusat Pendidikan
berikut. Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman;
1. Kadar protein total pada pelaku 2007.
vegetarian 100% diatas normal, dengan 8. Muharram. Kandungan Protein Makanan
nilai rata-rata adalah 95,46 g/L dengan Vegetarian [online] 2013 [cited 25
standar deviasi (SD) 4,48. Desember 2013]. Available from:
2. Kadar protein total pada pelaku non http://www.kandungan-protein-makanan-
vegetarian sebanyak 43,3 % normal dan vegetarian.htm
56,7% diatas normal dengan nilai rata-
rata non vegetarian adalah 79,36 g/L
dengan standar deviasi (SD) 7,09.
3. Ada perbedaan kadar protein total antara
pelaku vegetarian dan non vegetarian di
Desa Panji, Singaraja.

Saran
Bagi peneliti selanjutnya agar mengukur
faktor lain selain pola makan seperti
ferekuensi makan, jenis makanan, dan
riwayat penyakit.

DAFTAR PUSTAKA
1. Febriani, Mujiasih, dan Prihatsanti.
Hubungan Antara Persepsi Terhadap
Word Of Mounth (WOM) dengan Intense
Membeli Makanan Vegetarian Pada
Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Diponegoro, Jurnal
Psikologi Undip 10 (1) 2011: p. 174-179.
2. Sioni dan Harmony. Laporan Kerja
Praktek di Laboratorium Patologi Klinik
RSUD Kabupaten Buleleng. Singaraja:
Undiksha; 2013.
3. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
4. Arimas, N.M.D. Kuliah Kimia Klinis.
Singaraja: Undiksha; 2010.
5. Indri. Pola Makan Vegetarian [online]
2013 [cited 25 Oktober 2013]. Available
from:
http://www.jawaban.com/news/spiritual/
detail.php?idnews=080415091639&off=
5.
6. Intan, D. A. P. D. Perbedaan Kadar
Total Protein Darah Antara Serum Dan

21
Meditory
Original Article
Number 5

PERBANDINGAN BAKTERI Coliform, Escherichia coli O157,


Escherichia coli O157:H7 PADA SAPI BALI DI KECAMATAN
MENGWI KABUPATEN BADUNG
Yuli Dharmawan1, I Wayan Suardana1, Luh Ade Wilan Krisna2
1
Fakultas Kedokteran hewan Universitas Udayana, 2Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Denpasar

Abstract:
Background Foodborne diseases are a disease transmitted through food, with
characteristics such as gastrointestinal disorders with common symptoms of abdominal
pain, diarrhea, and or vomiting. The main cause of this disease is bacteria that are
naturally present in the human environment, and is transmitted to humans through
food. One of pathogenic bacteria is E. coli serotype O157:H7. Objective This study
were aim to compared the presence of Coliform bacteria, E. coli, E. coli O157, and E.
coli O157:H7 in faeces of bali cattle which is located in Mengwi - Badung. Methods
Total of 58 samples were taken randomly and proportionally. Several stages of
isolation and identification were done in the Laboratory of Bioscience and
Biotechnology University of Udayana. Included growth in EMBA and SMAC media,
performed Gram staining, IMVIC test, serological tests with E. coli O157 latex
agglutination test and Anti-serum E. coli H7. Results showed that from 58 samples,
100% were positive contaminated with Coliform, 55.1% were found positive of E. coli,
6.8% were positive of E. coli O157, and 3.4% were detected positive of E. coli
O157:H7. The average amount of Coliform bacteria was 1,2×105 CFU/g, while
6,2×104 CFU/g for E. coli. Statistical analysis by Spearman's rho showed that the
presence of Coliform bacteria in bali cattles at Mengwi will be highly correlated to the
presence of E. coli. And also, with the presence of the E. coli O157 will be highly
correlated to the discovery of the E. coli O157:H7. Otherwise, from the highly presence
of Coliform and E. coli were not significantly difference to the discovery of the E. coli
O157 and E. coli O157:H7.

Keyword : Foodborne diseases, bali cattles, E. coli O157:H7

PENDAHULUAN
Foodborne disease adalah penyakit yang
1.,2.,
ditularkan lewat makanan, dengan ciri Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
berupa gangguan pada saluran pencernaan Denpasar
dengan gejala umum sakit perut, diare dan Korespondensi : Yuli Dharmawan, Jurusan
atau muntah. Agen utama penyebab Analis Kesehatan, Poltekes Denpasar, Jalan
penyakit ini adalah bakteri yang sebetulnya Sanitasi No. 1 Sidakarya, Denpasar-Bali
secara alami terdapat di lingkungan sekitar 80224, Indonesia.
manusia, dan ditularkan kepada manusia Telp. +62-361-710 527, Fax. +62-361-710
melalui makanan.1 448
Email : meditoryjournal@gmail.com
22
YULI DHARMAWAN, et al : PERBANDINGAN BAKTERI Coliform, Escherichia coli O157, Escherichia coli O157:H7
PADA SAPI BALI DI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG
DI DESA PANJI SINGARAJA
Sapi merupakan salah satu hewan yang Kecamatan Mengwi mendukung untuk
diternakkan secara besar-besaran tak hanya pertumbuhan bakteri E. coli. Suhu yang
di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia dan relatif tinggi di Kecamatan Mengwi juga
telah menjadi bagian dari berbagai menjadi salah satu faktor distribusi atau
kebudayaan manusia sejak lama. Sapi penyebaran bakteri E. coli. E. coli dapat
dipelihara terutama untuk dimanfaatkan tumbuh pada suhu antara 7°C sampai 46°C,
susu dan dagingnya sebagai pangan tumbuh secara optimum pada suhu 37°C.5
manusia. Di sejumlah tempat, sapi juga E. coli pada sapi tumbuh secara normal
dipakai sebagai pengolahan lahan tanam di dalam ususnya, karena E. coli merupakan
(bajak), dan alat industri lain.2 flora normal dalam saluran pencernaan
Salah satu jenis sapi potong yang cukup manusia dan pada hewan berdarah panas
terkenal di Indonesia dan merupakan plasma dengan populasi terbanyak pada saluran
nutfah asli Bali adalah sapi bali, sehingga pencernaan bagian belakang.6
keberadaannya perlu dilestarikan. Sapi bali Keberadaan bakteri E. coli dapat
mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap membantu untuk pengembangan ilmu
lingkungan, tahan terhadap beberapa pengetahuan dan juga dimanfaatkan di
penyakit, dan daya reproduksi tinggi.3 Oleh berbagai bidang ilmu. Di samping itu,
karena itu, sapi bali sangat cocok untuk bakteri E. coli juga dapat membahayakan
dikembangkan di seluruh wilayah Republik kesehatan, karena diketahui bahwa bakteri
Indonesia. Salah satu upaya untuk E. coli merupakan bagian dari mikrobiota
melestarikan sapi bali adalah dengan normal saluran pencernaan dan telah
menjaga kesehatan melalui pencegahan atau terbukti bahwa galur-galur tertentu mampu
penanggulangan penyakit. menyebabkan gastroenteritis taraf sedang
Pemeliharaan ternak di Indonesia sampai parah pada manusia dan hewan.7
khususnya di Bali umumnya masih sangat Beberapa strain E. coli yang dapat
sederhana dan tradisional, yaitu di lahan menyebabkan gangguan pada sistem
yang sempit, limbah ternak dibiarkan tanpa pencernaan yaitu strain EPEC
dikelola dengan baik, sehingga terjadinya (Enteropathogenic Escherichia coli), strain
pencemaran lingkungan peternakan ETEC (Enterotoxigenic Escherichia coli),
terutama air dan infeksi bakteri pada sapi strain EIEC (Enteroinvasive Escherichia
cukup tinggi. Sapi bali di Bali, banyak yang coli), strain EAEC (Entero Agregative
hidup tanpa kandang, dan dari hari ke hari Escherichia coli), strain DAEC (Diffuse
sapi hanya ditambatkan di bawah pohon Adherent Escherichia coli), dan strain
yang rindang.3 EHEC (Enterohemorragic Escherichia coli)
Kondisi pemeliharaan sapi di Kecamatan (Doyle et al., 2006).
Mengwi rata-rata masih tergolong Salah satu strain dari bakteri EHEC
tradisional, yaitu sapi banyak yang tidak adalah E. coli O157 dengan serotipe E. coli
dikandangkan. Pemeliharaan sapi seperti ini O157:H7, yang merupakan bakteri patogen
dapat mendukung faktor pertumbuhan dan dapat menyebabkan hemorrhagic colitis
bakteri Coliform di Kecamatan Mengwi. dan hemolytic uremic syndrome (HUS).1
Bakteri Coliform adalah bakteri yang Berdasarkan atas permasalahan di atas
termasuk famili Enterobactericeae. Spesies maka penelitian tentang perbandingan
dari bakteri Coliform yang paling terkenal bakteri Coliform, E. coli, E. coli O157, dan
dan penting adalah bakteri E. coli.4 E. coli O157:H7 pada sapi bali yang berada
Kondisi geografis Kecamatan Mengwi di Kecamatan Mengwi menarik dilakukan,
berada 350 meter di atas permukaan laut dan dengan harapan dapat dipertimbangkan
memiliki suhu rata-rata relatif tinggi yaitu tindakan preventif atau tindakan pencegahan
antara 26°C - 37°C. Sistem pemeliharaan selanjutnya.
ternak sapi dan kondisi geografis di
23
YULI DHARMAWAN, et al : PERBANDINGAN BAKTERI Coliform, Escherichia coli O157, Escherichia coli O157:H7
PADA SAPI BALI DI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG
DI DESA PANJI SINGARAJA

METODE koloni yang diisolasi merupakan serotipe


Pada penelitian ini sampel yang E. coli O157:H7, dilakukan pengujian
digunakan adalah feses sapi bali yang terhadap antigen flagela yakni dengan uji
diambil secara acak dan proporsional dari antiserum H7. Hasil penelitian disajikan
ternak sapi yang berada di Kecamatan secara deskriptif menggunakan uji non
Mengwi. Kriteria sapi bali yang fesesnya parametrika seperti uji Wilcoxon, uji
boleh dijadikan sampel penelitian adalah korelasi Spearman’s rho dan uji Mc Nemar.
sapi dengan segala umur dan berasal dari
sapi bali betina maupun sapi bali jantan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel feses segar yang diambil selanjutnya Hasil, Isolasi dan Identifikasi Bakteri
ditempatkan pada pot sampel dan dibawa Jumlah total sampel yang digunakan
dengan termos berisi es untuk dilakukan dalam penelitian ini adalah 58 sampel feses
analisis laboratorik awal di laboratorium sapi bali yang diambil dari 10 Desa yang
Biosain dan Bioteknologi Universitas berada di Kecamatan Mengwi Kabupaten
Udayana. Jumlah sampel yang diambil Badung. Sampel terlebih dahulu
dalam penelitian adalah sebanyak 58 dihomogenkan dan diencerkan dengan
sampel. buffered peptone water 0,1% dengan
Sampel feses diencerkan terlebih dahulu pengenceran 10-3 selanjutnya ditanam ke
dengan buffered peptone water (BPW) 0,1% dalam media EMBA. Media EMBA adalah
sampai tingkat pengenceran 10-3. Metode media selektif yang berisi karbohidrat
pemeriksaan yang digunakan untuk berupa laktosa, dipotassium phosphate
identifikasi E.coli adalah sampel diinokulasi sebagai buffer, eosin Y dan methylene blue
pada media eosin methylene blue sebagai indikator warna. Media ini memiliki
agar/EMBA . Sampel positif E. coli keistimewaan untuk membedakan bakteri
selanjutnya dipastikan dengan pengujian yang memfermentasikan laktosa seperti E.
pewarnaan Gram untuk melihat bentuk dan coli dengan bakteri yang tidak
warna bakteri. Bakteri E. coli dari media memfermentasikan laktosa seperti
EMBA yang positif sebagai Gram negatif salmonella dan shigella. Pada media
selanjutnya diuji untuk diidentifikasi EMBA, pertumbuhan bakteri Gram positif
kelompok fecal dan non fecal dengan uji dihambat.8 Produk akhir fermentasi laktosa
indol (SIM), methyl red, voges proskauer oleh E. coli berupa asam yang kuat (pH
dan citrate (IMVIC). Hasil positif dari rendah) sehingga mendorong absorpsi zat
media EMBA dan menunjukkan sifat-sifat warna methylene blue untuk membentuk
fecal coli pada uji IMVIC dan berbentuk metachormatic yang memberikan kemilau
batang pendek warna merah pada uji warna hijau metalik. Setelah diinkubasikan
pewarnaan Gram yang ditanam pada media selama 24 jam, bakteri Coliform tumbuh
nutrient agar miring, selanjutnya pada media EMBA dengan ciri warna koloni
diinokulasikan pada media selektif sorbitol berwarna merah muda, serta beberapa
MacConkey agar (SMAC). Untuk koloni berwarna hijau metalik dengan bintik
meyakinkan bahwa koloni yang memiliki hitam pada pusat koloni yang dianggap
sifat colourless pada media SMAC adalah sebagai presumtif bakteri E. coli (Gambar
strain E. coli O157, maka dilakukan uji 1).
serologi dengan menggunakan E. coli O157
latex agglutination test. Untuk memastikan

24
YULI DHARMAWAN, et al : PERBANDINGAN BAKTERI Coliform, Escherichia coli O157, Escherichia coli O157:H7
PADA SAPI BALI DI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG
DI DESA PANJI SINGARAJA

Gambar 1. Hasil positif bakteri Coliform dan E. coli pada Media EMBA

Pada media EMBA, sampel yang positif warna merah muda dari bakteri Gram
mengandung E. coli selanjutnya dipastikan negatif berasal dari terekstrasinya lipid
dengan pengujian pewarnaan Gram untuk selama proses penambahan alkohol sehingga
melihat bentuk dan warna bakteri. Setelah memperbesar daya rembes/permeabilitas
dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop dinding sel bakteri Gram negatif dan pada
akan tampak bakteri yang berbentuk batang saat pemberian cat penutup (safranin),
pendek dan berwarna merah muda atau bakteri Gram negatif terwarnai menjadi
Gram negatif. Pada proses pewarnaan, merah muda (Gambar 2).

Gambar 2. Gambar mikroskopik E.coli

Bakteri E. coli dari media EMBA yang (SIM), E. coli golongan fecal mampu
terbukti sebagai Gram negatif dan yang memecah asam amino triptofan sebagai
sudah dikoleksi pada media nutrien agar sumber karbon menjadi indol dan asam
miring, selanjutnya diuji untuk diidentifikasi piruvat. Indol yang terbentuk akan terdeteksi
kelompok fecal dan non fecal dengan uji dengan penambahan pereaksi Kovac’s
indole (SIM), methyl red, voges proskauer karena indol bereaksi dengan etil alkohol
dan citrate (IMVIC). Kelompok bakteri E. yang terdapat di dalam pereaksi yang
coli fecal memberikan hasil positif pada tes ditandai dengan terbentuknya cincin merah
indol (SIM), terbentuk cincin merah setelah dipermukaan media.8
ditetesi dengan reagen kovac. Pada tes indol

25
YULI DHARMAWAN, et al : PERBANDINGAN BAKTERI Coliform, Escherichia coli O157, Escherichia coli O157:H7
PADA SAPI BALI DI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG
DI DESA PANJI SINGARAJA

Gambar 3. Hasil positif E.coli pada uji Indol (SIM). Cincin merah yang terbentuk pada uji
indol ditunjukkan oleh tanda panah ( )

Pada uji methyl red (MR) didapatkan menurunkan pH medium hingga mencapai
hasil positif yang ditandai dengan adanya pH 4,4 sehingga indikator methyl red yang
perubahan warna media dari kuning menjadi diteteskan ke dalam medium berubah
warna merah seperti terlihat pada Gambar 4. menjadi warna merah, sedangkan kelompok
Uji methyl red yang positif menunjukkan non-fecal akan menghasilkan asam yang
bahwa E. coli kelompok fecal tersebut tidak terlalu kuat dengan pH sekitar 6,0 dan
memfermentasi protease menjadi asam ketika diteteskan indikator akan
8
organik. Asam yang terbentuk akan menunjukkan warna kuning.

Gambar 4. Hasil positif E. coli pada uji methyl red (MR). Warna media berubah dari warna
kuning menjadi merah

Pada uji Vogues Proskauer (VP) bakteri dikarenakan E. coli tidak mampu
E. coli memberikan hasil negatif, karena E. menggunakan citrate sebagai sumber karbon
coli tidak dapat membentuk asetil methyl sehingga tidak terjadi perubahan warna pada
karbinol (Asetonin) seperti pada Gambar 5. media yaitu media tetap berwarna hijau,
Begitu juga pada uji citrate, bakteri E. coli seperti terlihat pada Gambar 6.
memberikan reaksi negatif. Hal ini

26
YULI DHARMAWAN, et al : PERBANDINGAN BAKTERI Coliform, Escherichia coli O157, Escherichia coli O157:H7
PADA SAPI BALI DI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG
DI DESA PANJI SINGARAJA

Gambar 5. Hasil negatif E. coli pada uji Voges Proskauer (VP)

Gambar 6. Hasil negatif uji Sitrat E. coli

Setelah dilakukan serangkaian uji IMVIC ditandai dengan ciri koloni jernih/tidak
untuk menunjukkan sifat-sifat fecal coli, berwarna (colourless) seperti yang
dilakukan uji pada media selektif sorbitol ditunjukkan pada Gambar 8. Hal ini
MacConkey agar (SMAC) yang bertujuan dikarenakan bakteri E. coli O157 tidak
untuk identifikasi serotipe dari E. coli O157. memfermentasikan sorbitol, disisi lain E.
Pada media SMAC ditemukan sebanyak 13 coli yang bukan strain O157 berwarna
isolat yang menunjukkan hasil positif, yang merah jambu.

Gambar 7. Hasil positif E. coli O157 pada media SMAC. Koloni E. coli O157 tidak
berwarna (colourless)

Pengujian selanjutnya adalah uji coli O157. Hasil positif pada latex
serologis dengan E. coli O157 latex agglutination test ditandai dengan
agglutination test. Uji ini dilakukan untuk terbentuknya presipitasi pada kertas lateks
lebih meyakinkan bahwa E. coli yang positif sesuai dengan kontrol positif yang telah
pada uji SMAC benar-benar strain dari E. disediakan oleh Kit (Gambar 9). Dari 13
27
YULI DHARMAWAN, et al : PERBANDINGAN BAKTERI Coliform, Escherichia coli O157, Escherichia coli O157:H7
PADA SAPI BALI DI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG
DI DESA PANJI SINGARAJA
isolat yang positif pada media SMAC, pada isolat yang benar-benar terkonfirmasi positif
uji latex agglutination test dihasilkan 4 E. coli O157.

Gambar 8. Hasil positif uji E. coli O157 pada latex agglutination test. FSM 2 dan FSM 57
terbentuk presipitasi seperti kontrol positif (K+).

Tahap terakhir setelah uji lateks O157, didapatkan 2 sampel yang benar-benar
dilakukan uji serologis dengan E. coli teridentifikasi serotype E. coli O157:H7
Antiserum H7. Dari 4 sampel yang positif E. (Gambar 9).
coli O157 pada uji lateks, setelah dilakukan
uji serologis dengan Anti serum H7 hanya

Gambar 9. Hasil positif uji Antiserum H7 terlihat terjadi kekeruhan atau aglutinasi

Perbandingan Jumlah Bakteri Coliform 3,5×104 CFU/g di Desa Baha. Jumlah


dan Escherichia coli pada sapi bali di tertinggi bakteri Coliform dan E. coli berada
Kecamatan Mengwi di Desa Baha dikarenakan sosial-culture
Hasil pemeriksaan sampel feses sapi bali yang masih cukup tradisional dan rata-rata
yang diambil dari 10 Desa di Kecamatan tingkat pendidikan dari peternak di Desa
Mengwi Kabupaten Badung terhadap Baha lulusan Sekolah Dasar, sehingga
bakteri Coliform diperoleh hasil bahwa dari pengetahuan akan manajemen pemeliharaan
58 sampel yang diperiksa semua sampel ternak sapi yang baik masih kurang. Contoh
positif mengandung bakteri Coliform. Dari yang terlihat di lapangan diantaranya adalah
keseluruhan sampel feses sapi bali yang ternak sapi tidak dikandangkan dan
diperiksa, didapatkan jumlah rata-rata kebersihan ternak maupun lingkungan
bakteri Coliform adalah 1,2×105 CFU/g, sekitarnya kurang diperhatikan.
dengan jumlah bakteri Coliform tertinggi Gambaran perbandingan jumlah antara
sebesar 4,8×105 CFU/g di Desa Baha. Rata- bakteri Coliform dan E. coli pada feses sapi
rata tingkat cemaran bakteri E. coli dari bali yang diambil di Kecamatan Mengwi,
sampel yang positif E. coli sebesar 6,2×104 seperti terlihat pada Gambar 10.
CFU/g, dengan jumlah tertinggi sebesar

28
YULI DHARMAWAN, et al : PERBANDINGAN BAKTERI Coliform, Escherichia coli O157, Escherichia coli O157:H7
PADA SAPI BALI DI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG
DI DESA PANJI SINGARAJA

Gambar 10. Perbandingan jumlah antara bakteri Coliform dan E. coli pada sapi bali di
Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.

Secara statistik dengan uji Wilcoxon hasil penelitian oleh Heuvelink et al., tahun
diperoleh hasil jumlah bakteri Coliform 1999 menyatakan bahwa sapi diketahui
sebesar 7,0×106 dan jumlah bakteri E. coli sebagai reservoir utama dari Verocytotoxin-
sebesar 3,7×106. Hasil ini menunjukan producing Escherichia coli O157, sekaligus
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01), sebagai sumber penularan utama ke
dengan nilai Wilcoxon sebesar 6,6. Cukup manusia.
tingginya jumlah bakteri E. coli pada sapi
yang ditemukan di beberapa desa di Persentase Perbandingan antara bakteri
Kecamatan Mengwi menunjukan bahwa Coliform, E. coli, dan E. coli O157 dengan
faktor-faktor seperti keadaan geografis dan E. coli O157:H7 pada sapi bali di
manajemen pemeliharaan yang kurang baik Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung
berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Persentase perbandingan antara bakteri
di Kecamatan Mengwi. Tingginya Coliform, E. coli, E. coli O157 dan E. coli
kontaminasi bakteri E. coli pada sapi bali di O157:H7 pada sapi bali di Kecamatan
Kecamatan Mengwi memberikan peluang Mengwi Kabupaten Badung, dapat dilihat
untuk ditemukannya E. coli patogen yaitu E. seperti pada Gambar 11.
coli O157. Pernyataan ini dikuatkan oleh

Gambar 11. Persentase perbandingan antara bakteri Coliform, E. coli, dan E. coli O157
dengan E. coli O157:H7 pada sapi bali di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.

Pada Gambar 11 dapat dideskripsikan dengan nilai korelasi Spearman’s rho


bahwa dari 58 sampel yang diambil, 100% sebesar 0,6. Hasil berbeda ditunjukkan dari
positif mengandung bakteri Coliform. uji korelasi Spearman’s rho antara bakteri
Bakteri E. coli mencapai 55,1%, E. coli Coliform dengan bakteri E. coli O157 dan E.
O157 sebanyak 6,8%, sedangkan E. coli coli O157:H7 yang menunjukan korelasi
O157:H7 sebanyak 3,4%. Setelah dilakukan tidak nyata (P>0,05) dengan nilai korelasi
analisis data dengan uji korelasi Spearman’s masing-masing sebesar 0,02 dan 0,13.
rho terlihat bahwa bakteri Coliform Begitu juga halnya dengan cemaran bakteri
menunjukan korelasi yang sangat kuat E. coli menunjukkan korelasi yang tidak
(P<0,01) terhadap cemaran bakteri E. coli nyata (P>0,05) terhadap cemaran bakteri E.
29
YULI DHARMAWAN, et al : PERBANDINGAN BAKTERI Coliform, Escherichia coli O157, Escherichia coli O157:H7
PADA SAPI BALI DI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG
DI DESA PANJI SINGARAJA

coli O157 dan E. coli O157:H7 dengan nilai nyata untuk ditemukannya bakteri E. coli
korelasi masing-masing 0,16 dan 0,1. O157:H7. Namun, tingginya jumlah bakteri
Sedangkan uji korelasi Spearman’s rho Coliform dan cemaran bakteri E. coli
antara bakteri E. coli O157 dengan E. coli berkorelasi tidak nyata terhadap
O157:H7 menunjukkan korelasi sangat ditemukannya bakteri E. coli O157 maupun
nyata (P<0,01) dengan nilai korelasi E. coli O157:H7.
Spearman’s rho 0,6. Selanjutnya, untuk menentukan
Hasil analisis Spearman’s rho ini perbedaan tingkat infeksi antara bakteri E.
menunjukan bahwa adanya atau tingginya coli dengan E. coli O157, pengujian
jumlah bakteri Coliform yang ditemukan dilakukan dengan menggunakan uji Mc
pada sapi di Kecamatan Mengwi berkorelasi Nemar seperti tersaji pada Tabel 2. Dan
sangat nyata terhadap munculnya bakteri E. untuk bakteri E. coli O157 dengan E. coli
coli. Begitu juga dengan ditemukannya O157:H7 tersaji pada Tabel 3.
bakteri E. coli O157 berkorelasi sangat

Tabel 2. Uji Mc Nemar perbedaan tingkat infeksi antara E. coli dengan E. coli O157 pada
sapi bali di Kecamatan Mengwi.

E. coli E. coli O157


Negatif Positif
Negatif 26 0
Positif 28 4

Tabel 3. Uji Mc Nemar perbedaan tingkat infeksi antara E. coli O157 dengan E. coli
O157:H7 pada sapi bali di Kecamatan Mengwi.

E. coli O157:H7
E. coli O157
Negatif Positif
Negatif 54 0
Positif 2 2

Pada Tabel 2 terlihat bahwa terdapat menggunakan uji serologis aglutinasi lateks
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) O157 dan antiserum H7.
antara terdeteksinya bakteri E. coli dengan
bakteri E. coli O157 pada sapi bali di SIMPULAN DAN SARAN
Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Simpulan
Sedangkan pada Tabel 3 terlihat hasil 1. Ditemukan adanya bakteri Coliform
berbeda, yaitu tidak ada perbedaan yang sebesar 7,0×106 CFU/g, dan E. coli
nyata (P>0,05) antara terdeteksinya bakteri 3,7×106 CFU/g. Identifikasi positif
E. coli O157 dengan E. coli O157:H7. Dari bakteri E. coli O157 sebanyak 4 isolat
32 sampel yang positif E. coli hanya 4 dan E. coli O157:H7 hanya 2 isolat.
sampel yang positif E. coli O157 dan dari 4 2. Keberadaan bakteri Coliform berkorelasi
sampel yang positif E. coli O157 hanya 2 sangat nyata terhadap bakteri E. coli,
sampel yang teridentifikasi positif E. coli begitu juga halnya dengan keberadaan
O157:H7. Hasil ini lebih rendah jika bakteri E. coli O157 dengan E. coli
dibandingkan dengan penelitian yang pernah O157:H7.
dilakukan oleh Suardana et al. (2005) yang 3. Keberadaan bakteri Coliform tidak
berhasil mengidentifikasi prevalensi E. coli berkorelasi terhadap bakteri E. coli
O157:H7 pada sapi sebesar 7,6% dengan
30
YULI DHARMAWAN, et al : PERBANDINGAN BAKTERI Coliform, Escherichia coli O157, Escherichia coli O157:H7
PADA SAPI BALI DI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG
DI DESA PANJI SINGARAJA

O157:H7, dan bakteri E. coli tidak Pusat Penelitian dan Pengembangan


berkorelasi dengan E. coli O157:H7 Peternakan. Bogor. 2009.

Saran 3. Batan I.W. Sapi Bali dan Penyakitnya.


1. Peningkatan kemampuan manajemen Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas
pemeliharaan ternak sapi bali oleh Udayana. Denpasar. 2006.
peternak di Mengwi Badung.
2. Pemberian penyuluhan tentang sanitasi 4. Doyle, M.E., Archer J., Kaspar C.W., and
dan higienitas (mencuci tangan dengan Weiss R. Human Illnes Caused by E. coli
sabun setelah kontak dengan ternak sapi, O157:H7 from Food and Non-Food
membuat kandang ternak, menjaga Sources. Food Research Institut, UW-
kebersihan kandang, dan penanganan Madison. 2006.
limbah kotoran ternak) kepada peternak
sebagai upaya preventif dalam mencegah 5. Difco. BD DifcoTM E. coli Antisera.
wabah infeksi E. coli O157:H7 yang Becton, Dickinson and Company 7
merupakan agen zoonosis. Loventon Circle Sparks. Maryland 21152
USA. 2003.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suardana, I W, Swacita IBN, Ayu 6. Carter, G.R. and Wise, D.J. Essential of
Ratnawati NLK, Sumiarto B, dan Veterinary Bacterology and Mycology.
Lukman DW. Identifikasi Escherichia Sixth Ed. Lowa State Press. 2004.
coli O157:H7 dan Shiga Toxin
Escherichia coli (STEC) pada Daging, 7. Sumiarto, B. Tingkat Infeksi dan
Feses Hewan dan Feses Manusia di Kontaminasi Bakteri Escherichia coli
Kabupaten Badung Provinsi Bali. O157:H7 Pada Daging Sapi Di RPH
Laporan Penelitian Hibah Tahap 1. Yogyakarta. Jurnal Veteriner, 5(3):19.
2005. 2005.

2. Luthan, F. Implementasi Program 8. Hemraj, V., S. Diksha and G. Avneet. A


Integrasi Sapi dengan Tanaman Padi, Review on Commonly Used
Sawit dan Kakao di Indonesia. Prosiding Biochemical Test for Bacteria. Innovare.
Workshop Nasional Dinamika dan Journal of Life Sciences. Vol. 1(1):1-7.
Keragaan Sistem Integrasi Ternak – 2013
Tanaman: Padi, Sawit, Kakao. (In Press).

31
Meditory
Original Article
Number 6

HUBUNGAN CARA MENCUCI TANGAN DENGAN


KEJADIAN INFEKSI CACING PADA SISWA DI SDN 1
TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG,
KABUPATEN GIANYAR
Ni Wayan Niki Citra Yani1, I Nyoman Jirna2, I Wayan Merta3

Abstract:
Background Intestinal worms diseases infect by almost 80% of Indonesia
population, both kids and adults. The spread of infections occur if a person contacts
with contaminated objects or worm larvae eggs, so that the behavior of hand washing
has a role in the occurrence of infections. Objective The study was aimed to know the
correlation of the manner of washing hands with the infection of worms on students of
SDN 1 Tegallalang, Tegallalang District, Gianyar Regency. Methods The design of
this study was cross-sectional. Respondents taken from first to sixth grade that
amounts to 34 students. Results show that 30 students (88,2%) do good method of
hand wash and 4 students (11.7% ) don’t do good method of hand wash. 14 samples
(41.2%) were infected by worms and 20 samples (58,8%) were not infected by worms.
After analyzed by the fisher’s exact, it is known that there is a correlation of the
manner of washing hands with the infection of worms on students of SDN 1
Tegallalang.

Keywords: manner of washing hands, worm infection

PENDAHULUAN Soil Transmitted Helminths (STH) berkisar


Penyakit cacingan diderita oleh hampir 58,3%-96,8%. Kebanyakan penderita infeksi
80% penduduk Indonesia, baik anak-anak campuran Ascaris lumbricoides dengan
maupun dewasa. Penyakit ini sering Trichuris trichiura disertai dengan atau
mengenai anak usia balita dan sekolah dasar, tanpa cacing tambang (hookworm) dan
serta orang dewasa yang bekerja di daerah cacing kermi (Enterobius vermicularis)4.
pertambangan atau pertanian1. Frekuensi
cacing Ascaris lumbricoides di Indonesia
1.,2.,3.,
berkisar antara 20-90%, cacing tambang Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
kira-kira 60-70%, terutama di daerah Denpasar
pertanian dan pinggir pantai, dan cacing Korespondensi : Ni Wayan Niki Citra Yani,
Trichuris trichiura sebesar 75-90%2. Hasil Jurusan Analis Kesehatan, Poltekes
penelitian tentang pemeriksaan tinja yang Denpasar, Jalan Sanitasi No. 1 Sidakarya,
dilakukan terhadap 140 orang siswa SDN 1 Denpasar-Bali 80224, Indonesia.
Luwus, Kec. Baturiti, Kabupaten Tabanan, Telp. +62-361-710 527, Fax. +62-361-710
ditemukan sebanyak 54 orang atau 38,57% 448
yang terinfeksi cacing3, sedangkan Email : meditoryjournal@gmail.com
penelitian di 13 SD di Badung, Denpasar
dan Gianyar menunjukkan prevalensi infeksi
32
NI WAYAN NIKI CITRA YANI, et al : HUBUNGAN CARA MENCUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI
CACING PADA SISWA DI SDN 1 TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR

DI DESA PANJI SINGARAJA


Cuci tangan merupakan salah satu cara dengan pendekatan cross sectional yaitu
untuk menghindari penularan penyakit suatu penelitian untuk mempelajari
terutama penyakit yang ditularkan melalui dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko
makanan5. Kebiasaan cuci tangan sebelum dengan efek, dengan cara pendekatan,
makan memakai air dan sabun mempunyai observasi atau pengumpulan data sekaligus
peranan penting dalam kaitannya dengan pada saat yang bersamaan7. Jenis data
pencegahan infeksi cacing, karena dengan yang dikumpulkan adalah data primer (data
mencuci tangan pakai air dan sabun dapat cara mencuci tangan dan data infeksi
lebih efektif menghilangkan kotoran dan cacing), yang diperoleh dengan wawancara,
debu secara mekanis dari permukaan kulit observasi dan pemeriksaan laboratorium.
dan secara bermakna mengurangi jumlah Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa
mikroorganisme penyebab penyakit seperti di SDN 1 Tegallalang dengan jumlah 226
virus, bakteri dan parasit lainnya pada kedua orang. Jumlah sampel dalam penelitian
tangan6. Hasil studi pendahuluan yang telah adalah 34, yaitu 15% dari total populasi8.
penulis lakukan pada Februari 2015 dengan Sampel penelitian diperoleh dengan
melakukan wawancara dan observasi pada menggunakan metode Non Random
10 orang siswa SDN 1 Tegallalang Sampling, yaitu Quota Sampling 7.
didapatkan 5 orang atau 50% siswa memiliki Pengumpulan data dilakukan dengan
cara cuci tangan yang kurang baik yaitu wawancara dan observasi cara mencuci
dengan skor kurang dari enam. tangan melalui kuisioner. Pemeriksaan telur
Berdasarkan uraian diatas penulis ingin cacing dengan metode Natif yaitu metode
mengetahui hubungan cara mencuci tangan yang menggunakan larutan eosin 2% dan
dengan kejadian infeksi cacing pada siswa di diamati dengan mikroskop perbesaran lensa
SDN 1 Tegallalang. objektif 40x. Data ini dianalisis dengan uji
fisher’s exact test dan disajikan dalam
METODE bentuk tabel dan narasi. (Perlu ditambahkan
Jenis penelitian yang digunakan definisi operasioanl : cara mencuci tangan
termasuk penelitian survei analitik yang yang baik dan tidak baik)
merupakan penelitian yang mencoba
menggali bagaimana dan mengapa HASIL DAN PEMBAHASAN
fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian Berdasarkan hasil observasi dan
melakukan analisis dinamika korelasi antara pemeriksaan diketahui sebanyak 30 siswa
fenomena atau antara faktor resiko dengan (88,2%) cara mencuci tangan baik dan 4
faktor efek, sehingga dapat diketahui siswa (11,8%) cara mencuci tangan kurang
seberapa jauh kontribusi faktor risiko baik, sedangkan 14 sampel (41,2%)
tertentu terhadap adanya suatu kejadian terinfeksi cacing dan 20 sampel (58,8%)
tertentu (efek). Penelitian ini dilakukan tidak terinfeksi cacing (tabel 1)

Tabel 1. Hubungan Cara Mencuci Tangan dengan Kejadian Infeksi Cacing


Telur Cacing
Cara Mencuci Total
No Terinfeksi Tidak Terinfeksi
Tangan
n % n % N %
1 Baik 10 29,4 20 58,8 30 88,2
2 Kurang Baik 4 11,8 0 0 4 11,8
Total 14 41,2 20 58,8 34 100

Hasil identifikasi telur cacing diketahui jenis telur Ascaris lumbricoides dan
bahwa jenis telur cacing yang ditemukan sebanyak 6 sampel (42,9%) dengan jenis
yaitu sebanyak 8 sampel (57,1%) dengan telur Taenia sp.(tabel 2)
33
NI WAYAN NIKI CITRA YANI, et al : HUBUNGAN CARA MENCUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI
CACING PADA SISWA DI SDN 1 TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR

DI DESA PANJI SINGARAJA


Tabel 2. Jenis Telur Cacing yang Menginfeksi Siswa SDN 1 Tegallalang
No Jenis Telur Cacing Jumlah Persentase (%)
1 Ascaris lumbricoides 8 57,1
2 Taenia sp. 6 42,9
Jumlah 14 100

Dari 30 orang (88,2%) siswa yang dengan baik dan benar harus memiliki syarat
memiliki cara mencuci tangan yang baik tertentu seperti menggunakan sabun. Cuci
diketahui sebanyak 20 orang (58,8%) siswa tangan dengan air saja, tidak cukup
yang tidak terinfeksi cacing dan sebanyak 10 melindungi seseorang dari kuman penyakit
orang (29,4%) siswa yang terinfeksi cacing. yang menempel di tangan. Seperti yang
Sedangkan dari 4 orang (11,8%) siswa yang telah kita ketahui, pada saat berada di
memiliki cara mencuci tangan kurang baik sekolah, seorang anak sekolah dasar lebih
diketahui semua siswa terinfeksi cacing. banyak beraktivitas dengan lingkungan
Untuk mengetahui hubungan antara cara ketika jam istirahat (bermain). Jika tidak
mencuci tangan dengan kejadian infeksi membiasakan diri atau mengajarkan anak
cacing pada siswa di SDN 1 Tegallalang, untuk mencuci tangan setiap mengonsumsi
dilakukan uji statistik chi square. Akan makanan dan setiap akhir jam istirahat,
tetapi, salah satu nilai harapan dari sel pada kemungkinan kuman yang ada ditangan
tabel kurang dari 5, sehingga uji yang dapat masuk melalui makanan yang
digunakan adalah uji fisher’s exact test. dimakan atau kebiasaan anak menutup
Dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05), mulut lewat tangan9.
diperoleh nilai sig 0,022 (sig < 0,05) Hasil observasi terhadap siswa SDN 1
sehingga Ho ditolak, H1 diterima. Hasil Tegallalang tentang cara cuci tangan
tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan diperoleh sebanyak 30 siswa (88,2%)
antara cara mencuci tangan dengan kejadian melakukan cara mencuci tangan dengan baik
infeksi cacing pada siswa di SDN 1 dan 4 siswa (11,8%) melakukan cara
Tegallalang. mencuci tangan kurang baik. Cara mencuci
tangan merupakan cara siswa untuk
Pembahasan membersihkan tangan dengan melakukan
Cuci tangan merupakan salah satu cara beberapa langkah cuci tangan. Cuci tangan 7
untuk menghindari penularan penyakit langkah merupakan cara membersihkan
terutama penyakit yang ditularkan melalui tangan sesuai prosedur yang benar untuk
makanan. Kebiasaan mencuci tangan membunuh kuman penyebab penyakit.
sebelum makan memakai air dan sabun Dengan mencuci tangan menggunakan
mempunyai peranan penting dalam sabun baik sebelum makan atau pun
kaitannya dengan pencegahan infeksi sebelum memulai pekerjaan, akan menjaga
cacing, karena dengan mencuci tangan kesehatan tubuh dan mencegah penyebaran
dengan air dan sabun dapat lebih efektif penyakit melalui kuman yang menempel di
menghilangkan kotoran dan debu secara tangan10 .
mekanis dari permukaan kulit dan secara Akibat yang ditimbulkan jika tidak
bermakna mengurangi jumlah mencuci tangan dengan baik diantaranya
mikroorganisme penyebab penyakit pada adalah diare, infeksi cacing, infeksi saluran
kedua tangan6. Mencuci tangan merupakan pernapasan akut (ISPA), TBC bahkan
rutinitas yang murah dan penting dalam penyakit yang mematikan seperti SARS, flu
prosedur pengontrolan infeksi dan burung (H5N1) dan flu babi (H1N1)11.
merupakan metode terbaik untuk mencegah Infeksi cacing merupakan salah satu
transmisi mikroorganisme. Mencuci tangan penyakit yang disebabkan oleh kurangnya
34
NI WAYAN NIKI CITRA YANI, et al : HUBUNGAN CARA MENCUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI
CACING PADA SISWA DI SDN 1 TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR

DI DESA PANJI SINGARAJA


higiene perorangan yaitu perilaku cuci seperti wastafel yang dilengkapi sabun cuci
tangan yang kurang baik. Infeksi cacing tangan sehingga siswa termotivasi untuk
jarang menyebabkan kematian, namun melakukan cuci tangan serta prevalensi
infeksi yang kronis pada anak-anak secara infeksi cacing dapat dikurangi. Disamping
signifikan dapat menyebabkan menurunnya itu, pihak orang tua sebaiknya selalu
kondisi gizi dan kesehatan sehingga tidak memperhatikan kesehatan dan kebersihan
saja menghambat pertumbuhan (stunting), anak maupun lingkungan rumah sehingga
namun bisa menyebabkan anemia, defisiensi anak terbiasa berperilaku hidup bersih dan
vitamin, penurunan daya tahan tubuh, serta sehat.
mengganggu konsentrasi belajar dan Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel
penurunan kemampuan menyerap materi 1, setelah diuji dengan uji fisher’s exact test
pelajaran3 . diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara
Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel cara mencuci tangan dengan kejadian infeksi
berupa feses yang berjumlah 34 sampel dari cacing pada siswa di SDN 1 Tegallalang
siswa SDN 1 Tegallalang, didapatkan 14 dengan sig 0,02213. Jika mencuci tangan
siswa yang mengalami infeksi cacing. hanya dilakukan sekedar tanpa
Infeksi cacing ditandai dengan memperhatikan cara-cara mencuci tangan
ditemukannya telur cacing pada sampel yang baik dan benar, maka kuman dan
feses siswa. Telur cacing yang ditemukan parasit akan tetap banyak tertinggal.
pada sampel positif ini diantaranya adalah Sebagian besar orang melakukan cuci
telur cacing Ascaris lumbricoides dan tangan hanya dengan cara menggosok-gosok
Taenia sp. kedua telapak tangan, kemudian baru
Ascaris lumbricoides biasanya membilasnya di bawah air mengalir. Cara
menimbulkan gelaja seperti badan kurus, demikian kurang tepat karena kuman dan
perut buncit, muka pucat, lesu, nafsu makan parasit yang ada di sela jemari, kuku,
menurun, dan diare. Anjuran mencuci punggung dan pergelangan masih ada di
tangan secara teratur dan menjaga tangan dalam jumlah yang banyak. Mencuci
kebersihan diri dan lingkungan dapat tangan sebaiknya dengan sabun dan
mencegah askariasis. Sedangkan Taenia sp. menggosok semua area tangan mulai dari
merupakan cacing yang hospes perantaranya telapak, sela jemari, tiap bagian jemari,
adalah babi atau sapi. Cacing ini biasanya punggung tangan, hingga ke pergelangan
banyak ditemukan di negara yang tangan 14. Maka dari itu, saat melakukan
mempunyai banyak peternakan babi atau kebiasaan mencuci tangan baik sebelum
sapi dan di negara yang penduduknya makan, setelah buang air besar dan setelah
mengonsumsi daging babi atau sapi. Cacing memegang benda kotor sebaiknya dilakukan
dewasa yang biasanya berjumlah seekor dengan langkah-langkah mencuci tangan
tidak menimbulkan gelaja klinis yang yang benar, sehingga dapat mencegah
berarti, tetapi bila berjumlah banyak, dapat terjadinya infeksi yang disebabkan oleh
menimbulkan gejala berupa nyeri ulu hati, bakteri, virus maupun parasit.
diare, mual, obstipasi dan sakit kepala. Walaupun terdapat hubungan antara
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencuci tangan dengan kejadian infeksi
mendinginkan daging sampai -10oC dan cacing, namun diperoleh beberapa siswa
memasak daging sampai matang12 . yang melakukan cara mencuci tangan
Anak yang terinfeksi cacing perlu dengan baik tetapi menderita infeksi cacing.
mendapatkan perhatian serius dari keluarga Berdasarkan pernyataan seorang guru di
dan sekolah. Pihak sekolah hendaknya SDN 1 Tegallalang bahwa siswa tersebut
berusaha menanamkan tentang higiene mengetahui cara mencuci tangan yang
perorangan terutama perilaku cuci tangan benar, tetapi dengan kurangnya fasilitas
serta menyediakan fasilitas yang mendukung sekolah yang hanya mempunyai satu buah
35
NI WAYAN NIKI CITRA YANI, et al : HUBUNGAN CARA MENCUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI
CACING PADA SISWA DI SDN 1 TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR

DI DESA PANJI SINGARAJA


wastafel tanpa disediakan sabun untuk cuci Maret 2015]; 2015: available:
tangan, maka tidak semua siswa mendapat http://www.balipost.co.id/balipostcetak/
kesempatan untuk mencuci tangan dan siswa 2004/12/28/b15.htm
terbiasa mencuci tangan tanpa menggunakan
sabun. Infeksi cacing juga dipengaruhi oleh 5. Djauzi, S., Raih Kembali Kesehatan,
makanan yang terkontaminasi oleh larva Jakarta: PT Kompas; 2009.
atau telur cacing. Daerah sekitar lokasi
penelitian merupakan daerah yang 6. Proverawati, A. dan E. Rahmawati,
mempunyai banyak peternakan babi dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
kebiasaan masyarakat yang mengonsumsi (PHBS), Yogyakarta: Nuha Medika;
daging babi mempunyai peranan penting 2012.
dalam penularan cacing Taenia sp.
7. Notoatmodjo, Metodologi Penelitian
SIMPULAN DAN SARAN Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta; 2012.
Simpulan
Ada hubungan antara cara mencuci 8. Arikunto, S., Prosedur Penelitian Suatu
tangan dengan kejadian infeksi cacing pada Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
siswa di SDN 1 Tegallalang, Kecamatan Cipta; 2006.
Tegallalang, Kabupaten Gianyar.
9. Rompas, M.J., dkk., , Hubungan antara
Saran Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
Kepada instansi terkait Puskesmas dengan Terjadinya Diare pada Anak
Tegalalang, perlu dilakukan kegiatan Usia Sekolah di SD GMIM Dua
promosi kesehatan untuk meningkatkan Kecamatan Tareran, Universitas Sam
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ratulangi; 2013.
siswa dan pihak sekolah sebaiknya
menyediakan fasilitas yang cukup untuk 10. Basri,H., Langkah Mencuci Tangan
mencuci tangan sehingga siswa dapat yang Benar, [serial online] [diakses 19
termotivasi untuk mencuci tangan dan pihak Juni 2015]; 2013:
sekolah melakukan penilaian secara berkala http://aciilsem.blogspot.com/2013/06/7.h
tentang perilaku cuci tangan siswa. tml .

DAFTAR PUSTAKA 11. Indry, A, 2012, Cegah Penyakit dengan


1. Arlina, S., Mudah dan Murah Sering Mencuci Tangan, [serial online],
Menanggulangi Aneka Penyakit, Jakarta: [diakses 19 Juni 2015]; 2012: available:
Agro Media Pustaka; 2003. https://wordpress.com/tag/bakteri/
12. Sutanto, I., dkk., Parasitologi
2. Safar, R., Parasitologi Kedokteran, Kedokteran, Jakarta : Badan Penerbit
Bandung: Yrama Widya; 2009. FKUI; 2011.
13. Oktavia, N., Hubungan Infeksi Cacing
3. Damayanti, A., Pengobatan dan Usus STH dengan Kebiasaan Mencuci
Penilaian Status Gizi Anak SDN 1 Tangan pada Siswa SDN 09 Pagi
Luwus, Baturiti yang Menderita Paseban [Skripsi]. Universitas
Cacingan (Soil-transmitted Indonesia; 2010.
Helminthiasis)[Skripsi], Denpasar: 14. Artha, 2015, Cuci Tangan yang Benar
Universitas Udayana; 2009, Pakai Sabun, [serial online] [diakses 19
Juni 2015], available:
4. Bali Post, Tinggi, Infeksi STH pada http://www.ceritabidan.com/2015/01/ht
Anak SD, serial online, [Diakses 9 ml .
36
Original Article Meditory

Number 7

PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus


aureus PADA BERBAGAI KONSENTRASI PERASAN
AIR JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia)
SECARA IN VITRO
Ni Putu Pradnyawati Budi Sunata1., I Gusti Ayu Sri Dhyanaputri2.,
I Nyoman Jirna3

Abstract:
Background Staphylococcus aureus is a bacteria that can cause infection. Lime is
one of the alternative antibiotic that can be used to treat the infection of the
Staphylococcus aureus disease. Objective This research aimed to count amount of
Staphylococcus aureus colony that growth in lime juice concentration at 25%, 50%,
75%, and 100%. Methode This research is true experiment study with post test only
control design. This research used agar dilution method with four different
concentration (25%, 50%, 75%, and 100%) with positive control (suspension of
Staphylococcus aureus) and negative control (sterile distilled water). Result of this
research showed that lime juice can inhibited growth of Staphylococcus aureus. One
Way Anova statistic test showed the value of asymp sig (0,000), it showed that there
are differences of Staphylococcus aureus growth at various concentration of lime
juice. Conclusion of this research is there are the differences of Staphylococcus
aureus growth at various concentration of lime juice (Citrus aurantifolia) by in vitro
test.

Keyword: lime (Citrus aurantifolia) juice; Staphylococcus aureus; colony growth.

PENDAHULUAN poliklinik Divisi Dermatologi menunjukkan


Penyakit infeksi masih merupakan pasien pioderma anak sebesar 362 kasus
masalah kesehatan yang utama di Indonesia. (18,53%) dari 2190 kunjungan baru3.
Beberapa penelitian menyebutkan bakteri Penyakit ini menempati urutan ke-2 setelah
penyebab infeksi yaitu Staphylococcus dermatitis atopik. Pada tahun 2002 terdapat
haemolyticus, Staphylococcus aureus, dan 328 kasus (16,72%) dari 1962 kunjungan
Escherichia coli. Staphylococcus aureus
dengan daya invasif rendah dapat
1.,2.,3.,
menyebabkan berbagai infeksi kulit, Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
misalnya akne, pioderma, atau impetigo. Denpasar
Sedangkan Staphylococcus aureus dengan Korespondensi : Ni Putu Pradnyawati Budi
daya invasif tinggi dapat menyebabkan Sunata, Jurusan Analis Kesehatan, Poltekes
pneumonia, meningitis, empiema, Denpasar, Jalan Sanitasi No. 1 Sidakarya,
endokarditis, atau sepsis dengan supurasi di Denpasar-Bali 80224, Indonesia.
berbagai organ(1,2). Telp. +62-361-710 527, Fax. +62-361-710
Di Indonesia, angka kesakitan pioderma 448
masih cukup tinggi jumlahnya. Data Email : meditoryjournal@gmail.com
menunjukkan jumlah kunjungan pasien ke
37
NI PUTU PRADNYAWATI BUDI SUNATA, et al : PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus
aureus PADA BERBAGAI KONSENTRASI PERASAN AIR JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SECARA IN VITRO
AIR JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia)
SECARA IN VITRO
baru. (Pada kasus jerawat di Indonesia, menggunakan metode uji difusi cakram
jerawat masih mempengaruhi lebih dari 85% dengan melihat diameter zona hambat
orang. Ini maksudnya apa? atau sebaiknya bakteri Staphylococcus aureus, sedangkan
dihilangkan saja). Catatan kelompok studi pada penelitian ini peneliti menggunakan
dermatologi kosmetika Indonesia, metode uji dilusi padat dengan melakukan
menunjukkan bahwa terdapat 60% penderita hitung koloni menggunakan alat colony
jerawat pada tahun 2006 dan 80% pada counter, sehingga diperoleh jumlah koloni
tahun 2007(4,5). bakteri Staphylococcus aureus yang tumbuh
Pengobatan terhadap infeksi pada media Blood Agar Plate (BAP) pada
Staphylococcus aureus dilakukan melalui setiap konsentrasi perasan air jeruk nipis
pemberian antibiotik, yang disertai dengan yang digunakan.
tindakan bedah, baik berupa pengeringan Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
abses maupun nekrotomi. Namun, sebagian ingin mengetahui “perbedaan pertumbuhan
besar galur Staphylococcus sudah resisten bakteri Staphylococcus aureus pada
terhadap berbagai antibiotik. Efek samping berbagai konsentrasi perasan air jeruk nipis
penggunaan antibakteri yang dapat (Citrus aurantifolia) secara in vitro”.
menimbulkan resistensi dapat diminimalisir
dengan menggunakan antibakteri alami yang METODE
umumnya mempunyai efek samping yang Jenis penelitian yang digunakan adalah
sangat minimal. Salah satu tanaman obat penelitian True-experimental dengan desain
yang banyak dijumpai di beberapa wilayah penelitian yang digunakan yaitu Posttest
Indonesia adalah tanaman yang termasuk only-control design. Penelitian ini
dalam famili Rutaceae, yaitu jeruk nipis dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi
(Citrus aurantifolia). Jeruk nipis dapat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
berfungsi sebagai obat, misalnya penambah yang dilaksanakan pada bulan Pebruari 2015
nafsu makan, penurun panas (antipireutik), sampai Juni 2015.
diare, menguruskan badan, antiinflamasi, Populasi dalam penelitian ini adalah
dan antibakteri(6,8). perasan air jeruk nipis. Terdapat empat
Buah jeruk nipis mengandung banyak perlakuan terhadap perasan air jeruk nipis
senyawa kimia yang bermanfaat. Daya yaitu perasan air jeruk nipis konsentrasi
antibakteri jeruk nipis disebabkan oleh 25%, 50%, 75%, dan 100%. Jumlah
senyawa minyak atsiri, senyawa fenol, dan pengulangan yang dilakukan sebanyak tiga
turunannya yang dapat mendenaturasi kali dan replikasi sebanyak tiga kali. Dengan
protein sel bakteri(9,10). demikian diperoleh jumlah sampel ditambah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan 3 kontrol positif dan 3 kontrol
diperoleh hasil bahwa air perasan buah jeruk negatif adalah 42 sampel.
nipis memiliki daya hambat terhadap Jenis data yang diperoleh dalam
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus penelitian ini adalah data primer yaitu
dengan metode difusi cakram pada dengan melakukan eksperimen
konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% laboratorium. Data yang diperoleh berupa
sebesar 5,167 mm, 6,167 mm, 7,5 mm, dan jumlah koloni Staphylococcus aureus yang
10,5 mm, dimana semakin tinggi konsentrasi tumbuh pada masing-masing plate
air perasan buah jeruk nipis maka daya menggunakan alat colony counter. Untuk
hambat air perasan buah jeruk nipis terhadap melihat adanya perbedaan yang signifikan
pertumbuhan kuman Staphylococcus pada masing-masing konsentrasi, maka data
semakin baik(8,9). yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik
Perbedaan penelitian ini terletak pada Least Significant Deference (LSD).
metode uji yang digunakan. Penelitian
sebelumnya melakukan penelitian
38
NI PUTU PRADNYAWATI BUDI SUNATA, et al : PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus
aureus PADA BERBAGAI KONSENTRASI PERASAN AIR JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SECARA IN VITRO
AIR JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia)
SECARA IN VITRO
HASIL DAN PEMBAHASAN bulat dengan ujung sedikit menguncup,
Hasil memiliki diameter 3-6 cm, serta kulit buah
Karakteristik Subjek Penelitian berwarna hijau kekuningan. Peneliti juga
Subjek dalam penelitian ini adalah menggunakan aquades steril sebagai kontrol
berbagai konsentrasi perasan air jeruk nipis negatif dan suspensi bakteri Staphylococcus
(Citrus aurantifolia) yaitu 25%, 50%, 75%, aureus sebagai kontrol positif.
dan 100%. Jeruk nipis yang digunakan
dalam penelitian ini memiliki bentuk agak

Hasil Pengamatan
Tabel 1. Rata-rata Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

Rata-rata Pertumbuhan Bakteri Rata-rata


Perlakuan
No. Seluruh
Konsentrasi Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Replikasi
1. Kontrol Negatif 0 0 0 0
2. Kontrol Positif 206 258 227 230,33
3. 25% 78,67 78,00 47,67 68,11
4. 50% 71,33 60,67 29,33 53,78
5. 75% 42,00 0,33 4,00 15,44
6. 100% 39,33 0,00 1,67 13,67

Tabel 1 menunjukkan rata-rata pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus


pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada berbagai konsentrasi perasan air jeruk
pada berbagai konsentrasi perasan air jeruk nipis (Citrus aurantifolia). Selanjutnya
nipis (Citrus aurantifolia), kontrol positif dilakukan uji statistik Least Significant
dan kontrol negatif dengan tiga kali Deference (LSD) untuk melihat adanya
pengulangan dan tiga kali replikasi. Semakin perbedaan yang bermakna pada masing-
tinggi konsentrasi perasan air jeruk nipis masing konsentrasi perasan air jeruk nipis.
yang digunakan, maka rata-rata jumlah Hasil uji LSD menunjukkan bahwa terdapat
pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus perbedaan yang bermakna antara pemberian
aureus semakin sedikit. Hal ini menandakan konsentrasi 25% dengan 75%, 25% dengan
bahwa semakin banyak zat antibakteri yang 100%, 50% dengan 75%, dan 50% dengan
terdapat pada pengenceran tersebut. 100%. Hal ini menunjukkan bahwa
konsentrasi tersebut memiliki kemampuan
Hasil Analisis Data yang berbeda dalam menghambat
Dari hasil uji Kolmogorov Smirnov pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
diperoleh nilai asymp sign (0,247) > 0,05 Tidak terdapat perbedaan yang bermakna
untuk data konsentrasi dan nilai asymp sign antara pemberian konsentrasi 25% dengan
(0,204) > 0,05 untuk data jumlah koloni, 50% dan konsentrasi 75% dengan 100%.
sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua Hal tersebut menunjukkan bahwa
data yang diperoleh berdistribusi normal. konsentrasi 25% dengan 50% memiliki
Setelah diperoleh data berdistribusi normal, kemampuan yang sama dalam menghambat
selanjutnya dilakukan uji One Way Anova pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus,
dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), begitu juga pada konsentrasi 75% dengan
diperoleh nilai asymp sign (0,000) < α 100%. Untuk melihat konsentrasi efektif
(0,05) sehingga Ho ditolak karena asymp yang dapat menghambat pertumbuhan
sign kurang dari 0,05 dan Ha diterima. Hasil bakteri Staphylococcus aureus, maka
tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan masyarakat dapat menggunakan konsentrasi
39
NI PUTU PRADNYAWATI BUDI SUNATA, et al : PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus
aureus PADA BERBAGAI KONSENTRASI PERASAN AIR JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SECARA IN VITRO
AIR JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia)
SECARA IN VITRO
75% karena jika dibandingkan dengan menyebabkan kerusakan pada sel bakteri,
konsentrasi 100%, konsentrasi 75% denaturasi protein, menginaktifkan enzim
merupakan konsentrasi minimum yang dan menyebabkan kebocoran sel. Flavonoid
memiliki kemampuan maksimum dalam juga telah diketahui memiliki banyak
menghambat pertumbuhan bakteri manfaat medis yang meliputi antioksidan,
Staphylococcus aureus. antimikrobial, antiinflamasi dan antikanker.
Sebagai zat antibakteri, flavonoid
menghambat pertumbuhan bakteri dengan
Pembahasan merusak dinding sel dan membran
Berdasarkan data rata-rata jumlah koloni sitoplasma bakteri serta mencegah
bakteri Staphylococcus aureus yang tumbuh pembelahan bakteri sehingga menyebabkan
pada berbagai konsentrasi perasan air jeruk bakteri tidak dapat berkembang biak. Selain
nipis (Citrus aurantifolia) dapat dilihat itu, adanya kandungan asam pada jeruk
bahwa pada setiap perlakuan serta kontrol nipis, yakni sebesar 7-7,6% juga befungsi
positif dan kontrol negatif menunjukkan sebagai zat antimikroba karena dapat
rata-rata jumlah koloni yang berbeda. mendenaturasi protein sel bakteri.
Jumlah koloni bakteri Staphylococcus
aureus yang tumbuh pada konsentrasi Perbedaan jumlah koloni bakteri
perasan air jeruk nipis 25% adalah 68,11 x Staphylococcus aureus pada masing-masing
106 koloni/ml. Jumlah ini lebih tinggi jika seri pengenceran dikarenakan adanya
dibandingkan dengan jumlah koloni yang perbedaan konsentrasi perasan air jeruk
tumbuh pada konsentrasi perasan air jeruk nipis pada setiap seri pengenceran, dimana
nipis 50%, 75%, dan 100% yang secara pengenceran 25% merupakan seri
berurutan sebesar 53,78 x 106 koloni/ml, pengenceran terendah dibandingkan dengan
15,44 x 106 koloni/ml, dan 13, 67 x 106 konsentrasi 50%, 75%, dan 100%, sehingga
koloni/ml. memiliki kandungan zat aktif paling sedikit.
Semakin sedikitnya kandungan zat aktif
Pertumbuhan bakteri Staphylococcus pada seri pengenceran, maka jumlah koloni
aureus pada berbagai konsentrasi perasan air bakteri Staphylococcus aureus yang dapat
jeruk nipis (Citrus aurantifolia) disebabkan dihambat pertumbuhannya juga semakin
oleh adanya kandungan zat aktif dalam jeruk sedikit.
nipis, terutama minyak atsiri. Minyak atsiri
yang terkandung dalam jeruk nipis (Citrus Rata-rata jumlah pertumbuhan bakteri
aurantifolia) memiliki bioaktivitas sebagai Staphylococcus aureus pada replikasi I
senyawa antimikroba, insektisida dan berbeda dengan replikasi II maupun dengan
antioksidan. Daya antibakteri minyak atsiri replikasi III. Perbedaan jumlah pertumbuhan
jeruk nipis disebabkan oleh adanya senyawa bakteri ini disebabkan oleh adanya variasi
fenol dan turunannya yang dapat jumlah masing-masing komponen zat aktif
mendenaturasi protein sel bakteri. yang terkandung dalam jeruk nipis (Citrus
Mekanisme fenol sebagai agen antibakteri aurantifolia) dimana hal tersebut tergantung
adalah meracuni protoplasma, merusak dan pada beberapa parameter, meliputi
menembus dinding serta mengendapkan kematangan buah, fase vegetatif tanaman,
protein sel bakteri. Fenol dapat serta kondisi penyimpanan.

40
NI PUTU PRADNYAWATI BUDI SUNATA, et al : PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus
aureus PADA BERBAGAI KONSENTRASI PERASAN AIR JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SECARA IN VITRO
AIR JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia)
SECARA IN VITRO
Tabel 2. Persentase Penurunan Jumlah Koloni Bakteri Staphylococcus aureus pada Berbagai
Konsentrasi Perasan Air Jeruk Nipis

Perlakuan Koloni Bakteri Kontrol Positif Persentase Penurunan


Konsentrasi (x 106 koloni/ml) (x 106 koloni/ml) Jumlah Koloni
25% 68,11 70,43%
50% 53,78 76,65%
230,33
75% 14,55 93,68%
100% 13,67 94,07%

Persentase Penurunan Jumlah Koloni


100
90
80
70
60
50
40 Persentase
30
20
10
0
25% 50% 75% 100%

Gambar 1. Persentase Penurunan Jumlah Koloni Bakteri Staphylococcus aureus pada


Berbagai Konsentrasi Perasan Air Jeruk Nipis

Gambar 1 menunjukkan persentase 6,167 mm, 7,5 mm, dan 10,5 mm9. Pada
penurunan jumlah koloni bakteri penelitian ini, dengan menggunakan metode
Staphylococcus aureus yang tumbuh pada dilusi padat menggunakan konsentrasi yang
setiap seri pengenceran perasan air jeruk sama, diperoleh rata-rata jumlah koloni
nipis. Semakin tinggi konsentrasi perasan air bakteri yang tumbuh pada media Blood Agar
jeruk nipis yang digunakan, maka semakin Plate (BAP) secara berturut-turut adalah
besar persentase penurunan jumlah koloni 68,11 x 106 koloni/ml, 53,78 x 106
bakteri Staphylococcus aureus yang tumbuh koloni/ml, 15,44 x 106 koloni/ml, dan 13,67
pada media Blood Agar Plate (BAP). Hal x 106 koloni/ml. Dari hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tersebut, dapat dilihat bahwa semakin besar
konsentrasi perasan air jeruk nipis, semakin konsentrasi perasan air jeruk nipis (Citrus
banyak jumlah koloni bakteri aurantifolia) yang digunakan, maka semakin
Staphylococcus aureus yang dapat luas diameter zona hambat yang dihasilkan
dihambat. dan semakin sedikit jumlah koloni bakteri
Berdasarkan penelitian sebelumnya Staphylococcus aureus yang tumbuh pada
dengan menggunakan metode difusi cakram media Blood Agar Plate (BAP) setelah
diperoleh rata-rata diameter zona hambat diinkubasi selama 24 jam.
pada konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%
secara berturut-turut adalah 5,167 mm,

41
NI PUTU PRADNYAWATI BUDI SUNATA, et al : PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus
aureus PADA BERBAGAI KONSENTRASI PERASAN AIR JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SECARA IN VITRO
AIR JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia)
SECARA IN VITRO
SIMPULAN DAN SARAN Universitas Indonesia, 2001, Laporan
1. Simpulan Divisi Dermatologi Anak, Jakarta
a. Rata-rata pertumbuhan koloni 4. Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2008,
bakteri Staphylococcus aureus pada Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 23 (Alih
masing-masing konsentrasi perasan bahasa: Huriawati Hartanto, dkk),
air jeruk nipis (Citrus aurantifolia) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
yaitu, pada konsentrasi 25% adalah 5. Sutisna, Pasid, dan Siti, 2011, Hubungan
68,11 x 106 koloni/ml, konsentrasi antara Hygiene Perorangan dan
50% adalah 53,78 x 106 koloni/ml, Lingkungan dengan Kejadian Pioderma,
konsentrasi 75% adalah 15,44 x 106 Studi Observasi, Jurnal Sains Medika,
koloni/ml, dan konsentrasi 100% 3(1):24-30), Ilmu Kesehatan Masyarakat
adalah 13,67 x 106 koloni/ml. Fakultas Kedokteran Universitas Islam
b. Terdapat perbedaan pertumbuhan Sultan Agung, Semarang.
bakteri Staphylococcus aureus pada 6. Faheem, N.A.A.B., 2010, Pengaruh Cara
berbagai konsentrasi perasan air dan Kebiasaan Membersihkan Wajah
jeruk nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Pertumbuhan Jerawat di
secara in vitro. Terdapat perbedaan Kalangan Siswa Siswi SMA Harapan 1
yang bermakna antara pemberian Medan, Karya Tulis Ilmiah, Fakultas
konsentrasi 25% dengan 75%, 25% Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
dengan 100%, 50% dengan 75%, dan Medan.
50% dengan 100%. Namun tidak 7. Kusuma, S.A.F, 2009, Makalah
terdapat perbedaan yang bermakna Staphylococcus aureus, Fakultas
antara pemberian konsentrasi 25% Farmasi Univ. Padjajaran, Bandung.
dengan 50% dan konsentrasi 75% 8. Pradani, N.R., 2012, Uji Aktivitas
dengan 100%. Antibakteri Perasan Air Jeruk Nipis
2. Saran (Citrus aurantifolia, Swingle) Terhadap
a. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
ini perlu dikembangkan dengan aureus secara In vitro, Skripsi, Fakultas
melakukan penelitian secara in vivo. Kedokteran Universitas Jember, Jember.
b. Bagi masyarakat, dapat 9. Razak, Aziz, dan Gusti, 2013, Uji Daya
memanfaatkan perasan air jeruk nipis Hambat Air Perasan Buah Jeruk Nipis
(Citrus aurantifolia) pada (Citrus aurantifolia s.) Terhadap
konsentrasi 75% untuk Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
menanggulangi infeksi yang aureus Secara In Vitro, Jurnal
disebabkan oleh bakteri Kesehatan Andalas 2 (1), Fakultas
Stapylococcus aureus. Kedokteran Univ. Andalas, Padang.
10. Haq, Anna, dan Hayat, 2010, Efektivitas
DAFTAR PUSTAKA Penggunaan Sari Buah Jeruk Nipis
1. Syamsuddin, I.K., 2013, Uji Aktivitas Terhadap Ketahanan Nasi, Jurnal Sains
Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Kakao dan Teknologi Kimia 1 (1): 44-58,
(Theobroma cacao) Terhadap Jurusan Kimia FPMIPA UPI, Bandung.
Staphylococcus aureus, Skripsi, Fakultas 11. Fitarosana, 2012, Pengaruh pemberian
Kedokteran Universitas Jember, Jember. larutan ekstrak jeruk nipis (Citrus
2. Darmadi, 2008, Infeksi Nosokomial aurantifolia) Terhadap Pembentukan
Problematika dan Pengendaliannya, Plak Gigi, Karya Tulis Ilmiah, Program
Jakarta: Salemba. Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas
3. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kedokteran Universitas Diponegoro,
Kelamin (IKKK) Fakultas Kedokteran Semarang.

42
Meditory
Original Article
Number 8

PERBEDAAN KAPASITAS ANTIOKSIDAN ANTARA AIR


PERASAN DENGAN AIR REBUSAN DAUN BINAHONG
(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
Ni Wayan Nursilayani1, Ida Ayu Made Sri Arjani2, Cok Dewi Widhya HS3

Abstract:
Background There are six active compounds of binahong leaves such as saponins,
polyphenols, flavonoids, alkaloids, essential oils, and oleanolik acid. All of which have
a potention as antioxidant compounds. Objective This research aims to determine the
difference of antioxidant capacity between extract and decoction water of binahong
leaves (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis). Methods This research is a quasi
experimental with posttest - only design. There are two treatments for binahong leaves,
the first one is 5 pieces (10 gram) binahong leaves are squeezed in 200 ml of water and
the second one is 5 pieces (10gram) binahong leaves are boiled in 200 ml of water. The
extract and decoction water of binahong leaves then measured their antioxidant
capacity in UV - Vis spectrophotometer with DPPH test methods. The results of
antioxidants capacity in the extract of binahong leaves is 3,3028 mg / 200 mL GAEAC
and 46,19 mg / 200 mL GAEAC in decoction water of binahong leaves. After processing
the data using the Independent Sample T-Test in get sig (0,000), which indicates that
there is a difference in the antioxidant capacity of the extract with water decoction of
the leaves binahong.

Keywords : antioxidant ; extract ; decoction water ; binahong leaves

PENDAHULUAN dibutuhkan untuk memerangi


Dewasa ini perubahan pola hidup mikroorganisme penyebab infeksi. Tetapi
masyarakat seringkali menjadi faktor apabila jumlah radikal bebas terlalu
penyebab terganggunya kesehatan manusia. berlebihan akan mengakibatkan penyakit
Salah satu senyawa yang perlu diwaspadai kanker, serangan jantung, dan stroke. Hal ini
adalah adanya radikal bebas dalam tubuh. terjadi karena radikal bebas tersebut
Senyawa radikal bebas dapat terbentuk merusak sel sehingga kemampuan sel untuk
akibat berbagai proses kimia kompleks yang
terjadi di dalam tubuh, seperti berasal dari
1.,2.,3.,
hasil samping proses oksidasi atau Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
pembakaran sel yang berlangsung pada Denpasar
waktu bernapas, metabolisme sel, dan Korespondensi : Ni Wayan Nursilayani,
olahraga yang berlebihan1. Radikal bebas Jurusan Analis Kesehatan, Poltekes
adalah suatu bentuk molekul yang tidak Denpasar, Jalan Sanitasi No. 1 Sidakarya,
stabil di dalam tubuh dan mudah bereaksi Denpasar-Bali 80224, Indonesia.
dengan molekul penting dalam tubuh. Telp. +62-361-710 527, Fax. +62-361-710
Radikal bebas berguna bagi tubuh apabila 448
tidak berlebihan karena radikal bebas Email : meditoryjournal@gmail.com
43
NI WAYAN NURSILAYANI, et al : PERBEDAAN KAPASITAS ANTIOKSIDAN ANTARA AIR PERASAN DENGAN AIR
REBUSAN DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
SECARA IN VITRO
beradaptasi terhadap lingkungan berkurang maag, asam urat, keputihan, pembengkakan
dan sel akan mati 2. hati, meningkatkan vitalitas dan daya tahan
Antioksidan memiliki fungsi untuk tubuh6.
menghentikan atau memutuskan reaksi Kemampuan binahong untuk
berantai dari radikal bebas yang terdapat di menyembuhkan berbagai jenis penyakit ini
dalam tubuh, sehingga dapat berkaitan erat dengan senyawa aktif yang
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan terkandung di dalamnya seperti flavonoid.
akibat radikal bebas3. Antioksidan akan Flavonoid dapat berperan langsung sebagai
membantu proses pengubahan radikal bebas antibiotik dengan menggangu fungsi dari
yang tidak stabil menjadi suatu bentuk yang mikroorganisme seperti bakteri dan virus5.
lebih stabil sehingga tidak mempengaruhi Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam
sel tubuh yang sehat. Keanekaragaman yang potensial sebagai antioksidan dan
hayati Indonesia sangat berpotensi dalam mempunyai bioaktif sebagai obat7. Alkaloid
penemuan senyawa baru sebagai adalah bahan organik yang mengandung
antioksidan. Beberapa penelitian nitrogen sebagai bagian dari sistem
menunjukkan bahwa beberapa tumbuhan heterosiklik. Alkaloid memiliki aktivitas
terbukti bermanfaat melindungi tubuh hipoglikemik. Senyawa terpenoid adalah
manusia dari bahaya radikal bebas, karena senyawa hidrokarbon isometrik membantu
adanya antioksidan tubuh dalam proses sintesa organik dan
yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. pemulihan sel-sel tubuh. Sedangkan saponin
Secara alami, tumbuhan yang mengandung dapat menurunkan kolesterol, mempunyai
antioksidan tersebar pada berbagai bagian sifat sebagai antioksidan, antivirus dan anti
tumbuhan seperti akar, batang, kulit,ranting, karsinogenik dan manipulator fermentasi
daun, buah, bunga dan biji4. rumen8.
Salah satu tumbuhan yang menarik untuk Pada penelitian yang meneliti tentang
diteliti sebagai komponen aktif antioksidan daun-daun tanaman menjelaskan bahwa di
adalah binahong. Tanaman binahong adalah dalam daun binahong terdapat aktivitas
tanaman asli yang berasal dari Amerika antioksidan, asam askorbat dan total fenol
Selatan yang disebut juga Anredera yang cukup tinggi7. Hal ini di dukung pula
cordifolia (Ten) Steenis. Binahong oleh hasil penelitiannya bahwa ekstrak
merupakan tumbuhan menjalar yang etanol daun Binahong mengandung
berumur panjang (perenial) dan panjangnya flavonoid total sebesar 11,263 mg/kg (segar)
bisa mencapai ± 5m. Tanaman ini tumbuh dan 7,81 mg/kg (kering). Flavonoid yang
baik di cuaca tropis dan sub-tropis5. terkandung dalam ekstrak kering dan segar
Tanaman ini dikenal dengan sebutan termasuk golongan flavonol9. Ekstrak etanol
Madeira Vine dipercaya memiliki daun Binahong memiliki antioksidan total
kandungan antioksidan tinggi dan antivirus. sebesar 4,25 mmol/100g (segar) dan 3,68
Beberapa penyakit yang dapat disembuhkan mmol/100g (kering). Masyarakat biasanya
dengan menggunakan tanaman ini adalah: mengolah daun binahong untuk dijadikan
kerusakan ginjal, diabetes, pembengkakan obat yaitu dengan cara direbus, diperas, dan
jantung, muntah darah, tifus, stroke, wasir, dikeringkan agar bisa dijadikan teh. Namun
rhematik, pemulihan pasca operasi, ada juga masyarakat yang biasanya
pemulihan pasca melahirkan, mengkonsumsi daun binahong secara
menyembuhkan segala luka dalam dan langsung. Berbagai jenis pengolahan dapat
khitanan, radang usus, melancarkan dan meningkatkan atau menurunkan kapasitas
menormalkan peredaran dan tekanan darah, antioksidan pada suatu tanaman. Salah satu
sembelit, sesak napas, sariawan berat, cara pengolahan yang dapat mempengaruhi
pusing-pusing, sakit perut, menurunkan antioksidan adalah proses pemanasan.
panas tinggi, menyuburkan kandungan, Tujuan Penelitian ini adalah untuk
44
NI WAYAN NURSILAYANI, et al : PERBEDAAN KAPASITAS ANTIOKSIDAN ANTARA AIR PERASAN DENGAN AIR
REBUSAN DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
SECARA IN VITRO

mengetahui ada atau tidaknya perbedaan dengan cara diperas dalam 200 ml air,
kapasitas antioksidan antara air perasan disaring dan diambil filtratnya. Daun
dengan air rebusan daun binahong binahong 10 gr kemudian direbus sampai air
(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis). mendidih dalam 200 ml selama 5 menit lalu
disaring dan diambil filtratnya.
METODE Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali
Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan 2 kali replikasi sehingga didapatkan
penelitian eksperimen semu (quasi besar sampel sebanyak 12 sampel.
eksperiment) dimana penelitian ini belum
atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan HASIL DAN PEMBAHASAN
eksperimen sebenarnya karena variabel – Karakteristik objek penelitian
variabel yang seharusnya dikontrol atau Daun binahong yang berwarna hijau
dimanipulasi tidak dapat atau sulit dilakukan kemudian diperlakukan dengan cara diperas
sehingga validitas penelitian menjadi kurang dan direbus dalam 200 ml air. Daun
untuk disebut sebagai eksperimen binahong yang direbus dalam 200 ml air
sebenarnya atau true eksperiment. Desain selama 5 menit, air rebusannya berwarna
penelitian yang digunakan adalah posttest hijau tua. Sedangkan daun binahong yang
only design10. diperas dalam 200 ml air sampai halus, air
Sampel penelitian berupa daun binahong perasannya berwarna hijau muda. Dari segi
segar dengan kriteria inklusi yaitu : daun rasa, air rebusan daun binahong memiliki
binahong berasal dari satu pohon yang rasa yang lebih pahit daripada air perasan
sama, dipetik di pagi hari, berukuran sama, daun binahong.
utuh/tidak robek, tidak termakan serangga.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah Hasil pengamatan
kapasitas antioksidan pada daun binahong a. Kurva kalibrasi larutan standar asam
yang diperas dengan yang direbus. Jumlah galat
dan besar sampel adalah sejumlah 10 gram Berdasarkan hasil penelitian, nilai
daun binahong yang berukuran panjang 8 absorbansi dari masing – masing larutan
cm dan lebar 6 cm kemudian diperlakukan standar adalah sebagai berikut:

Tabel 4
Nilai Absorbansi Konsentrasi Larutan Standar Asam Galat

Konsentrasi Absorbansi
Replikasi I Replikasi II
0 1.008 1.005
5 0.76 0.799
10 0.57 0.573
15 0.28 0.405
20 0.104 0.172

Linearitas dari hasil pengukuran absorbansi larutan standar dapat dilihat pada kurva
berikut:

45
NI WAYAN NURSILAYANI, et al : PERBEDAAN KAPASITAS ANTIOKSIDAN ANTARA AIR PERASAN DENGAN AIR
REBUSAN DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
SECARA IN VITRO

Gambar 4
Kurva Larutan Standar Asam Galat pada Replikasi I

Gambar 5
Kurva Larutan Standar Asam Galat pada Replikasi II

Dari kurva kalibrasi diperoleh hubungan yang besarnya berbanding lurus dengan
antara absorbansi dengan konsentrasi, konsentrasi.
didapatkan persamaan pada replikasi
pertama yaitu y = - 0,045x + 1,002 dengan b. Kapasitas antioksidan pada air perasan
harga linearitas sebesar 0,995 dan pada dengan air rebusan daun binahong
replikasi kedua didapatkan persamaan yaitu Berdasarkan hasil penelitian, nilai
y = - 0,041x + 0,002 dengan harga linearitas absorbansi dari sampel air perasan dengan
sebesar 0,998. Besarnya harga linearitas air rebusan daun binahong dapat dilihat pada
tersebut mendekati 1 (satu), sehingga dapat tabel 5.
dikatakan absorbansi merupakan fungsi

46
NI WAYAN NURSILAYANI, et al : PERBEDAAN KAPASITAS ANTIOKSIDAN ANTARA AIR PERASAN DENGAN AIR
REBUSAN DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
SECARA IN VITRO
Tabel 5
Nilai Absorbansi dari Air Perasan dengan Air Rebusan Daun Binahong

Absorbansi
Replikasi Pengulangan Air Perasan Daun Air Rebusan Daun
Binahong Binahong
I 1 0,957 0,515
2 0,946 0,513
3 0,947 0,512

II 1 0,985 0,502
2 0,982 0,499
3 0,980 0,500

Berdasarkan persamaan garis dari kurva kapasitas antioksidan pada sampel air
standar asam galat dan nilai absorbansi dari perasan dengan air rebusan daun binahong
masing – masing sampel, dihitung kapasitas dapat dilihat pada tabel 6.
antioksidan pada sampel. Adapun hasil

Tabel 6
Hasil Pemeriksaan Kapasitas Antioksidan
pada Air Perasan dengan Air Rebusan Daun Binahong

Kapasitas Antioksidan pada Air Perasan dengan Air Rebusan Daun


Binahong (mg/100ml GAEAC)
Pengulangan
Air Perasan Daun Binahong Air Rebusan Daun Binahong
Replikasi I Replikasi II Replikasi I Replikasi 11
1 2,0000 0,9268 21,6444 24,3902
2 2,4889 0,9756 21,7333 24,5366
3 2.4444 1,0732 21,7778 24,4878
Rata - rata 1,6514 23.0950

Tabel 6 menunjukkan data hasil Kapasitas antioksidan pada air rebusan daun
pemeriksaan kapasitas antioksidan pada air binahong diperoleh kapasitas paling tinggi
perasan dengan air rebusan daun binahong. adalah 24,5366 mg/100 ml GAEAC dan
Kapasitas antioksidan pada air perasan daun kapasitas terendah adalah 21,6444 mg/100
binahong diperoleh kapasitas antioksidan ml GAEAC dengan rata –rata adalah
paling tinggi adalah 2,4889 mg/100 ml 23,0950 mg/100 ml GAEAC.
GAEAC dan kapasitas terendah adalah Berikut grafik perbedaan kapasitas
0,9268 mg/100 ml GAEAC dengan rata-rata antioksidan pada air perasan dengan air
adalah 1,6514 mg/100 ml GAEAC. rebusan daun binahong.

47
NI WAYAN NURSILAYANI, et al : PERBEDAAN KAPASITAS ANTIOKSIDAN ANTARA AIR PERASAN DENGAN AIR
REBUSAN DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
SECARA IN VITRO

Gambar 6
Grafik Perbedaan Kapasitas Antioksidan
pada Air Perasan dengan Air Rebusan Daun Binahong

Gambar 6 menunjukkan bahwa air yaitu sebesar 23,0950 mg/100 ml GAEAC


rebusan daun binahong memiliki kapasitas sedangkan kapasitas antioksidan pada air
antioksidan yang lebih tinggi daripada air perasan daun binahong yaitu sebesar 1,6514
perasan daun binahong. Kapasitas mg/100 ml GAEAC.
antioksidan pada air rebusan daun binahong
antioksidan berdistribusi normal, maka uji
Hasil analisis data dilanjutkan dengan uji Independent T Test
Data hasil pengamatan kapasitas untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan
antioksidan pada masing – masing antar kelompok perlakuan. Pada uji ini
kelompok perlakuan diuji terlebih dahulu diperoleh hasil sig (0,000) < α (0,05)
dengan uji Kolmogorov – Smirnov untuk sehingga Ho ditolak yang menandakan
mengetahui data berdistribusi normal atau bahwa ada perbedaan kapasitas antioksidan
tidak. Dari uji yang dilakukan diperoleh antara air perasan dengan air rebusan daun
hasil bahwa data pada seluruh kelompok binahong. Hasil uji selengkapnya dapat
perlakuan berdistribusi normal dengan nilai dilihat pada lampiran 5.
signifikansi > 0,05. Karena data kapasitas

Tabel 7
Ringkasan Uji Statistik

No Uji Statistik Sig Hasil Kesimpulan


1 Kolmogorov 0,199 Sig > 0,05 Ho diterima (data berdistribusi normal)
Smirnov
2 Independent 0,000 Sig < 0,05 Ho ditolak (ada perbedaan kapasitas
Sample T - Test antioksidan pada air perasan dengan air
rebusan daun binahong)

48
NI WAYAN NURSILAYANI, et al : PERBEDAAN KAPASITAS ANTIOKSIDAN ANTARA AIR PERASAN DENGAN AIR
REBUSAN DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
SECARA IN VITRO
Pembahasan warna ungu akibat tereduksinya DPPH oleh
Antioksidan merupakan senyawa penting antioksidan. Intensitas warna dari larutan uji
dalam menjaga kesehatan tubuh karena diukur melalui spektrofotometri UV – Vis
berfungsi sebagai penangkap radikal bebas pada panjang gelombang 517 nm13.
yang banyak terbentuk dalam tubuh. Radikal Data penelitian yang diperoleh
bebas adalah molekul atau senyawa yang menunjukkan bahwa air rebusan daun
keadaannya bebas dan mempunyai satu atau binahong memiliki kapasitas antioksidan
lebih elektron bebas yang tidak lebih tinggi daripada air perasan daun
berpasangan. Elektron dari radikal bebas binahong. Air rebusan daun binahong
yang tidak berpasangan, sangat mudah memiliki rata – rata kapasitas antioksidan
menarik elektron dari molekul lainnya sebesar 23,0950 mg/100 ml GAEAC atau
sehingga radikal bebas tersebut menjadi sama dengan 46,19 mg/200 ml GAEAC.
lebih stabil. Akibatnya radikal bebas sangat Hasil ini menunjukkan bahwa dalam 200 ml
mudah menyerang sel-sel sehat di dalam air rebusan daun binahong, masyarakat
tubuh. Di dalam tubuh, senyawa antioksidan mengkonsumsi rata – rata antioksidan
dapat membantu kinerja enzim superoksida sebesar 46,19 mg antioksidan. Sedangkan
dismutase (SOD) yang berfungsi sebagai air perasan daun binahong memiliki rata –
penangkap radikal bebas11. rata kapasitas antioksidan sebesar 1,6514
Ada banyak tanaman yang berpotensi mg/100 ml GAEAC atau sama dengan
memiliki antioksidan, dimana salah satunya 3,3028mg/200ml. Hasil ini menunjukkan
yaitu tanaman binahong. Tanaman bahwa dalam 200 ml air perasan daun
binahong (Anredera cordifolia (Ten.) binahong, masyarakat mengkonsumsi rata –
Steenis) adalah tanaman obat potensial yang rata antioksidan sebesar 3,3028 mg
dapat mengatasi berbagai jenis penyakit6. antioksidan. Hasil pengujian hipotesis
Masyarakat biasanya mengolah daun dengan menggunakan bantuan perangkat
binahong untuk dijadikan obat yaitu dengan lunak komputer menggunakan Independent
cara direbus, diperas, dan dikeringkan agar Sample T – Test didapatkan hasil dengan sig
bisa dijadikan teh. Dalam penelitian tentang (0,000), hasil ini menandakan bahwa ada
Pengaruh Aktivitas Antioksidan pada perbedaan kapasitas antioksidan antara air
Bawang Putih Selama Proses Pengolahan perasan dengan air rebusan daun binahong.
dan Penyimpanan diketahui bahwa metode Air rebusan daun binahong memiliki
pengolahan memiliki pengaruh yang kapasitas antioksidan lebih tinggi dari air
berbeda terhadap aktivitas antioksidan pada perasan daun binahong. (“Hasil ini didukung
bawang putih12. Beberapa diantaranya dapat tulisan yang menyatakan bahwa kacang
mempertahankan kemampuan perlindungan polong dan brokoli memberi hasil yang
terhadap oksidasi, namun beberapa yang menarik, setelah dimasak jumlah aktivitas
lain dapat menyebabkan penurunan aktivitas antioksidan meningkat atau tidak berubah
antioksidan. (tetap) bergantung pada jenis sayuran dan
Pada penelitian ini, dilakukan pengujian juga jenis pemasakan.” Kalimat ini kurang
terhadap air perasan dengan air rebusan jelas. Mohon dilihat lagi sumbernya13. ).
daun binahong mengingat masyarakat sering Penelitian tentang efek pemanasan
memanfaatkan daun binahong untuk obat terhadap aktivitas antioksidan pada beberapa
dengan cara meminum air perasannya atau jenis sayuran, diketahui bahwa sayuran yang
meminum air rebusannya. Penelitian ini dimasak dengan cara perebusan dan
dilakukan dengan menggunakan uji DPPH pengukusan memiliki aktivitas antioksidan
1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (α,α-difenil- yang tinggi dibandingkan tanpa pemanasan
βpikrilhidrazil). DPPH merupakan suatu dan penumisan14. Empat kemungkinan yang
radikal bebas stabil dimana prinsip uji dari menyebabkan peningkatan aktivitas
metode ini berdasarkan dari hilangnya antioksidan beberapa sayur setelah proses
49
NI WAYAN NURSILAYANI, et al : PERBEDAAN KAPASITAS ANTIOKSIDAN ANTARA AIR PERASAN DENGAN AIR
REBUSAN DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
SECARA IN VITRO
pemasakan/atau pemanasan, yaitu : mengkonsumsi air rebusan daun binahong
keluarnya sejumlah besar komponen karena air rebusan daun binahong memiliki
antioksidan karena kerusakan dinding sel kapasitas antioksidan yang lebih tinggi
akibat panas, terbentuknya sejumlah daripada air perasan daun binahong,
senyawa antioksidan kuat yang dapat sehingga akan diperoleh kemampuan
menangkap radikal akibat reaksi kimia pada antioksidan yang maksimal.
proses pemanasan, kapasitas oksidasi dari
antioksidan ditekan melalui proses DAFTAR PUSTAKA
inaktivasi thermal enzim – enzim oksidatif, 1. Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami
dan/atau pembentukan senyawa antioksidan dan Radikal Bebas, Yogyakarta :
non nutrient atau senyawa baru seperti Kanisius.
produk reaksi Maillard yang memiliki 2. Irmawati, t.t, Keajaiban Antioksidan,
aktivitas antioksidan. Reaksi Maillard Jakarta Timur : Padi
adalah proses pencoklatan bahan pangan 3. Hernani dan Rahardjo, M., 2005,
akibat adanya reaksi antara asam amino dan Tanaman Berkhasiat Antioksidan,
gula pereduksi15. Jakarta : Swadaya.
Hal inilah yang kemungkinan juga 4. Hutapea, R., 2005, Sehat dan Ceria
menyebabkan kapasitas antioksidan dari air Diusia Senja, Jakarta : Rineka Cipta
rebusan daun binahong yang terukur jauh 5. Pink, A., 2004, Gardening for the
lebih tinggi daripada kapasitas antioksidan million, Melbourne: Project Gutenberg
pada air perasan daun binahong. Namun Literary Archive Foundation.
pada penelitian ini tidak diukur zat yang 6. Manoi, F., 2009. Warta Penelitian dan
mana dari zat aktif daun binahong yang Pengembangan Tanaman Industri
menyebabkan kapasitas antioksidan pada air (Binahong (Anredera cordifolia)
rebusan daun binahong meningkat. sebagai Obat), Bogor : Badan
Berdasarkan uraian di atas diketahui Penelitian Dan Pengembangan
bahwa kapasitas antioksidan pada daun Pertanian Pusat Penelitian dan
binahong berbeda – beda jika dilakukan Pengembangan Perkebunan.
pengolahan. Kapasitas antioksidan pada air 7. Waji,R.A., Sugrani,A., 2009, Makalah
rebusan memiliki kapasitas antioksidan yang Kimia Organik Bahan Alam
lebih tinggi daripada air perasan daun (Flavonoid), Fakultas Matematika dan
binahong. ilmu pengetahuan Alam Universitas
Hasanuddin.
SIMPULAN 8. Selawa, W., Runtuwene, M.R.J., dan
1. Kapasitas antioksidan pada air perasan 10 Citraningtyas, G., 2013, Kandungan
gram daun binahong dalam 200 ml air flavonoid dan kapasitas antioksidan
rata – ratanya adalah 3,3028mg/200ml total ekstrak etanol daun binahong
GAEAC. [anredera cordifolia(ten.)steenis],
2. Kapasitas antioksidan pada air rebusan Jurnal Ilmiah Farmasi, Manado :
10 gram daun binahong dalam 200 ml air Program Studi Farmasi FMIPA
rata – ratanya adalah 46,19 mg/200 ml UNSRAT Manado
GAEAC. 9. Notoatmojo, S., 2012, Metodologi
3. Ada perbedaan kapasitas antioksidan Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi,
antara air perasan dengan air rebusan Cetakan Kedua. Jakarta : Rineka Cipta.
daun binahong. 10. Kumalaningsih, 2006, Antioksidan
Alami Penangkal Radikal Bebas
Saran Sumber, Manfaat, Cara Penyediaan
Bagi masyarakat yang ingin mengkonsumsi dan Pengolahan., Surabaya : Trubus
air dari daun binahong sebaiknya Agrisarana.
50
NI WAYAN NURSILAYANI, et al : PERBEDAAN KAPASITAS ANTIOKSIDAN ANTARA AIR PERASAN DENGAN AIR
REBUSAN DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
SECARA IN VITRO
11. Ambarsari Indrie, dkk., 2003, Pengaruh of selected green vegetables, Food
Aktivitas Antioksidan pada Bawang Chemistry 93: 713-718.
Putih Selama Proses Pengolahan dan 14. Aisyah Yuliani, dkk., 2014, Pengaruh
Penyimpanan, Buletin Teknologi Pemanasan Terhadap Aktivitas
Pascapanen Pertanian, Bogor. Antioksidan Pada Beberapa Jenis
12. Philip, M., 2004, The use of the stable Sayuran, Jurnal Teknologi dan Industri
free radical diphenylpicrylhydrazil Pertanian Indonesia, Banda Aceh :
(DPPH) for estimating antioksidant Fakultas Pertanian Universitas Syiah
activity, Journal of science and Kuala
technology, Songklanakrin 15. Morales, F.J., dan Babel, M.B., 2002,
13. Turkmen, N., Sari, F., dan Velioglu, S., Antiradical efficiency of Maillard
2005, The effect of cooking methods on reaction mixture in a hydrophilic
total phenolics and antioxidant activity media, J.Agric, and Food Chem.,50 :
2788 – 2792.

51
Meditory
Original Article
Number 9

GAMBARAN KADAR KESADAHAN TOTAL PADA AIR SUMUR


DI LINGKUNGAN BANJAR GADUH KELURAHAN SESETAN
KECAMATAN DENPASAR SELATAN
I Kadek Dwi Suantara Jaya1., Cok. Dewi Widya HS2., Nyoman Mastra3

Abstract:
Hardness is a description of divalent metal kation found in water and mostly contained
calcium and magnesium. Total hardness known as CaCO3 is a combination of calcium
and magnesium. Based on Peraturan Menteri Kesehatan No.416/Men.Kes/Per/IX/1990
maximum value of total hardness contained in water is 500 mg/L CaCO3. High value of
hardness in water does not directly cause a disease, but hardness influence water
quality. High value of hardness indicated that the water had high mineral content and if
it consumed in long periods can interfere body health, cause urolithiasis disease and
cardiovascular disease. This study aims to describe the total hardness value in well
water at Banjar Gaduh Sesetan Village of South Denpasar District. This study is a
descriptive study with cross sectional design. Sample were taken by using simple
random sampling methods. From total population 110 well waters, 86 samples were
taken randomly and measured by Complexometry Titration method. The result show
that from 86 well water samples (65 artesian well and 21 dug well) 18 samples
(20,93%) get in soft water category, 22 samples (25,58%) get in moderately hard water
category and 46 sampel (53,49%) get in hard water category. It can be concluded that
total hardness value in well water at Banjar Gaduh Sesetan Village of South Denpasar
District get in moderately hard water category and appropriate with normal hardness
limit. Water which belong to hard category should be boiled, lime added, and filtrated
with active carbon to decrease the hardness level.

Keyword: total hardness, well water, CaCO3

PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya alam yang tenaga uap, kapal api dan kereta api. Dalam
sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup. Air tubuh manusia air memiliki peranan yang
merupakan unsur yang sangat vital bagi sangat penting yaitu sebagai pelarut dan alat
kehidupan mahluk hidup di muka bumi ini.
Tanpa makan, orang dapat bertahan hidup
1.,2.,3.,
sampai 3-6 bulan, namun tanpa air orang Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
hanya bertahan hidup paling lama 3 hari1. Denpasar
Dalam kehidupan manusia, air digunakan Korespondensi : I Kadek Dwi Suantara Jaya,
sebagai air minum, bahan makanan dan Jurusan Analis Kesehatan, Poltekes
keperluan rumah tangga, irigasi, sebagai Denpasar, Jalan Sanitasi No. 1 Sidakarya,
sarana transportasi, untuk keperluan industri, Denpasar-Bali 80224, Indonesia.
dan sebagai tempat rekreasi. Selain itu, air Telp. +62-361-710 527, Fax. +62-361-710
juga dapat digunakan sebagai sumber 448
tenaga, misalnya listrik tenaga air, listrik Email : meditoryjournal@gmail.com
52
I KADEK DWI SUANTARA JAYA, et al : GAMBARAN KADAR KESADAHAN TOTAL PADA AIR SUMUR
DI LINGKUNGAN BANJAR GADUH KELURAHAN SESETAN
KECAMATAN DENPASAR SELATAN

pengangkut, sebagai fasilitator kesadahan air yang melebihi 500 mg/l dapat
SECARA IN VITRO
pertumbuhan, sebagai alat pelicin pada menyebabkan air berwarna keruh. Di dalam
sendi, sebagai katalisator, sebagai pengatur International Standard Drinking of Water
suhu tubuh, dan sebagai sumber mineral. oleh WHO, kesadahan air dinyatakan dalam
Beberapa mineral penting yang terdapat di satuan Milli-Equivalent per liter (mEq/l)
dalam air minum dalam keadaan normal selain itu, 1 mEq/l dari ion penghasil
dipergunakan sebagai sumber mineral kesadahan pada air sebanding dengan 50 mg
tambahan bagi tubuh2. CaCO3 (50 ppm) di dalam 1 liter air. Air
Jumlah atau kuantitas air yang tidak untuk keperluan minum dan memasak hanya
dapat memenuhi kebutuhan penggunaan air diperbolehkan dengan batasan kesadahan
di masyarakat menjadi masalah saat ini. antara 1-3 mEq/l atau 50-150 ppm.
Akibatnya beberapa daerah mengalami Kerugian-kerugian yang dapat ditimbulkan
krisis air. Di sisi lain, pencemaran air bila menggunakan air yang batas
semakin meningkat yang disebabkan oleh kesadahannya melebihi 3 mEq/l (150 ppm)
kegiatan industri, domestik dan kegiatan lain yaitu pemakaian sabun yang meningkat
sehingga menurunkan kualitas air. Salah karena sabun sulit larut dan sulit berbusa, air
satu upaya yang dilakukan masyarakat sadah bila dididihkan akan membentuk
untuk memperoleh sumber air bersih selain endapan dan kerak pada cerek (boiler),
memanfaatkan air permukaan adalah dengan penggunaan bahan bakar menjadi
memanfaatkan air tanah. Untuk memperoleh meningkat, tidak efisien, dan dapat
air tanah masyarakat biasanya membuat meledakkan boiler. Selain itu penggunaan
sumur, baik sumur dangkal maupun sumur air sadah pada industri dapat meningkatkan
dalam. Permasalahan yang timbul dalam biaya produksi4.
pemanfaatan sumur antara lain pada sumur Pakaian yang dicuci menggunakan air
dangkal sering kali terkontaminasi oleh air yang sadah dapat menimbulkan sisa-sisa
kotor, sedangkan pada sumur dalam noda pada pakaian. Hal ini terjadi karena
biasanya mengandung zat-zat mineral yang terbentuk endapan antara sabun dengan
berkonsentrasi tinggi. semua kation pembentuk kesadahan5. Di
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi masa lalu kesadahan dikaitkan dengan
manusia harus berasal dari sumber yang penyakit jantung, namun yang terkait
bersih dan aman. Sumber air tersebut harus dengan penyakit jantung bukan
bebas dari kontaminasi bibit penyakit, bebas kesadahannya, melainkan zat atau kation
dari substansi kimia yang berbahaya dan yang menimbulkan kesadahan6.
beracun serta tidak berasa dan berbau. Mengkonsumsi air yang memiliki
Kualitas air harus memenuhi beberapa kesadahan yang tinggi tidak baik untuk
persyaratan agar aman dikonsumsi dan tidak kesehatan, meskipun mineral dibutuhkan
menyebabkan penyakit. Persyaratan kualitas oleh tubuh namun jika jumlahnya yang
air secara umum yaitu persyaratan fisik, terlalu tinggi dapat menimbulkan dampak
persyaratan mikrobiologi, dan persyaratan yang tidak baik bagi tubuh. Dampak yang
kimia. Salah satu persyaratan kimia yang ditimbulkan oleh air sadah bagi kesehatan
dapat menimbulkan keluhan pada konsumen adalah dapat menyebabkan batu ginjal
adalah kesadahan. (urolithiasisi) dan penyumbatan pembuluh
Air yang banyak mengandung mineral darah jantung (cardiovascular disease)7.
kalsium dan magnesium dikenal dengan air Berdasarkan penelitian8 terhadap air
yang sadah. Berdasarkan Peraturan Menteri bawah tanah (sumur gali dan sumur bor)
Kesehatan No.416/Men.Kes/Per/IX/1990 pada 6 stasiun yaitu : air tanah Tanjung
tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Benoa, air tanah Nusa Dua, air tanah Kuta,
Kualitas Air, kadar maksimum kesadahan air tanah Legian, air tanah Peti Tenget dan
3
pada air bersih adalah 500 mg/l . Kadar air tanah Canggu didapatkan hasil parameter
53
I KADEK DWI SUANTARA JAYA, et al : GAMBARAN KADAR KESADAHAN TOTAL PADA AIR SUMUR
DI LINGKUNGAN BANJAR GADUH KELURAHAN SESETAN
KECAMATAN DENPASAR SELATAN

TDS, nitrit, kesadahan, BOD, COD SECARA dan IN VITRO


Selatan. Desain penelitian yang digunakan
bakteri koliform pada musim hujan dan adalah rancangan penelitian cross sectional
kemarau melampaui baku mutu air kelas I yaitu suatu penelitian dengan cara
(bahan baku air minum) menurut PPRI pendekatan, observasi atau pengumpulan
No.82 tahun 2001. Dengan kadar kesadahan data sekaligus pada suatu saat (point time
yaitu 206,19 – 634,57 mg/l. approach). Artinya, tiap subjek penelitian
hanya diobservasi sekali saja dan
Berdasarkan survey yang dilakukan pengukuran dilakukan terhadap status
peneliti di Lingkungan Banjar Gaduh karakter atau variabel subjek pada saat
Kelurahan Sesetan, masyarakat banyak yang pemeriksaan10.
memanfaatkan air sumur sebagai sumber air Penelitian ini dilakukan di Lingkungan
bersih disamping menggunakan PDAM. Banjar Gaduh Kelurahan Sesetan
Masyarakat membuat sumur untuk Kecamatan Denpasar Selatan, sedangkan
memenuhi kebutuhan air bersihnya, baik tempat pemeriksaan sampel dilakukan di
berupa sumur gali maupun sumur bor atau Laboratorium Kimia Jurusan Analis
sumur pompa. Dalam pengunaan air sumur, Kesehatan Poltekkes Denpasar dari bulan
timbul keluhan oleh beberapa warga tentang Februari sampai dengan bulan Juli 2014.
air sumur yang berwarna keruh, air yang Populasi dalam penelitian ini yaitu semua
licin, air yang kadang berbau dan sabun air sumur yang ada di lingkungan banjar
susah membusa apabila digunakan mencuci Gaduh Kelurahan Sesetan Kecamatan
dengan air sumur tersebut. Denpasar Selatan. Berdasarkan survey yang
Hasil penelitian9 yang dilakukan di dilakukan peneliti terdapat 110 sumur yang
Kelurahan Sesetan, Desa Sidakarya, dan di ada di Lingkungan Banjar Gaduh oleh
Kelurahan Panjer didapatkan hasil 3 (tiga) karena itu dapat diketahui banyaknya
parameter (BOD5, Fe dan Total Coliform) populasi yaitu 110 sumur. Sampel dalam
bulan Februari melampaui baku mutu, penelitan ini yaitu air sumur yang ada di
sedangkan bulan April 2008 ada 4 (empat) Lingkungan Banjar Gaduh Kelurahan
parameter (BOD5, Fe, DO, dan Total Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan yang
Coliform) melampaui/ tidak sesuai baku masing-masing diambil sebanyak 600 ml.
mutu air kelas I Peraturan Gubernur Bali Berdasarkan tabel “Determining Sample
No.8 tahun 2007, ditinjau dari Permenkes Size From A Given Population” oleh Krijcie
No.907 tahun 2002, total coliform semua dan Morgan bahwa besar sampel yang
air sumur melampaui baku mutu. Pada diambil dari jumlah populasi 110 yaitu
9
penelitian parameter kimia yang diperiksa sebanyak 86 sampel11.
hanya pH, BOD5, DO, NO3-, Fe dan Pb, Teknik sampling yang digunakan adalah
sedangkan kesadahan tidak simple random sampling, dimana dari 110
diukur.Berdasarkan uraian ini peneliti populasi diambil secara acak 86 sampel
tertarik untuk meneliti gambaran kadar yang terdiri dari 65 sumur bor dan 21 sumur
kesadahan total pada air sumur di gali Teknik pengumpulan data yang
Lingkungan Banjar Gaduh Kelurahan digunakan yaitu observasi dan pemeriksaan
Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan. laboratorium untuk mengetahui kadar
kesadahan total menggunakan metode titrasi
METODE kompleksometri. Adapun alat yang
Jenis penelitian yang dilakukan adalah digunakan untuk mengukur kesadahan yaitu
penelitian deskriptif. Hal ini berdasarkan beaker glass, neraca analitik,labu ukur,
tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pipet, Erlenmeyer, spatula, buret, push ball.
gambaran tingkat/kadar kesadahan total Bahan yang digunakan yaitu larutan
pada air sumur di Lingkungan Banjar Gaduh baku primer CaCO3 0,01M, larutan baku
Kelurahan Sesetan Kecamatan Denpasar
54
I KADEK DWI SUANTARA JAYA, et al : GAMBARAN KADAR KESADAHAN TOTAL PADA AIR SUMUR
DI LINGKUNGAN BANJAR GADUH KELURAHAN SESETAN
KECAMATAN DENPASAR SELATAN

sekunder Na2-EDTA 0,01 SECARA


M, IN VITRO
f. Apabila larutan Na2-EDTA yang
aquades, dibutuhkan untuk titrasi lebih dari 15 ml,
larutan sampel/ contoh uji diencerkan
indikator EBT, larutan Buffer pH 10, dengan aquades dan diulangi langkah
Sampel air sumur, pH stick dan Kertas a s/d e.
tissue . g. Menghitung kesadahan total.
Prosedur Kerja Penentuan kesadahan total Analisis data yang dilakukan analisis
yaitu : deskriptif. Hasil yang diperoleh
a. Mengambil 25 ml sampel/contoh uji dibandingkan dengan standar menurut
secara duplo, dimasukkan ke dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Erlenmeyer 250 ml dan diencerkan Indonesia No.416/Men.Kes/Per/IX/1990
dengan aquades sampai volume 50 ml tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan
b. Menambahkan 1 ml sampai dengan 2 ml Kualitas Air.
larutan penyangga pH 10 ± 0,1
c. Menambahkan seujung spatula atau 30 HASIL DAN PEMBAHASAN
mg sampai dengan 50 mg indikator EBT Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar
d. Melakukan titrasi dengan larutan Na2- kesadahan total pada air sumur di
EDTA 0,01 M secara perlahan sampai Lingkungan Banjar Gaduh Kelurahan
terjadi perubahan warna dari merah Sesetan diperoleh data penelitian pada tabel
keunguan menjadi biru 1 dan table 2 berikut :
e. Mencatat volume Na2-EDTA yang
digunakan

Tabel 1. Klasifikasi Air Sumur di Lingkungan Banjar Gaduh Kelurahan Sesetan Berdasarkan
Nilai Kesadahannya

Kesadahan Jumlah Persentase


Klasifikasi Perairan (mg/liter CaCO3)(N) (%)
Lunak (soft) <50 18 20.93
Menengah (moderately hard) 50-150 22 25.58
Sadah (hard) 150-300 46 53.49
Sangat sadah (very hard) >300 0 -
Total 86 100
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kadar Kesadahan Total Pada Air Sumur di Lingkungan Banjar
Gaduh Kelurahan Sesetan Berdasarkan Jenis Sumur dan Kedalama Sumur

Jumlah Persentase Kadar Kesadahan Total (mg/l CaCO3)


Jenis Sumur (N) (%) Minimum Maksimum Rata-rata
Sumur Bor 65 75,58 4.0 288.0 127.6
Sumur Gali 21 24,42 86.0 277.4 196.7
Total 86 100
Kedalaman 1-10 m 24 27,91 68.0 277.4 185.2
Kedalaman 11-20 m 7 8,14 22.4 194.0 122.5
Kedalaman >20 m 55 63,95 4.0 288.0 125.9
Total 86 100

55
I KADEK DWI SUANTARA JAYA, et al : GAMBARAN KADAR KESADAHAN TOTAL PADA AIR SUMUR
DI LINGKUNGAN BANJAR GADUH KELURAHAN SESETAN
KECAMATAN DENPASAR SELATAN
Pembahasan
Pemeriksaan kesadahan total bertujuan dalam air yang menyebabkan kesadahan air
SECARA IN VITRO
untuk mengetahui kadar/tingkat kesadahan tinggi. Sementara itu, rata-rata dari hasil
total air sumur yang berada di Lingkungan pemeriksaan kesadahan total pada air sumur
Banjar Gaduh Kelurahan Sesetan dan bor lebih kecil daripada air sumur gali.
hasilnya dibandingkan dengan standar yaitu Didapatkan hasil kesadahan yang tertinggi
menurut Peraturan Menteri Kesehatan dan terendah pada air sumur bor dapat
Republik Indonesia disebabkan adanya perbedaan lapisan
No.416/Men.Kes/Per/IX/1990 tentang penyusun tanah, pada sumur yang
Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air. kesadahannya tinggi banyak mengandung
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan mineral pada lapisan tanahnya, sedangkan
kadar kesadahan total air adalah titrasi pada sumur yang kesadahannya rendah
kompleksometri. terkandung sedikit atau bahkan tidak ada
Hasil penelitian kesadahan total air mineral yang terkandung dalam tanah.
sumur di Lingkungan Banjar Gaduh Sumur gali termasuk dalam sumur dangkal
Kelurahan Sesetan didapatkan sebanyak dimana air tanah dapat diperoleh pada
53,49% dalam kategori air yang sadah kedalaman kurang dari 10 m. Air tanah
(hard) dengan rentang hasil pemeriksaan dangkal terletak diantara lapisan batuan
kadar kesadahan total 150-300 mg/l CaCO3. kedap air dengan permukaan tanah.
Hasil ini sesuai dengan keluhan yang Pemeriksaan kadar kesadahan total
dirasakan oleh beberapa warga dalam berdasarkan kedalaman sumur hasilnya tidak
penggunaan air sumur. Sementara itu, menunjukan adanya suatu kecenderungan
20,93% termasuk dalam kategori air yang semakin dalam sumur semakin tinggi kadar
lunak (soft) dan 25,58% termasuk air yang kesadahan totalnya. Dari hasil rata-rata
menengah (moderately hard). Walaupun kadar kesadahan total dari kedalaman 1-10
sebagian besar sampel air termasuk air yang m menuju 11-20 m mengalami penurunan,
sadah, namun kadarnya tidak melewati batas akan tetapi pada kedalaman >20 m terjadi
maksimal yang ditentukan oleh Peraturan kenaikan hasil lagi. Adanya perbedaan hasil
Menteri Kesehatan Republik Indonesia ini dapat disebabkan oleh struktur lapisan
No.416/Men.Kes /Per/IX/1990 tentang tanah pada sumur. Air yang kesadahannya
Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air tinggi dapat disebabkan karena pada tanah
dengan batas maksimal kesadahan yaitu 500 tersebut terdapat horizon B yang merupakan
mg/l CaCO3. horizon illuvial atau pengendapan dari
Pada air sumur bor didapatkan kadar bahan-bahan dari horizon A diatasnya. Pada
kesadahan tertinggi dan terendah dari semua horizon ini terjadi akumulasi basa, lempung,
sampel yang diperiksa. Tingginya kesadahan besi dan bahan-bahan organik yang tercuci
air pada air sumur bor disebakan karena dari horizon diatasnya12. Selain itu terjadi
sumur bor merupakan sumur dalam (deep juga akumulasi garam karbonat sehingga
well) dengan kedalaman yang biasanya lebih pada saat infiltrasi air kedalam tanah yang
dari 10 m. Pada sumur dalam biasanya melewati horizon ini, air berikatan dengan
banyak mineral yang terkandung pada air, garam karbonat dan menghasilkan air yang
mineral-mineral seperti kalsium dan sadah.
magnesium merupakan kation pembentuk Kedalaman sumur erat kaitannya dengan
kesadahan. Pada saat air hujan mengalami jenis sumur. Sumur dengan kedalaman >10
infiltrasi kedalam tanah yang banyak m biasanya merupakan sumur bor. Struktur
mengandung mineral, air hujan dan karbon geologis tanah mempengaruhi kadar
dioksida di udara akan berikatan dengan kesadahan. Kesadahan perairan berasal dari
garam karbonat yang ada di dalam tanah kontak air dengan tanah dan bebatuan.
membentuk garam bikarbonat yang larut Perairan dengan nilai kesadahan tinggi pada
56
I KADEK DWI SUANTARA JAYA, et al : GAMBARAN KADAR KESADAHAN TOTAL PADA AIR SUMUR
DI LINGKUNGAN BANJAR GADUH KELURAHAN SESETAN
KECAMATAN DENPASAR SELATAN
umumnya merupakan perairan yang berada menyiram dan lain sebagainya. Untuk air
SECARA IN VITRO
di wilayah yang memiliki lapisan tanah sumur yang digunakan sebagai bahan baku
pucuk (top soil) tebal dan batuan kapur. air minum seharusnya direbus terlebih
Perairan lunak berada di wilayah dengan dahulu, selain untuk mematikan kuman
lapisan tanah atas yang tipis dan batuan penyebab penyakit pemanasan juga
kapur relatif sedikit atau bahkan tidak ada5. berfungsi untuk menurunkan kesadahan air.
Hasil pemeriksaan kesadahan total di Proses pemanasan mengendapkan garam-
lingkungan Banjar Gaduh Kelurahan garam karbonat yang merupakan penyusun
Sesetan masih memenuhi standar menurut kesadahan air.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Selain dengan pemanasan terdapat
Indonesia No.416/Men.Kes/Per/IX/1990 beberapa cara untuk menurunkan kadar
tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan hingga menghilangkan kesadahan yaitu
Kualitas Air. Hasil penelitian ini berbeda dengan penambahan kapur (Metode Clark),
dengan penelitian Sundra (2006) tentang penambahan natrium karbonat dan proses
Kualitas Air Bawah Tanah di Wilayah pertukaran basa (base exchange process).
Pesisir Kabupaten Badung yang dilakukan Penambahan kapur pada air yang sifat
pada air bawah tanah (sumur gali dan sumur kesadahannya sementara dapat
bor) pada 6 stasiun yaitu : air tanah Tanjung mengabsorbsi CO2 dan mengendapkan
Benoa, air tanah Nusa Dua, air tanah Kuta, CaCO3 yang tidak terlarut. Caranya dengan
air tanah Legian, air tanah Peti Tenget dan memasukkan kapur (quick lime) seberat 1
air tanah Canggu didapatkan hasil parameter ons ke dalam setiap 700 galon air untuk
TDS, nitrit, kesadahan, BOD, COD dan setiap derajat kesadahan air (14,25 ppm).
bakteri koliform pada musim hujan dan Penambahan natrium karbonat dapat
kemarau melampaui baku mutu air kelas I menghilangkan kesadahan sementara mapun
(bahan baku air minum) menurut PPRI kesadahan tetap. Pada proses pertukaran
No.82 tahun 2001, dengan kadar kesadahan basa menggunakan natrium permutit, terjadi
yaitu 206,19 – 634,57 mg/l. Terjadinya pertukaran kation Na dengan ion Ca dan Mg
perbedaan hasil ini dapat disebabkan karena di dalam air. Semua ion Ca dan Mg akan
struktur lapisan tanah yang berbeda antara dilepas melalui reaksi pertukaran basa (base
lokasi peneltian di Lingkungan Banjar exchange) dan natrium permutit akan
Gaduh Kelurahan Sesetan dengan lokasi menjadi kalsium dan magnesium permutit.
penelitian Sundra yang hasil kesadahannya Metode ini dapat melunakkan air sampai
melewati batas maksimal yaitu pada daerah zero hardness atau tingkat kesadahan nol.
Tanjung Benoa dan Canggu. Proses pertukaran basa biasanya digunakan
Adanya keluhan rasa licin pada saat untuk pelunakan air skala besar4.
menggunakan air sumur dapat juga Metode lain yang dapat digunakan untuk
disebabkan oleh adanya lumut pada menurunkan kesadahan yaitu metode filtrasi
torrent/penampung air yang diakibatkan (penyaringan). Filtrasi adalah suatu cara
oleh kelembaban dan jarang dikurasnya memisahkan padatan dari air, adapun media
torrent. Adanya bau pada air dapat yang digunakan dalam filtrasi antara lain
disebabkan oleh adanya adanya kontaminasi pasir, ijuk, kerikil dan arang aktif atau
atau cemaran dari penampungan limbah karbon aktif. Penurunan kesadahan yang
akibat jarak yang terlalu dekat dengan paling efektif terjadi pada ketebalan filter 80
sumur. cm12.
Air sumur (sumur gali dan sumur bor) di
Lingkungan Banjar Gaduh Kelurahan SIMPULAN DAN SARAN
Sesetan biasanya digunakan sebagai sumber Simpulan
air bersih untuk kegiatan di rumah tangga 1. Hasil pemeiksaan kesadahan total
seperti memasak, mandi, mencuci, terhadap 86 sampel air sumur diperoleh
57
I KADEK DWI SUANTARA JAYA, et al : GAMBARAN KADAR KESADAHAN TOTAL PADA AIR SUMUR
DI LINGKUNGAN BANJAR GADUH KELURAHAN SESETAN
KECAMATAN DENPASAR SELATAN
18 sampel (20,93%) termasuk air lunak Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas
SECARA IN VITRO
(soft), 22 sampel (25,58%) termasuk air Air, Jakarta : Kemenkes RI
menengah (moderately hard), dan 46 4. Chandra, B., 2007, Pengantar
sampel (53,49) termasuk air sadah Kesehatan Lingkungan Cetakan I,
(hard). Rata-rata kadar kesadahan total Jakarta : EGC
sampel yaitu 142,2 mg/L CaCO3 dan 5. Effendi, H., 2007, Telaah Kualitas Air
hasil ini masih memenuhi standar Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Lingkungan Perairan Cetakan ke-5,
Republik Indonesia No.416/Men.Kes Yogyakarta : Kanisius
/Per/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan 6. Soemirat, J., 2011, Kesehatan
Pengawasan Kualitas Air dengan batas Lingkungan Edisi Revisi, Yogyakarta :
maksimal kesadahan yaitu 500 mg/L Gadjah Mada University Press
CaCO3. 7. Nurullita, U., 2010, Pengaruh Lama
2. Hasil pemeriksaan kesadahan total Kontak Karbon Aktif Sebagai Media
berdasarkan kedalaman sumur tidak Filter Terhadap Persentase Penurunan
menunjukan adanya kecenderungan Keseadahan Air Artetis, (online), aviable
semakin dalam sumur semakin tinggi :
kadar kesadahannya. http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi
3. Hasil pemeriksaan kesadahan total /article/view/139/120 (1 Oktober 2013)
berdasarkan jenis sumur didapatkan 8. Sundra, I K., 2006, Kualitas Air Tanah
kadar kesadahan total tertinggi dan Di Wilayah Pesisir Kabupaten Badung,
terendah pada air sumur bor, sedangkan Jurnal Ilmu Lingkungan, Echotropic,.
rata-rata kadar kesadahannya lebih ISSN 1907-5626
rendah dari air sumur gali. 9. Marwati, M., 2008, Kualitas Sumur Gali
Saran Ditinjau Dari Kondisi Lingkungan Fisik
1. Bagi masyarakat yang air sumurnya Dan Perilaku Masyarakat Di Wilayah
sadah dapat melakukan penambahan Puskesmas I Denpasar Selatan. Jurnal
kapur (quick lime) ataupun melakukan Ilmu Lingkungan Echotrophic,5(1).
filtrasi dengan karbon aktif untuk ISSN: 1907-5626 .P.63-69
menurunkan kadar kesadahan air. 10. Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi
2. Bagi masyarakat yang menggunakan air Penelitian Kesehatan Edisi Revisi
sumur sebagai bahan baku air minum cetakan pertama, Jakarta : Rineka Cipta
sebaiknya air sumur tersebut 11. Wibisono, D., 2002, Riset Bisnis
dimasak/direbus terlebih dahulu untuk Panduan Bagi Praktisi dan Akademisi,
menurunkan kadar kesadahannya13. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
12. Darmawijaya, M. I., 1990, Klasifikasi
DAFTAR PUSTAKA Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah
1. Suyono dan Budiman, 2010, Ilmu Dan Pelaksana Pertanian Di Indonesia,
Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks Yogyakarta : Gadjah Mada University
Kesehatan Lingkungan, Jakarta : EGC Press
2. Sitepoe, M., 1997, Air Untuk 13. Mifbakhudin, 2009, Pengaruh
Kehidupan, Pencemaran Air dan Usaha Ketebalan Karbon Aktif Sebagai Media
Pencegahannya, Jakarta : PT Gramedia Filter Terhadap Penurunan Kesadahan
Widiasarana Indonesia Air Sumur Artetis, (online), aviable:
3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, http://www.kopertis6.or.id/journal/index
1990, Peraturan Menteri Kesehatan .php/eks/article/download/15/13 (3
Republik Indonesia Nomor Oktober 2011)
416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang

58
Meditory
Original Article
Number 10

IDENTIFIKASI BAKTERI PADA PASIEN


INFEKSI SALURAN TELINGA DI POLIKLINIK THT RS
INDERA PROVINSI BALI
Gusti Ngurah Dahana Dinata1, Nyoman Mastra2, I Nyoman Jirna3

Abstract :
Background. Infection is the proliferation of an infectious agent inside the body.
Otitis media is an ear infection including infection of the outer ear canal, middle ear
canal, mastoid, and the inner ear canal. Objective. This study aims identifies bacteria
in the ear swabs of patient's canals infections in Policlinic of Ear Nose Throat Indera
Hospital, Bali according to age and gender. Method. This research is descriptitive
survey, with cross sectional method and concecutive sampling. Ear swab samples are
inoculated in culture medium, then grown colonies dyed with Gram staining and
bacteria were observed under the microscope. Result. From 14 samples, the age
group with highest quantity is aged less than 15 years old as many as 6 samples
(42.86 %), while based on gender, respondents with male as many as 6 samples
(42.86 %) and women as many as 8 samples (58.14 %). The identified bacteria were
Staphylococcus sp., Pseudomonas sp., Bacillus sp., Streptococcus sp., and
Enterobacter sp. Highest percentage of bacteria is Staphylococcus sp. as much as
36.90%. Bacteria can infects the human ear because of the lack of attention to
cleanliness ears, some of the things which cause the risk of bacterial infections of the
ear is a too moist or dry ear condition and the animals that fit into the ear that cause
infection from the bite of the animal. Conclusions : There are five types of bacteria
were identified namely Staphylococcus sp., Pseudomonas sp., Bacillus sp.,
Streptococcus sp. , And Enterobacter sp, Based on the largest age group is the age
group of less than 15 years as many as 6 samples ( 42.86 % ), by gender, most are
female

Keywords: Infection, Bacteria, Ear.

PENDAHULUAN
Dalam istilah kedokteran, telinga adalah
1.,2.,3.,
alat indera yang memiliki fungsi untuk Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
mendengar suara yang ada di sekitar Denpasar
sehingga seseorang dapat mengetahui apa Korespondensi : Gusti Ngurah Dahana
yang terjadi di sekitarnya tanpa harus Dinata, Jurusan Analis Kesehatan, Poltekes
melihat dengan mata kepala sendiri. Salah Denpasar, Jalan Sanitasi No. 1 Sidakarya,
satu penyakit telinga yang dikenal oleh Denpasar-Bali 80224, Indonesia.
masyarakat adalah tuli. Tuli merupakan Telp. +62-361-710 527, Fax. +62-361-710
penyakit kehilangan rasa dengar1 448
Infeksi merupakan perkembangbiakan Email : meditoryjournal@gmail.com
suatu agen infeksius di dalam tubuh.
59
GUSTI NGURAH DAHANA DINATA, et al : IDENTIFIKASI BAKTERI PADA PASIEN
INFEKSI SALURAN TELINGA DI POLIKLINIK THT RS INDERA PROVINSI BALI
KECAMATAN DENPASAR SELATAN

Perkembangbiakan bakteri yang Staphylococcus aureus (15 %), dan


SECARA IN VITRO
merupakan bagian dari flora normal saluran Bakteroides (11 %)5
cerna, kulit, dan lain-lain, secara umum Otitis eksterna merupakan penyakit
tidak dianggap sebagai infeksi, sebaliknya telinga bagian luar yang sering dijumpai,
perkembangbiakan bakteri patogen disamping penyakit telinga lainnya. Data
meskipun orang tersebut tidak menunjukkan yang dikumpulkan mulai Januari 2000 s/d
2
gejala dianggap suatu infeksi . Desember 2000 di Poliklinik THT RS H.
Otitis media adalah infeksi telinga Adam Malik Medan menunjukkan bahwa
meliputi infeksi saluran telinga luar (otitis terdapat 10746 kunjungan baru, 867 kasus
eksternal), saluran telinga tengah (otitis (8,07 %) diantaranya adalah otitis eksterna,
media), mastoid (mastoiditis), dan telinga 282 kasus (2,62 %) otitis eksterna difusa,
bagian dalam (labyrinthitis). Otitis media dan 585 kasus (5,44 %) otitis eksterna
merupakan suatu inflamasi telinga tengah sirkumskripta. Pada laporan Rumah Sakit
berhubungan dengan efusi telinga tengah. Indera provinsi Bali Tahun 2012, penyakit
Penyakit otitis media menjadi penyakit tidak yang termasuk ke dalam 5 besar yang
menular ketiga terbanyak yang diderita oleh pengunjung Poliklinik THT
menyebabkan rawat jalan di Rumah Sakit di adalah Cerumen (847 kasus), Otitis eksterna
3
Indonesia Tahun 2009 dan 2010 . (659 kasus), Tuba catar ( 337 kasus),
Otitis media supuratif kronik (OMSK) Rhinopharingitis akut (326 kasus) dan
ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih OMSK (224 kasus)5.
dari 2 bulan, ditandai dengan adanya Istilah otitis eksterna akut meliputi
perforasi membran timpani, sehingga sekret adanya kondisi inflamasi kulit dari liang
yang keluar dari telinga tengah dapat terus telinga bagian luar yang dapat menyebar ke
menerus atau hilang timbul. Sekret bisa pina, periaurikular, atau ke tulang temporal.
encer atau kental, bening atau berupa nanah. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi
OMSK di dalam masyarakat Indonesia pada furunkel liang telinga luar dapat
dikenal dengan istilah congek, teleran atau dianggap pembentukan lokal otitis eksterna.
telinga berair. Kebanyakan penderita OMSK Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi
menganggap penyakit ini merupakan bakteri patogen yang paling umum
penyakit yang biasa yang nantinya akan disebabkan oleh Pseudomonas,
sembuh sendiri. Penyakit ini pada umumnya Staphylococcus dan proteus, atau jamur5
tidak memberikan rasa sakit kecuali apabila Penyebab dari otitis media akut adalah
sudah terjadi komplikasi. Biasanya bakteri dan virus. Virus ditemukan sebagai
komplikasi didapatkan pada penderita penyebab sekitar 25 % kasus. Berdasarkan
OMSK tipe maligna seperti labirinitis, penelitian pada 23 pasien di RSUP H. Adam
meningitis, abses otak yang dapat Malik Medan, hasil kultur specimen swab
menyebabkan kematian4 telinga terbanyak adalah Pseudomonas
Otitis eksterna adalah radang liang aeruginosa dengan jumlah isolat 8 subjek
telinga akut maupun kronis disebabkan oleh (34,8 %)6. Sama halnya dengan penelitian di
bakteri yang terlokalisir atau difus. Faktor Poliklinik THT-KL BLU RSUP Prof. Dr. R.
penyebab timbulnya otitis eksterna adalah D. Kandou Manado, bakteri terbanyak yang
kelembaban, penyumbatan liang telinga, teridentifikasi adalah Pseudomonas
trauma lokal, dan alergi. Keadaan ini aeruginosa (18,2 %) dan Staphylococcus
menimbulkan trauma lokal yang aureus (18,2 %)7. Dari latar belakang
mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, tersebut maka penulis ingin mengetahui
inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri bakteri apa saja yang teridentifikasi pada
patogen pada otitis eksterna akut adalah pasien infeksi saluran telinga di Poliklinik
Pseudomonas (41 %), Strepococcus (22 %), THT Rumah Sakit Indera provinsi Bali

60
GUSTI NGURAH DAHANA DINATA, et al : IDENTIFIKASI BAKTERI PADA PASIEN
INFEKSI SALURAN TELINGA DI POLIKLINIK THT RS INDERA PROVINSI BALI
KECAMATAN DENPASAR SELATAN

tahun 2015 berdasarkan kelompok umur SECARA


dan IN VITRO
melakukan observasi pada keadaan telinga
jenis kelamin. responden. Populasi dalam penelitian ini
adalah orang yang mengunjungi Poliklinik
METODE THT Rumah Sakit Indera Provinsi Bali
Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan keluhan pada saluran telinga. Jumlah
survei deskriptif, untuk menggambarkan sampel yang diambil menggunakan metode
bakteri yang teridentifikasi pada swab non probability sampling dengan teknik
telinga pasien poliklinik THT Rumah Sakit accidental sampling. Sampel yang diambil
Indera provinsi Bali berdasarkan umur dan secara accidental berarti sampel diambil dari
jenis kelamin8. responden atau kasus yang kebetulan ada di
Metode yang digunakan adalah cross suatu tempat atau keadaan tertentu8
sectional, yaitu suatu penelitian dengan cara
pendekatan, observasi atau mengumpulkan HASIL DAN PEMBAHASAN
data sekaligus pada suatu saat atau disebut Berdasarkan data yang didapat,
dengan point time approach. Peneliti responden yang berkunjung di Poliklinik
melakukan pengumpulan sampel swab THT Rumah Sakit Indera Provinsi Bali
telinga responden sekaligus mengumpulkan dapat dilihat pada tabel 1.
data umur dan jenis kelamin responden serta

Tabel 1. Pasien Poliklinik THT Rumah Sakit Indera provinsi Bali Berdasarkan Umur

No Kelompok Umur Jumlah Persentase


1. < 15 Tahun 6 42,86
2. 16–30 Tahun 2 14,12
3 31–45 Tahun 1 7,14
4 >45 Tahun 5 35,71
Total 14 100

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa Responden yang berkunjung di


responden terbanyak ada pada kelompok Poliklinik THT Rumah Sakit Indera Provinsi
umur kurang dari 15 tahun sebanyak 6 orang Bali berdasarkan jenis kelamin adalah
( 42,86%) dan paling sedikit ada pada sebagai berikut :
kelompok umur 31-45 tahun, yaitu 1 orang
(7,14%).

Tabel 2. Pasien Poliklinik THT RS Indera provinsi Bali Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase


1. Laki-laki 6 42,86
2. Perempuan 8 58,14
Total 14 100

Dari Tabel 2 diketahui bahwa sebagian perempuan dan 6 (42,86%) responden


besar 8 (58,14%) responden berjenis kelamin berjenis kelamin laki-laki.
61
GUSTI NGURAH DAHANA DINATA, et al : IDENTIFIKASI BAKTERI PADA PASIEN
INFEKSI SALURAN TELINGA DI POLIKLINIK THT RS INDERA PROVINSI BALI
KECAMATAN DENPASAR SELATAN
Identifikasi yang dilakukan pada SECARA
14 IN VITRO
dan pengamatan pada preparat gram,
sampel dengan menggunakan metode kultur didapatkan hasil seperti pada tabel 3.

Tabel 3. Jenis Bakteri pada Swab Telinga Pasien Infeksi Saluran Telinga Di Poliklinik THT
RS Indera Provinsi Bali

No Kode Responden Bakteri yang teridentifikasi


1 01 Staphylococcus sp.
2 02 Staphylococcus sp.
3 03 Bacillus sp., Staphylococcus sp., dan Streptococcus sp.
4 04 Bacillus sp.
5 05 Streptococcus sp.
6 06 Pseudomonas sp.
7 07 Pseudomonas sp.
8 08 Bacillus sp. dan Staphylococcus sp.
9 09 Staphylococcus sp.
10 10 Pseudomonas sp.
11 11 Staphylococcus sp. dan Pseudomonas sp.
12 12 Enterobacter sp.
13 13 Enterobacter sp. dan Pseudomonas sp.
14 14 Staphylococcus sp.

Berdasarkan pemeriksaan yang persentase dari masing-masing jenis bakteri


dilakukan pada 14 sampel, terdapat lima tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
jenis bakteri yang teridentifikasi, dan

Gambar 1
Diagram Persentase Bakteri yang Teridentifikasi pada Swab Telinga Pasien Infeksi Saluran
Telinga di Poliklinik THT RS Indera Provinsi Bali 2015

62
GUSTI NGURAH DAHANA DINATA, et al : IDENTIFIKASI BAKTERI PADA PASIEN
INFEKSI SALURAN TELINGA DI POLIKLINIK THT RS INDERA PROVINSI BALI
KECAMATAN DENPASAR SELATAN

a. Pengelompokan bakteri yang yang teridentifikasi dapat dikelompokkan


SECARA IN VITRO
teridentifikasi berdasarkan kelompok sesuai dengan umur responden tersebut.
umur responden Bakteri yang teridentifikasi berdasarkan
Jika dilihat berdasarkan umur kelompok umur responden disajikan dalam
responden yang menjadi sampel, bakteri Tabel 4.

Tabel 4. Persentase Bakteri yang Teridentifikasi Berdasarkan Kelompok Umur Responden

Kelompok Umur (tahun)


Total
Bakteri yang
No <15 16-30 31-45 >45
Teridentifikasi
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

1 Staphylococcus sp. 3 15,80 2 10,50 1 5,30 1 5,30 7 36,90

2 Bacillus sp. 2 10,50 - - - - 1 5,30 3 15,80

3 Streptococcus sp. - - - - - - 2 10,50 2 10,50

4 Pseudomonas sp. 2 10,50 1 5,30 - - 2 10,50 5 26,30

5 Enterobacter sp. - - - - - - 2 10,50 2 10,50

TOTAL 19 100

Berdasarkan data pada Tabel 4, teridentifikasi hanya pada kelompok umur


diketahui bahwa Staphylococcus sp. lebih dari 45 tahun.
terindentifikasi pada semua kelompok umur. b. Pengelompokan bakteri yang
Bacillus sp. terindentifikasi pada kelompok teridentifikasi berdasarkan jenis kelamin
umur kurang dari 15 tahun dan lebih dari 45 responden
tahun. Streptococcus sp. teridentifikasi Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin
hanya pada kelompok umur lebih dari 45 responden, bakteri yang teridentifikasi dapat
tahun. Pseudomonas sp. teridentifikasi pada dikelompokkan sesuai dengan jenis kelamin
umur kurang dari 15 tahun, 16-30 tahun, dan tersebut. Bakteri yang teridentifikasi
lebih dari 45 tahun. Enterobacter sp. berdasarkan jenis kelamin responden
disajikan dalam tabel 5.

63
GUSTI NGURAH DAHANA DINATA, et al : IDENTIFIKASI BAKTERI PADA PASIEN
INFEKSI SALURAN TELINGA DI POLIKLINIK THT RS INDERA PROVINSI BALI
KECAMATAN DENPASAR SELATAN

Tabel 5. Persentase Bakteri yang Teridentifikasi


SECARA IN Berdasarkan
VITRO Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin
Total
Bakteri yang
No Laki-laki Perempuan
Teridentifikasi
∑ % ∑ % ∑ %

1 Staphylococcus sp. 3 15,85 4 21,05 7 36,9

2 Bacillus sp. 1 5,25 2 10,55 3 15,8

3 Streptococcus sp. 1 5,25 1 5,25 2 10,5

4 Pseudomonas sp. 4 21,05 1 5,25 5 26,3

5 Enterobacter sp. 1 5,25 1 5,25 2 10,5

TOTAL 19 100

Berdasarkan data pada tabel 5, dapat Sakit Indera Provinsi Bali. Berdasarkan
diketahui bahwa Staphylococcus sp. jenis kelamin, diketahui responden dengan
terindentifikasi pada laki-laki sebanyak 3 jenis kelamin perempuan lebih banyak
sampel (15,85 %) dan perempuan sebanyak dibandingkan dengan jenis kelamin laki-
4 sampel (21,05 %). Bacillus sp. laki. Hal ini serupa dengan penelitian yang
terindentifikasi pada jenis kelamin laki-laki dilakukan di Poliklinik THT-KL BLU
sebanyak 1 sampel (5,25 %) dan perempuan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
sebanyak 2 sampel (10,55 %). Streptococcus dengan jenis kelamin perempuan (68,2 %),
sp. teridentifikasi pada laki-laki dan yang lebih banyak dibandingkan laki-laki
perempuan masing-masing sebanyak 1 (31,8 %)7. Berdasarkan kelompok umur,
sampel (5,25 %). Pseudomonas sp. terlihat kelompok umur terbanyak terdapat
teridentifikasi pada laki-laki sebanyak 4 pada umur di bawah 15 tahun dan diikuti
sampel (21,05 %) dan perempuan sebanyak oleh kelompok umur di atas 45 tahun.
1 sampel (5,25 %). Enterobacter sp. Pengamatan koloni pada media maupun
teridentifikasi pada laki-laki dan perempuan pengamatan Gram, menunjukkan terdapat
masing-masing sebanyak 1 sampel (5,25 %). lima jenis bakteri yang teridentifikasi yakni
Staphylococcus sp. sebanyak 7 sampel
Pembahasan (36,90 %), Pseudomonas sp. sebanyak 5
Penyakit infeksi merupakan penyakit sampel (26,30 %), Bacillus sp. sebanyak 3
yang disebabkan oleh mikroba patogen, dan sampel (15,80 %), Streptococcus sp.
bersifat sangat dinamis. Penyakit infeksi sebanyak 2 sampel (10,50 %), dan
masih merupakan penyebab utama tingginya Enterobacter sp. sebanyak 2 sampel (10,50
angka kesakitan dan kematian baik di %).
Indonesia maupun di dunia9 Pada penelitian ini, peneliti juga
Pada penelitian ini dilakukan identifikasi melakukan pemeriksaan kontrol ruangan di
bakteri pada swab telinga pasien infeksi Poliklinik THT RS Indera provinsi Bali,
saluran telinga di Poliklinik THT Rumah dimana dari hasil pemeriksaan pada kontrol

64
GUSTI NGURAH DAHANA DINATA, et al : IDENTIFIKASI BAKTERI PADA PASIEN
INFEKSI SALURAN TELINGA DI POLIKLINIK THT RS INDERA PROVINSI BALI
KECAMATAN DENPASAR SELATAN
teridentifikasi bakteri Staphylococcus yang berbeda-beda pada medium agar.
SECARA IN VITRO
aureus, sehingga pada pengambilan sampel Warna koloni pada umumnya putih sampai
swab dilakukan dengan hati-hati untuk kekuningan atau putih suram, tepi koloni
menghindari kontaminasi. bermacam-macam namun pada umumnya
Berdasarkan hasil penelitian, bakteri tidak rata, permukaannya kasar dan tidak
yang teridentifikasi terbanyak adalah bakteri berlendir, bahkan ada yang cenderung
Staphylococcus sp. Bakteri ini merupakan kering berbubuk, koloni besar dan tidak
bakteri flora normal pada manusia, namun mengkilat2
jika menunjukkan tanda-tanda infeksi, Bakteri Bacillus sp. teridentifikasi
bakteri ini dapat menjadi agen infeksi dalam sebanyak 3 sampel (15,8 %). Pada kelompok
tubuh manusia. Berdasarkan kelompok umur dibawah 15 tahun teridentifikasi
umur, bakteri ini teridentifikasi pada semua sebanyak 2 sampel (10,5 %) dan lebih dari
kelompok umur dan kelompok umur yang 45 tahun teridentifikasi sebanyak 1 sampel
teridentifikasi terbanyak adalah pada (5,3 %). Pada jenis kelamin perempuan
kelompok umur dibawah 15 tahun sebanyak teridentifikasi sebanyak 2 sampel (10,55 %)
3 sampel (15,8 %). Berdasarkan jenis dan laki-laki teridentifikasi sebanyak 1
kelamin, pada jenis kelamin perempuan sampel (5,25 %). Adanya infeksi dari bakteri
teridentifikasi sebanyak 4 sampel (21,05 %) ini disebabkan oleh perilaku seseorang
dan pada laki-laki teridentifikasi sebanyak 3 dalam menjaga kebersihan telinga.
sampel (15,85 %). Staphylococcus sp. Membersihkan telinga menggunakan
merupakan bakteri yang mudah menular cuttonbud yang tidak steril dan dilakukan
melalui udara. Bakteri ini terdapat pada dengan cara yang salah dapat menyebabkan
telinga manusia dan menyebabkan penyakit trauma serta memungkinkan bakteri ini
infeksi kemungkinan ditularkan melalui menetap pada liang telinga manusia dan
udara. menyebabkan penyakit infeksi. Bakteri lain
Berdasarkan kelompok umur, bakteri yang ditemukan pada sampel swab telinga
Pseudomonas sp. teridentifikasi pada dalam penelitian ini adalah Streptococcus
kelompok umur kurang dari 15 tahun dan sp. dan Enterobacter sp. Kedua bakteri ini
lebih besar dari 45 tahun masing-masing ditemukan masing-masing sebanyak 2
sebanyak 2 sampel (10,5 %) serta pada sampel (10,5 %), bakteri Streptococcus sp.
kelompok umur 15-30 tahun sebanyak 1 dan Enterobacter sp. ini hanya ditemukan
sampel (5,30 %). Sedangkan berdasarkan pada kelompok umur diatas 45 tahun
jenis kelamin, pada jenis kelamin sedangkan berdasarkan jenis kelamin,
perempuan teridentifikasi sebanyak 1 bakteri ini ditemukan pada jenis kelamin
sampel (5,25 %) dan pada laki-laki perempuan dan laki-laki masing-masing
teridentifikasi sebanyak 4 sampel (21,05 %). sebanyak 1 sampel (5,25 %). Streptococcus
Bakteri Streptococcus pneumonia, sp. merupakan bakteri flora normal dalam
Pseudomonas aeruginosa, dan saluran penapasan bagian atas. Adanya
Staphylococcus aureus merupakan bakteri bakteri ini dalam telinga kemungkinan
flora normal yang terdapat di liang telinga disebabkan karena adanya hubungan antara
manusia. Namun pada pasien dengan gejala saluran pernapasan dengan saluran telinga.
terjadi infeksi telinga kemungkinan bakteri- Seseorang yang mengalami infeksi pada
bakteri normal ini yang dapat menyebabkan saluran pernapasan bagian atas
penyakit infeksi tersebut10. kemungkinan besar bakteri yang
Bakteri lain yang teridentifikasi adalah menginfeksi tersebut terdapat pula pada
Bacillus sp. Bakteri Bacillus sp. ini saluran telinga dalam.
merupakan bakteri Gram Positif, berbentuk Berdasarkan jenis kelamin, bakteri yang
batang besar yang membentuk rantai. Jenis didapatkan pada jenis kelamin perempuan
Bacillus sp. menunjukkan bentuk koloni terbanyak adalah bakteri Staphylococcus sp.
65
GUSTI NGURAH DAHANA DINATA, et al : IDENTIFIKASI BAKTERI PADA PASIEN
INFEKSI SALURAN TELINGA DI POLIKLINIK THT RS INDERA PROVINSI BALI
KECAMATAN DENPASAR SELATAN
namun bakteri ini juga ditemukan pada jenis
SECARA IN VITROBagi Poliklinik THT Rumah Sakit
kelamin laki-laki dengan jumlah yang Indera Provinsi Bali diharapkan mampu
hampir sama. Lain halnya dengan jenis memberikan pengetahuan mengenai infeksi
kelamin laki-laki, bakteri yang banyak saluran telinga dan cara pencegahannya
ditemukan yakni bakteri Pseudomonas sp. pada pasien yang mengunjungi poliklinik
ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi THT Rumah Sakit Indera provinsi Bali.
telinga yang kering dan dibersihkan dengan
tekanan keras sehingga dapat menimbulkan DAFTAR PUSTAKA
iritasi pada telinga. Bakteri Pseudomonas 1. Irianto, Kus. 2012. Struktur dan Fungsi
sp. biasanya tumbuh dengan baik pada Tubuh Manusia untuk Paramedis.
daerah iritasi atau luka. Bandung: CV. Yrama Widya.

SIMPULAN DAN SARAN 2. Jawetz, Melnick, and Adelberg’s. 2013.


1. Simpulan Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25.
Berdasarkan kelompok umur responden, Alih bahasa oleh Nugroho,A.,dkk.,
didapatkan kelompok umur terbanyak Jakarta: EGC.
adalah umur kurang dari 15 tahun sebanyak
6 sampel (42,86 %), dan berdasarkan jenis 3. Kementerian Kesehatan Republik
kelamin responden, didapat jenis kelamin Indonesia. 2010. Peraturan Menteri
perempuan lebih banyak yaitu 8 sampel Kesehatan tentang Perijinan Rumah
(58,14 %). Sakit. Jakata: Kementerian Kesehatan
Terdapat lima jenis bakteri yang
teridentifikasi yakni Staphylococcus sp., 4. Nursiah, S. 2003. Pola Kuman Aerob
Pseudomonas sp., Bacillus sp., Penyebab OMSK dan Kepekaan
Streptococcus sp., dan Enterobacter sp. Terhadap Beberapa Antibiotika Di
Berdasarkan kelompok umur, diketahui Bagian THT FK USU / RSUP.H. Adam
bahwa bakteri Staphylococcus sp. terdapat Malik Medan. Sumatera Utara:
pada semua kelompok umur, Bacillus sp. Universitas Sumatera Utara.
terdapat pada kelompok umur kurang dari
15 tahun dan lebih dari 45 tahun, 5. Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis
Streptococcus sp. hanya terdapat pada Pemakaian Larutan Burruwi Sarin
kelompok umur lebih dari 45 tahun, Dengan Salep Ichthyol (Ichthammol)
Pseudomonas sp. terdapat pada kelompok Pada Otitis Eksterna Akut. Sumatera
umur kurang dari 15 tahun, 16-30 tahun, dan Utara: Universitas Sumatera Utara.
lebih dari 45 tahun, dan Enterobacter sp.
hanya terdapat pada kelompok umur lebih 6. Puspita dan Devira. 2009. Gambaran
dari 45 tahun. Pasien Otitis Media Supuratif Kronik
(OMSK) di RSUP H. Adam Malik Medan.
2. Saran Medan: Falkutas Kedokteran universitas
Bagi Masyarakat agar menjaga Sumatera Utara.
kesehatan telinga dengan melakukan
pembersihan telinga dengan benar dan 7. Monica dkk. 2013. Pola Kuman
menjaga kondisi telinga agar tidak terlalu Penyebab Otitis Media Eksterna dan Uji
lembab atau terlalu kering serta segera Kepekaan Antibiotik di Poliklinik THT-
memeriksakan diri bila terdapat keluhan KL BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandau
pada saluran telinga untuk menghindari Manado Periode November-Desember
terjadinya penyakit saluran telinga yang 2013. Manado: Falkutas Kedokteran
lebih lanjut. Universitas Sam Ratulangi Manado.

66
GUSTI NGURAH DAHANA DINATA, et al : IDENTIFIKASI BAKTERI PADA PASIEN
INFEKSI SALURAN TELINGA DI POLIKLINIK THT RS INDERA PROVINSI BALI
KECAMATAN DENPASAR SELATAN

8. Notoatmodjo, S. 2012. Metodelogi SECARA IN VITRO


Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi, 10. Radji, M. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi
Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta. Panduan Mahasiswa Farmasi &
Kedokteran. Jakarta: EGC.
9. Septiari, B. 2012. Infeksi Nosokomial.
Yogyakarta: Nuha Medika.

67

Anda mungkin juga menyukai