Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI

DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA IBU NIFAS DAN PENANGANAN PERTAMA


(Pembengkkan Di Wajah atau Ekstremitas)

Dosen Pengampu : Hj. Isnaniah


OLEH:
KELOMPOK 4

Anisa salsa bella P07124118167


Aulia azrahana kartini P07124118171
Cantika fatituzzahra P07124118177
Elrana salsabilla P07124118185
Fatma Rizki Wijanarko P07124118191

TINGKAT 2B / SEMESTER 3
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2018/2019

1
DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA IBU NIFAS DAN PENANGANAN PERTAMA
(Pembengkkan Di Wajah atau Ekstremitas)

A. Definisi

Pembengkakan pada wajah dan ekremitas merupakan salah satu gejala


dari adanya preeklampsi walaupun gejala utamanya adalah protein urine. Hal
ini biasanya terjadi pada akhir-akhir kehamilan dan terkadang masih berlanjut
sampai ibu postpartum. Oedem dapat terjadi karena peningkatan kadar sodium
dikarenakan pengaruh hormonal dan tekanan dari pembesaran uterus pada vena
cava inferior ketika berbaring.

Oedema (oedema) atau sembab merupakan meningkatnya volume


cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai
dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga
serosa (jarinagn ikat longgar dan rongga badan). Oedema dapat bersifat
setempat (local) dan umum (general). Oedema yang bersifat local seperti terjadi
hanya di dalam rongga perut (hydroperitoneum atau ascites), rongga dada
(hydrothorax), dibawah kulit (oedema subkubitis atau hidops anasarca),
pericardium jantung (hydropericardium) atau di dalam paru-paru (oedema
pulmonum). Sedangkan oedema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan
cairan oedema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan oedema di
banyaktempat dinamakan edema umum (general oedema).

Cairan oedema diberi istilah transundat, memiliki berat jenis dan kadar
protein rendah, jernih tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan
cairan yang encer atau mirip gelatin bila mengandung di dalamnya sejumlah
fibrinogen plasma. Jika mengalami edema biasanya akan mudah merasa lelah
setelah melakukan aktivitas fisik harian atau ketika berjalan dalam jarak yang
dekat. Jika edema ini belum parah maka masih dapat diobati dengan diet dan
perubahan gaya hidup.

2
B. Tanda-Tanda Pembengkakan Di Wajah Dan Ektremitas Pada Ibu Nifas

1. Meningkatnya ukuran perut (ascites)


2. Napas pendek-pendek atau sulit bernapas (pulmonary edema)
3. Volume air kencing yang dikeluarkan sangat sedikit meskipun minuman air
dalam takaran normal harian.
4. Baju, celana, rok, atau aksesoris yang digunakan terasa sempit
5. Pada tahapan yang parah, tanda-tanda edema dapat berupa kesulitan
bernapas, napas pendek-pendek ketika berbaring, batuk, dan tangan serta
kaki jika di sentuh atau dipegang terasa dingin.

C. Penyebab Terjadinya Pembengkakan Pada Wajah Dan Ektermitas Pada Ibu


Nifas

Penyebab (causa) edema adalah adanya kongesti, obstruksi limfatik,


permeabilitaskapiler yang bertambah, hipoproteinemia, tekanan osmotic koloid
dan retensi natrium dan air. Diantaranya:

1. Adanya kongesti pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi


peningkatan tekanan hidrostatik intra vaskula (tekanan yang mendorong
darah mengalir di dalam vaskula oleh kerja pompa jantung) menimbulkan
perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini
akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan.

2. Obstruksi limfatik apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah
(obstruksi/penyumbatan), maka cairan tubuh yang berasal dari plasma
darah dan hasil metabolisme yang masuk ke dalam saluran limfe akan
tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering terjadi akibat mastek-tomi
radikal untuk mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau akibat tumor
ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe. Selain itu, saluran dan
kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga

3
menyebabkan edema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau
kaki gajah/elephantiasis).

3. Permeabilitas kapiler yang bertambah Endotel kapiler merupakan suatu


membran semi permeabel yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit secara
bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya sedikit atau
terbatas. Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada limfe. Daya
permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel
endotel tersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin
yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat bertambah.
Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic
koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium
bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang
meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya
permeabilitas kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi
anafilaktik.

4. Hipoproteinemia, menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia)


menimbulkan rendahnya daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga
cairan plasma merembes keluar vaskula sebagai cairan edema. Kondisi
hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis oleh
cacing Haemonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa
lambung kelenjar (abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang
menimbulkan gejala albuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar
bersama urin) berkepanjangan. Hipoproteinemia ini biasanya
mengakibatkan edema umum.

4
5. Tekanan osmotic koloid, tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya
hanya kecil sekali, sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotic yang
terdapat dalam darah. Tetapi pada keadaan tertentu jumlah protein dalam
jaringan dapat meninggi, misalnya jika permeabilitas kapiler bertambah.
Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan edema.
Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan
(tissue tension). Tekanan ini berbeda-beda pada berbagai jaringan. Pada
jaringan subcutis yang renggang seperti kelopak mata, tekanan sangat
rendah, oleh karena itu pada tempat tersebut mudah timbul edema.

6. Retensi natrium dan air, retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam
kemih lebih kecil dari pada yang masuk (intake). Karena konsentrasi
natrium meninggi maka akan terjadi hipertoni. Hipertoni menyebabkan air
ditahan, sehingga jumlah cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan
interstitium) bertambah. Akibatnya terjadi edema.
Retensi natrium dan air dapat diakibatkan oleh factor hormonal (penigkatan
aldosteron pada cirrhosis hepatis dan sindrom nefrotik dan pada penderita
yang mendapat pengobatan dengan ACTH, testosteron, progesteron atau
estrogen).

D. Penatalaksanaan Pembengkakan Pada Wajah Dan Ekstremitas Pada Ibu Nifas

Cara meringankannya :

1. Hindari posisi berbaring terlentang


2. Hindari posisi berdiri untuk waktu yang lama, istirahat dengan berbaring
miring kekiri dengan kaki agak ditinggikan
3. Jika perlu sering melatih kaki untuk ditekuk ketika duduk atau berdiri
4. Angkat kaki ketika duduk atau beristirahat
5. Hindari kaos kaki yang ketat

5
6. Lakukan senam secara teratur
7. Bisa dilakukan pemeriksaan seperti :
8. Periksa adanya varises
9. Periksa kemerahan pada betis
10. Periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, kaki oedema

6
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. borneo-


ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forceps/ diunduh 1 September
2009: 20.00 WIB.

Ibrahim, Christin S. 1993. Perawatan Kebidanan (Perawatan Nifas ). Jakarta : Bharata


NiagaMedia. masanifas.blogspot.com/ diunduh 1 September 2009: 20.10 WIB.

Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.

Saleha, 2009. Asuhan KebidananPadaMasa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Suherni, 2008. PerawatanMasa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

Anda mungkin juga menyukai