Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PERNIKAHAN DINI

Disusun Oleh :

Nama : Veronica Yuria Dewi


NIM : 2017.A.08.0734

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

TAHUN 2019/2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Pernikahan dini

Sub topik : Pengtahuan tentang pernikan dini

Sasaran : Remaja putra/putri

Jumlah sasaran : 15-20 orang

Tempat :-

Hari/tanggal : Selasa, 15 Oktober 2019

Pukul : 10.00- selesai

Waktu : 20 menit

Penyuluh : Veronica Yuria Dewi

I. Tujuan umun dan tujuan khusus.


1. Tujuan

Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan sasaran dapat mengerti dan
memahami tentang kesehatan reproduksi

2. Tujuan khusus
Setelah mendapat penyuluhan tentang pernikahan dini, peserta diharapkan mampu :
a. Menyebutkan pengertian kespro
b. Menyebutkan usia reproduksi sehat
c. Menyebutkan pengertian pernikahan dini
d. Menyebutkan penyebab pernikahan dini
e. Menyebutkan dampak pernikahan dini
II. Sasaran
Remaja putra/putri
III. Materi (terlampir)

IV. Metode
a) Ceramah
b) Tanya jawab

V. Media
a) Leaflet

VI. Kegiatan yang dilakukan


No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
2 menit Pendahuluan 1. Membalas salam
1
1. Memberi salam 2. Mendengarkan
pembukaan dan 3. mendengarkan
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan
dilakukannya
penyuluhan
3. Kontrak waktu
10 menit Pelaksanaan 1. mendengarkan dan
2
1. menjelaskan materi memperhatikan
tentang 2. bertanya dan
a) pengertian menjawab pertanyaan
kespro
b) Menyebutkan
usia reproduksi
sehat
c) Menyebutkan
pengertian
pernikahan dini
d) Menyebutkan
penyebab
pernikahan dini
e) Menyebutkan
dampak
pernikahan dini
2. sesi tanya jawab
3 menit Penutup : 1. Menjawab pertanyaan
3
1. Evaluasi 2. Mendengarkan
2. Menyimpulkan 3. Menawab salam
3. Mengucapkan salam
penutup

VII. Evaluasi
Mengajukan pertanyaan kepada sasaran
a) Apakah pengertian kesehatan reproduksi?

b) Sebutkan usia reproduksi

c) Apakah pengertian pernikahan dini

d) Sebutkan penyebab pernikahan dini

e) Sebutkan dampak pernikahan dini


MATERI

1. Pengertian kesehatan reproduksi

(BKKBN, 2001) Reproduksi adalah suatu proses kehidupan manusia yang menghasilkan

keturunan. Untuk itu sudah menjadi kodrat manusia untuk hamil dan menghasilkan

keturunan. Kehamilan yang baik adalah kehamilan yang tidak akan menimbulkan

gangguan kesehatan jasmani yang tidak akan menimbulkan gangguan jasmani dan rohani,

untuk ibu maupun calon anak yang akan dilahirkan.

2. Usia reproduksi sehat

(BKKBN,2001) Salah satu faktor yang penting dalam kehamilan adalah umur ibu waktu

hamil yang baik untuk keselamatan ibu dan janin adalah :

a) Umur 10-15 tahun dianggap seperti berbahaya untuk kehamilan sebab secara fisik,

ibu masih dalam tahap pertumbuhan organ-organ reproduksi, masih sangat muda

dan belum kuat sekali.

b) Umur 15-20 tahun masih sangat berbahaya meskipun lebih kurang resiko relatif

lebih secara psikologi dianggap masih belum cukup matang dan dewasa untuk

menghadapi kehamilan dan persalinan.

c) Umur 20-30 adalah kelompok umur paling baik untuk menghadapi secara fisik dan

cukup juga dari segi mental wanita nasehat sudah cukup dewasa. Dari penelitian-

penelitian yang ada menunjukkan bahwa resiko kehamilan baik ibu maupun bayi

ternyata paling baik.

d) Umur 30-35 tahun ini dianggap sudah mulai berbahaya secara fisik dan sudah mulai

menurun apalagi jumlah keturunan sebelumnya lebih dari 3 kali ibu hamil pada usia

muda perkembangan fisiknya yang belum masih tidak dapat mencapai yang
optimal sering didapati bahwa terkadang panggul ibu belum berbentuk sempurna

sehingga menimbulkan kesulitan dalam proses persalinan karena adanya ketidak

sesuaian antara kepala anak dan panggul ibu.

3. Pengertian pernikahan dini

Pernikahan dini adalah pernikahan yang langsung pada usia kurang dari 20 tahun

pernikahan sebaiknya dilakukan pada usia 20 tahun untuk wanita dan pria 25 tahun karena

pada saat itu baik secara fisik maupun mental sudah siap menjalani bahtera rumah tangga.

(Nukman, 2009)

4. Pengertian resiko tinggi

Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum

stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat

ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu

mengandung bayinya. (Ubaydillah, 2000).

Risiko kehamilan pada ibu yang terlalu muda biasanya timbul karena mereka belum siap

secara psikis maupun fisik. Secara psikis, umumnya remaja belum siap menjadi ibu. Bisa

saja kehamilan terjadi karena "kecelakaan". Akibatnya, selain tidak ada persiapan,

kehamilannya pun tidak dipelihara dengan baik. Kondisi psikis yang tidak sehat ini dapat

membuat kontraksi selama proses persalinan tidak berjalan lancar sehingga kemungkinan

operasi sesar lebih besar. Risiko fisiknya pun tak kalah besar karena beberapa organ

reproduksi remaja putri seperti rahim belum cukup matang untuk menanggung beban

kehamilan. Bagian panggul juga belum cukup berkembang sehingga bisa mengakibatkan

kelainan letak janin. Kemungkinan komplikasi lainnya adalah terjadinya keracunan


kehamilan/preeklamsia dan kelainan letak plasenta (plasenta previa) yang dapat

menyebabkan perdarahan selama persalinan. Risiko yang bisa terjadi

5. Dampak pernikahan dini

Dampak terhadap hukum

(kemenkes, 2008) Adanya pelanggaran terhadap 3 Undang-undang di negara kita yaitu:

a. UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

Pasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun

dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.

Pasal 6 (2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21

tahun harus mendapat izin kedua orang tua.

b. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Pasal 26 (1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:

a. mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak

b. menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya.

c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

c. UU No.21 tahun 2007 tentang PTPPO

Patut ditengarai adanya penjualan/pemindah tanganan antara kyai dan orang tua anak

yang mengharapkan imbalan tertentu dari perkawinan tersebut.

Amanat Undang-undang tersebut di atas bertujuan melindungi anak, agar anak tetap

memperoleh haknya untuk hidup, tumbuh dan berkembang serta terlindungi dari

perbuatan kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.


Sungguh disayangkan apabila ada orang atau orang tua melanggar undang-undang

tersebut. Pemahaman tentang undang-undang tersebut harus dilakukan untuk melindungi

anak dari perbuatan salah oleh orang dewasa dan orang tua.

Dampak biologis

Menurut Devi, 2012. Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses

menuju kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan

lawan jenisnya, apalagi jika sampai hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru

akan terjadi trauma, perobekan yang luas dan infeksi yang akan membahayakan organ

reproduksinya sampai membahayakan jiwa anak. Patut dipertanyakan apakah

hubungan seks yang demikian atas dasar kesetaraan dalam hak reproduksi antara isteri

dan suami atau adanya kekerasan seksual dan pemaksaan (penggagahan) terhadap

seorang anak .

Dokter spesialis obseteri dan ginekologi dr Deradjat Mucharram Sastraikarta Sp OG

yang berpraktek di klinik spesialis Tribrata Polri mengatakan pernikahan pada anak

perempuan berusia 9-12 tahun sangat tak lazim dan tidak pada tempatnya. ”Apa alasan

ia menikah? Sebaiknya jangan dulu berhubungan seks hingga anak itu matang fisik

maupun psikologis”. Kematangan fisik seorang anak tidak sama dengan kematangan

psikologisnya sehingga meskipun anak tersebut memiliki badan bongsor dan sudah

menstruasi, secara mental ia belum siap untuk berhubungan seks.

Ia memanbahkan, kehamilan bisa saja terjadi pada anak usia 12 tahun. Namun

psikologisnya belum siap untuk mengandung dan melahirkan. Jika dilihat dari tinggi

badan, wanita yang memiliki tinggi dibawah 150 cm kemungkinan akan berpengaruh

pada bayi yang dikandungnya. Posisi bayi tidak akan lurus di dalam perut ibunya. Sel
telur yang dimiliki anak juga diperkirakan belum matang dan belum berkualitas

sehingga bisa terjadi kelainan kromosom pada bayi.

Dampak psikologis

(Devi, 2012) Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks,

sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit

disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada

perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan hidupnya. Selain itu, ikatan

perkawinan akan menghilangkan hak anak untuk memperoleh pendidikan (Wajar 9

tahun), hak bermain dan menikmati waktu luangnya serta hak-hak lainnya yang

melekat dalam diri anak.

Menurut psikolog dibidang psikologi anak Rudangta Ariani Sembiring Psi,

mengatakan ”sebenarnya banyak efek negatif dari pernikahan dini. Pada saat itu

pengantinnya belum siap untuk menghadapi tanggungjawab yang harus diemban

seperti orang dewasa. Padahal kalau menikah itu kedua belah pihak harus sudah cukup

dewasa dan siap untuk menghadapi permasalahan-permasalan baik ekonami, pasangan,

maupun anak. Sementara itu mereka yang menikah dini umumnya belum cukup

mampu menyelesaikan permasalan secara matang”.

Ditambahkan Rudangta, ”Sebenarnya kalau kematangan psikologis tidak ditentukan

batasan usia, karena ada juga yang sudah berumur tapi masih seperti anak kecil. Atau

ada juga yang masih muda tapi pikirannya sudah dewasa”. Kondisi kematangan

psikologis ibu menjadi hal utama karena sangat berpengaruh terhadap pola asuh anak

di kemudian hari. ” yang namanya mendidik anak itu perlu pendewasaan diri untuk

dapat memahami anak. Karena kalau masik kenak-kanakan, maka mana bisa sang ibu
mengayomi anaknya. Yang ada hanya akan merasa terbebani karena satu sisi masih

ingin menikmati masa muda dan di sisi lain dia harus mengurusi keluarganya”.

Dampak sosial

Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat patriarki

yang bias gender, yang menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya

dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran

agama apapun termasuk agama Islam yang sangat menghormati perempuan (Rahmatan

lil Alamin). Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya patriarki yang bias gender

yang akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan (nurhasanah, 2012).

Dampak Kehamilan Resiko Tinggi pada Usia Muda.

Yulianti, R. (2010) ada beberapa dampak beresiko tinggi hamil di usia muda :

a. Keguguran.

Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena

terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga

non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti

tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat

menimbulkan kemandulan.

b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.

Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang

belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga

dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun.

cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan,

pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang,


keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena

keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum

obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya

sendiri.

Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang,

sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan

dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat

badan lahir rendah dan cacat bawaan.

c. Mudah terjadi infeksi.

Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi

infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.

d. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.

Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan

pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada saat hamil mayoritas

seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk

meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan

plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi

anemis..

e. Keracunan Kehamilan (Gestosis).

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin

meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau

eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat

menyebabkan kematian.
f. Kematian ibu yang tinggi.

Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi.

Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang

kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun).

Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:

a) Resiko bagi ibunya :

1. Mengalami perdarahan.

Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang

terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga disebabkan selaput ketuban

stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam rahim).kemudian proses

pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada

jalan lahir.

2. Kemungkinan keguguran / abortus.

Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. hal ini

disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik

dengan obat-obatan maupun memakai alat.

3. Persalinan yang lama dan sulit.

Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin.penyebab dari

persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul,

kelaina kekuatan his dan mengejan serta pimpinan persalinan yang

salahKematian ibu.Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh

perdarahan dan infeksi.


b) Dari bayinya :

a) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.

Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal ini

terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.

b) Berat badan lahir rendah (BBLR).

Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram.

kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil

kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita

oleh ibu hamil.

c) Cacat bawaan.

Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat

pertumbuhan.hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan

genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan

hormon.

d) Kematian bayi.kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya

atau kematian perinatal.yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram,

kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran kongenital serta lahir

dengan asfiksia.(Manuaba,1998).

e) Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional

ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa

muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara

emosional ketika si ibu mengandung bayinya.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2007). Analisis Eksistensial Sebuah Pendekatan Alternatif untuk Psikologi


Psikiatri. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Devi. (2012) Kesehatan Reproduksi Remaja, Jogjakarta:EGC.
Nurhasanah, Uswatun. (2012). Pandangan Islam tentang Pernikahan Dini. Terampil,
Vol. 2, No.2. Hal: 217-232
Mansur, Herawati & Budiarti, Temu. (2014). Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta: Salemba
Medika
Manuaba. (1998). Risiko Kehamilan Pada Usia Dini, Jakarta. EGC
Sarwono, S.W. (2013). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo
Yulianti, R. (2010). Dampak yang Ditimbulkan Akibat Perkawinan Usia Dini. Jurnal
Pamator. Vol.3, No.1. Hal: 1-5

Anda mungkin juga menyukai