Pembakaran Sampah Sebagai Suatu Kasus Ketidakpedulian Masyarakat Terhadap Lingkungan
Pembakaran Sampah Sebagai Suatu Kasus Ketidakpedulian Masyarakat Terhadap Lingkungan
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas berkah dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembakaran
Sampah Sebagai Suatu Kasus Ketidakpedulian Masyarakat Terhadap
Lingkungan ” dengan lancar tanpa suatu kesulitan.
Makalah disusun dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah Konservasi
Sumber Daya Alam semester genap Tahun 2017/2018. Dalam menyusun makalah
ini, sudah barang tentu banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada :
1. Dosen pembimbing penulisan makalah ini.
2. Kedua orangtua penulis, yang telah memberi dukungan moril maupun
materiil kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.
3. Tak lupa rasa terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang
belum tersebut namanya, yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tindakan tindakan yang tidak sesuai dengan etika lingkungan
2. Mengetahui keterkaitan antara prinsip prinsip etika lingkungan dengan
permasalahan yang ada
3. Mengetahui solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
2
BAB II
ISI
3
d. Pada ibu hamil dapat menimbulkan efek terhadap reproduksi atau
perkembangan, seperti keguguran, kemandulan dan kelainan bawaan saat lahir.
Dampak terhadap lingkungan perairan
Dioxin dapat menumpuk pada tanah sungai, sehingga menempuh perjalanan
lebih jauh ke hilir atau masuk ke tubuh ikan.
Pengaruh terhadap lingkungan alam (tumbuh-tumbuhan)
Dioxin yang terlepas ke atmosfer, menumpuk pada tanaman yang kemudian
akan di makan oleh hewan.
Disamping dioxin, pembakaran sampah di dalam udara terbuka juga
menimbulkan kabut asap yang tebal yang mengandung bahan lainnya seperti
partikel debu yang kecil-kecil yang biasa disebut particulate matter (PM) 10
mikron yang biasa disebut PM10. Alat saring pernafasan kita tidak sanggup
menyaring PM10 ini sehingga bisa masuk ke paru-paru kita, dan bisa
menyebabkan sakit gangguan pernafasan asma dan radang paru-paru, infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA), radang selaput lender mata, alergi, iritasi mata
dan lain-lain.
Membakar sampah menambah emisi karbon ke tingkat yang lebih tinggi.
Berikut dampak jika menghirup karbon dioksida:
Dapat menyebabkan rasa mengantuk dan cepat lelah, adanya rasa pusing,
gelisah, sakit kepala yang tiba-tiba, dan ketidaksadaran. Penglihatan redup,
mengurangnya pendengaran secara tiba-tiba, keringat yang lebih,
pendeknya pernafasan, meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah.
Dampak pembakaran sampah ini akan menimbulkan polutan yang
dihasilkan akibat pembakaran sampah dapat menyebabkan gangguan
kesehatan dan pemicu kanker (karsinogenik).
Asap dari pembakaran plastik sangat berbahaya jika tercium, antara lain
dapat memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati hingga infeksi
saluran napas. Sementara bagi ibu hamil, terkena asap bakaran plastik dalam
jangka waktu tertentu bisa memengaruhi pertumbuhan janin. Fakta lain dari
dampak buruk bagi kesehatan misalnya, asap dari pembakaran sampah
mengandung benzopirena atau sejenis gas beracun yang berbahaya untuk jantung,
4
sekitar 350 kali lebih banyak dari asap rokok. Zat ini dicurigai sebagai biang
keladi penyebab kanker dan hidrokarbon berbahaya penyebab iritasi.
Pembakaran sampah di area terbuka juga menghasilkan partikel debu halus
atau Particulate Matter (PM) yang mencapai level PM 10 atau 10 mikron. Dengan
tingkatan tersebut, zat ini tidak dapat disaring oleh alat pernapasan manusia,
sehingga bisa masuk ke paru-paru dan mengakibatkan gangguan pernapasan.
Limbah organik misalnya daun dan ranting kering, kertas atau kayu bekas.
Karbon dioksida yang dihasilkan dari pembakaran bahan-bahan organik, menjadi
kontribusi peningkatan efek rumah kaca sebesar 5 persen. Hal ini merupakan
salah satu faktor yang turut memengaruhi kondisi pemanasan global.
A. Keterkaitan pembakaran sampah terhadap prinsip prinsip etika
lingkungan
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan empat tahapan
pencemaran daiantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Pencemaran tingakat pertama, yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan
kerugian pada manusia, baik dilihat dari kadar zat pencemarannya maupun
waktu kontaknya dengan lingkungan.
2. Pencemaran tingkat kedua, yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan
iritasi ringan pada panca indera dan alat vegetatif lainnya serta telah
menimbulkan gangguan pada komponen ekosistem lainnya.
3. Pencemaran tingkat ketiga, yaitu pencemaran yang telah menimbulkan
reaksi pada alat tubuh dan menyebabkan sakit yang kronis.
4. Terakhir yaitu Pencemaran tingkat keempat, ialah pencemaran yang telah
menimbulkan sakit bahkan kematian dalam lingkungan karena kadar zat
pencemarannya terlalu tinggi.
Dalam hal ini membakar sampah termasuk dalam pencemaran keempat dimana
pencemaran udara sangat berdampak buruk bagi lingkungan. Oleh karena itu
pencemaran udara hendaknya dapat kurangi.
Adanya membakar sampah membuktikan bahwa kesadaran masyarakat akan
lingkungan masih kurang. Asap dari pembakaran sampah dapat mencemari
lingkungan biotik dan abiotik. Sehingga dari kegiatan membakar sampah ini
seluruh komponen dari lingkungan dirugikan. Kesadaran akan etika lingkungan
5
yang minim menyebabkan masyarakat melakukan tindakan instan untuk
mengatasi sampah plastik dengan cara membakarnya. Padahal cara tersebut dapat
menimbulkan bahaya tidak hanya bagi manusia tapi keseluruhan aspek
lingkungan.
Etika lingkungan untuk sadar akan menjaga seluruh ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa belum dapat diterapkan oleh masyarakat. Terbukti dengan adanya
kegiatan membakar sampah tersebut.
B. Solusi
Salah satu cara mengurangi dampak buruk dapat menggunakan alat
pemusnah limbah seperti ciptaan Haji Chaerudin yang tinggal di daerah sungai
Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Cara kerja pembakaran sampah yang disebut
ramah lingkungan ini sekilas memang hampir sama dengan menggunakan mesin
pengolah sampah. Namun menjadi ramah lingkungan karena tidak perlu bahan
bakar di awal pembakaran serta menghasilkan sisa pembakaran dengan jumlah
abu yang sedikit dan aman untuk dibuang di tanah. Alat ini dikatakan juga
menghasilkan sedikit asap, yang setelah diproses menjadi asap cair berwarna
putih tipis aman bagi udara. Cara lainnya adalah dengan memilah sampah menjadi
sampah organik dan anorganik serta tidak membakarnya di lingkungan terbuka.
Bisa juga seperti Zuhdi A. Kasim, seorang peneliti di Lembaga
Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan pada Institut Teknologi bandung
(ITB) yang menciptakan mesin pembakar sampah inovatif. Selain mampu
menghasilkan bahan bakar untuk mesin chopper, alat itu juga menghemat solar
hingga 80 persen. Mesin itu berupa reaktor pyrolisis. Gunanya mengubah sampah
benda padat menjadi gas sederhana. Bentuknya berupa tabung dengan penutup
dari besi. Kapasitas isi 200 liter atau bisa memuat sampah kering seberat 50
kilogram. Sampah yang dibakar di reaktor itu, misalnya plastik, dedaunan, dan
sabut kelapa. Gas dan hawa panas yang dihasilkan kemudian dialirkan lewat
selang kemudian dikondensasi. Hasilnya berupa minyak sampah yang berwarna
hitam seperti oli bekas, kemudian dicampur dengan sedikit solar di dalam mesin
chopper. Mesin chopper biasa dipakai untuk menggiling tepung, jagung, kelapa
parut, mesin kompos, atau oleh tukang tambal ban untuk mengisi angin.
6
Solusi lain adalah dengan cara menekan jumlah limbah sampah plastik
sehingga persentase membakar sampah dapat kurangi. Dapat juga dilakukan
dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar kesadaran akan etika
lingkungan dapat diterapkan. Selain solusi diatas, dapat juga diterapkan dengan
lebih giat lagi prinsip 3R, yaitu reuse, reduce, dan recycle. Sampah plastik dapat
di daur ulang untuk berbagai hal.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pembakaran sampah tidak sesuai dengan dengan etika lingkungan karena
dapat menciptakan masalah baru, yaitu masalah kesehatan, polusi, dan hal
itu sangat mengganggu baik untuk manusia maupun lingkungan sekitar.
2. Keterkaitan pembakaran sampah ini terhadap prinsip prinsip etika
lingkungan adalah bahwa dengan adanya membakar sampah membuktikan
bahwa kesadaran masyarakat akan lingkungan masih kurang. Asap dari
pembakaran sampah dapat mencemari lingkungan biotik dan abiotik.
Sehingga dari kegiatan membakar sampah ini seluruh komponen dari
lingkungan dirugikan.
3. Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara menggunakan alat
pemusnah sampah yang aman, menekan jumlah limbah sampah plastik
sehingga persentase membakar sampah dapat kurangi, memberikan
sosialisasi kepada masyarakat agar kesadaran akan etika lingkungan dapat
diterapkan, dan dapat juga diterapkan dengan lebih giat lagi prinsip 3R,
yaitu reuse, reduce, dan recycle. Sampah plastik dapat di daur ulang untuk
berbagai hal.
3.2 Saran
1. Sebaiknya jangan membakar sampah, karena hal itu dapat merugikan
banyak hal.
2. Sebaiknya masyarakat dapat diberikan sosialisasi mengenai etika
lingkungan agar dapat tetap mempertahankan fungsi dan kelestarian
lingkungan demi kenyamanan bersama.
8
DAFTAR PUSTAKA