Anda di halaman 1dari 26

Form: 01-01 (Research day)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
KONSENTRASI KEPERAWATAN DEWASA

1. Nama : Dadi Hamdani NIM: 22020117410046


Supervisor : Candra Bagus Ropyanto, M. Kep. Sp.KMB
Niken Safitri Dyan K, S. Kep., MSi. Med
Tahun akademik: 2017
2. Judul tesis
Pengaruh Senam Otak Terhadap Fungsi Kognitif Pada Pasien Diabetes Mellitus
3. Latar Belakang dan signifikansi masalah
Saat ini penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan
angka insidensi dan prevalensi Diabetes mellitus diberbagai penjuru dunia. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang DM
yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global. WHO memprediksi kenaikan jumlah
penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta
pada tahun 2030. Laporan ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM
sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035. Sedangkan International Diabetes Federation
(IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta
pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035 (PERKENI, 2015).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003, diperkirakan


penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan
mengacu pada pola pertambahan penduduk, maka diperkirakan pada tahun 2030 nanti
akan ada 194 juta penduduk yang berusia diatas 20 tahun (PERKENI, 2015).

Christopher dkk dalam penelitiannya mendapatkan bahwa diabetes mellitus (DM)


berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif. Diabetes mellitus berhubungan dengan
penurunan kecepatan psikomotorik, fungsi lobus frontalis/eksekutif, memori verbal,
Form: 01-01 (Research day)

kecepatan proses, fungsi motorik kompleks, memori kerja, ingatan segera, ingatan tunda,
kelancaran verbal, retensi visual, dan atensi (Christoper Kodl , Seaquist, 2008).

Kadar glukosa atau gula darah yang tinggi dapat mengakibatkan terbentuknya
radikal bebas sehingga memicu terjadinya stres oksidatif. Stres oksidatif dapat
meyebabkan kerusakan pada berbagai sel di dalam tubuh tidak terkecuali sel yang berada
di otak sehingga fungsi kognitif dapat terganggu (Vijayakumar, 2014). Penelitian yang
dilakukan oleh Luchsinger selama 4,3 tahun juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara diabetes dengan cognitive impairment dan alzheimer disease. (Luchsinger et. al,
2012).

Diabetes mellitus meningkatkan risiko gangguan penyakit alzheimer dan demensia


vaskuler, resiko akan semakin meningkat ketika diabetes terjadi pada usia pertengahan
(Xu, 2014).

Penelitian oleh Crane yang dilakukan di Washington dengan menggunakan 2067


sampel memberikan hasil bahwa kadar glukosa tinggi ternyata meningkatkan risiko
terjadinya demensia (Crane, 2013).

Selain itu, penelitian yang dilakukan Moore menunjukkan bahwa individu dengan
diabetes mellitus mempunyai fungsi kognitif yang lebih buruk daripada individu tanpa
Diabetes Mellitus (Moore et. al, 2013). Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar
glukosa darah puasa dengan fungsi kognitif (Nariswari, 2015).

Laporan WHO tahun 2012 memperkirakan bahwa sekitar 22 juta individu di


seluruh dunia mengalami penyakit Alzheimer dan demensia vascular serta
memprediksikan bahwa sekitar 80 juta individu akan mengalami kondisi ini pada tahun
2020 (O’Brien, dkk, 2008). Prevalensi demensia di Indonesia dari 220 juta penduduk,
akan ditemukan sekitar 2,2 juta penderita (Anurogo, 2014).

Senam otak atau brain gym adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh
sederhana. Gerakan itu dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi
lateralitas), meringankan atau merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak
Form: 01-01 (Research day)

(dimensi pemfokusan), merangsang sistem yang terkait dengan perasaan/emosional,


yakni otak tengah (limbik) serta otak besar (dimensi pemusatan) (Denisson 2009).

Menurut Muhammad (2011), senam otak dapat memperlancar aliran darah dan
oksigen ke otak, serta meningkatkan daya ingat dan konsentrasi.

Dalam penelitian (Ari Sapti dkk 2012) ada pengaruh senam otak terhadap daya
ingat pada wanita post menopause dalam kemampuan menghafal ayat Alqur’an.

Selama ini belum ada penelitian mengenai pengaruh senam otak terhadap fungsi
kognitif pada pasien DM, oleh sebab itu penulis tertarik melakukan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh senam otak terhadap fungsi kognitif pada pasien diabetes mellitus.

4. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam otak (brain Gym) terhadap
fungsi kognitif pada pasien diabetes mellitus
5. Pertanyaan penelitian
Apakah ada pengaruh senam otak terhadap fungsi kognitif pada pasien diabetes mellitus?
Form: 01-01 (Research day)

6. Kerangka konsep atau kerang kateori


Penurunan Fungsi
Diabetes
Kognitif
Mellitus

 Psikomotorik
 Frontalis eksekutif
 Memori verbal
 Memori kerja
 Ingatan tunda
 Kelancaran verbal
 Atensi
 Retensi visual

Managemen
untuk
meningkakan
fungsi kognitif
 Terapi kognitif
 Terapi
reminiscene
 Terapi senam
otak

Sumber : (ADA, 2015. Strub dkk., 2000. Denisson 2009. Kodl C, Seaquist, 2008)
Form: 01-01 (Research day)

7. Kerangka metodelogi
PRETEST PERLAKUAN POSTEST

R1 A1 X A2

R2 B1 B2
P = popolsi
R = Responden penelitian (R1 : Kelompok eksperimen, R2 Kelompok Kontrol)
X = Intervensi senam otak 2x15 menit Pagi dan sore selama 3 hari
A1 = Observasi fungsi kognitif sebelum diberikan senam otak
A2 = Observasi fungsi konitif setelah diberikan senam otak
B1 = Obserfasi fungsi kognitif tanpa diberikan senam otak
B2 = Obserfasi funsi kognitif tanpa diberikan senam otak
8. Definisi operasional atau konseptual

Variabel Definisi Alat Ukur Indikator Skala Skor


Operasional Penelitian Data

Independen

Senam Otak Senam otak atau


brain gym
adalah
serangkaian
latihan berbasis
gerakan tubuh
sederhana untuk
merangsang otak
kiri dan kanan,
meringankan
Form: 01-01 (Research day)

atau merelaksasi
otak belakang
dan otak depan
merangsang
sisteem yang
terkait dengan
perasaan atau
emosional

Dependen

Fungsi Kognitif adalah Kuisioner Penilaian Ordinal 1. Sekor


Kognitif proses berfikir mini mental mini mental kognitif
seseorang untuk status status normal : 26-
memperoelh eximination eximination 30
pengetahuan (MMSE) (MMSE)
2. Sekor
dengan cara sejumlah 11
kognitif
mengingat, pertanyaan
ringan : 21-
memahami,mem
25
membayangkan
dan berbahasa. 3. Sekor
kognitif
sedang : 19-
20

4. Sekor
kogmitif
berat : 0-18
Form: 01-01 (Research day)

9. Rancangan metode research


- Desain penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan quasy experimental desaign
dengan pendekatan pretes postest control group dsign.
- Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan Diabetes Mellitus di ruang rawat
inap Rumah Sakit
- Instrument/tools penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Audio visual senam otak,
lembar Penilaian Mini mental status eximinitation (MMSE).
- Validitas dan reliabilitas
a) Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan apakah alat ukur itu mampu
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner untuk demensia
menggunakan MMSE (Mini Mental State Examination) tentang gangguan
kognitif yang sudah dibakukan oleh asosiasi alzheimer indonesia oleh POKDI
Fungsi Luhur Perdossi (Modifikasi Folstein) sehingga tidak perlu dilakukan uji
validitas lagi (Kusumoputro 2004).
b) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Saryono 2008). Uji
reliabilitas dilakukan hanya pada soal yang telah dinyatakan valid. Uji reliabilitas
menggunakan alpha Cronbach, dimana instrumen penelitian dinyatakan reliabel
bila diperoleh nilai alpha minimal 0,60. Pada penelitian ini kuesioner sudah baku
sehingga tidak di uji reliabilitas berarti kuesioner layak untuk digunakan.
- Proses penelitian
Peneliti mengajukan surat izin penelitian, peneliti menggunakan data rekam medik
dari diagnosa Dokter yang menderita Diabettes Mellitus dan membagi kedalam 2
kelompok, kelompok Intervensi dan kelompok kontrol. Setelah itu menjelaskan
Form: 01-01 (Research day)

tujuan penelitian, apabila bersedia maka peneliti memberikan lembar persetujuan


menjadi responden penelitian untuk ditandatangani serta kontrak waktu untuk
melakukan senam otak. Seluruh responden yang bersedia akan di lakukan pre test
terlebih dahulu dengan diberikan kuesioner Mini Mental Status Examination untuk
menilai fungsi kognitif, dalam kuesioner tersebut terdapat 11 pertanyaan yang harus
dijawab oleh Responden untuk mengetahui skor fungsi kognitif. Setelah dilakukan
pre test, selanjutnya peneliti memberikan perlakuan senam otak dengan alat bantu
video selama 2x15 menit dalam 1 hari Pagi dan sore selama 3 hari. Post test
dilakukan setelah 3 hari perlakuan dengan menggunakan pertanyaan dari kuesioner
Mini mental status eximinitation untuk mengetahui fungsi kognitif pada responden.
- Analisis data
Analisa data untuk pengujian statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap dua kelompok sampel yang berskala
interval:

a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dengan kolmogorov-smirnove, bertujuan untuk
mengetahui distribusi data fungsi kognitif sebelum dan sesudah perlakuan pada
kedua kelompok. Jika hasilnya p > 0.05 maka dikatakan bahwa data berdistribusi
normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data dengan levene test, bertujuan untuk mengetahui varian
nilai peningkatan fungsi kognitif sebelum dan setelah perlakuan pada kedua
kelompok sampel, kemudian mengetahui adanya varian umur, jenis kelamin,
fungsi kognitif. Dengan pengujian bila p > 0.05 maka data homogen.
c. Uji Hipotesis
Jika data normal, maka dilakukan uji t-test menggunakan paired sampel
test. Uji beda rerata menggunakan uji komparasi independent t-test.
Form: 01-01 (Research day)

10. Luaran penelitian yang diharapkan


- Publikasi Jurnal
- Pemakalah di forum Ilmiah
- Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi baru mengenai
penerapan senam otak terhadap fungsi kognitif pada pasien diabetes mellitus,
mengoptimalkan fungsi kognitif serta mencegah terjadinya gangguan fungsi kognitif
yang lebih lanjut pada penderita penyakit diabetes mellitus.
Form: 01-01 (Research day)

11. Referensi

Anurogo, Ditto & Fritz Sumantri Usman. 2014.” 45 Penyakit dan Gangguan Saraf”.

Yogyakarta. Raphe publishing.

American Diabetes Association, 2015. Standards of Medical Care in Diabetes, Diabetes


Care. ;38 (Sppl 1):S1-S87.

Ari Sapti dkk 2012,Pengaruh Senam Otak Terhadap Daya Ingat Pada Wanita Post
Menopause, Program Studi Diploma IV Fisioterapi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan ‘Aisyiyah Surakarta

Azizah dkk, 2014, Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif pada pasien diabetes
melitus tipe 2, Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Samarinda.

Budi Riyanto Wreksoatmodjo, 2014, Beberapa Kondisi Fisik dan Penyakit yang Merupakan
Faktor Risiko Gangguan Fungsi Kognitif, Bagian Neurologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Atmajaya, Jakarta.

Christopher T. Kodl and Elizabeth R. Seaquis, 2008, Cognitive Dysfunction and Diabetes
Mellitus.University of Minnesota

Crane, P., Rod, W., Rebecca, A., Li, G. L., David, M., Hui, Z., Sebastian, H., Suzanne, C.,
Thomas, J., Steven, E. K., Wayne, M., Susan, M, M., James, D. B., Eric, B. L.,
2013. Glucose Levels and Risk of Dementia. New England Journal Medical.
369(6): 540-548.

Dennison, Paul E., Gail E. Dennison 2008, Buku Panduan Lengkap Brain Gym Senam Otak,
Grasindo, Jakarta.
Form: 01-01 (Research day)

Gustaviani, R., 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus dalam: Sudoyo,
S.,Setiyohadi, B., Alwi, I.,K, Marcellus.,Setiyati, S., editor. Buku AjarIlmu
Penyakit Dalam Jilid III edisi V : FKUI. hal 1857.Jakarta

Kuntarti, Dewi Gayatri, Etty Rekawati 2009. Pengaruh Senam Otak Pada Daya Ingat
Orang Dewasa, Kelompok Keilmuan Dasar Keperawatan & Keperawatan Dasar,
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.

Kusumoputro S, Sidiarto L, Markam S, 2013. Perkembangan fungsi kortikal luhur dalam


klinik kedokteran. Dalam:Kusumoputro S, penyunting. Neurologi klinik. :Bagian
Neurologi FKUI/RSCM,Jakarta.

Luchsinger, J. A., Ming, T., Yaakov, S., Steven, S., Richard, M., 2012. Diabetes Melitus and
Risk of Alzheimer’s Disease and Dementia with Stroke in a Multiethbic Cohort.
American Journal of Epidemiology. 154(7):635- 641.

Modul psikiatri geriatri 2008. Program pendidikan dokter spesialis Kolegium Psikiatri
Indonesia, Jakarta.

Moore, E. M., Alastair, G., David, A., Mark, A. K., Ross, P. C., Henry, B., Michael, W.,
2013. Increased Risk of Cognitive Impairment in Patients with Diabetes is
Associated with Metformin. Diabetes Care. Hal 1-7

Muhammad, A. 2011. Dahsyatnya Senam Otak. Yogyakarta: DIVA Press

Nariswari Putri Widyandhini, Nur Hidayat, Erika Diana Risanti, 2015, Pengaruh Kadar
Glukosa Darah Terhadap Fungsi Kognitif Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe
2, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Nova Relida Samosir, 2015, Penambahan Senam Otak Pada Aktivitas Fungsional Dan
Rekreasi (Afr) Lebih Baik Daripada Aktivitas Fungsional Dan Rekreasi (Afr)
Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Prasekolah, Program
Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.
Form: 01-01 (Research day)

Nursalam, 2011, Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,


Salemba Medika, Jakarta.

O‘Brien, dkk. (2004). Mapping vulnerability to multiple stressors: climate change and
globalization in India. Global Environmental Change, 14(4), 303–313.

PERKENI Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2015, Konsensus Pengendalian dan


Pencegahan Diabetes Mellitus, Jakarta.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), 2013.

Rochmad Agus Setiawan, 2014, Pengaruh Senam Otak Dengan Fungsi Kognitif Lansia
Demensia Di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta, Program Studi s-1
Keperawatan Stikes Kusuma Husada, Surakarta.

Supardjiman 2007, Buku Panduan brain gym Senam Otak. Jakarta : Grasindo Gramedia
Widiarsana Indonesia.

Turana,Y., Mayza, A., Lumempouw, S. F. 2004. “Pemeriksaan Status Mental Mini pada
Usia Lanjut di Jakarta”, Medika.Vol.XXX, September, hal 563.

Velayudhan, L., Michaela, P., Nicola, A., Petroula, P., Richard. G. B., Simon, L., 2013. Risk
of Developing Dementia in People with Diabetes and Mild Cognitive
Impairment. The British Journal of Psychiatry. 196: 36-40

Vijayakumar, T. N., Sirisha., Farzana, B., Dhanaraja., 2014. Mechanism Lingking Cognitive
Impairment and Diabetes Mellitus. European Journal of Applied Sciences. 4
(1):01-05.

Xu, W., Qiu, C., Gatz, M., Pedersen, N., Johansson, B., Fratiglioni, L., 2014. Midand Late-
Life Diabetes in Relation to the Risk of Dementia. Diabetes. Vol 58.

Zulsita 2010, Pengaruh senam otak terhadap peningkatan daya ingat lansia di Panti
Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan, Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, Sumut.
Form: 01-01 (Research day)

Gerakan Cara melakukan gerakan dan


Fungsinya
Dimernsi lateralis

Cara melakukan gerakan :

Menggerakkan tangan kanan bersamaan


dengan kaki kiri dan kaki kiri dengan
tangan kanan. Bergerak ke depan, ke
samping, ke belakang, atau jalan di
tempat. Untuk menyeberang garis
tengah sebaiknya tangan menyentuh
lutut yang berlawanan.

Fungsinya :
Gambar 1. Gerakan Silang
a. Meningkatkan koordinasi
(Cross Crawl)
kiri/kanan

b. Memperbaiki pernafasan dan


stamina
Form: 01-01 (Research day)

c. Memperbaiki koordinasi dan


kesadaran tentang ruang dan gerak.

d. Memperbaiki pendengaran dan


penglihatan.

Cara melakukan gerakan :

Gerakan dengan membuat angka


delapan tidur di udara, tangan mengepal
dan jari jempol ke atas, dimulai dengan
menggerakkan kepalan ke sebelah kiri
atas dan membentuk angka delapan
tidur. Diikuti dengan gerakan mata
melihat ke ujung jari jempol. Buatlah
angka 8 tidur 3 kali setiap tangan dan
dilanjutkan 3 kali dengan kedua tangan.

Gambar 2. Gerakan 8 Tidur (Lazy 8) Fungsinya :

a. Melepaskan ketegangan mata,


tengkuk, dan bahu pada waktu
memusatkan perhatian dan
meningkatkan kedalaman persepsi

b. Meningkatkan pemusatan,
keseimbangan dan koordinasi.
Form: 01-01 (Research day)

Cara melakukan gerakan :

Menggambar dengan kedua tangan


pada saat yang sama, ke dalam, ke luar,
ke atas dan ke bawah. Coretan ganda
dalam bentuk nyata seperti : lingkaran,
segitiga, bintang, hati, dsb. Lakukan
dengan kedua tangan.

Fungsinya :

a. Kesadaran akan kiri dan kanan.


Gambar 3. Gerakan Coretan Ganda
b. Memperbaiki penglihatan perifer
(Double doodle)
c. Kesadaran akan tubuh, koordinasi,
serta keterampilan khusus tangan
dan mata.

d. Memperbaiki kemampuan olahraga


dan keterampilan gerakan.

Gerakan Cara melakukan gerakan dan


Fungsinya
Pemfokusan

Cara melakukan gerakan :

Urutlah otot bahu kiri dan kanan. Tarik


napas saat kepala berada di posisi
tengah, kemudian embuskan napas ke
samping atau ke otot yang tegang
sambil relaks. Ulangi gerakan dengan
tangan kiri.
Form: 01-01 (Research day)

Fungsinya :

a. Melepaskan ketegangan tengkuk


dan bahu yang timbul karena
stress.

b. Menyeimbangkan otot leher dan


tengkuk (Mengurangi sikap tubuh
yang terlalu condong ke depan)

c. Menegakkan kepala (Membantu

Gambar 4. Gerakan Burung Hantu mengurangi kebiasaan

(The Owl) memiringkan kepala atau bersandar


pada siku (Dennison, 2004).

Cara melakukan gerakan :

Luruskan satu tangan ke atas, tangan


yang lain ke samping kuping
memegang tangan yang ke atas. Buang
napas pelan, sementara otot-otot
diaktifkan dengan mendorong tangan
keempat jurusan (depan, belakang,
dalam dan luar), sementara tangan yang
satu menahan dorongan tsb.

Fungsinya :

a. Peningkatan fokus dan konsentrasi


tanpa fokus berlebihan

b. Pernafasan lebih lancar dan sikap


Gambar 5. Gerakan Mengaktifkan
lebih santai
Form: 01-01 (Research day)

Tangan c. Peningkatan energi pada tangan


dan jari
(The Active Arm)

Cara melakukan gerakan :

Cengkeram tempat-tempat yang terasa


sakit di pergelangan kaki, betis dan
belakang lutut, satu persatu, sambil
pelan-pelan kaki dilambaikan atau
digerakkan ke atas dan ke bawah.

Fungsinya :

Gambar 6. Gerakan Lambaian Kaki a. Sikap tubuh yang lebih tegak dan
relaks
(The Footflex)
b. Lutut tidak kaku lagi

c. Kemampuan berkomunikasi dan


memberi respon meningkat
Form: 01-01 (Research day)

Cara melakukan gerakan :

Duduk di kursi dan silangkan kaki.


Tundukkan badan dengan tangan ke
depan bawah, buang nafas waktu turun
dan ambil nafas waktu naik. Ulangi 3 x,
kemudian ganti kaki.

Fungsinya :

Gambar 7. Gerakan Luncuran a. Merelakskan daerah pinggang,


Gravitasi pinggul dan sekitarnya.

(The Gravitational glider) b. Tubuh atas dan bawah bergerak


sebagai satu kesatuan

Cara melakukan gerakan :

Mulai dengan kaki terbuka. Arahkan


kaki kanan ke kanan, dan kaki kiri tetap
lurus ke depan. Tekuk lutut kanan
sambil buang napas, lalu ambil napas
waktu lutut kanan diluruskan kembali.
Pinggul ditarik ke atas. Gerakan ini
untuk menguatkan otot pinggul (bisa
Gambar 8. Gerakan Pasang kuda- dirasakan di kaki yang lurus) dan
Kuda membantu kestabilan punggung. Ulangi
3x, kemudian ganti dengan kaki kiri.
(Grounder)
Fungsinya :

a. Keseimbangan dan kestabilan lebih


besar

b. Konsentrasi dan perhatian


Form: 01-01 (Research day)

meningkat

c. Sikap lebih mantap dan relaks

Cara melakukan gerakan dan


Fungsinya:

Air merupakan pembawa energi listrik


yang sangat baik. Dua per tiga tubuh
manusia terdiri dari air. Air dapat
mengaktifkan otak untuk hubungan
elektro kimiawi yang efisien antara otak
dan sistem saraf, menyimpan dan
menggunakan kembali informasi secara
efisien. Minum air yang cukup sangat
bermanfaat sebelum menghadapi test
Gambar 9. Gerakan Air (Water)
atau kegiatan lain yang menimbulkan
stress. Kebutuhan air adalah kira-kira 2
% dari berat badan per hari.

Fungsinya :

a. Konsentrasi meningkat
(mengurangi kelelahan mental)

b. Melepaskan stres, meningkatkan


Form: 01-01 (Research day)

konsentrasi dan keterampilan


sosial.

c. Kemampuan bergerak dan


berpartisipasi meningkat.

d. Koordinasi mental dan fisik


meningkat (Mengurangi berbagai
kesulitan yang berhubungan
dengan perubahan neurologis)

Cara melakukan gerakan :

Sakelar otak (jaringan lunak di bawah


tulang selangka di kiri dan kanan tulang
dada), dipijat dengan satu tangan,
sementara tangan yang lain memegang
pusar.

Fungsinya :

Gambar 10. Gerakan Sakelar Otak a. Keseimbangan tubuh kanan dan


kiri
(Brain Buttons)
b. Tingkat energi lebih baik

c. Memperbaiki kerjasama kedua


mata (bisa meringankan stres
visual, juling atau pandangan yang
terus-menerus)

d. Otot tengkuk dan bahu lebih relaks


Form: 01-01 (Research day)

Cara melakukan gerakan :

Letakkan dua jari dibawah bibir dan


tangan yang lain di pusar dengan jari
menunjuk ke ba-wah.Ikutilah dengan
mata satu garis dari lantai ke loteng dan
kembali sambil bernapas dalam-dalam.
Napaskan energi ke atas, ke tengah-
tengah badan.
Gambar 11. Gerakan Tombol Bumi
Fungsinya :
(Earth Buttons)
a. Kesiagaan mental (Mengurangi
kelelahan mental)

b. Kepala tegak (tidak membungkuk)

c. Pasang kuda-kuda dan koordinasi


seluruh tubuh

Cara melakukan gerakan :

Sentuhkan 2 jari ke belakang telinga, di


lekukan tulang bawah tengkorak dan
letakkan tangan satunya di pusar.
Kepala sebaiknya lurus ke depan,
sambil nafas dengan baik selama 1
menit. Kemudian sentuh belakang
kuping yang lain.

Fungsinya :
Gambar 12. Gerakan Tombol imbang
a. Perasaan enak dan nyaman
(Balance Buttons)
b. Mata, telinga dan kepala lebih
Form: 01-01 (Research day)

tegak lurus pada bahu

c. Mengurangi fokus berlebihan pada


sikap tubuh

Cara melakukan gerakan :

Letakkan 2 jari di atas bibir dan tangan


lain pada tulang ekor selama 1 menit,
nafaskan energi ke arah atas tulang
punggung.

Fungsinya :

a. Kemampuan untuk relaks

Gambar 13. Gerakan Tombol Angkasa b. Kemampuan untuk duduk dengan

(Space Buttons) nyaman

c. Lamanya perhatian meningkat

Cara melakukan gerakan :

Pijit daun telinga pelan-pelan, dari atas


sampai ke bawah 3x sampai dengan 5x.

Fungsinya :

a. Energi dan nafas lebih baik

b. Otot wajah, lidah dan rahang


relaks.
Gambar 14. Gerakan Pasang Telinga
c. Fokus perhatian meningkat
(The Tinking Cap)
d. Keseimbangan lebih baik
Form: 01-01 (Research day)

Cara melakukan gerakan :

Pertama, letakkan kaki kiri di atas kaki


kanan, dan tangan kiri di atas tangan
kanan dengan posisi jempol ke bawa,
jari-jari kedua tangan saling
menggenggam, kemudian tarik kedua
tangan ke arah pusat dan terus ke depan
dada. Tutuplah mata dan pada saat

Gambar 15. Gerakan Kait relaks menarik napas lidah ditempelkan di


T
langit-langit mulut dan dilepaskan lagi
(Hook-Ups)
pada saat menghembuskan napas.
Tahap kedua, buka silangan kaki, dan
ujung-ujung jari kedua tangan saling
bersentuhan secara halus, di dada atau
dipangkuan, sambil bernapas dalam 1
menit lagi.

Fungsinya :

a. Keseimbangan dan koordinasi


meningkat

b. Perasaan nyaman terhadap


lingkungan sekitar (Mengurangi
kepekaan yang berlebihan)

c. Pernafasan lebih dalam


Form: 01-01 (Research day)

TES MMSE

Nilai
Item Tes Nilai
Maksimal

ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5
2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah 5
sakit), (lantai/kamar)
REGISTRASI
3
Sebutkan 3 buah nama benda ( jeruk, uang, mawar),
3
tiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga
nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang
benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan
dengan benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban
yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh 5
mengeja terbalik kata “ WAHYU” (nilai diberi pada
huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya
uyahw=2 nilai)

5 MENGINGAT KEMBALI (RECALL)


Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3
BAHASA
6
Pasien diminta menyebutkan nama benda yang
2
ditunjukkan ( pensil, arloji)
7
Pasien diminta mengulang rangkaian kata :” tanpa
8 1
kalau dan atau tetapi ”
3
Pasien diminta melakukan perintah: “ Ambil kertas ini
Form: 01-01 (Research day)

9 dengan tangan kanan, lipatlah menjadi dua dan letakkan


di lantai”. 1
10 Pasien diminta membaca dan melakukan
perintah “Angkatlah tangan kiri anda”
1
Pasien diminta menulis sebuah kalimat
(spontan)
Pasien diminta meniru gambar di bawah ini
11 1

Total

Pedoman Skor kognitif global (secara umum):

Nilai: 24 -30: normal

Nilai: 17-23 : probable gangguan kognitif

Nilai: 0-16:definite gangguan kognitif

Catatan: dalam membuat penilaian fungsi kognitif harus diperhatikan tingkat


pendidikan dan usia responden

Alat bantu periksa:

Siapkan kertas kosong, pinsil, arloji, tulisan yang harus dibaca dan gambar yang harus
ditiru / disalin.

Contoh: angkat tangan kiri anda

Dikutip dari: Kolegium Psikiatri Indonesia. Program pendidikan dokter spesialis


psikiatri. Modul psikiatri geriatri. Jakarta (Indonesia): Kolegium Psikiatri Indonesia;
2008.
Form: 01-01 (Research day)

Anda mungkin juga menyukai