MEMORANDUM HUKUM
Dari : E ( E1A016197)
● Kasus Posisi
Pada tanggal 24 September 2007 Ahmad Daroji dan BNI Cabang Purwokerto
melakukan perjanjian kredit sebesar Rp 150.000.000 dengan jangka waktu pelunasan
satu tahun (24 September 2007 – 23 September 2008). Pengajuan kredit tersebut
diniatkan Ahmad Daroji untuk usaha bahan bangunan. Dan sebagai jaminan perjanjian
kredit tersebut adalah 2 (dua) kavling beserta bangunan toko yang ada diatasnya yang
akan dibeli Ahmad Daroji dan telah disetujui BNI Cabang Purwokerto.
Dengan uang pinjaman dan uang pribadi Ahmad Daroji membeli 2 (dua)
kavling milik Darmanto yang terletak di Jalan Manggis 25, 26 Purwokerto (dibelakang
Klinik Bersalin milik Pemerintah Daerah), dengan posisi:
- Tanah seluas 50 m2 dengan hak milik beserta bangunan diatasnya senilai Rp
75.000.000;
- Tanah seluas 100 m2 dengan hak milik beserta bangunan diatasnya senilai
Rp 100.000.000.
Kedua bidang kaving tersebut kemudian diikat dengan Sertifikat Hak Tanggungan.
Pada saat jangka waktu perjanjian kredit berakhir, Ahmad Daroji belum dapat
mengembalikan uang pelunasannya. Sebagai jalan keluarnya, BNI Cabang Purwokerto
bersedia memberikan kredit ke-II sebesar Rp 200.000.000 dengan waktu pelunasan 1
tahun (24 September 2008 – 23 September 2009) yang langsung dipotong Rp
150.000.000 beserta bunga 1,5% setiap bulan untuk melunasi kredit I.
Pada saat jangka waktu perjanjian kredit ke-II berakhir, Ahmad Daroji belum
juga melunasi hutangnya. Dengan mengingat nilai kedua tanah dan bangunan yang ada
di pihak BNI Cabang Purwokerto sehingga pihak BNI memberikan kelonggaran waktu
pelunasan dengan memperpanjang kredit satu tahun berikutnya (23 September 2010).
Berdasarkan rencana tata ruang Pemerintah Daerah, tanah milik Ahmad Daroji
termasuk kawasan pengembangan Rumah Sakit. Sehingga pada tanggal 17 Mei 2010,
Panitia Pengadaan Tanah beserta aparat Pemerintah Daerah memberikan ganti rugi
kepada Ahmad Daroji sebesar Rp 200.000.000 yang kemudian dititipkan ke Pengadilan
Negeri dengan alasan Ahmad Daroji sulit ditemui.
● Legal Question
1. Apakah perjanjian kredit yang dilakukan Ahmad Daroji dengan Bank BNI Cabang
Purwokerto sah?
2. Apakah Ahmad Daroji dapat dikatakan wanprestasi atas perjanjian kredit?
3. Dapatkan bank sebagai kreditur dapat memberikan perjanjian kredit untuk kedua
kalinya dengan membebankan hak tanggungan terhadap objek jaminan yang sama?
4. Dapatkah Panitia Pengadaan Tanah dan aparat Pemerintah Daerah memberikan
ganti rugi kepada Ahmad Daroji yang dititipkan ke Pengadilan Negeri?
5. Bagaimana kedudukan BNI Cabang Purwokerto sebagai pemberi kredit dan
pemegang Sertifikat Hak Tanggungan terhadap uang ganti rugi tanah milik Ahmad
Daroji?
● Legal Audit
1. Apakah perjanjian kredit yang dilakukan Ahmad Daroji dengan Bank BNI
Cabang Purwokerto sah?
● Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
a. Pasal 1320
Supaya terjadi perjanjian yang sah, perlu dipenuhi empat syarat:
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu pokok persoalan tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
Pasal ini dijadikan dasar hukum bahwa Bank BNI dan Ahmad Daroji sebagai pihak
yang sah atau tidak dalam perjanjian kredit.
b. Pasal 1321
Tiada suatu perjanjian pun mempunyai kekuatan jika diberikan karena
kekhilafan atau diperoleh dengan paksaan atau penipuan.
c. Pasal 1338
Semua perjanjian yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian itu tidak
dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak,
atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang.
Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.
“Debitur dinyatakan Ialai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau
berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini
mengakibatkan debitur harus dianggap Ialai dengan lewatnya waktu yang
ditentukan.”
“Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan
mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk
memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya
hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu
yang telah ditentukan.”
Pasal ini relevan untuk dipergunakan sebagai dasar hukum bahwa Ahmad Daroji
sebagai Debitur telah melakukan wanprestasi.
(1) Suatu obyek Hak Tanggungan dapat dibebani dengan lebih dari satu Hak
Tanggungan guna menjamin pelunasan lebih dari satu utang.
Pasal ini relevan untuk dipergunakan sebagai dasar hukum bahwa bank sebagai
kreditur dapat memberikan perjanjian kredit untuk kedua kalinya dengan
membebankan hak tanggungan terhadap objek jaminan yang sama.
Pasal ini relavan untuk dipergunakan sebagai dasar hukum bahwa Panitia
Pengadaan Tanah dan aparat Pemerintah Daerah dapat memberikan ganti rugi
kepada Ahmad Daroji yang dititipkan ke Pengadilan Negeri
5. Bagaimana kedudukan BNI Cabang Purwokerto sebagai pemberi kredit dan
pemegang Sertifikat Hak Tanggungan terhadap uang ganti rugi tanah milik
Ahmad Daroji?
Berdasarkan Pasal 30 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan Dan Penitipan Ganti Kerugian
Ke Pengadilan Negeri Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum, yang menyatakan bahwa:
“Dalam hal pihak yang berhak menolak bentuk dan/atau besarnya Ganti Kerugian
berdasarkan Musyawarah Penetapan Ganti Kerugian tetapi tidak mengajukan
keberatan ke pengadilan negeri atau menolak Ganti Kerugian berdasarkan
putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, Ganti
Kerugian dapat diambil di kepaniteraan Pengadilan dalam waktu yang
dikehendaki oleh pihak yang berhak disertai dengan surat pengantar dari Ketua
Pelaksana Pengadaan Tanah."
“Dalam hal objek pengadaan tanah menjadi jaminan di bank, Ganti Kerugian
dapat diambil di kepaniteraan Pengadilan setelah adanya persetujuan dari pihak
bank, disertai dengan surat pengantar dari Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah.”
Dalam hal ini BNI Cabang Purwokerto sebagai pemegang Sertifikat Hak
Tanggungan tidak berhak untuk meminta uang ganti rugi yang dibebankan oleh
PEMDA sebagai pelunasan barangnya secara langsung ke kepeniteraan Pengadilan.
● Legal Opinion
1. Perjanjian kredit antara Ahmad Daroji dengan Bank BNI Cabang Purwokerto
adalah sah sesuai syarat Pasal 1320 KUH Perdata yaitu, sepakat mereka yang
mengikatkan dirinya; cakap; suatu hal tertentu; sebab yang halal. Dalam hal ini kedua
belah pihak tidak dinyatakan dalam keadaan karena kekhilafan, dengan terpaksa atau
penipuan sehingga dapat dikatakan kesepakatan yang dibuat adalah sah sesuai Pasal
1321 KUH Perdata.
Berdasarkan Pasal 1338 KUH Perdata, semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Jadi baik Ahmad
Daroji dan Bank BNI harus memenuhi hak dan kewajiban mereka dengan itikad baik.
Namun dalam kasus tersebut dinyatakan bahwa Ahmad Daroji tidak memenuhi
kewajibannya yaitu membayar hutangnya kepada Bank BNI dalam perjanjian kredit I
maupun II.
2. Ahmad Daroji telah melakukan wanprestasi jika dikaitkan dengan pasal 1238
dan 1243 KUHPerdata karena memenuhi perjanjian kredit keduanya dengan BNI
cabang Purwokerto yang diperpanjang hingga September 2010. Di dalam perjanjian
kreditnya yang mempunyai kewajiban untuk melunasi hutang adalah Ahmad Daroji
karena kedudukanya sebagai debitur dalam perjanjian kreditur yang dibuat oleh Ahmad
Daroji dengan BNI cabang Purwokerto. Sehingga jika melihat unsur-unsur wanprestasi
yaitu:
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa wanprestasi adalah keadaan di mana
kreditur maupun debitur tidak/lalai melaksanakan perjanjian yang telah disepakati. Dan
dapat disimpulkan bahwa Ahmad Daroji telah melakukan Wanprestasi.
3. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan, berbunyi sebagai berikut:
"suatu obyek Hak Tanggungan dapat dibebani dengan lebih dari satu Hak
Tanggungan guna menjamin pelunasan lebih dari satu utang."
Maka berdasarkan pasal tersebut, dapat terjadi atas suatu objek hak tanggungan
yang sama, bisa diletakkan lebih dari satu beban hak tanggungan untuk satu utang yang
sama. Hak tanggungan tersebut masing-masing harus dituangkan dalam akta pemberian
hak tanggungan sendiri-sendiri. Dalam kasus Ahmad Daroji tersebut terlihat bahwa
adanya satu objek hak tanggungan yang dibebani lebih dari satu hak tanggungan, untuk
menjamin satu utang yang sama (yang timbul dari perjanjian yang sama).
Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa panitia pengadaan tanah dan
aparat pemerintah daerah dapat memberikan ganti rugi kepada Ahmad Daroji yang
dititipkan ke Pengadilan Negeri. Hal ini dapat dilakukan oleh panitia pengadaan tanah
yang dilakukan oleh Instansi Pemerintah untuk kepentingan umum. Oleh karena itu
konsinyasi hanya bisa diterapkan untuk pembayaran ganti rugi untuk pengadaan tanah
dilakukan oleh Instansi Pemerintah untuk kepentingan umum, dengan catatan memang
telah ada kesepakatan diantara kedua belah pihak yang membutuhkan tanah dan
pemegang hak atas tanah dan pemilik bangunan, tanaman dan/atau benda-benda yang
ada di atas tanah tersebut.
5. Dalam hal tahapan konsinyasi sudah dilakukan dan telah memiliki penetapan
pengadilan yang diikuti beralihnya objek kepemilikan hak milik, maka pemilik objek
lahan sebelumnya dapat mengambil ganti kerugian tersebut di Pengadilan sebagaimana
diatur dalam Pasal 30 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2016 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan Dan Penitipan Ganti Kerugian Ke
Pengadilan Negeri Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum, yang menyatakan bahwa:
“Dalam hal pihak yang berhak menolak bentuk dan/atau besarnya Ganti Kerugian
berdasarkan Musyawarah Penetapan Ganti Kerugian tetapi tidak mengajukan
keberatan ke pengadilan negeri atau menolak Ganti Kerugian berdasarkan putusan
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, Ganti Kerugian dapat
diambil di kepaniteraan Pengadilan dalam waktu yang dikehendaki oleh pihak yang
berhak disertai dengan surat pengantar dari Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah."
Pihak yang berhak untuk mengambil ganti kerugian di kepaniteraan Pengadilan adalah
pihak yang menguasai objek lahan sebagaimana yang dipermohonkan dan didukung
dengan bukti kepemilikan formal (sertifikat) yang disebutkan dalam Pasal 32 Ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah bahwa:
“Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang
data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan
buku tanah hak yang bersangkutan.”
“Dalam hal objek pengadaan tanah menjadi jaminan di bank, Ganti Kerugian dapat
diambil di kepaniteraan Pengadilan setelah adanya persetujuan dari pihak bank,
disertai dengan surat pengantar dari Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah.”
Dengan ketentuan tersebut, maka kedudukan Bank BNI Cabang Purwokerto sebagai
pemberi kredit atau pemegang sertifikat hak tanggungan tidak bisa mendapatkan uang
ganti kerugian milik Ahmad Daroji secara langsung ke kepaniteraan Pengadilan dengan
alasan syarat dari pengambilan tersebut adalah pihak yang berhak dan ditunjukan
dengan bukti kepemilikan yaitu sertipikat atas nama penerima hak ganti kerugian dalam
kasus ini Ahmad Daroji, yang mana Bank BNI Cabang Purwokerto bukan merupakan
pemilik objek hanya pemegang jaminan atas suatu kredit yang diajukan oleh
debiturnya.
● Kesimpulan
Perjanjian kredit antara Ahmad Daroji dengan Bank BNI Cabang Purwokerto
adalah sah sesuai syarat Pasal 1320 KUH Perdata. Sehingga baik Ahmad Daroji dan
Bank BNI harus memenuhi hak dan kewajiban mereka dengan itikad baik. Namun
dalam kasus tersebut dinyatakan bahwa Ahmad Daroji tidak memenuhi kewajibannya
yaitu membayar hutangnya kepada Bank BNI dalam perjanjian kredit I maupun II,
sehingga Ahmad Daroji dapat dikatakan wanprestasi atas perjanjian kredit dengan Bank
BNI.
Bank dapat memberikan kredit kedua kepada nasabah dengan objek jaminan
yang sama namun harus memenuhi beberapa syarat, 4C + 5C diantaranya adalah bank
harus melihat pribadi dari nasabah dan juga kondisi ekonomi nasabah dalam melunasi
hutang. Kredit yang diajukan oleh Ahmad Daroji menurut kualitas kredit belum
termasuk kredit macet, karena masih dalam kondisi kredit dalam perhatian khusus.
Karena waktu jatuh tempo kredit belum melampaui 90 (sembilan puluh) hari, maka
Ahmad Daroji masih dapat diberikan kesempatan untuk pengajuan kredit baru.
Panitia pengadaan tanah dan aparat pemerintah daerah dapat memberikan ganti
rugi kepada Ahmad Daroji yang dititipkan ke Pengadilan Negeri. Hal ini dapat
dilakukan oleh panitia pengadaan tanah yang dilakukan oleh Instansi Pemerintah
apabila menyangkut untuk kepentingan umum. Namun masih ada kesempatan bagi
Pemegang Hak Atas Tanah untuk mengajukan keberatan.