Anda di halaman 1dari 5

KLOROFIL Vol. 1 No.

2, 2018: 88-92 ISSN 2598-6015

KELIMPAHAN LUMUT KERAK (LICHENS) SEBAGAI


BIOINDIKATOR KUALITAS UDARA DI KAWASAN PERKOTAAN
KOTA MEDAN

RASYIDAH
Prodi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sumatera Utara
*Corresponding author: rasyidah0990@gmail.com

ABSTRAK

Peningkatan sektor transportasi di sekitar daerah perkotaan kota Medan semakin berkembang pesat. Hal tersebut
sejalan dengan peningkatan polusi udara. Mempertimbangkan dampaknya pada ekonomi, kesehatan, dan
lingkungan, polusi udara merupakan masalah lingkungan yang sangat mendesak untuk ditangani. Emisi yang
dikeluarkan oleh masing – masing kendaraan menimbulkan akumulasi pencemar di udara. Lumut kerak dapat
menunjukkan adanya perubahan keadaan, ketahanan tubuh, dan memberikan reaksi sebagai dampak perubahan
kondisi lingkungan yang akan memberikan informasi tentang perubahan dan tingkat pencemaran lingkungan.
Terkait dengan fungsinya sebagai bioindikator, maka keberadaan lumut kerak dapat digunakan sebagai bagian dari
observasi penelitian dengan mengambil kawasan yang berbeda kondisi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa adanya perbedaan antara kawasan yang sedikit polusi (A3) dengan daerah yang banyak polusi udara (A1
dan A2). Pada lokasi pengamatan yang berada dekat dengan sumber pencemar ditemukan beberapa lumut kerak
memiliki kecenderungan warna dari thallus adalah hijau kusam. Sedangkan kawasan A3 memiliki jumlah lumut
kerak yang lebih banyak. Rata-rata diameter lumut kerak A1 adalah 2.25 cm; pada A2 adalah 3.3 cm, dan pada A3
adalah 1.75 cm. Perbedaan diameter tersebut tidak berbeda signifikan diantara ketiga kawasan tersebut.

Keyword: lichen, bioindikator, polusi udara


__________________________________________________________

PENDAHULUAN hidup seseorang juga akan semakin banyak


kebutuhan yang harus dipenuhi. Termasuk
Peningkatan polusi udara di daerah penggunaan kendaraan pribadi dengan jumlah
perkotaan khususnya di kota Medan semakin yang bisa lebih dari satu untuk satu individu.
meningkat. Polusi udara yang diperoleh Polusi udara selain dapat memengaruhi
paling dominan berasal dari asap kendaraan. kesehatan seseorang juga dapat memengaruhi
Hal ini disebabkan kawasan perkotaan kota kondisi tumbuhan secara fisiologis, sehingga
medan bukanlah daerah industri dengan menyebabkan adanya tingkat kepekaan, yaitu
polusi udara yang tentunya berbeda jenis dan sangat peka, peka, dan kurang peka (resisten).
komposisinya. Pencegahan polusi udara Kovacs (1992) menjelaskan bahwa tumbuhan
sudah banyak dilakukan diantaranya dengan dapat digunakan sebagai bioindikator.
melakukan penghijauan dan pembuatan Bioindikator adalah organisme atau respon
taman di tengah kota. Namun hal tersebut biologis yang menunjukkan masuknya zat
juga sejalan dengan perkembangan kebutuhan tertentu dalam lingkungan. Jenis tumbuhan yang
masyarakat kota dengan tingkat mobilitas berperan sebagai bioindikator akan menunjukan
yang tinggi. Adanya jasa angkutan online juga perubahan keadaan, ketahanan tubuh, dan akan
ikut menambah tingginya tingkat polusi memberikan reaksi sebagai dampak perubahan
udara. Sebuah keniscayaan yang tidak dapat kondisi lingkungan yang akan memberikan
dipungkiri bahwa semakin tinggi kualitas

88
KLOROFIL Vol. 1 No. 2, 2018: 88-92

informasi tentang perubahan dan tingkat METODE PENELITIAN


pencemaran lingkungan.
Lumut kerak merupakan tumbuhan Pengambilan data penelitian dilakukan di
indikator yang peka terhadap pencemaran sepanjang pinggir jalan dengan tiga kawasan yang
udara. Lumut kerak merupakan hasil berbeda yaitu Jl. Dr. Mansyur, Jl. Jamin Ginting
simbiosis antara fungi dan alga. Simbiosis dan Jl. Willem Iskandar Komplek LPP. Proses
tersebut menghasilkan keadan fisiologi dan penelitian dilakukan selama tiga bulan (Oktober
morfologi yang berbeda dengan keadaan 2017-Desember 2017) dengan rincian yaitu
semula sesuai dengan keadaan masing-masing perencanaan, pengambilan sampel, pengolahan
komponen pembentukannya (Ahmadjian, data dan pelaporan.
1967). Lumut kerak mampu hidup pada Alat yang digunakan selama pengamatan
lingkungan ekstrim, tetapi juga sangat peka adalah alat tulis, kamera, meteran jahit, tali
terhadap polusi. Hampir sebagian besar plastik, cutter, dan plastik spesimen, sedangkan
spesies lumut kerak sangat sensitive terhadap bahan yang digunakan yakni lumut kerak yang
gas belerang (SO2) dan gas buang lainnya ada di pohon sekitar Jl. Dr. Mansyur, Jl. Jamin
yang berasal dari kendaraan bermotor atau Ginting dan Jl. Willem Iskandar Komplek LPP
kawasan industri. Oleh sebab itu lumut kerak Medan dengan panjang jalur yang digunakan
dapat dijadikan bioindikator pencemaran sepanjang 1 km. Ketiga kawasan tersebut
udara. selanjutnya dikonversi menjadi A1 untuk lumut
Penelitian ini dilakukan di daerah kerak di Jl. Dr. Mansyur; A2 untuk lumut kerak di
perkotaan kota Medan dengan tiga kawasan Jl. Jamin Ginting dan A3 untuk lumut kerak di Jl.
yang berbeda yaitu Jl. Dr. Mansyur, Jl. Jamin Willem Iskandar Komplek LPP Medan.
Ginting dan Jl. Willem Iskandar Komplek Pada penelitian ini terdapat dua variable
LPP. Penentuan kawasan ini didasarkan pada yaitu variable terikat dan variable bebas. Yang
beberapa perbedaan kondisi kawasan menjadi variable terikat adalah lumut kerak A1,
tersebut. Kawasan Jl. Dr. Mansyur dan Jl. lumut kerak A2 dan lumut kerak A3. Sedangkan
Jamin Ginting dipilih sebagai variabel dengan yang menjadi variable bebas adalah data
tingkat polusi yang parah sedangkan kawasan pengukuran diameter lumut kerak dan frekuensi
Jl. Willem Iskandar Komplek LPP dengan kelimpahan lumut kerak yang ditemukan.
tingkat polusi yang rendah sebagai
pembandingnya. Penelitian ini dilakukan Prosedur Kerja
untuk mengetahui adakah perbedaan kondisi Perencanaan penelitian dilakukan di awal
lumut kerak pada ketiga kawasan yang semester dengan menentukan rumusan masalah,
berbeda tersebut. sampel penelitian, tempat penelitian, alat dan
Lumut kerak dapat menunjukkan adanya bahan yang akan digunakan serta teknik
perubahan keadaan, ketahanan tubuh, dan pengambilan sampel yang akan dilakukan.
akan memberikan reaksi sebagai dampak Pelaksanaan penelitian dilakukan pada pagi hari
perubahan kondisi lingkungan yang akan dengan terlebih dahulu menyiapkan alat dan
memberikan informasi tentang perubahan bahan yang akan digunakan. Pelaksanaan
dan tingkat pencemaran lingkungan. Terkait penelitian dilakukan pada hari yang berbeda
dengan fungsinya sebagai bioindikator, maka disebabkan perbedaan tempat kawasan
keberadaan lumut kerak dapat digunakan pengamatan sampel. Pelaporan hasil pengamatan
sebagai bagian dari observasi penelitian dan investigasi di lapangan dilakukan setelah
dengan mengambil kawasan yang berbeda semua data terkumpul. Data kemudian
kondisi. dikonversi dan dianalisis.

89
KLOROFIL Vol. 1 No. 2, 2018: 88-92

Teknik Pengambilan Data banyak. Lumut kerak yang berjumlah banyak


Pengambilan data dilakukan dengan tersebut menandakan bahwa kawasan tersebut
menggunakan metode purposive sampling dan memiliki iklim udara yang baik (sehat).
plot pengambilan sampel berupa jalur yang Pada kawasan A1 merupakan kawasan yang
dekat dengan sumber pencemar. Proses sering dilalui oleh kendaraan bermotor karena
pengambilan data dilakukan dengan mendata wilayah tersebut wilayah kampus yang sangat
kondisi morfologi lumut kerak di alur/jalur ramai mahasiswa. Jumlah lumut kerak yang
yang sama untuk satu kawasan. Proses diperoleh juga mengalami pengaruh dengan lebih
mendata morfologi lumut kerak dilakukan sedikit. Sedangkan pada kawasan dengan kategori
dengan mengukur diameter lumut kerak yang sedang (kondusif dilalui kendaraan bermotor),
ditemukan sampai batas di atas kepala rata- yaitu A2 memiliki lumut kerak berjumlah 133
rata orang dewasa. lumut kerak. Rata-rata diameter lumut kerak A1
adalah 2.25 cm; pada A2 adalah 3.3 cm,dan pada
Analisis Data A3 adalah 1.75 cm. Perbedaan diameter tersebut
Data yang diperoleh dari pengukuran tidak berbeda signifikan diantara ketiga kawasan
parameter pada masing-masing ditabulasi, tersebut.
selanjutnya dianalisis dengan Berdasarkan hasil pengamatan yang
mempertimbangkan data frekuensi dan rata- diperoleh dapat ditambahkan bahwa pencemaran
rata diameter lumut kerak yang ditemukan. udara adalah masuknya zat pencemar ke dalam
udara baik secara alamiah maupun oleh aktivitas
HASIL DAN PEMBAHASAN manusia (Ryadi, 1982; Soedomo, 2001). Adanya
gas-gas dan partikulat dengan konsentrasi
Berdasarkan hasil pengambilan data melewati ambang batas tingkat pencemaran
ditemukan adanya perbedaan antara kawasan lingkungan, maka udara di daerah tersebut
yang sedikit polusi (A3) dengan daerah yang dinyatakan sudah tercemar. Selain itu, warna talus
banyak polusi udara (A1 dan A2). Di kawasan dapat semakin menggelap seiring dengan
A3 terdapat 232 lumut kerak dari 54 pohon. bertambahnya umur serta khasnya akan
Sedangkan kawasan A1 terdapat 94 lumut mengikuti tempat kondisi dan tempat tumbuhnya
kerak dari 38 pohon dan A2 terdapat 133 (Fink,1961 diacu dalam Pratiwi, 2006). Warna
lumut kerak dari 39 pohon. Kondisi kawasan dapat berubah karena adanya perubahan kadar
A3 memiliki jumlah pepohonan yang lebih klorofil pada talus Lichen yang disebabkan gas-
banyak, lebih rindang dan kurang sering gas yang bersifat racun atau pencemar
dilewati oleh kendaraan bermotor. Sehingga (Kovaks,1992; Hawksworth&Rese,1976 diacu
sesuai dengan hasil pengamatan yang dalam Wijaya, 2004).
diperoleh bahwa kawasan yang kurang
terpapar polusi udara seperti pada kawasan
A3 memiliki jumlah lumut kerak yang lebih

Gambar 1. Sampel lumut kerak di kawasan A3

90
KLOROFIL Vol. 1 No. 2, 2018: 88-92

Menurut (Istam 2007), penampakan KESIMPULAN


warna talus dari suatu jenis Lichen tidak
selalu memperlihatkan warna yang konsisten Lumut kerak merupakan tumbuhan
atau tetap, hal ini tergantung pada substrat indikator yang peka terhadap pencemaran udara.
dan kondisi tempat tumbuh talus Lichen. Lokasi pengamatan yang berada dekat dengan
Menurut Menurut Nash (2008), morfologi sumber pencemar (jalan raya) menghasilkan
talus Crustose adalah ukurannya bermacam- dampak perubahan kualitas udara yang akan
macam dengan bentuk thallus rata, tipis, berdampak pada keberadaan lichen pada batang
berbentuk lembaran, menyerupai kerak pohon. Hasil pengamatan ditemukan beberapa
melekat pada subtratnya. Sedangkan lumut kerak memiliki kecenderungan warna dari
morfologi thallus Foliose adalah bagian atas thallus adalah hijau kusam. Jumlah lumut kerak
dan bagian bawah berbeda, pada permukaan pada kawasan yang kurang terpolusi juga
bawah berwarna lebih terang dan pada bagian memiliki jumlah lumut kerak yang lebih banyak
tepi thallusnya biasanya menggulung ke atas. dibandingkan kawasan yang banyak terpolusi
Lokasi pengamatan yang berada dekat kendaran bermotor. Berdasarkan hasil penelitian
dengan sumber pencemar (jalan raya) yang diperoleh maka lumut kerak dapat dijadikan
menghasilkan dampak perubahan kualitas sebagai bioindikator kualitas udara.
udara yang akan berdampak pada keberadaan
lichen pada batang pohon. Hasil pengamatan DAFTAR PUSTAKA
ditemukan beberapa lumut kerak memiliki
kecenderungan warna dari thallus adalah hijau Ahmadjian, V. 1967. The Lichen Symbiosis. Blaisdell
kusam. Publishing Company Waltham, Massachusetts.
Menurut Istam (2007), semakin Toronto-London.
buruknya kualitas udara di suatu wilayah Aminah N, 2006. Perbandingan Kadar Pb, Hb,Fungsi
Hati, Fungsi Ginjal pada Karyawan, BBTKL dan PPM
maka tingkat keanekaragaman lichen semakin
Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2(2):111-
rendah. Hal tersebut dikarenakan pada 120.
kawasan tersebut telah mengalami perubahan Armstrong R. 2004. Lichens, Lichenometry, and Global
kondisi lingkungan yang diduga karena Warning. Mycrobiologist, Aston University.
adanya pencemaran udara akibat emisi Baron, G. 1999. Understanding Lichens. The
buangan yang berasal dari kegiatan Richmond Publishing Co.ltd. England.
transportasi berupa CO2, SO2, NO2, dan Boonpragob, K. 2003. Using Lichens as Bioindicator
debu. of airpollution. http://www.nfofile.pcd.go.
Boonpragob (2003) mengatakan bahwa thair31. LichenAcidDep.pdf. [3 November 2015].
tipe talus crustose merupakan tipe talus yang Brodo M. I. 1966. Lichen Growth and Cities . Astudy
on Long Island, New York. The Bryologist, 67:76-
paling resisten dibandingkan dengan tipe
87.
talus lainnya. Hal tersebut terjadi karena Fink. B., 1961, The Lichen Flora of The United States, Ann
lumut kerak dengan tipe morfologi talus Harbor, The University of Michigan Press,
crustose terlindung dari potensi kehilangan air Michigan.
dengan bertahan pada substratnya, mengingat Istam YC. 2007. Respon lumut kerak pada vegetasi
tipe ini memiliki sifat melekat erat pada pohon sebagai indikator pencemaran udara di
substratnya dan tipe jaringan talus Kebun Raya Bogor dan Hutan Kota Manggala
homoiomerous, yaitu keadaan dimana phycobiont Wana Bhakti [skripsi]. Bogor (ID): Institut
(alga) berada di sekitar hifa (Baron, 1999). Pertanian Bogor.
Kovacs, M. 1992. Indicators in Environmental Protection.
Ellis Horwood. New York. Massachusetts.
Toronto-London.

91
KLOROFIL Vol. 1 No. 2, 2018: 88-92

Mccune, et al. 2000. The influence of arbuscular Tjitrosoepomo G. 2001. Taksonomi Tumbuhan
mycorrhizae on the relationship between plant diversity (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pterydophyta).
and productivity. Ecol. Letters 3: 137-141. Yogyakarta (DI): Gadjah Mada University Press.
Nash, P. W. (2008), Essentials of Psychology .(4th Wijaya, L.F. 2004. Biomonitoring Beberapa
ed.), Cengage Eearning, Boston. Kandungan Logam Mempergunakan Parmelia
Pratiwi, ME. 2006. Kajian Lumut Kerak Sebagai wallichiana Tayl di Wilayah Muntakul Buruz
Bioindikator Kualitas Udara (Studi Kasus: Bandung. Skripsi. Bandung : Jurusan Biologi
Kawasan Industri Pulo Gadung, Arboretum Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Cibubur dan Tegakan Mahoni Cikabayan) Alam.Universitas Padjajaran.
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Zedda L, et al. 2009. Diversity of Epiphytic Lichens in the
Ronoprawiro. 1989. Gulma Lumut dan Lumut Savanah Biome of Namibia. Herzogia 22:153-164.
Kerak terhadap Pertumbuhan dan Hasil Teh
(Camellia sinensis,L.) [Disertasi]. Yogyakarta
(ID). UGM Press.
Ryadi, S. 1982. Pencemaran Udara.
Surabaya(ID):Usaha Nasional.
Soedomo, M. 1999. Kumpulan Karya Ilmiah
Mengenai Pencemaran Udara. Bandung : ITB
Press.

92

Anda mungkin juga menyukai