Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK

BLOK III PERILAKU DAN KOMUNIKASI

PEMICU 2
“PENGALAMAN IKA”

OLEH:

KELOMPOK 8

DOSEN PEMBIMBING:

SRI SUPRIYANTINI, M. Sc. Psi

JURUSAN PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Ketua : Rayhan Omar Abdallah 190600086

Sekretaris : Asyuni Putri 190600087

Anggota :

Irma Adelin Br Ginting 190600045

Ade Afifah Aliyah 190600046

Talitha Afifah Lubis 190600047

Ananda Amabel F. Pasaribu 190600048

Yoga Pratama 190600050

Chantyka Rosady 190600084

Jihan Syafira Edien 190600085

Brilianti Haditya Lareshya 190600088

Jeremy Alfred Bungaran 190600089

Herlina Sidabutar 190600189

Clarabella Cintalia Jonathan 190600190

Rivania Carolin 190600191

William Sahala Markus Sitompul 190600192

Yunita Dea Mikha Gultom 190600193

Christin Gerin Girsang 190600194

Nur Yasmeen Amelin binti Badrul Sham 190600223


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan ini
merupakan laporan hasil diskusi pemicu 2 pada blok 3 yang berjudul “Pengalaman Ika” ini
dengan baik. Selain itu, laporan ini dapat diselesaikan dengan baik tentunya karena adanya
bimbingan dari dosen pembimbing begitu pula fasilitator yang telah membantu kami dalam
pelaksanaan diskusi dan memberikan masukan-masukan yang berarti.
Laporan hasil diskusi pemicu “Pengalaman Ika” ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pembaca. Namun, kami juga menyadari bahwa laporan hasil diskusi pemicu ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan
untuk peningkatan kualitas laporan ini kedepannya sehingga dapat menjadi lebih baik lagi.
Terima kasih.

Medan, 22 November 2019

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kehidupan individu sejak dilahirkan tidak lepas dari interaksi dengan lingkungan fisik
maupun sosial. Dalam interaksi itu, individu menerima rangsangan atau stimulus dari luar
dirinya yang dipersepsikan sesuai dengan keadaan dirinya. Persepsi merupakan proses
akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan yaitu proses diterimanya
stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan
baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan
persepsi, individu dapat mengerti tentang keadaan lingkungan atau peristiwa yang ada di
sekitarnya maupun yang ada dalam diri individu itu sendiri. Peristiwa yang dipersepsikan
oleh individu tersebut akan mengakibatkan munculnya emosi. Emosi dicetuskan sebagai
pandangan seseorang terhadap suatu kejadian. Menurut Maramis (2005), emosi adalah
suatu keadaan yang kompleks yang berlangsung biasanya tidak lama, yang mempunyai
komponen pada badan dan jiwa individu. Walgito (1989) menyatakan bahwa emosi
adalah suatu keadaan perasaan yang telah melampaui batas. Contohnya seperti ketakutan,
kecemasan, dan kegembiraan. Emosi juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan yang
kompleks, tidak berlangsung lama yang dicetuskan dari persepsi seseorang terhadap suatu
kejadian dan disertai dengan reaksi fisiologis maupun psikologis.
Dalam kehidupan sehari-hari, adakalanya kita melihat beberapa orang tampak bahagia
dalam berbagai situasi yang dihadapi. Mereka terlihat rileks dan tenang menghadapi
situasi tersebut dan membuat suatu keputusan berharga dalam hidupnya. Segala situasi
nyata dihadapi dengan penuh percaya diri, optimis, dan dapat mengatasi segala keraguan
dan rasa takut. Beberapa orang lagi merasa resah dan gelisah tetapi sudah terlatih untuk
tetap rileks dan tenang, tidak berlarut-larut pada ketakutan dan kegelisahannya. Mereka
melihat kehidupan ini sebagai suatu kesempatan untuk mencapai sukses dan kebahagiaan
sekaligus sebagai suatu tantangan besar untuk dapat dinikmati apa adanya dengan penuh
keikhlasan. Beberapa orang lainnya terus menerus merasakan ketegangan, ketakutan,
kecemasan dalam peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Hal tersebut dapat terjadi karena
adanya perbedaan manusia dalam merespons dan mengelola stressor yang ada. Agar
dapat mengelola stressor dengan optimal, diperlukan latihan secara teratur, terus-menerus,
perlahan, namun pasti sehingga dapat terbentuk kebiasaan baru yang meningkatkan
kualitas hidup seseorang.
1.2.Deskripsi Topik
Nama Pemicu : Pengalaman Ika
Penyusun : Sri Supriyantini,M.Si. Psi
Tanggal/ Pukul :21 November 2019 (Kamis)/ 13.30-15.30 WIB
Ika adalah seorang mahasiswi pendidikan profesi dokter gigi yang sedang KKN di
sebuah desa yang berada di lereng Gunung Sinabung. Ia akan KKN selama 2 bulan
bersama rekan-rekannya yang lain yaitu Ismi, Jason, Leylan, Rina, dan Dedi Seminggu
menjelang KKN tersebut, Ika merasa cemas dan gelisah. Ia takut tidak bisa menjalin
interaksi yang hangat dengan masyarakat ataupun kawan-kawannya nanti. Apalagi
sepupunya yang juga sedang KKN di desa tetangga bercerita bahwa masyarakat tempat ia
KKN berwatak keras dan masih suka mistik. Karena lokasi desa yang berdekatan, Ika
menganggap bahwa masyarakat di desa tempatnya KKN juga begitu. Selama tiga malam
ia sering mimpi buruk, kurang selera makan, dan jadi lebih banyak melamun. Merasa
bahwa perasaan takutnya tidak bisa dibiarkan berlamalama, ia pun mengambil langkah
untuk ”curhat” dengan Rina dan diskusi dengan pembimbing akademiknya. Setelah
bertemu mereka, Ika pun merasa lebih tenang dan ia mulai mempersiapkan diri dengan
membaca kembali berbagai bahan kuliah yang selama ini telah didapatnya serta mencari
di internet bagaimana sebenarnya budaya masyarakat Karo.
Saat pertama sampai di desa ini, Kepala Desa menjelaskan kepada mereka bahwa
karena desa ini berhawa dingin, masyakarat baik lansia maupun anak-anak punya
kebiasaan suka minum kopi dan merokok sehingga mempengaruhi kondisi gigi mereka.
Para orangtua bahkan merasa bangga bila anaknya mampu minum kopi beberapa gelas
dan menghabiskan rokok beberapa batang dalam waktu sebentar. Sebagian besar anak-
anak juga memiliki kebiasaan malas menyikat gigi dan seringkali menyikat gigi dengan
cara yang salah. Pada hari pertama itu juga Kepala Desa langsung membawa mereka
berkeliling dengan motor melihat kehidupan masyarakat. Saat mereka melewati jalan
berbatu, tanpa sengaja motor yang dikemudikan oleh Jason beberapa kali oleng dan
akhirnya menabrak seorang neneknenek yang sedang membawa sayur mayur. Melihat
nenek tersebut berdarah di bagian lututnya, dengan rasa bersalah Jason segera berlari
menghampiri nenek tersebut dan membantunya berdiri. Ika pun secara spontan segera
ikut memapah si nenek dan membersihkan luka-lukanya dengan peralatan P3K yang ia
bawa. Leylan dan Dedi awalnya hanya duduk di motor yang mereka kendarai, namun
karena melihat Kepala Desa ikut membantu membopong si nenek, mereka berduapun ikut
membantu Ika mengobati kaki nenek tersebut. Adapun Rina, ia juga secara spontan
segera mengumpulkan sayur-mayur yang berserakan. Melihat Jason bekerja sendiri, Ismi,
yang diam-diam naksir Jason, segera menghampirinya dan turut membantu
mengumpulkan sayur yang berserakan.
Pada hari kedua, mereka berdiskusi mengenai program apa yang akan mereka berikan
baik pada anak-anak, remaja, dewasa, maupun lansia serta bagaimana strategi yang akan
mereka lakukan agar dapat diterima oleh masyarakat. Ika mengusulkan agar mereka
memberi penyuluhan pada anak-anak dengan membuat cerita bergambar untuk anak SD
dan mengajak anak usia 2-6 tahun bermain peran mengenai gigi, kuman, sikat gigi, dan
dokter gigi. Jason mengusulkan agar mereka rajin mendatangi dan ngobrol dengan
masyarakat yang berusia lanjut. Leylan dan Ismi lebih banyak mengusulkan program
untuk remaja, sedangkan Rina dan Dedi, lebih banyak diam dan fokus pada up date
statusnya di facebook.

1.3.Learning Issues
a. Proses pembentukan persepsi
b. Proses munculnya emosi
c. Manajemen stress
d. Proses belajar
e. Jenis-jenis kepribadian
f. Pembentukan motivasi

1.4.Pertanyaan
1. Jelaskan proses psikologis apa yang terjadi sehingga Ika takut tidak bisa menjalin
interaksi yang hangat dengan masyarakat!
2. Fenomena psikologis apakah yang dialami oleh Ika saat seminggu pertama ia berada
di desa tersebut? Jelaskan alasan anda!
3. Bentuk strategi apa yang dilakukan oleh Ika dalam mengatasi masalahnya?
4. Ditinjau dari teori belajar, bagaimanakah terbentuknya pola hidup dan pola makan
yang tidak sehat pada masyarakat?
5. Jelaskan bentuk kecerdasan emosi apa yang diperlihatkan oleh Ika, Ismi, Jason,
Leylan, Rina, dan Dedi saat melihat nenek yang luka lututnya.
6. Ika haruslah memiliki kepribadian yang sehat atau matang dalam menghadapi
masyarakat desa. Karakteristik kepribadian yang bagaimanakah yang harus dimiliki
Ika agar ia dapat dikatakan sebagai dokter gigi yang berkepribadian sehat?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Jelaskan proses psikologis apa yang terjadi sehingga Ika takut tidak bisa menjalin
interaksi yang hangat dengan masyarakat!
Jawaban:
Proses psikologis yang terjadi sehingga Ika takut tidak bisa menjalin interaksi yang
hangat dengan masyarakat adalah adanya persepsi. Persepsi adalah proses pemberian
makna (interpretasi) dari informasi yang diterima dan pembentukan image mengenai
dunia. Persepsi merupakan kemampuan panca indra dalam menerjemahkan stimulus yang
masuk ke dalam alat indra manusia. Persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan
oleh individu untuk memahami dan menafsirkan dunia di sekitarnya.
Proses terjadinya persepsi melalui beberapa tahap:
1. Proses fisik (kealaman)
Proses ditangkapnya stimulus oleh alat indra manusia.
2. Proses fisiologis
Proses ditemukannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indra) melalui
saraf sensorik.
3. Proses psikologis
Proses timbulnya kesadaran akan stimulus yang diterima reseptor.
4. Hasil
Tahap munculnya berupa tanggapan dan perilaku.
Jenis persepsi yang dialami Ika adalah persepsi pendengaran, dimana individu dapat
mempersepsikan suatu hal dari sesuatu yang telah didengarnya. Jika dilihat dari skenario,
Ika merasa cemas, gelisah, dan takut tidak bisa menjalani interaksi hangat dengan
masyarakat. Hal ini terjadi karena Ika membentuk persepsi yang salah atas apa yang ia
dengar dari sepupunya. Sepupunya bercerita bahwa masyarakat tempat sepupunya KKN
berwatak keras dan masih suka mistik sehingga Ika mempersepsikan hal demikian juga
terjadi pada desa tempat ia KKN. Apalagi lokasinya berdekatan dengan desa tempat KKN
sepupunya.
2.2.Fenomena psikologis apakah yang dialami oleh Ika saat seminggu pertama ia berada di
desa tersebut? Jelaskan alasan anda!
Jawaban:
Fenomena psikologis yang dialami Ika adalah kecemasan (anxiety). Kecemasan (anxiety)
adalah kondisi emosi dengan timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang disertai
dengan perasaan tidak berdaya serta tidak menentu yang disebabkan oleh suatu hal yang
belum jelas. Ansietas merupakan reaksi alami tubuh terhadap rasa stress yang dialami
seseorang. Berdasarkan skenario, Ika mengalami state anxiety, yaitu kondisi emosional
dan keadaan sementara pada individu dengan adanya perasaan tegang dan khawatir serta
bersifat subjektif. Faktor penyebabnya adalah adanya pikiran hasil generalisasi yang
berlebihan. Generalisasi yang terjadi yaitu Ika menganggap masyarakat di desa tempat ia
akan KKN memiliki watak yang sama dengan masyarakat di desa tempat sepupunya
KKN karena jarak desa yang berdekatan.
2.3.Bentuk strategi apa yang dilakukan oleh Ika dalam mengatasi masalahnya?
Jawaban:
Upaya menangani atau mengelola stress dikenal dengan proses coping terhadap stress.
Coping adalah proses mengelola tuntutan sebagai beban karena diluar kemampuan
individu. Coping dapat dipandang sebagai suatu cara untuk menghadapi stres untuk
mendorong diri agar tetap terus maju mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi coping dibagi menjadi dua macam:
1. Emotional focused coping
Melakukan usaha-usaha yang bertujuan untuk memodifikasi fungsi emosi tanpa
melakukan usaha pengubahan stressor. Teknik coping ini dilakukan melalui
bagaimana meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan.
2. Problem focused coping
Merupakan suatu tindakan yang diarahkan pada pemecahan suatu masalah. Teknik
ini mempelajari keterampilan atau cara-cara baru mengatasi stress yang lebih
fokus pada masalah. Bentuk strategi ini merupakan strategi yang dipilih oleh Ika
dalam penyelesaian masalahnya.
Implementasi dari problem focused coping dapat dilakukan dengan beberapa
teknik, salah satunya adalah dengan mencari dukungan sosial. Teknik ini
dilakukan dengan mencari dukungan dari pihak luar, baik berupa informasi,
bantuan nyata, maupun dukungan emosional. Seseorang yang melakukan teknik
ini akan berusaha menyelesaikan masalah dengan cara mencari bantuan dari orang
lain, keluarga, teman, dsb. Jika dikaitkan dengan skenario, Ika menerapkan teknik
ini. Hal ini dibuktikan dengan Ika yang mengambil langkah untuk “curhat”
dengan rina dan melakukan diskusi dengan pembimbing akademiknya sehingga
perasaan Ika menjadi lebih tenang. Selain itu, Ika juga mempersiapkan diri untuk
KKN dengan membahas kembali berbagai bahan kuliah dan mencari informasi
budaya masyarakat Karo di internet. Ika melakukan teknik coping ini dengan
memilih tipe yang positif, yaitu menghadapi masalah secara langsung dengan
mengendalikan diri dan membagikan masalah dengan orang lain.
2.4.Ditinjau dari teori belajar, bagaimanakah terbentuknya pola hidup dan pola makan yang
tidak sehat pada masyarakat?
Jawaban:
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang agar orang tersebut dapat
berubah, dan mengerti hal yang baru. Proses perubahan tersebut memerlukan kesabaran,
ketekunan, dan usaha yang optimal. Belajar juga dapat di definisikan sebagai perubahan
perilaku yang relatif permanen dan terjadi sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.
Terbentuknya pola hidup dan pola makan bila ditinjau dari beberapa teori belajar:
1. Teori Behavioristik
Merupaka teori belajar yang lebih menekankan pada perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Dalam teori ini, manusia
dipandang sebagai makhluk hidup yang pasif yang dikendalikan oleh stimulus-
stimulus dari lingkungan. Sesuai skenario, kebiasaan orang tua yang meminum
kopi dan merokok akan ditiru oleh anak-anak karena dianggap wajar untuk
dilakukan. Bahkan, orang tua anak akan bangga jika anak mampu meminum
beberapa gelas kopi dan merokok beberapa batang. Oleh karena itu, terbentuklah
pola hidup dan pola makan yang tidak sehat.
2. Teori Operant Conditioning
Merupakan teori belajar yang dipengaruhi adanya penguatan (reinforcement)
positif dan/atau negative. Teori operant conditioning oleh Skinner dan
dipopulerkan oleh Thorndike merupakan suatu situasi belajar dimana suatu
respons dibuat lebih kuat dalam memberikan ganjaran atau reinforcement tersebut.
Hal tersebut yang telah memotivasi terlaksananya pola hidup dan pola makan
yang tidak sehat bagi masyarakat desa tempat Ika melakukan KKN. Adapun
positive reinforcement berupa konsekuensi perilaku sehingga merangsang
munculnya perilaku yang sama yang dipengaruhi oleh waktu.
2.5.Jelaskan bentuk kecerdasan emosi apa yang diperlihatkan oleh Ika, Ismi, Jason, Leylan,
Rina, dan Dedi saat melihat nenek yang luka lututnya!
Jawaban:
Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan
inteligensi dan menjaga keselarasan emosi. Kecerdasan emosi juga dapat dikatakan
sebagai kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri
sendiri dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara positif.
Adapun bentuk kecerdasan emosi sebagai berikut (Goleman, 2001):
1. Kesadaran Diri (Self Awareness)
2. Pengaturan Diri (Self Management)
3. Motivasi Diri (Self Motivation)
4. Empati (Empathy)
5. Keterampilan Sosial (Relationship Management)
 Ika Memiliki kecerdasan cukup tinggi.
Memiliki empati, ditunjukkan dengan menolong nenek secara
spontan dan mengobati luka di lutut nenek. Selain itu, Ika juga berani
mengambil resiko untuk tetap melakukan KKN di desa yang ia
dengar memiliki masyarakat yang berwatak keras dan suka hal
mistik.
 Ismi Memiliki kecerdasan emosional rata-rata. Ia memberikan pertolongan
kepada nenek dengan motivasi memicu kepekaan Jason yang ia
sukai.
 Jason Memiliki empati dan prososial. Pada skenario dijelaskan bahwa
Jason secara spontan membantu nenek berdiri. Selain itu, Jason
memiliki kesadaran diri dan rasa tanggung jawab serta rasa bersalah.
 Leylan Memiliki kesadaran diri. Ia melihat kepala desa turut membantu
membopong nenek sehingga Leylan menyadari bahwa ia juga
memiliki tanggung jawab untuk melakukan hal tersebut.
 Rina Memiliki empati. Ia secara spontan memberi bantuan untuk
mengumpulkan sayuran yang berserakan.
 Dedi Memiliki kecerdasan emosi yang sama seperti Leylan. Dedi memiliki
respons yang lambat. Ia menolong nenek setelah memperoleh
motivasi eksternal, yaitu melihat kepala desa yang juga ikut
membantu nenek.
2.6.Ika haruslah memiliki kepribadian yang sehat atau matang dalam menghadapi masyarakat
desa. Karakteristik kepribadian yang bagaimanakah yang harus dimiliki Ika agar ia dapat
dikatakan sebagai dokter gigi yang berkepribadian sehat!
Jawaban:
Kepribadian sehat adalah kepribadian yang egonya berfungsi secara serasi antara id, ego,
dan superego, seimbang antara realself dengan idealself, serta pribadi yang mampu
mengatur diri dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sosial.
Adapun karakteristik kepribadian sehat antara lain:
 Mampu menilai diri secara realistic
 Mampu menilai situasi secara realistic
 Menerima kenyataan
 Menerima tanggung jawab
 Kemandirian
 Mampu mengendalikan emosi
 Mengutamakan pasien
 Memiliki kepedulian
 Berkepribadian kreatif
 Professional
 Penerimaan sosial
 Berani mencoba hal yang baru
 Berpikiran positif
 Menghindari bias (membedakan pasien)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Rasa cemas bisa saja disebabkan oleh persepsi dari sudut pandang seseorang. Selain dari
sudut pandang orang pertama, rasa cemas timbul dari pengalaman orang ketiga yang pernah
mengalaminya. Akibatnya, bila rasa cemas tidak segera diatasi akan menimbulkan stress negative
yang disebut dengan distress. Dalam scenario ini penting sekali tidak langsung percaya dengan apa
yang orang lain katakan mengenai pengalamannya di tempat kuliah karena ini akan mengubah
persepsi kita, hasilnya bisa saja positif maupun negative. Untuk heru yang cemas, motivasi adalah
hal yang ia butuhkan untuk mendorong dirinya mengatasi rasa cemasnya, dengan begitu Heru akan
mampu untuk membuka diri dan tidak lagi merasa cemas terhadap lingkungannya.

Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Candra IW, Harini IG, Sumirta IN. Psikologi landasan keilmuan praktik keperawatan
jiwa. Denpasar: Penerbit Andi; 2017.
2. http://plsbersinergi.blogspot.com/2013/01/rangkuman-pengantar-psikologi-umum.html
diakses pada Kamis, 21 November 2019 19.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai