Anda di halaman 1dari 14

RESUME PADA NY. W.

S DENGAN DIAGNOSA GLAUKOMA DI

POLIKLINIK MATA RSUP PROF KANDOU MANADO

Oleh:

Nama : Yusti Muzdalifa Taplo

NIM : 19014104008

Profesi : Ners

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

MANADO 2019
LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA

A. Pengertian
Glaukoma merupakan suatu penyakit yang mempunyai tanda berupa peningkatan tekanan bola
mata, pengecilan saraf optic dengan penurunan lapang pandangan mata (Sidarta Ilyas, 2000).
Glaukoma adalah salah satu kelainan pada mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan
intraokuler ( Long Barbara, 1996).
Jadi, Glaukoma adalah penyakit mata yang diakibatkan oleh tingginya tekanan bola mata
sehingga menyebabkan kerusakan pada saraf optik yang membentuk bagian-bagian retina di
posterior bola mata. Saraf optik menghubungkan jaringan-jaringan penerima cahaya (retina)
dengan bagian dari otak yang memproses informasi penglihatan.

Klasifikasi dari glaukoma dalah sebagai berikut ( Sidarta Ilyas, 2003) :

1. Glaukoma Primer
Glaucoma primer terjadi jika tidak terdapat penyakit mata atau penyakit sistemik yang
menyebabkan gangguan pada aliran aqueous disertai peningkatan bola mata. Pada
galukoma primer dapat disertai dengan adanya factor resiko yang dapat meningkatkan
tekanan intraokluer seperti adanya keturunan dalam keluarga, DM, arteriosklerosis,
pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan
berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Glaukoma sudut terbuka / simplek (kronis)


Glaukoma sudut terbuka merupakan glaucoma yang paling sering terjadi pada mata sekitar
90-95 %. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang disebut sudut terbuka karena
humor aqueous mempunyai celah ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh
perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan.
Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose
dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat
dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul
b. Glaukoma sudut tertutup / sudut semut (akut)
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena ruang anterior
secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan
trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm. Pargerakan iris
ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang posterior
atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-
tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat, penglihatan kabur. Penempelan
iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak segera ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang
hebat.
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekundr merupakan gloukoma yang disebabkan oleh penyakit mata lain atau
trauma didalam bola mata, yang menyebabkan penyempitan sudut /peningkatan volume
cairan dari dalam mata. Misalnya glaukoma sekunder yang terjadi oleh karena hifema,
laksasi / sub laksasi lensa, katarak instrumen, oklusio pupil, pasca bedah intra okuler.
3. Glaukoma Kongenital
Abnormalnya perkembangan sudut filtrasi sehingga terjadi kelainan mata sistemik yang
sangat jaranga dengan manifestasi klinik berupa pembesaran mata (bulmofamos)
4. Glaukoma absolute
Tahap akhir glaukoma (sempit/terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan
bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat
keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti
batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan
pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan
ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar
alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak
berfungsi dan memberikan rasa sakit.

Berdasarkan lamanya glaukoma dibedakan menjadi:


a. Glaukoma akut
Akibat terjadinya peningkatan tekanan intra okuker secara tiba-tiba
b. Glaukoma kronik
Terjadi akibat gejala peningkatan mata yang progresif sihingga terjadi kerusakan anatomi
dan fungsi maya secara permanen

B. Etiologi
1. Glaukoma primer terdiri dari :
Akut: disebabkan karena trauma atau cedera seperti terpapar zat kimia.
Kronik: disebabkan oleh keturunan dalam keluarga seperti: diabetes mellitus, arterisklerosis,
pemakaian kortikosteroid jangka panjang, myopia tiggi dan progresif.
2. Sekunder
Akibat adanya penyakit mata lain, seperti: katarak, perubahan lensa, kelainan uvea, dan
pembedahan.
C. Manifestasi Klinik
 Nyeri pada mata. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata sampai daerah belakang kepala.
 Rasa nyeri yang berat dapat menimbulkan gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah,
kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
 Penurunan ketajaman penglihatan.
 Muncul pelangi disekitar cahaya yang dilihat.
 Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
 Kornea keruh akibat edema yang parah pada kornea.
 Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi
radang uvea.
 Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
 Peningkatan tekanan bola mata yang sangat tinggi (Nurarif, 2015)

D. Patofisiologi
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor aqueus. Bila
dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik posterior, melewati pupil masuk
kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini
terganggu (biasanya karena penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik
anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan. TIO ditentukan oleh kecepatan produksi
Aqueos humor dan aliran keluar Aqueos humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg
dan dipertahankan selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor.
Aqueos humor diproduksi didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui kanal Schelmn
kedalam sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan siliar
atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar Aqueos humor melalui
kamera occuli anterior (COA). Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang ketat.
Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia menyebakan
struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap.Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari
perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Karena saraf optikus mengalami kemunduran,
maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah
lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Tanpa penanganan, glaukoma
dapat menyebabkan kebutaan. (Smeltzer, 2001)

E. Pemeriksaan Penunjang
1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan): Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau
jalan optik.Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor
pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
2) Tes Provokatif: Digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
3) Darah lengkap, LED: Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
4) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi, PAK
5) Tes Toleransi Glukosa: Menentukan adanya DM.
6) Gineoskopi: Untuk melihat keadaan sudut bola mata
7) Oftalmoskopi: Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus optikus
macula dan pembuluh darah retina.
8) Tonometri: Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai mencurigakan
apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25 mmhg.
(normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas,
2004): Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
9) Pemeriksaan lampu-slit: Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu
memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik
kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
10) Perimetri: Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang
khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes
konfrontasi.
11) Pemeriksaan Ultrasonografi: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat
digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.

F. Penatalaksanaan
1) Terapi Medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama dengan
mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh).
a) Obat Sistemik
 Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase yang akan
mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata sebanyak 60%,
menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan pemberian akan terjadi
hipokalemia sementara. Dapat memberikan efek samping hilangnya kalium
tubuh parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan myopia
sementara.
 Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum
adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah
manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide
sudah tidak efektif lagi.
b) Obat Tetes Mata Lokal
 Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,
levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna untuk
menurunkan TIO.
 Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan mata.
Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.
2) Terapi Bedah
a) Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang
dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini
hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
b) Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari
50% atau gagal dengan iridektomi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas klien, meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
b. Keluhan utama, meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS.
Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang: meliputi apa-apa saja gejala yang dialami klien saat ini
sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami klien
sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit yang dideritanya ataupun tidak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami
anggota keluarga.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui
adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih
dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akues humor keruh dan
pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
2) Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat
menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
3) Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera
kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya.
Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO,
terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
4) Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle didapat
nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan
menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium
lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula)
maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan
tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit.

2. Pengkajian Pola Fungsional Gordon


a. POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
 Persepsi terhadap penyakit: tanyakan bagaimana persepsi klien menjaga
kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit glaukoma, bagaimana
kepatuhannya terhadap pengobatan.
 Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga
denganpenyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta riwayat
stress,alergi, gangguan vasomotor, dan pernah terpancar radiasi.

b. POLA NUTRISI/METABOLISME
 Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
 Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
 Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )
 Bagaimana nafsu makan klien
 Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan dan nafsu makan
 Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir Biasanya pada klien
yang mengalami glaukoma klien akan mengeluhkan mual muntah

c. POLA ELIMINASI
 Kaji kebiasaan defekasi
 Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan karekteristik BAB
 Kaji kebiasaan miksi
 Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada kesulitan/nyeri ketika
miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk miksi
 Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola
eliminasi,kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma tipe sekunder (DM,
hipertensi).

d. POLA AKTIVITAS/LATIHAN
 Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi
 Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan table gorden)
 Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang
 Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada. Data
bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung atau keluarganya ( perhatikan
respon verbal dan non verbal klien )
 Kaji kekuatan tonus otot
 Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-hari. Karena, klien
mengalami mata kabur dan sakit ketika terkena cahaya matahari.

e. POLA ISTIRAHAT TIDUR


 Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
 Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
 Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan istirahat klien
 sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat sehingga pola tidur klien
tidak normal.

f. POLA KOGNITIF-PERSEPSI
 Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman. Persepsi nyeri,
bahasa dan memori
 Status mental Bicara : apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak jelas/gugup
 Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta keterampilan
interaksi
 Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
 Pendengaran : DBN / tidak
 Peglihatan : DBN / tidak
 Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas nyeri
 Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk mengurangi nyeri saat
nyeri terjadi
 Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
 Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera penglihatan. Pola pikir
klien juga terganggu tapi masih dalam tahap yang biasa.
g. POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI
 Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga
diri,gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri
 Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal yang membuaatnya
mengubah gambaran terhadap diri
 Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah klien sering merasa
marah, cemas, depresi, takut, suruh klien menggambarkannya.
 Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep diri karena mata
klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan klien tidak PD dalam kesehariannya.
Tapi, pada kasus klien tidak mengalami gangguan pada persepsi dan konsep diri.

h. POLA PERAN HUBUNGAN


 Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya.
 Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
 Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun cucu dll
 Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
 Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
 Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
 Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam berhubungan dengan
orang lain ketika ada gangguan pada matanya yang mengakibatkan klien malu
berhubungan de ngan orang lain.
 Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan dalam melakukan
perannya

i. POLA KOPING-TOLERANSI STRESS


 Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan system
pendukung
 Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa bulan terakhir
 Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi, apakah
efektif?Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada keluarga / orang lain
 Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik
 Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi stress
 Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit yang dideritanya
karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana klien mengalami penyakit yang
mengganggu organ penglihatannya.

j. POLA REPRODUKSI/ SEKSUALITAS


 Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
 Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
 Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim berhubungan
penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau batuk hebat saat melakukan
hubungan intim
 Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola reproduksi seksualitas.
Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam keluarga akan terganggu ketika anggota
keluarga tidak menerima salah seorang dari mereka yang mengalami penyakit mata.

k. POLA KEYAKINAN-NILAI
 Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan dalam hidup
 Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.
 Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting dalam hidup
 Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah sehari-hari karena
klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang akan mengganggu ibadahnya.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (peningkatan TIO)
2. Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan gangguan penglihatan
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman peruabhan konsep diri, kurang pengetahuan
tentang prosedur pembedahan
4. Resiko jatuh d/d factor resiko gangguan penglihatan (glaucoma)

C. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Nyeri b.d Setelah dilakukan a. Kaji tipe, intensitas, a. Mengenal berat
agen tindakan dan lokasi nyeri ringannya nyeri dan
pencedera keperawatan selama menentukan terapi
fisiologis 3 x 24 jam b. Pantau derajat nyeri b. Untuk
peningkatan diharapakan nyeri mata setiap 30 mentit mengidentifikasi
TIO hilang/ berkurang selama masa akut kemajuan atau
dengan Kriteria penyimpanan dari
Hasil: hasil yang
 Klien dapat diharapkan.
mengidentifikasi c. Pertahankan istirahat c. Mengurangi
penyebab nyeri di tempat tidur dalam rangsangan terhadap
 Klien ruangan yang tenang syaraf sensori dan
menyebutkan dan gelap dengan mengurangi TIO
faktor-faktor kepala ditinggikan
yang dapat 30° atau dalam posisi
meningkatkan nyaman
nyeri d. Berikan lingkungan d. Stress dan sinar
 Klien mampu yang nyaman menimbulkan TIO
melakukan yang mencetuskan
tindakan untuk nyeri
mengurangi e. Anjurkan tehnik e. Keadaan rileks dapat
nyeri. relaksasi. mengurangi nyeri.
f. Kolaborasi tentang f. untuk mengurangi
pemberian analgesic nyeri

2. Gangguan Setelah dilakukan a. Kaji dan catat a. Menentukan


persepsi tindakan ketajaman penglihatan kemampuan visual
sensori visual keperawatan selama b. Kaji tingkat deskripsi b. Memberikan
/ penglihatan 3 x 24 jam fugnsional terhadap keakuratan terhadap
b.d gangguan diharapakan penglihatan dan penglihatan dan
penglihatan persepsi sensori perwatan perawatan
dapat meningkat c. Sesuaikan lingkungan c. Meningkatkan self
dengan Kriteria dengan kemampuan care dan mengurangi
Hasil: penglihatan ketergantungan
 Klien dapat d. Kaji jumlah dan tipe d. Meningkatkan
meneteskan obat rangsangan yang dpat rangsangan pada
mata dengan diterima klien waktu kemampuan
benar penglihatabn menurun
 Kooperatif e. Observasi TTV e. Mengetahui kondisi
dalam tindakan dan perkembangan
 Menyadari klien secara dini
hilangnya f. Kolaborasi dengan tim f. Untuk mempercepat
pengelihatan medis dalam proses penyembuhan
secara permanen pemberian terapi
 Tidak terjadi
penurunan visus
lebih lanjut

3. Ansietas b.d Setelah dilakukan a. Hati-hati penyampaian a. Jika klien belum siap
ancaman tindakan hilangnya penglihtan akan menambah
perubahan keperawatan selama secara permanen kecemasan
konsep diri, 3 x 24 jam b. Berikan kesempatan b. Mengekspresikan
kurang diharapakan tingkat klien perasaan membantu
pengetahuan ansietas klien dapat mengekspresikan Kx mengidentifikasi
tentang berkurang dengan tentang kondisinya sumber cemas
prosedur Kriteria Hasil: c. Pertahankan kondisi c. Rileks dapat
pembedahan  Berkurangnya yang rileks menurunkan cemas
perasaan gugup d. Observasi TTV d. Untuk mengetahui
 Posisi tubuh TTV dan
rileks perkembangannya
 Mengungkapkan e. Siapkan bel ditempat e. Dengan memberikan
pemahaman tidur dan instruksikan perhatian akan
tentang rencana klien memberikan menambah
tindakan tanda bila mohon kepercayaan klien
bantuan
f. Kolaborasi dengan tim f. Diharapkan dapat
medis dalam mempercepat proses
pemberian terapi penyembuhan
4. Resiko cedera Setelah dilakukan a. Identifikasi factor a. Mengurangi
d/d factor tindakan resiko jatuh dan kecelakaan atau jatuh
resiko keperawatan selama lingkungan yang
gangguan 3 x 24 jam meningkatkan jatuh
penglihatan diharapakan tingkat b. Lakukan modifikasi b. Menimalkan tingkat
(glaucoma) jatuh menurun lingkungan untuk cidera yang berasal
dengan Kriteria meindahkan semua dari gangguan ini
Hasil: bahaya:
 Klien tidak  Singkirkan
jatuh saat rintangan pada
berdiri dan tempar lalu lalang
berjalan  Sungkirkan
 Klien meminta gulungan dari kaki
bantuan petugas  Singkirkan
saat memenuhi barang-barang
kebutuhan. yang mungkin
dapat membuat
klien jatuh.
c. Serahkan benda- c. Mengurangi resiko
benda termasuk bel terjatuh
pemanggil, alat
bantu ambulasi
kepada klien
d. Bantu klien untuk d. Mencegah resiko
berpindah. terjatuh ketika akan
berjalan
e. Anjurkan klien e. Meningkatkan
melebarkan kaki keseimbangan ketika
berdiri
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta: EGC
Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin & Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta: MediAction

Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiolog: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4 buku II.
Jakarta: EGC
Sidarta, Ilyas. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta: FK UI
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC
TIM POKJA DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP

TIM POKJA DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP

TIM POKJA DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP

Anda mungkin juga menyukai