Bioproses bim Medium Fermentasi Medium fermentasi adalah media tempat tumbuhnya mikroba untuk skala produksi
Semua mikroba membutuhkan air, sumber energi, karbon,
nitrogen, mineral, kadang-kadang membutuhkan vitamin, dan oksigen jika prosesnya berlangsung secara aerobik
Fermentasi dalam skala kecil umumnya menggunakan
senyawa murni sebagai medium, namun pada fermentasi skala besar, penggunaan senyawa murni harus dipertimbangkan, karena harga senyawa murni yang mahal sehingga produksi menjadi tidak ekonomis Persyaratan medium Pada skala besar harus dipilih sumber nutrisi yang murah dan memenuhi kriteria sebagai berikut :
Medium dapat memberikan perolehan yang maksimum
(yield) baik produk ataupun biomassa untuk setiap gram substrat yang digunakan Medium dapat menghasilkan konsentrasi yang maksimum baik produk maupun biomassa yang diinginkan. Medium bisa memberikan laju pembentukan produk yang maksimum. Medium menghasilkan sesedikit mungkin produk sampingan yang tidak dibutuhkan Harganya murah, kualitasnya tetap dan bahan selalu tersedia sepanjang waktu. Medium sesedikit mungkin menimbulkan masalah pada aspek lain pada proses produksi seperti aerasi dan agitasi, ekstraksi, pemurnian dan pengolahan limbahnya. Contoh Bahan Medium Bahan-bahan yang memenuhi kriteria di atas untuk proses fermentasi antara lain adalah : molase tebu, tepung sereal, glukosa, pati, sukrosa dan laktosa sebagai sumber karbon; serta garam-garam amonium, urea, nitrat, cairan rebusan jagung, dan ekstrak kedelai sebagai sumber nitrogen.
Medium yang dipilih untuk proses fermentasi sangat
berpengaruh kepada desain bioreaktor yang akan digunakan, atau sebaliknya jika bioreaktornya telah tersedia maka formulasi medium harus disesuaikan dengan bioreaktor yang tersedia. Sebagai contoh pada produksi griseofulvin, dengan bioreaktor yang berbeda maka konsentrasi nitrogen yang optimum untuk proses fermentasi juga jadi bervariasi (Rhodes, et al, 1955). Tips Medium Fermentasi Beberapa masalah juga harus diperhatikan jika ingin mengembangkan skala produksi dari skala laboratorium menjadi skala pilot, dan selanjutnya ke skala industri.
Medium yang cocok untuk skala laboratorium belum tentu
cocok untuk digunakan pada bioreaktor skala besar yang laju perpindahan gasnya lebih rendah.
Demikian juga halnya dengan medium yang viskositasnya
tinggi, pada skala besar akan diperlukan daya yang lebih besar untuk memperoleh pengadukan yang efektif (Aiba, Humprey and Millis, 1973).
Disamping memperhatikan pertumbuhan mikroba dan
pembentukan produk, pemilihan medium juga harus mempertimbangkan pH, pembentukan busa, potensial oksidasi-reduksi, dan bentuk morfologi mikroba yang dipakai. Molase, Limbah Proses Pembuatan Gula Pasir Formulasi Medium (1) Tahapan penting dalam perencanaan percobaan laboratorium, pilot scale, dan proses produksi
Kandungan medium hendaklah memenuhi kebutuhan dasar
mikroba untuk pembentukan biomassa dan produksi metabolit serta mengandung komponen untuk mensuplai energi bagi proses biosintesis dan perawatan sel
Untuk merancang medium perlu diperhatikan stokhiometri
untuk pertumbuhan dan pembentukan produk pada mikroba berikut ini : Sumber karbon dan energi + sumber nitrogen + kebutuhan lain biomassa sel + produk + CO2 + H2O + panas Formulasi Medium (2) Kebutuhan dasar nutrisi bagi mikroba heterotrof adalah energi, sumber karbon dan unsur anorganik
Beberapa mikroba selain membutuhkan ketiga jenis nutrisi, juga
membutuhkan zat pertumbuhan (faktor pertumbuhan). Bagi sebagian proses bioteknologi, sumber karbon dan nitrogen sering diperoleh dari campuran bahan alam atau produk samping suatu industri
Sedangkan logam antara (trace metal) biasanya terdapat dalam jumlah
mencukupi dalam air ledeng atau bahan baku utama
Garam sering ditambahkan sebagai suplemen sumber nitrogen, fosfor,
sulfur atau kalsium. Jika faktor pertumbuhan diperlukan, dapat disediakan dalam bentuk murni, tetapi agar lebih ekonomis umumnya digunakan ekstrak tumbuhan atau hewan
Faktor pertumbuhan utama yang dibutuhkan adalah vitamin golongan B
atau senyawaan yang mirip, asam amino tertentu dan beberapa jenis asam lemak.
Sebagai pertimbangan untuk menyusun formula medium, diberikan tabel
komposisi dari komponen penyusun sel mikroba; berdasarkan komposisi ini dapat diperkirakan kebutuhan mikroba terhadap unsur tersebut. Komposisi unsur pembangun sel bakteri, ragi dan fungi (% terhadap berat kering)
Unsur Bakteri Ragi Fungi
(Luria, 1960; (Aiba, et al, (Lily, 1965; Herbert, 1976; 1973; Herbert, Aiba, et al., Aiba, et al, 1973) 1976) 1973) Karbon 50 – 53 45 – 50 40 – 63 Hidrogen 7 7 Nitrogen 12 – 15 7,5 – 11 7 – 10 Posfor 2,0 – 3,0 0,8 – 2,6 0,4 – 4,5 Sulfur 0,2 – 1,0 0,01 – 0,24 0,1 – 0,5 Kalium 1,0 – 4,5 1,0 – 4,0 0,2 – 2,5 Natrium 0,5 – 1,0 0,01 – 0,1 0,02 – 0,5 Kalsium 0,01 – 1,1 0,1 – 0,3 0,1 – 1,4 Magnesium 0,1 – 0,5 0,1 – 0,5 0,1 – 0,5 Klor 0,5 - - Besi 0,02 – 0,2 0,01 – 0,5 0,1 – 0,2 Medium Fermentasi Substrat karbon mempunyai fungsi ganda yaitu untuk biosintesis dan kelangsungan energi. Kebutuhan mikroba terhadap karbon pada kondisi aerob dapat diperkirakan berdasarkan koefisien perolehan seluler (Y) yang dirumuskan sebagai berikut :
Y = jumlah massa sel kering yang dihasilkan
jumlah substrat karbon yang terpakai
Beberapa harga Y untuk bakteri dapat dilihat pada Tabel.
Untuk glukosa dimana harga Y = 0,5 ini berarti untuk menghasilkan 0,5 g sel bakteri dibutuhkan 1,0 g glukosa; untuk menghasilkan 30 g/l sel berarti diperlukan 30/0,5 = 60 g/l glukosa. Disamping itu medium ini masih memerlukan lagi 3,0 g/l N; 1,0 g/l P dan 0,3 g/l sulfur. Harga koefisien perolehan seluler (Y) bakteri terhadap beberapa sumber karbon (data dari Abbott and Clamen, 1973).
Sumber karbon Harga koefisien
perolehan seluler (Y) Metana 0,62 n-alkana 1,03 Metanol 0,40 Etanol 0,68 Asetat 0,34 Maleat 0,36 Glukosa (molase) 0,51 Faktor yang dipertimbangkan dalam mendesain medium Pertimbangan ekonomi merupakan hal yang penting dalam merancang suatu medium, karena 60 – 80% dari biaya proses fermentasi diperlukan untuk biaya bahan baku
Biaya bahan baku fermentasi sangat tergantung
pada harga bahan pada waktu tertentu, karena harga komoditas di pasar dapat berubah-ubah sesuai musim dan variabel lain
Pemilihan bahan baku juga tergantung pada
biaya penanganan dan penyimpanan, kemudahan formulasi dan sterilisasi, selain pertimbangan kesehatan dan keamanan. Pemilihan Bahan untuk Medium Pada fermentasi skala laboratorium, sering digunakan senyawa murni sebagai substrat, tetapi untuk skala industri penggunaan bahan murni akan menimbulkan biaya tinggi, sehingga untuk proses produksi skala industri seringkali yang digunakan sebagai substrat adalah bahan bahan yang seringkali adalah produk sampingan dari industri lain
Optimasi produk sangat dipengaruhi oleh formulasi medium dan
ketersediaan nutrisi spesifik selama fermentasi Dengan demikian, jika biomasa atau produk tertentu merupakan tujuan fermentasi, maka formulasi medium harus memberikan potensi pertumbuhan maksimum Untuk suatu senyawa yang tidak membatasi pertumbuhan, seperti asam organik, antibiotika, dan sebagainya, maka setelah fase pertumbuhan awal-medium akan kekurangan satu atau lebih hara Fungsi-fungsi Komponen dalam Medium Beberapa proses memerlukan adanya induser dalam medium, sedangkan proses lainnya mungkin dihambat atau ditekan oleh suatu komponen medium
Komposisi suatu medium industrial tidak hanya didasarkan pada
kebutuhan tahap fermentasi dari proses tersebut, melainkan juga pada tahap pemurnian berikutnya
Formulasi medium hendaknya juga bertujuan menghasilkan
massa cair fermentasi akhir dengan viskositas rendah, massa sel yang mudah dipisahkan dan mengandung sedikit senyawaan tersisa yang tidak diinginkan, dan yang dapat mempengaruhi spesifikasi produk akhir. Komponen medium fermentasi Air Air adalah komponen utama untuk semua medium fermentasi, ia diperlukan dalam jumlah yang besar dengan kandungan yang tetap. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada air adalah pH, bahan terlarut dan kontaminan
Sumber karbon dan energi
Energi untuk pertumbuhan mikroba dapat berasal dari oksidasi terhadap komponen medium atau dari cahaya. Kebanyakan mikroba industrial bersifat kemo-organotrof, sehingga sumber energi yang umum digunakan juga sebagai sumber karbon
Beberapa mikroba mampu menggunakan metana
atau metanol sebagai sumber karbon dan energi. Komponen Medium Sumber nitrogen Sebagai sumber nitrogen dalam proses industri yang menggunakan mikroba sering dipakai sebagai yaitu garam amonia, ureum dan gas amonia Corn steep liquor (pati jagung) yang diperoleh pada waktu produksi pati jagung juga mengandung sekitar 4% nitrogen. Di samping itu ia juga mengandung asam amino seperti alanin, arginin, isoleusin, treonin, valin, dan asam glutamat Kandungan gula sari jagung tersebut sebagian besar diubah menjadi asam laktat (9 –10%) oleh bakteri asam laktat Sumber karbohidrat dan nitrogen untuk media fermentasi industri Sumber karbohidrat Sumber nitrogen (% berat nitrogen) Glukosa - glukosa monohidrat Jelai (1.5 – 2.0) murni, Molase lobak (1.5 – 2.0) hidrolisis pati Cairan jagung (4.5) Laktosa - laktosa murni, tepung Tepung groundnut (8.0) whey Tepung oat (1.5 – 2.0) Pati - jelai, kacang tanah, Pharmamedia (8.0) tepung oat, tepung whey, tepung kacang kedelai Tepung whey (1.5 – 2.0) Sukrosa - molase lobak, molase Tepung kacang kedelai tebu, gula merah, gula putih (8.0) murni Tepung whey (4.5) Metanol, etanol dan alkana Garam amonium, urea, gas amonia Ekstrak ragi, Pepton, limbah kedele Komponen Medium Mineral Garam-garam mineral yang penting untuk pertumbuhan mikroba antara lain adalah Ca, Fe, Mg, K dan Na Mineral-mineral tersebut mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai buffer untuk mengatasi perubahan pH dalam medium dan sebagai garam untuk mengimbangi akibat-akibat tekanan osmosa dan permeabilitas Disamping itu ia juga berpengaruh terhadap pembentukan metabolit. Pada Tabel berikut diberikan contoh beberapa mineral yang berpengaruh terhadap pembentukan metabolit primer dan sekunder. Mineral yang berpengaruh terhadap pembentukan metabolit primer dan sekunder Produk Mineral Referensi Basitrasin Mn Weinberg and Tonnis (1966) Riboflavin Fe, Co Hickey (1945) Fe Tanner et al. (1945) Protease Mn Mizusawa et al (1966) Aktinomisin Fe, Zn Katz et al. (1958) Kloramfenikol Fe, Zn Gallicchio et al. (1958) Neomisin Fe, Zn Majumdar and Majumdar (1965) Asam sitrat Fe, Mn, Zn Shu and Johnson (1948) Penisilin Fe, Zn, Cu Foster et al. (1943) Koffler et al. (1947) Griseofulvin Zn Grove (1967) Patulin Fe, Zn Brack (1947) Komponen Medium
Sumber vitamin
Banyak sumber karbon dan nitrogen alami juga
mengandung beberapa vitamin yang diperlukan. Namun demikian kemungkinan terjadi defisiensi vitamin juga sering terjadi karena kerusakan selama proses Untuk memenuhinya dapat ditambahkan vitamin, jika hanya satu jenis yang dibutuhkan penambahan vitamin murni lebih ekonomis. Vitamin yang biasa digunakan pada medium fermentasi antara lain adalah kalsium pantotenat yang digunakan pada medium untuk produksi vinegar (Beaman, 1967); biotin digunakan pada produksi asam glutamat dan pada beberapa produksi beberapa strain mikroba dibutuhkan juga tiamin (Kinoshita, et al. 1972). Komponen Medium Prekursor Prekursor adalah bahan yang jika ditambahkan ke dalam medium dapat mempengaruhi kecepatan pembentukan produk atau meningkatkan perolehan produk. Contohnya adalah penambahan ekstrak jagung pada produksi penisilin telah meningkatkan perolehan penisilin dari 20 unit/ml menjadi 100 unit / ml. Ekstrak jagung ternyata mengandung feniletilamin yang terinkorporasi pada molekul penisilin untuk menghasilkan benzil penisilin (Penisilin G). Beberapa prekursor yang penting dberikan pada Tabel berikut. Prekursor yang digunakan pada proses fermentasi Prekursor Produk Mikroba Referensi Asam fenilasetat Penisilin G Penicillium Moyer and Coghill dan senyawa yang Penisilin V chrysogenum (1947) berhubungan Khlortetrasik-lin Penicillium Soper et al. Asam fenoksi asetat Griseofulvin chrysogenum (1948) Khlor Riboflavin Streptomyces Van dyck and de Khlor aureofaciens Somer (1952) Vitamin B12 Proprionat Penicillium Rhodes et al (1955) Karotenoid griseofulvin Sianida Smiley and Stone L-isoleusin Lactobacillus (1955) - iononon L-isoleusin bulgaricus Mervyn and Smith Asam - amino L-triptofan butirat Proprionobacterium (1964) L-serin , Streptomyces spp Reyes et al (1964) D-treonin Phycomyces Nakayama (1972b) Asam antranilat blakesleeanus Glysin Bacillus subtilis Serratia marcescens Hansenula anomala Corynebacterium glycinophilum Komponen Medium Inhibitor Inhibitor ditambahkan pada proses fermentasi untuk tujuan tertentu seperti untuk pembentukan satu jenis produk yang spesifik atau untuk mencegah termetabolismenya suatu produk metabolit intermediate sehingga produk tersebut terakumulasi dan selanjutnya dapat diubah menjadi bentuk yang diinginkan. Salah satu contoh adalah penambahan natrium bisulfit pada produksi gliserol secara fermentasi. Pembentukan gliserol tergantung kepada modifikasi fermentasi etanol yang mengubah asetaldehida. Contoh kerja inhibitor Jika natrium bisulfit ditambahkan akan terbentuk senyawa asetaldehida bisulfit yang berasal dari reaksi berikut :
• Karena asetaldehida tidak tersedia untuk proses
reoksidasi NADH2 , maka posisinya sebagai akseptor hidrogen digantikan oleh dihidroaseton posfat yang diproduksi dalam proses glikolisis. • Reaksi ini menghasilkan produk gliserol – 3 – posfat yang selanjutnya akan diubah menjadi gliserol. • Pada Tabel berikut diberikan beberapa contoh inhibitor yang biasa digunakan untuk fermentasi. Inhibitor spesifik dan yang umum digunakan pada fermentasi Produk Inhibitor Efek Mikroba Referensi utama Gliserol Natrium bisulfit Menekan Saccharomyces Eoff et al pembentukan cerevisieae (1919) asetaldehida Tetrasiklin Bromida Menekan Streptomyces pembentukan aureofaciens Lepetit (1957) klortetrasiklin Mengubah Micrococcus Asam glutamat Penisilin permeabilitas Philips and glutamicus Somerson dinding sel Aspergillus (1960) Asam sitrat Logam alkali / Menekan asam niger posfat pH oksalat Batti (1967) dibawah 2,0 Efek berbeda Bermacam- tergantung Brevibacterium Uemura et al. Valin roseum (1972) macam pada inhibitor Dietil barbiturat Menghambat Rifamisin B rifamisin lain Nocardia Lancini and mediterranei White (1973) Komponen Medium Induser
A substance which, when it contacts a living cell, causes the
activation of a gene Pada umumnya produksi enzim di industri menggunakan induser. Induksi enzim akan terjadi hanya jika ke dalam lingkungannya dtambahkan induser, biasanya yang digunakan sebagai induser adalah substrat untuk enzim tersebut atau senyawa yang strukturnya mirip dengan itu. Oleh karena itu induser harus ditambahkan ke dalam medium fermentasi. Pada Tabel berikut diberikan beberapa contoh induser yang biasa digunakan untuk proses produksi enzim. Penggunaan Induser Salah satu penerapan penggunaan induser yang unik adalah penggunaan ragi manan pada produksi streptomisin. Selama fermentasi berlangsung diproduksi sejumlah streptomisin dan mannosidostreptomisin. Mannosidostreptomisin aktivitas biologinya hanya 20 % dari aktivitas streptomisin, sehingga produk ini tidak diharapkan. Mikroba Streptomyces griseus dapat diinduksi dengan ragi manan untuk menghasilkan - mannosidase yang akan mengubah mannosidostreptomisin menjadi streptomisin. Beberapa contoh induser yang penting pada produksi enzim di industri
Enzim Induser Mikroba Referensi
- amilase Pati Aspergillus spp Windish and Pullulanase Maltosa Bacillus subtilis Mhatre (1965) - mannosidase Maltosa Aerobacter Wallenfels et al. Penisilin asilase Ragi manan aerogenes (1966) Protease Asam fenilasetat Streptomyces Inamin et al griseus (1969) Selulase Bermacam- macam protein Escherichia coli Carrington (1971) Selulosa Bacillus spp Keay (1971) Pektinase Pektin (bit pulp, Streptococcus spp Aunstrup (1974) apel, kulit jeruk) Streptomyces spp Reese (1972) Aspergillus spp Fogarty and Ward Mucor spp (1974) Trichoderma viride Aspergillus spp Komponen Medium Kebutuhan oksigen
Kehadiran oksigen sangat penting dalam selama proses
terutama untuk mengendalikan laju pertumbuhan dan pembentukan metabolit. Ketersediaan oksigen di dalam medium dapat dipengaruhi oleh beberapa hal berikut : Metabolisme cepat; biakan dapat kekurangan oksigen karena sejumlah oksigen yang dibutuhkan tidak cepat terpenuhi. Keadaan ini dapat terjadi bila didalam medium terdapat substrat yang termetabolisme secara cepat sehingga menyerap oksigen dalam jumlah banyak, terdapat dalam konsentrasi tinggi. Misalnya, Penicillium chrysogenum akan menggunakan glukosa lebih cepat daripada laktosa atau sukrosa, sehingga kebutuhan akan oksigen akan lebih banyak jika menggunakan glukosa sebagai sumber karbon. Untuk mencegah kekurangan oksigen, dapat dilakukan dengan cara menambahkan substrat ini secara bertahap, secara semi- kontinyu selama fermentasi berlangsung. Komponen lain dalam Medium Reologi ; komponen tertentu dalam medium dapat mempengaruhi viskositas medium yang selanjutnya juga akan mempengaruhi proses aerasi dan agitasi Misalnya polimer seperti pati dan polisakarida lain, jika polisakarida telah terdegradasi maka sifat reologi dari medium dapat berubah.
Antibusa; kebanyakan antibusa yang digunakan
bekerja sebagai bahan aktif permukaan (surfaktan) dan menurunkan laju perpindahan oksigen. Komponen Medium Antibusa
Pada kebanyakan proses mikrobiologi busa menjadi masalah,
penyebab umum dari busa adalah protein di dalam medium yang terdenaturasi pada antar muka udara – medium dan membentuk film / lapisan yang tidak cepat pecah
Busa dapat menimbulkan terpisahnya mikroba dari medium
sehingga mengalami otolisis, akibatnya mikroba akan melepaskan protein sel yang selanjutnya malah meningkatkan stabilitas busa yang terbentuk
Jika busa tidak terkendali, busa dapat mencapai saringan udara
yang menuju keluar bioreaktor sehingga saringan jadi basah, dalam hal demikian sangat besar peluang terjadinya kontaminasi oleh mikroba lain yang menyebabkan terjadinya kerusakan produk Antibusa Jika busa yang dihasilkan sangat banyak, maka ada dua cara untuk mengatasinya (Hall, et al, 1973) :
Jika busa ditimbulkan oleh komponen penyusun medium, bukan
oleh metabolit maka dapat dilakukan modifikasi pada parameter fisik seperti pengubahan pH, temperatur, aerasi dan agitasi. Namun demikian hal ini dapat dilakukan hanya dalam batas-batas tertentu. Jika busa tidak dapat dicegah maka dapat digunakan bahan antibusa. Cara ini lebih banyak digunakan dalam proses fermentasi.
Antibusa adalah suatu bahan aktif permukaan (sufaktan) yang
dapat menurunkan tegangan permukaan pada busa. Bahan ini secara kompetitif akan berusaha menggantikan posisi senyawa yang menyebabkan terjadinya busa.Bahan antibusa ini sendiri tidak dapat menghasilkan busa yang stabil. Antibusa Bahan antibusa yang ideal seharusnya memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
Dapat terdispersi secara cepat dan bekerja segera terhadap
busa yang telah terbentuk Dapat aktif pada konsentrasi kecil. Bekerja dalam jangka waktu yang lama dalam mencegah terbentuknya busa yang baru. Tidak toksik bagi mikroba. Tidak toksik bagi manusia dan hewan. Tidak menimbulkan masalah bagi proses ekstraksi produk. Tidak mememrlukan penanganan yang membahayakan. Murah Tidak mempengaruhi transfer oksigen Dapat disterilisasi dengan cara panas. Bahan Antibusa Senyawa yang memenuhi persyaratan dan telah banyak digunakan pada prose fermentasi antara lain adalah (Solomons, 1969): Alkohol : stearil alkohol dan oktil dekanol Ester-ester Asam-asam lemak dan turunannya, khususnya gliserida yang terdapat pada minyak biji kapas, minyak kedele, minyak zaitun dan minyak jarak. Silikon. Sulfonat. Bahan lain seperti alkaterge C, oksazalin, polipropilenglikol. Tips Antibusa Antibusa biasanya ditambahkan pada saat terbentuk busa sepanjang proses fermentasi. Karena kebanyakan antibusa kelarutannya rendah maka perlu ada pembawa seperrti minyak lemak hewan, parafin cair atau minyak jarak yang mungkin akan ikut termetabolisasi dan mempengaruhi proses fermentasi. Sayangnya konsentrasi antibusa yang diperlukan untuk mengendalikan fermentasi dapat menurunkan laju perpindahan oksihen sebanyak 50 %; karenanya penambahan antibusa harus diusahakan sesedikit mungkin. Jika laju perpindahan oksigen sangat terpengaruh oleh kehadiran antibusa, maka dapat digunakan alternatif lain yaitu menggunakan peralatan pemecah busa. Tips Formulasi Medium Setelah mengetahui bahan yang dibutuhkan oleh mikroba, dapat dibuat formulasi medium yang cocok untuk fermentasi yang akan dilakukan
Pada Tabel berikut diberikan beberapa contoh komposisi medium
yang dapat digunakan pada fermentasi bawah permukaan
Pada produksi asam itakonat yang digunakan sebagai sumber
karbon adalah bahan yang mengandung gula / karbohidrat (molase tebu), demikian juga dengan produksi penisilin (molase atau glukosa), asam giberelat (glukosa monohidrat) dan asam glutamat (dekstrosa)
pada produksi amilase digunakan tepung kedelai yang lebih
banyak mengandung protein sebagai sumber karbon
dan pada produksi riboflavin digunakan minyak kedelai (kelompok
senyawa lipida) sebagai sumber karbon (selain glukosa). Beberapa contoh medium fermentasi Bahan Konsentrasi Bahan Konsentrasi Produksi asam Produksi asam itakonat (Nubel giberelat (Calam dan Ratajak, and Nixon, 1960) 1962) Glukosa 150 g/l Molase tebu monohidrat 1 g/l 20 g/l ZnSO4 MgSO4 3 g/l 1 g/l MgSO4 . 7 H2O NH4 NO3 0,01 g/l 1 g/l CuSO4 . 5 H2O KH2 PO4 5 g/l FeSO4. 7 H2O 0,01 g/l MnSO4. 4 H2O 0,01 g/l ZnSO4. 7 H2O 0,01 g/l CuSO4 . 5 H2O 0,01 g/l Ekstrak rebusan jagung (ekstrak 7,5 g/l kering ) Beberapa contoh medium fermentasi Bahan Konsentrasi Bahan Konsentrasi Produksi amilase Produksi asam (Underkofler, glutamat (Gore, 1966) Reisman and Gardner, 1968) Tepung kedelai 1,85 % Dekstrosa 270 g/l Fraksi ragi Brewer 1,50 % NH4H2PO4 2 g/l terotolisis
Bahan kering mudah 0,76 % (NH4)2PO4 2 g/l
larut
NZ-amin (kasein 0,65 % K2SO4 2 g/l
hidrolisis enzimatik)
Laktosa 4,75 % MgSO4 . 7 H2O 0,5 g/l
MgSO4. 7 H2O 0,04 % MnSO4 . H2O 0,04 g/l
Antibusa Hodag KG-I 0,05 % FeSO4. 7 H2O 0,02 g/l
Poliglikol 2000 0,3 g/l
Biotin 12 g/l Penisilin 11 g/l Beberapa contoh medium fermentasi Bahan Konsentrasi Bahan Konsentrasi Riboflavin (Harned, Penisilin (Perlman, 1969) 1970) Minyak kedelai 20 ml/l Glukosa atau 10 % dari total Gliserol 20 ml/l molase Glukosa derajat 20 g/l (by continuous 4 - 5 % dari total teknis feed) Ekstrak rebusan Ekstrak rebusan 12 ml/l jagung 0,5 – 0,8 % dari jagung total Kasein Asam fenil asetat 12 g/l (by continuous KH2 PO4 0,5 % dari total 1 g/l feed) Minyak lemak hewan atau minyak tumbuhan, antibusa dengan penambahan secara kontinyu PH 6,5 – 7,5 dengan penambahan asam atau basa Terima kasih