Anda di halaman 1dari 8

 1

RANCANG BANGUN WIRELESS SENSOR NETWORK


BERBASIS TOPOLOGI STAR UNTUK PERINGATAN
DINI GEMPA BUMI DAN TANAH LONGSOR
1)Haziel
Latupapua
1)Department of Electrical Engineering, Mercu Buana University, Jakarta, Indonesia.
1)Haziel Latupapua, e-mail: hazielvanlatu@gmail.com

Abstrak
Indonesia termasuk daerah rawan bencana gempa bumi karena Indonesia terletak di antara tiga
lempeng tektonik dan di pulau Maluku sendiri memiliki 10 zona garis patahan. BPBD Kota
Ambon juga mencatat ada sekitar 88 kali gempa bumi yang terjadi selama 31 Oktober sampai
dengan 01 November 2017. Dampak sering terjadinya gempa tektonik di pulau Maluku
mengakibatkan efek domino, seperti tanah longsor di beberapa titik di kota Ambon. Data yang
dihimpun BMKG Kota Ambon periode bulan Mei hingga Juni 2017 kurang lebih terdapat 124 titik
bencana tanah longsor terjadi dan sebanyak 218 unit rumah terancam bencana tanah longsor.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan melakukan analisa pengukuran terhadap sistem
pemantauan indikasi gempa bumi dan tanah longsor terintegrasi melalui Wireless Sensor Network
(WSN) dengan menerapkan topologi bintang, teknologi Zigbee, teknologi WiFi Shield dan SIM-900
GSM/GPRS. Peneliti memanfaatkan teknologi WSN untuk mengakuisi dan mendistribusikan data
secara luas pada daerah rawan longsor agar dapat dipantau dan dikendalikan secara terpusat.
Dengan mendeteksi indikator-indikator mencurigakan melalui node-node stasiun dan node
coordinator, sistem memberikan informasi kepada nomor pemantau dan mengktifkan alarm
peringatan. Sistem juga dapat diakses secara real time melalui aplikasi antarmuka website dengan
mengakses Access Poin Wireless-LAN perangkat Arduino Wi-Fi Shield.

Kata Kunci : Gempa Bumi, Tanah Longsor, Wireless Sensor Network, GSM, WiFi.

1. Pendahuluan Jalan Pattimura Ambon sampai ke kawasan


Indonesia terletak pada pertemuan tiga Batumeja masuk dalam salah satu zona patahan
lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng itu. Yang lebih rawan lagi adalah daerah Poka-
Pasifik dan lempeng Australia. Akibat dari Rumahtiga karena dilalui tiga garis patahan. Ketiga
tumbukan antara ketiga lempeng menyebabkan garis patahan itu berada di Tanjung marthapons,di
terbentuknya deretan gunung api di sepanjang belakang Poka Rumahtiga Waiyame melintang
jalur tumbukan. Konsekuensi dari tumbukan itu garis patahan sampai ke Telaga Kodok dan
terbentuknya palung samudera, lipatan, patahan dari Waiyame naik ke arah Utara Pulau
punggungan dan patahan di busur kepulauan, dan Ambon. Dengan kondisi seperti itu membuat
sebaran sumber gempa bumi. Pulau Maluku kawasan ini sangat rawan. Patahan-patahan ini
termasuk wilayah yang sebagian besar merupakan akan aktif kalau terjadi gempa besar. [BPS :
bagian dari lempeng Eurasia yang bergerak Ambon Dalam Angka 2017].
relatif ke arah tenggara dan berinteraksi dengan Berdasarkan data Badan Meteorologi,
lempeng India-Australia yang bergerak relatif ke Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Ambon,
arah utara dari lempeng Pasifik yang bergerak tecatat bahwa terjadi 88 kali gempa bumi sejak
relatif ke barat. Zona pertemuan antar tiga Selasa, 31 Oktober 2017 pukul 20.31 WIT hingga
lempeng tersebut di pulau Maluku membentuk Rabu, 01 November 2017 pukul 11.30 WIT.
palung yang mempunyai kedalaman antara Penyebab gempa adalah adanya patahan naik di
(4.500-7.000) meter yang dikenal sebagai zona dasar laut selatan Kota Ambon. Energi dari
subduksi. Gempa bumi yang sumbernya di darat patahan tersebut disebut masih aktif, karena
akibat sesar aktif, meskipun amplitudonya tidak gempa susulan masih terus berlangsung. Gempa
terlalu besar sangat mungkin menimbulkan yang terjadi mengakibatkan terjadinya bencana
bencana. Di Kota Ambon sendiri terdapat tanah longsor di beberapa titik krusial pemukiman
beberapa zona garis patahan. Tiga diantaranya penduduk di Kota Ambon. Intensitas curah hujan
berada pada daerah pemukiman padat penduduk. merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
 2

bencana tanah longsor. Menurut Peraturan Kepala sistem deteksi kebakaran, area habitat monitoring,
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, No. object tracking ataupun kondisi lainnya [5].
KEP.009 Tahun 2010 tentang Prosedur Standar Dibutuhkannya suatu sistem nirkabel terintegrasi
Operasional Pelaksanaan Peringatan Dini, seperti WSN yang bersifat early warning dan
Pelaporan dan Diseminasi Informasi Cuaca mampu mendeteksi lebih dini indikasi terjadinya
Ekstrim, menjelaskan bahwa hujan lebat adalah bencana alam seperti tanah longsor dan gempa
hujan dengan intensitas paling rendah 50 (lima dan juga memonitoring kondisi lingkungan yang
puluh) milimeter (mm)/24 (dua puluh empat) jam berskala besar [4], [8], [12].
dan/atau 20 (dua puluh) milimeter (mm)/jam, dapat Pada penelitian ini digunakan mikro Arduino
berpotensi terjadinya pergerakan tanah atau tanah ATMega2560 yang bersifat open-source dilengkapi
longsor dan banjir. dengan modul Arduino SIM900 GSM/GPRS
Berdasarkan data yang dilansir Badan Shield. Arduino SIM900 GSM/GPRS Shield sendiri
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota merupakan salah satu teknologi dari Arduino yang
Ambon, tercatat 124 titik bencana tanah longsor memfasilitas penggunanya mampu berkomunikasi
periode bulan Mei-Juni 2017 dan 218 unit rumah melalui serial GSM (Global System for Mobile
terancam bencana tanah longsor yang tersebar Communications) atau GPRS (General Packet
pada lima kecamatan di Kota Ambon. Faktor Radio Service) terhadap system. Dari sisi
utama terjadinya bencana tanah longsor di Ambon komunikasi nirkabel (wireless) peneliti memilih
sendiri adalah curah hujan yang tinggi yang relatif perangkat Arduino WiFi Shield berbasis WizFi250,
terjadi, dan tempat pemukiman penduduk di lereng modul nirkabel dengan ukuran kecil yang memiliki
atau tebing yang terjal. Pemantauan melalui suatu tingkat integrasi yang tinggi, mendukung IEEE
sistem terintegrasi yang baik, merupakan salah 802.11b/g/n, dan memfasilitas peneliti
satu solusi yang mampu mencegah dan berkomunikasi dengan sistem yang dipantau
meminimalisir kerugian seperti bencana gempa melalui access point dan akses website melalui
bumi dan tanah longsor yang tidak diinginkan. local host WiFi Shield (html-design). Modul
Pemantauan dengan jaringan berbasis sensor nirkabel lainnya adalah Arduino Zigbee (IEEE
menggunakan kabel akan memakan biaya yang 802.15.4) untuk implementasi secara Wireless
sangat mahal dan sulit diimplementasikan ketika Sensor Network (WSN) guna memantau indicator
daerah yang akan dipantau merupakan daerah objek penelitian di lapangan (field-sensing) [17].
kepulauan dan sangat luas wilayahnya seperti hal- Teknologi Arduino Zigbee merupakan
nya di Maluku. Oleh sebab itu, dibutuhkan proses teknologi komunikasi wireless yang memiliki
mitigasi buatan dalam upaya meminimalisir keunggulan diantaranya konsumsi daya rendah,
indikasi bencana yang terjadi seperti yang tertuang murah, memiliki fault-tolerance yang tinggi, dan
di dalam UU Nomor 24 Tahun 2007 yaitu fleksibel serta data rate yang rendah dan
serangkaian upaya untuk mengurangi resiko memberikan keandalan yang tinggi untuk kegiatan
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun seperti pengendalian dan pemantauan. Dalam hal
penyadaran dan peningkatan kemampuan kemampuan jaringan, protokol Zigbee mendukung
menghadapi ancaman bencana. tiga jenis topologi komunikasi seperti point-to-point,
Pemanfaatan teknologi komunikasi dan point-to-multipoint dan mesh topology [8]. Topologi
informasi menjadi semakin penting dan yang digunakan peneliti adalah Topologi Bintang
dibutuhkan di era digitalisasi saat ini. Teknologi (Star Topology – point to point), merupakan
nikabel yang sangat cocok untuk mengakusisi data topologi jaringan yang bentuknya berupa
secara luas di alam atau area untuk suatu tujuan konvergensi dari node tengah (server) yang
seperti monitoring dan maintainance adalah terhubung langsung ke setiap node. Stasiun yang
melalui Wirelss Sensor Network (WSN) [2], [3]. diimplementasikan terhadap server/coordinator
WSN adalah teknologi yang dimanfaatkan untuk sebagai pemantau.. Sensor yang
mengakuisi dan mendistribusikan data yang diimplementasikan adalah sensor intensitas curah
dipantau dan dikendalikan secara terpusat. WSN hujan dan sensor gempa bumi dan tanah longsor.
mengumpulkan informasi dari lingkungan dengan Sistem dilengkapi dengan Arduino Buzzer Alarm
mengukur insiden mekanis, termal, biologis, kimia, sebagai alarm sistem. Evaluasi kinerja WSN
optik atau magnetik dan mengirimkan informasi sistem pemantauan indikasi bencana gempa dan
yang dikumpulkan dari simpul sensor ke node sink tanah longsor pada penelitian ini diharapkan
atau coordinator jaringan [4]. WSN sangat efektif memberikan gambaran kemampuan sistem di
diaplikasikan pada wilayah geografis yang luas. lingkungan nyata.
Area penggunaan dari wireless sensor ini adalah
seperti sistem monitor tingkat polusi atau 2. Metode Penelitian
kontaminasi udara, pengendali reaktor nuklir, 2.1.1 Wireless Sensor Network (WSN)
 3

Wireless sensor network (WSN) adalah Arduino board mikrokontroler bersifat open
jaringan nirkabel yang menggunakan sensor yang source dan diturunkan dari platform wiring serta
terhubung dalam sebuah jaringan terintegrasi dirancang untuk memudahkan dalam
untuk memantau keadaan kondisi fisik atau membangun berbagai aplikasi elektronik dalam
lingkungan. Implementasi WSN dalam suatu berbagai bidang. Dalam penelitian ini digunakan
sistem memiliki beberapa keunggulan mikrokontroler Arduino yang merupakan tipe
dibandingkan penggunaan kabel. WSN dibentuk ATmega2560 dengan GBoard Pro yang
oleh sejumlah titik node sensor yang tersebar di mainboard Arduino kompatibel dengan WIFI
suatu area yang disebut field-sensor. Setiap node SHIELD FI250, dan modul SIM-900 GSM /
sensor memiliki kemampuan untuk mengumpulkan layanan GPRS (layanan pesan singkat), Gboard
data dan berkomunikasi dengan node sensor Pro memiliki antarmuka 40 pin LCD Paralel
lainnya.[11]. ITDB02, 20 pin brick interface, 8-pin nRF24L01+,
6-pin micro SD, 3 pin dan 4-pin komunikasi XBE
SIM-900. Modul ini beroperasi pada tegangan 3.3
- 5.5 V. DC [17 ].

Gambar 2.1. Skema Wireless Sensor Network

Target node sensor di lapangan adalah


menstimulasi sinyal dan akusisi data atau Gambar 2.3. Bentuk Fisik Gboard Pro SIM-900
mengkoleksi informasi data dari lapangan, dan Microcontroller ATmega2560
menyampaikan informasi tersebut kepada
monitoring center melalui node coordinator 2.4 WiFi Shield
terdekat, untuk melakukan proses system Dalam penelitian ini, peneliti memilih
selanjutnya [8]. opologi pada implementasi WSN Arduino Shield Wi-Fi sebagai aplikasi antarmuka
terdiri dari Star Topology, Topology Cluster / perangkat tambahan sebagai pemantauan
Tree, dan Topology Mesh [12]. melalui situs web yang dirancang menggunakan
html. Arduino WiFi Shield berbasis modul
2.2 Intensitas Curah Hujan nirkabel WiznetFi250 dengan ukuran kecil yang
Menurut [16], intensitas curah hujan adalah memiliki tingkat integrasi tinggi, mendukung IEEE
salah satu indikator longsor yang digunakan 802.11b / g / n. Kecepatan maksimum yang
dalam penelitian ini. Intensitas curah hujan dapat dicapai modul Wi-Fi WiznetFi250 Shield
memiliki satuan dalam milimeter. Berikut ini adalah hingga 65Mbit / s dan bekerja pada
penjelasan klasifikasi gambar intensitas hujan tegangan operasi 5V atau 3.3V DC (otomatis
yang dilaporkan oleh BMKG. pilih) [17].

Tabel 1.1. Klasifikasi Intensitas Curah Hujan


BMKG

Gambar 2.4. Bentuk Fisik WiFi Shield

2.5 ZigBee and IEEE 802.15.4


ZigBee adalah standar jaringan nirkabel
yang ditujukan untuk aplikasi remote control dan
sensor yang cocok untuk operasi di lingkungan
indoor dan outdoor serta lokasi terpencil yang
Dari Tabel 1 oleh BMKG dijelaskan bahwa sulit dijangkau. ZigBee menggunakan tiga band
jika intensitas hujan deras (10-20 mm / jam dan berbeda yaitu global untuk 2.4GHz, dan 915MHz
50-100 mm / hari) dan intensitas hujan yang atau 868 MHz untuk Eropa dan Amerika.
sangat berat (> 20 mm / h dan> 100 mm / hari), 250kbps data rate di 2.4GHz, 915MHz dan
potensi terjadinya pergerakan tanah atau tanah 868MHz 40Kbps di 20kbps. [8-9]
longsor dan banjir.
2.6 Architecture XBee Pro Series 2
2.3 Arduino Perangkat Xbee Series 2C memiliki 20 pin
dengan fungsi yang berbeda ‐ beda dan bekerja
 4

pada tegangan 3.3 V DC. Xbee Series 2C Menurut [17], Arduino water level sensor
memiliki 2 mW wireantenna. Untuk koneksi FC-37 atau sensor level intensitas curah hujan
minimum, dibutuhkan pin VCC, GND, DOUT dan berbasis Arduino berfungsi memberikan nilai
DIN. Sedangkan untuk dapat melakukan update pada tingkat elektolisasi air hujan yang
firmware, dibutuhkan koneksi pin VCC,GND, menyentuh panel sensor. Rangkain terdiri dari
DIN, DOUT, RTS dan DTR. VCC dan GND untuk komponen resistor sebagai komponen utama
tegangan suplai, DOUT merupakan pin dan elektoda (tembaga) sebagai pendeteksi air.
Transmit (TX), DIN merupakan pin Receiver Modul sensor bekerja seperti resistor variabel
(RX), RESET merupakan pin reset Xbee dan yang akan berubah dari 100KΩ (ohm) ketika
PWMO/RSSI merupakan indikator bahwa ada basah dan 2MΩ (ohm) saat kering. Tegangan
penerimaan data yang biasanya dihubungkan ke logic input dari modul sensor diolah oleh
led yang di ‐ drive oleh transistor. mikrokontroler sebagai informasi terhadap
Xbee merupakan modul tranceiver dengan sistem. Modul sensor beroperasi pada tegangan
mekanisme pengiriman data secara serial. Pin- 3.3V-5V [17].
pin untuk mengirim dan menerima data terdiri
dari 2 pin data OUT (Tx) dan 3 pin data penerima
IN (Rx). Bentuk fisik dan konfigurasi pin Xbee
Series 2C ditunjukan pada Gambar 2.5. [22].

Gambar 2.7. Bentuk Fisik Arduino Water Level


Sensor FC-37

2.8 Quality of Service WSN


Gambar 2.5 Bentuk Fisik dan Konfigurasi Pin Quality of service (QoS) dari WSN yang
Xbee Series 2C dihitung adalah throughput, packet loss ratio,
delay dan RSSI [8]. Menganalisis jaringan WSN
2.7 Sensors dilakukan untuk mengetahui kualitas kinerja
Pada penelitian ini menggunakan tiga buah sistem lingkungan nyata. Untuk menunjukkan
jenis sensor yang kompatibel dengan produk kinerja WSN, parameter dihitung, antara lain [8]:
Arduino yaitu sensor SW-420-NC yang 2.8.1Throughput
diperuntukan untuk mendeteksi indikasi Throughput yaitu kecepatan (rate)
terjadinya gempa bumi dan indikasi awal Transfer data yang efektif, yang diukur dalam
terjadinya tanah longsor melalui input getaran bit per detik (bps). Ini dapat diformulasikan
yang diterima oleh sensor, sensor raindrop dengan persamaan berikut:
dan sensor level ketinggian air sebagai sensor
pendeteksi intensitas curah hujan.

2.7.1 Arduino Shakes SW-420-NC Sensors (1)


Pada Gambar 2.16 menunjukkan modul 2.8.2Packet Loss Ratio (PLR)
sensor getaran Arduino SW420-NC. Modul Packet Loss Ratio (PLR) merupakan suatu
sensor getar Arduino SW-420-NC terdiri dari nilai yang menyatakan jumlah paket yang gagal
komparator LM393, indikator daya LED dan disampaikan kepada tujuannya melalui media
indikator sinyal LED. Komparator digunakan transmisi tertentu. Hal ini dapat dirumuskan
untuk mendeteksi apakah ada getaran yang dalam persamaan berikut ini [8] :
berada di luar ambang batas. Pasokan tegangan
untuk modul sensor getar Arduino SW-420-
NC berkisar antara 3.3V sampai 5V [15]. (2)
2.8.3Delay
Delay atau latency adalah waktu yang
dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari
asal ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh
jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu
proses yang lama. Pengukuran delay
Gambar 2.6. Bentuk Fisik Arduino SW-420-NC dinyatakan sebagai selang antara waktu
penerimaan paket (packet arrival) dan waktu
2.7.2 Raindrop Arduino 2.8.2 Sensors pengirimanpaket (packets-start). Hal ini dapat
dirumuskan dengan persamaan berikut ini [8]:
 5

dan modul sensor intensitas curah hujan


(Arduino Grove Raindrop Water Sensor V1.1
(3)
dan Sensor level intensitas curah hujan
2.9 2.9 Tujuan dan Sasaran
Arduino Water Level Sensor FC-37 yang
Merancang, membangun dan menganalisis
diimplementasikan pada end device sisi Selatan
pengukuran indikasi sistem pemantauan gempa
dari node coordinator). Modul mikrokontroler
dan tanah longsor yang diintegrasikan melalui
yang digunakan adalah Arduino Mega, dan
Wireless Sensor Network (WSN) dengan
Arduino Uno R3. Modul komunikasi yang
menerapkan topologi bintang, teknologi, ZigBee,
digunakan adalah modul Arduino SIM900
teknologi WiFi Shield dan GPRS (General Packet
GSM/GPRS Shield, Arduino WiFi Shield
Radio Service).
berbasis WiznetFi250, modul Xbee (Xbee Shield
V1.1 dan Xbee Pro Series 2). Berikut ini adalah
2.10 Ruang Lingkup
Gambar 2.8(a) dan (b) implementasi node
Penelitian ini mencakup perancangan dan
stasiun dan (c) implementasi node coordinator.
implementasi system mitigasi berbasis WSN
untuk peringatan gempa bumi dan tanah longsor
dengan memanfaatkan teknologi ZigBee untuk
transmisi data nirkabel di WSN dan GSM (Global
System for Mobile Communications) atau GPRS
(General Packet Radio Service) untuk
komunikasi melalui SMS (Layanan Pesan
Singkat). Informasi yang ditampilkan melalui
aplikasi antarmuka website melalui WiFi Shield
mengidentifikasi data yang dikoleksi oleh node-
node sensor di lapangan.

2.11 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dan pengujian dilakukan di
laboratorium Dasar Antena dan Wireless
Telekomunikasi Universitas Mercu Buana, Jalan
Meruya Selatan No.1, Joglo, Kembangan,
Jakarta Barat, Pengujian sistem juga dilakukan di
Gambar 2.8 (a). Implementasi Node Stasiun
lingkungan permukiman warga BTN Kanawa, Jl.
Timur (b) Node Stasiun Selatan;
BTN Kanawa Batu Merah, Kecamatan Sirimau,
Ambon, Gambar 2.8 menunjukkan lokasi stasiun
dan koordinator Node Node di lapangan.

(c) Node Coordinator

3.2.2 Software Components


Perangkat lunak yang digunakan
pada penelitian ini antara lain Arduino
IDE, X-CTU, Vistumbler V10.6.5, Wireshark
V2.4.5 dan Netigen Kluzowicz Smart Vibration
Gambar 2.8 Implementasi Sistem Meter. Bahasa pemrograman yang digunakan
pada penelitian ini adalah Arduino C/C++, AT-
2.12 Komponen Penelitian Command, PHP dan HTML.
2.12.1 Komponen Perangkat Keras
Modul perangkat keras yang digunakan 3.2.3Analysis and Testing Systems Work
pada penelitian ini adalah modul sensor gempa Tahapan ini adalah untuk melakukan
dan tanah longsor yang didalamnya terdapat pengujian kinerja sistem berdasarkan parameter
sensor getar (Arduino SW-420-NC yang Quality of Service (QoS), yaitu Throughput (1),
diimplementasikan pada end device pada Packet Loss Ratio (2), Delay (3) dan juga sinyal
node stasiun sisi Timur dari node coordinator)
 6

pengukuran kuat sinyal (RSSI) yang dapat mempengaruhi hasil nilai yang semakin tidak
diterima atau (4, 5). Menganalisis jaringan WSN optimal.
dilakukan untuk menentukan kinerja lingkungan Dalam analisis waktu respon gempa dan
sistem yang nyata. Sistem pengujian sensitivitas tanah longsor, pengujian dilakukan real yaitu
bekerja terlihat secara real time dengan dengan melakukan proses akuisisi data selama 4
mengakses situs web dari sistem WiFi Shield hari (19 - 22 Desember 2017) dari pukul 07.00
host lokal yang menampilkan status terkini dari WIT hingga 12.00 WIT. Beberapa simulasi
negara tempat sensor atau perangkat akhir, dan getaran dilakukan pada jarak yang berbeda
juga melalui SMS yang disampaikan oleh SIM- seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8. Hal
900 GSM / GPRS. ini guna melihat sensitivitas kerja sistem mampu
mendeteksi getaran yang diakibatkan gempa
4. Hasil dan Pembahasan berupa gempa bumi atau tanah longsor. Pada
4.1 Analisa QoS dan Kinerja Sistem Tabel 4.4. menunjukkan akuisisi data
Pengukuran throughput dilakukan dengan pengukuran dan analisis yang diambil dari node
mengukur sejumlah paket data (100 paket stasiun timur. Data dalam bentuk perhitungan
dengan payload 52 bytes) yang dikirimkan dari dan analisis nilai dari sensitivitas kinerja sistem
sumber ke tujuan pada unit node coordinator. melalui waktu respon ditampilkan dengan aplikasi
Dalam penelitian ini digunakan untuk menilai antarmuka SMS dan aplikasi antarmuka situs
throughput yaitu kbps (kilo bit per detik). web yang dapat diterima oleh peneliti di pusat
Throughput untuk masing-masing stasiun Node pemantauan.
terdapat pada Table 4.1. Delay untuk masing-
masing stasiun Node terdapat pada Tabel 4.2. Table 4.4. Analysis and Measurement of Node
PLR untuk masing-masing stasiun Node terdapat Stations Response Time
pada Tabel 4.3. Dapat dilihat jarak yang lebih
jauh ke penempatan node stasiun mempengaruhi
nilai throughput, delay dan PLR yang diukur.

Tabel 4.1. Analisa dan Pengukuran Nilai


Throughput

Nilai rata-rata waktu respons optimal adalah


1,91 detik dalam pengukuran dan analisis
skenario jarak 20m node stasiun timur dan
Table 4.2. Analisa dan Pengukuran Nilai Delay simpul stasiun selatan ke simpul koordinator,
sistem ini mampu mendeteksi getaran simulasi
dan melakukan proses peringatan melalui SMS
dan buzzer alarm. Dalam pengukuran dan
analisis skenario jarak mencapai 80m, waktu
respon rata-rata tidak stabil karena node
koordinator tidak optimal untuk menangkap data
4,47 detik. Hal ini juga ditunjukkan pada
Table 4.3. Analisa dan Pengukuran Nilai PLR pengukuran dan analisis skenario jarak yang
mencapai 100m, di mana peneliti sebagai
monitor atau pengguna melalui pusat
pemantauan tidak mendapatkan informasi data
dalam bentuk SMS yang dikirimkan oleh sistem.
Melalui pengukuran langsung dengan
metode observasi menggunakan sensor level air
dan tingkat ombrometer pada sistem, hujan
Terlihat nilai cukup stabil yang ditampilkan deras terdeteksi dengan intensitas logika 60.61
oleh Tabel 4.1. Throughput, Tabel 4.2. Delay dan mm atau 803,208 (pada 02/12/2017) dan 83,86
PLR pada Tabel 4.3. Hal ini dikarenakan sistem mm atau 718.617 logika (pada tanggal 11/12 /
masih mampu mengirimkan paket data antara 2017). Sedangkan hujan sangat lebat terjadi
monitoring center dengan node stasiun di dengan intensitas 159.65 mm atau logika
lapangan. Jarak yang diskenariokan
 7

443.154 (pada 09/12/2017) dan logika 108,08


mm 630,411 (pada 16/12/2017). Gambar 4.1. Real Time Monitoring
Table 4.5. Analisa dan Pengukuran Intensitas Data yang ditampilkan secara real time atau
Curah Hujan terbarukan setiap detiknya. Data yang
ditampilkan melalui halaman website secara
real time adalah informasi berupa level
intensitas curah hujan melalui Arduino Water
Level Sensor FC-37 (in logic-digital voltage
input), informasi hujan yang terjadi (Ya/Tidak),
informasi getaran melalui Arduino SW-420-NC
(in logic-digital voltage input) dan informasi
Buzzer Alarm aktif (Ya/Tidak). Untuk skenario,
sistem mendeteksi getaran sebesar 3,0
magnitude dan intensitas curah hujan di atas 50
mm per hari, sehingga sistem secara otomatis
memberikan informasi dalam bentuk SMS
kepada peneliti ditunjukkan pada Gambar 4.2.

4.2 Pengujian Sistem


engujian dan analisis kinerja sistem melalui
Figure 4.2 SMS warning of System Against
aplikasi antarmuka website dilakukan dengan
Vibration and intensity of rainfall
cara mengakses Access Point (AP) WiFi
Shield (node coordinator) dan akses link browser
5. Kesimpulan dan Saran
website. Sistem diakses melalui komunikasi WiFi
5.1 Kesimpulan
(AP) adalah dengan dilakukan koneksi terlebih
Sistem secara optimal mampu memberikan
dahulu terhadap AP WiFi Shield, melalui akses
informasi nilai dari intensitas curah hujan (node
SSID (Service Set Identifier) AP pada range WiFi
stasiun selatan) dan getaran (node stasiun timur)
melalui wireless network connection pada laptop.
melalui melalui aplikasi antarmuka website
Pada perancangan SSID AP berinisial
secara real time. Presisi nilai intensitas curah
“Haziel_Design”. Setelah terhubung, peneliti
hujan melalui aplikasi antarmuka website dengan
mengakses halaman utama WiFi Shield pada
pengukuran secara langsung adalah tidak
browser (local host = http://192.168.4.1). Setelah
melebihi 1 ml. Melalui aplikasi antarmuka SMS
terhubung dengan halaman utama WiFi Shield,
sistem mampu memberikan respon waktu
peneliti sebagai pemantau atau user
notifikasi peringatan terhadap monitoring center
yang cukup optimal tidak melebihi rata-rata waktu
4,47 detik. Pada pengukuran Quality of Service
(QoS) jaringan yang diimplementasi, performansi
komunikasi melalui jaringan Xbee cukup stabil
pada saat pengujian skenario jarak node
coordinator dan node stasiun mencapai jarak
40m sampai dengan 60m. Node coordinator tidak
dapat menerima paket dari tiap node stasiun saat
jarak skenario antar ketiga node mencapai 100m,
hal ini dikarenakan performansi jaringan
komunikasi Xbee yang tidak optimal.
 8

Adv. Comput. Networks, p. 116-122, 2010.


[10] R. Piyare, S. Lee, and S. Korea,
5.2 Saran “Performance Analysis of XBee ZB Module
Realisasi penelitian masih jauh dari Based Wireless Sensor Networks,” Int. J.
kesempurnaan. Sistem yang dirancang masih Sci. Eng. Res., vol. 4, pp. 1615–1621,
memiliki banyak kekurangan dari segi teknologi 2013.
yang digunakan dan sensitivitas kerja sistem yang [11] B. Katz, “Positioning and Scheduling of
lebih presisi. Diharapkan sistem kedepan dapat Wireless Sensor Networks Models,
dikembangkan dengan menambah jumlah node Complexity, and Scalable Algorithms,” Int. J.
stasiun, server yang memadai dan penempatan Sci. Eng. Res., pp. 1015–1251, 2009.
area yang lebih luas lagi serta dengan [12] S. M. Hassan, R. Ibrahim, K. Bingi, T. D.
menggunakan metode dan topology yang berbeda Chung, and N. Saad, “Application of
agar sistem secara efektif dapat bekerja sesuai Wireless Technology for Control: A
dengan tujuan penelitian. Dari segi komunikasi, WirelessHART Perspective,” Procedia
diharapkan protokol yang diterapkan pada sistem Comput. Sci., vol. 105, no. 3, pp. 240–247,
kedepan dapat diganti menggunakan protokol December 2016.
alternatif lainnya. [13] Y. Aniati, T. B. Santoso, P. Elektronika, and
N. Surabaya, “Pemodelan Jaringan
References Sensor untuk Mengukur keadaan
[1] E. Ünsal, M. Milli, and Y. Çebi, “Low cost Lingkungan di PENS.” vol. 2, no. 3, pp.
wireless sensor networks for environment 1122– 1128, 2015.
monitoring,” Online J. Sci. Technol., vol. 6, [14] Y. I. Suryanto and A. A. Zahra, “Analisis
no. 2, pp. 61–67, 2016. Kinerja Zigbee ( 802.15.4 ) Wsn Pada
[2] J. C. A, R. Nagarajan, K. Satheeshkumar, N. Topologi Tree Dan Star Mode Non Beacon
Ajithkumar, P. A. Gopinath, and S. Menggunakan Network Simulator 2.”
Ranjithkumar, “Intelligent Smart Home Transient vol.4, no. 3, pp. 694-700, 2015.
Automation and Security System Using [15] D. Prasetia, T. Wardana, F. Ramdani, and F.
Arduino and Wi-fi,” Int. J. Eng. Comput. Sci., Pradana, “Sistem Deteksi Dini Bencana
vol. 6, no. 3, pp. 20694–20698, 2017. Tanah Longsor Berbasis 3D WebGIS,” vol.
[3] Z. A. Jabbar and R. S. Kawitkar, 2, no. 3, pp. 1142–1150, 2018.
“Implementation of Smart Home Control by [16] Y. Liu, Y. He, M. Li, J. Wang, K. Liu, L. Mo,
Using Low Cost Arduino & Android W. Dong, Z. Yang, M. Xi, J. Zhao, and
Design,” Int. J. Adv. Res. Comput. Commun. X.-Y. Li, “Does wireless sensor network
Eng., vol. 5, no. 2,pp. 248–256, 2016. scale A measurement study on
[4] V. Raghavan and H. Shahnasser, GreenOrbs,"2011Proc.IEEE INFOCOM, vol.
“Embedded Wireless Sensor Network for 24, no. 10, pp. 873–881, 2011.
Environment Monitoring,” J. Adv. Comput. [17] S. Agoes, D. Mardian, H. Latupapua, and T.
Networks, vol. 3, no. 1, pp. 13–17, 2015. Susila, “Rancangan Model Sistem
[5] R. S. Ransing and M. Rajput, “Smart home Komunikasi Pembersih Debu Sel Surya
for elderly care, based on Wireless Berbasis WiFi & SMS,” vol. 8, no.2, pp.
Sensor Network,” 2015 Int. Conf. Nascent 109–122, 2015.
Technol. Eng. F., pp. 1–5, 2015.
[6] A. S. Ibrahim, Z. I. Rizman, and N. Hafizah,
“Performance Analysis of Xbee-Based
WSN in Various Indoor Environments,” J.
Basic Appl. Sci. Res., vol. 3, no. 11, pp.
20–27, 2013.
[7] B. H. Nugroho, Jusak, P. Susanto,
"Rancang Bangun Prototipe Aplikasi
Wireless Sensor Network Untuk Peringatan
Dini Terhadap Banjir," JCONES Vol. 3, No.
2, pp. 18-25, 2014.
[8] M. Fuad, “Rancang Bangun Wireless Sensor
Network berbasis Protokol Zigbee
dan GSM untuk sistem pemantauan
polusi Udara,” 2015.
[9] V. Boonsawat, “XBee wireless sensor
networks for temperature monitoring,” J.

Anda mungkin juga menyukai