Anda di halaman 1dari 21

1.

Pendahuluan

Jumlah pertukaran informasi yang ada pada saat ini sangatlah banyak dan
jumlah ini terus meningkat mengingat semakin banyaknya media pertukaran
informasi seperti media sosial. Hal ini tentunya meningkatkan kebutuhan akan
keamanan informasi. Keamanan informasi dapat diperoleh melalui penerapan
kriptografi. Kriptografi (dalam konteks ini adalah block cipher) dapat memberikan
security property seperti confidentiality, integrity, authentication dan non-
repudiation [1].
Komponen dari block cipher adalah S-Box. S-Box berfungsi seperti cipher
substitusi. Selain itu, S-Box adalah komponen block cipher yang menghasilkan
confusion dan diffusion. Confusion dan diffusion adalah salah satu karakteristik
dari suatu block cipher yang memiliki tingkat keamanan yang baik. Block cipher
seperti AES memiliki S-Box yang didesain untuk menghasilkan karakteristik
seperti transformasi non-linear agar menghasilkan keamanan yang baik [2].
Penelitian ini merancang sebuah algoritma kriptografi dengan pendekatan
block cipher berbasis 64 bit dengan pola huruf U, huruf U digunakan sebagai pola
pengambilan bit-bit sebanyak 8 bit dan pada penelitian ini semua bit (64 bit) akan
terlewati pola huruf U, dimana juga terdapat pengaruh S-Box pada perubahan
ciphertext. Pola huruf U digunakan karena dapat memenuhi bit-bit pada blok-blok
yang ada yaitu 64 bit serta adanya transposisi pada pola huruf U itu sendiri. Pada
algoritma block cipher yang dirancang menggunakan skema transposisi dengan
pola huruf U sebagai alur pengambilan bit, dikombinasi dengan pola horizontal
dan vertikal sebagai alur pemasukan bit pada sebuah kotak matriks. Skema
subtitusi dengan menggunakan S-Box Advance Encryption Standard (AES)
sebagai peningkatan perubahan Ciphertext. Kriptografi yang digunakan dalam
penelitian ini bersifat simetris dengan menggunakan satu kunci untuk proses
enkripsi dan dekripsi, digunakan kriptografi simetris karena tidak membutuhkan
proses komputasi yang rumit untuk proses enkripsi dan dekripsi.

2. Tinjauan Pustaka

Penelitian sebelumnya yang menjadi acuan dalam penelitian yang


dilakukan, dijelaskan sebagai berikut, yang pertama adalah “Perancangan
Algoritma pada Kriptografi Block Cipher dengan Teknik Langkah Kuda”.
Penelitian ini membahas tetang perancangan kriptografi block cipher berbasis 64
bit menggunakan pendekatan teknik langkah kuda sebagai metode pemasukan bit
plaintext pada blok matriks [3].
Penelitian kedua berjudul “Designing an algorithm with high Avalanche
Effect”. Penelitian ini membahas tetang perancangan kriptografi block cipher
berbasis 64 bit menggunakan gabungan kriptografi klasik dengan kirptogafi
moderen untuk peningkatan Avalanche Effect [4].
Berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan terkait
perancangan kriptografi block cipher berbasis pola dan pengembangan block
cipher dengan S-Box, maka dirancang sebuah kriptografi block cipher 64 Bit
berbasis pola huruf U. Perbedaan penelitian ini dengan yang sebelumnya yaitu
pengaruh S-Box pada perubahan ciphertext terhadap perancangan kriptografi

1
block cipher 64 Bit dengan urutan proses sebanyak 9 kali. Pada penelitian ini
proses enkripsi dan dekripsi dilakukan sebanyak 9 putaran.
Pada bagian ini akan membahas teori pendukung yang digunakan dalam
perancangan algoritma kriptografi block cipher 64 Bit berbasis pola huruf U.
Kriptografi adalah ilmu mengenai teknik enkripsi dimana data diacak
menggunakan suatu kunci enkripsi menjadi sesuatu yang sulit dibaca oleh
seseorang yang tidak memiliki kunci dekripsi.
Salah satu metode dalam kriptografi modern yaitu block cipher. Block
cipher merupakan algoritma simetris yang mempunyai input dan output yang
berupa blok dan setiap bloknya biasanya terdiri dari 64 Bit atau lebih. Pada block
cipher, hasil enkripsi berupa blok ciphertext biasanya mempunyai ukuran yang
sama dengan block plaintext. Dekripsi pada block cipher dilakukan dengan cara
yang sama seperti pada proses enkripsi. Secara umum dapat dilihat pada Gambar
1 [5].

Gambar 1 Skema Proses Enkripsi-Dekripsi Pada Block Cipher [5]

Misalkan block plaintext (P) yang berukuran n bit


P = (P1,P2,…,Pn) (1)
Blok ciphertext (C) maka blok C adalah
C = (C1,C2,…,Cn) (2)
Kunci (K) maka kunci adalah
K = (K1,K2,…,K3) (3)
Sehingga proses enkripsi adalah
Ek(P) = C (4)
Proses dekripsi adalah
Dk(C) = P (C) P (5)

Sebuah kriptografi dapat dikatakan sebagai suatu teknik kriptografi, harus


melalui uji kriptosistem terlebih dahulu yaitu diuji dengan metode Stinson.
Sebuah sistem akan dikatakan sebagai sistem kriptografi jika memenuhi lima
tupel (Five tuple):
1. P adalah himpunan berhingga dari plaintext,
2. C adalah himpunan berhingga dari ciphertext,
3. K merupakan ruang kunci (keyspace), adalah himpunan berhingga dari kunci,
4. Untuk setiap k ϵ K, terdapat aturan enkripsi ek ϵ E dan berkorespodensi
dengan aturan dekripsi dk ϵ D. Setiap 𝑒𝑘 ∶ 𝑷 ⟶ 𝑪 dan 𝑑𝑘 ∶ 𝑪 ⟶ 𝑷 adalah
fungsi sedemikian hingga 𝑑𝑘 (𝑒𝑘 (𝑥)) = 𝑥 untuk setiap plaintext 𝑥 𝜖 𝑷 [6].

2
Untuk menguji nilai algoritma yang dirancang memiliki hasil ciphertext yang acak
dari plaintext maka digunakan Persamaan 6, dimana variable X merupakan
plaintext dan Y merupakan ciphertext.

nΣxy – (Σx) (Σy)


𝑟= (6)
√{nΣx² – (Σx)²} {nΣy2 ² – (Σy)²}
Dimana:
n = Banyaknya pasangan data X dan Y
Σx = Total jumlah dari variabel X
Σy = Total jumlah dari variabel Y
Σx 2
= Kuadrat dari total jumlah variabel X
Σy2 = Kuadrat dari total jumlah variabel Y
Σxy = Hasil perkalian dari total jumlah variabel X dan variabel Y

Untuk mengetahui nilai keacakan dari hasil enkripsi antara ciphertext


dengan plaintext digunakan diferensiasi data, dimana perbandingan selisih antara
dua titik dalam kalkulus, Metode ini sering disebut sebagai turunan atau
kemiringan dari data. Jika diberikan data ((x1,y1), (x2,y2), (x3,y3), …, (xn,yn))
dengan syarat bahwa xi<xi+1 dimana i = 1…n. Data tersebut dapat divisualisasikan
ke dalam koordinat Cartesius untuk setiap x sebagai variabel bebas dan y atau
kadang ditulis sebagai f(x) sebagai variabel tak bebas. Untuk menentukan
diferensiasi data pada dua titik maka persamaan yang dapat dibentuk terlihat pada
Persamaan 7.

Dy (yb - ya )
= (7)
Dx (xa - xb )

dengan (xa, ya) sebagai titik pertama, dan titik berikutnya adalah (xb, yb).
Apabila terdapat n data maka untuk menentukan rata-rata dari diferensiasi data
dapat dicari untuk melihat tren dari setiap data rataan diferensiasi (Rd) untuk
melihat diberikan pada Persamaan 8.

(8)

Untuk mencari nilai keacakan data dari plaintext dan cipherteks


menggunakan Persamaan 9, dapat dijelaskan bahwa G merupakan rata-rata untuk
hasil plaintext (P) dikurangi ciphertext (H) dibagi dengan plaintext (P) untuk n
adalah indeks dari plaintext dan ciphertext.

(9)
G
 (( Pn  H n ) / Pn )
I

Pengujian statistika menggunakan korelasi yang merupakan suatu teknik


statistik yang dipergunakan untuk mengukur kekuatan hubungan dua variabel dan
juga untuk mengetahui bentuk hubungan antara dua variabel tersebut dengan hasil

3
yang sifatnya kuantitatif. Kekuatan hubungan antara dua variabel biasanya disebut
dengan koefisien korelasi dan dilambangkan dengan symbol “r”. Nilai koefisien
“r” akan selalu berada di antara -1 sampai +1 sehingga diperoleh persamaan [7],
untuk memudahkan menentukan kuat lemahnya hubungan antara variabel yang
diuji maka dapat digunakan Tabel 1.

Tabel 1 Klasifikasi Koefisien Korelasi [8]

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Merujuk pada Persamaan [8] maka secara matematis nilai r diperoleh dari
jumlah nilai selisih perkalian antara x dan y dengan hasil perkalian jumlah total x
dan y dibagi dengan hasil akar dari selisih untuk perkalian jumlah x kuadrat
dengan kuadrat pangkat dua untuk jumlah total x dengan selisih jumlah y kuadrat
dengan kuadrat pangkat dua untuk jumlah total y dimana x sebagai plaintext dan y
sebagai ciphertext sehingga dapat diperoleh Persamaan [10].

n xy   x ( y )
r  (10)
{n x 2  ( x ) 2 }{n y 2  ( y 2 )}

3. Metode dan Perancangan Algoritma

Tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibagi ke


dalam 5 (lima) tahap yaitu: (1) tahap identifikasi masalah, (2) tahap pengumpulan
data, (3) tahap perancangan kriptografi, (4) tahap pengujian kriptografi, (5) tahap
penulisan artikel ilmiah.

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data

Perancangan Kriptografi

Pengujian Kriptografi

Penulisan Artikel Ilmiah


Gambar 2 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian pada Gambar 2, dapat dijelaskan sebagai berikut,

4
Tahap Identifikasi Masalah : Pada tahapan ini dilakukan analisis terhadap
permasalahan yang ada, terkait dengan proses perancangan kriptografi berbasis
pola huruf U; Tahap Pengumpulan Data : Dalam tahapan ini dilakukan
pengumpulan terhadap data dari jurnal-jurnal terkait, buku, serta sumber
mengenai pembahasan terkait penelitian tersebut; Tahap Perancangan Kriptografi
: Pada tahap ini akan dilakukan perancangan kriptografi berbasis pola huruf U,
untuk pembuatan kunci, proses enkripsi dan proses dekripsinya yang
dikombinasikan dengan XOR dan menggunakan tabel S-Box untuk subtitusi byte;
Tahap Pengujian Kriptografi : Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap
kriptografi yang telah dibuat. Pengujian dilakukan dengan analisis pengaruh S-
Box pada perubahan ciphertext, dampak tanpa menggunakan S-Box; Tahap
Penulisan Artikel Ilmiah : Dalam tahap terakhir ini dilakukan penulisan artikel
tentang Pengaruh S-Box Advance Encryption Standard (AES) pada perubahan
Ciphertext terhadap perancangan kriptografi Block Cipher 64 Bit berbasis Pola
Huruf U. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1) Proses enkripsi
hanya dilakukan pada teks; 2) Pola huruf U digunakan pada proses transposisi
plaintext; 3) Jumlah plaintext dan kunci dibatasi yaitu menampung 8 karakter
serta proses putaran terdiri dari 9 putaran; 4) Panjang block adalah 64 Bit.
Dalam penelitian ini perancangan algoritma kriptografi Block Cipher 64
Bit berbasis pola teknik huruf U, dilakukan 4 (empat) proses untuk 1 (satu)
putaran enkripsi. Enkripsi sendiri dilakukan dalam 9 putaran yang ditunjukkan
pada Gambar 3.

Gambar 3 Rancangan Alur Proses Enkripsi

Gambar 3 merupakan rancangan alur proses enkripsi. Langkah-langkah


alur proses enkripsi dapat dijabarkan sebagai berikut: a) Menyiapkan plaintext; b)
Mengubah plaintext menjadi biner sesuai dalam tabel ASCII; c) Dalam rancangan
enkripsi plaintext dan kunci akan melewati empat proses pada setiap putaran
sesudah melewati putaran plaintext dan kunci disubstitusikan ke tabel S-BOX: 1)
Putaran pertama Plaintext 1 (P1) melakukan transformasi dengan pola huruf U,

5
dan disubstitusikan ke tabel S-BOX di-XOR dengan Kunci 1 (K1) yang telah
disubstitusikan ke tabel S-BOX menghasilkan Plaintext 2 (P2); 2) Plaintext 2 (P2)
melakukan transformasi dengan pola huruf U dan di-XOR dengan Kunci 2 (K2)
menghasilkan Plaintext 3 (P3); 3) Plaintext 3 (P3) melakukan transformasi
dengan pola huruf U dan di-XOR dengan Kunci 3 (K3) menghasilkan Plaintext 4
(P4); 4) Plaintext 4 (P4) disubstitusikan ke tabel S-BOX di-XOR dengan Kunci 4
(K4) yang telah disubstitusikan ke tabel S-Box hasil XOR substitusi P4 dan K4
kemudian menghasilkan Plaintext 5 (P5); 5) Plaintext 5 (P5) masuk pada putaran
selanjutnya dengan alur proses yang sama dengan putaran pertama, dan tahapan
tersebut akan berlanjut sampai putaran ke-9 yang menghasilkan Ciphertext (C).

4. Hasil dan Pembahasan

Dalam bagian ini akan membahas mengenai “Pengaruh S-Box Advance


Encryption Standard (AES) pada Perubahan Ciphertext terhadap Perancangan
Kriptografi Block Cipher 64 Bit Berbasis Pola Huruf U secara terperinci”.
Dalam algoritma ini pola huruf U digunakan untuk proses pengambilan bit
di dalam matriks Plaintext. Pembuatan pola perubahan huruf U dapat dilihat
dalam Gambar 4, Gambar 5, dan Gambar 6.

Membagi block 64 Bit menjadi 8 bagian

Gambar 4 Pembuatan Pola huruf U

Gambar 4 menjelaskan bagaimana membuat pola huruf U dengan cara


blok 64 Bit dibagi menjadi 8 bagian seperti pewarnaan pada area di Gambar 4.

Gambar 5 Pola huruf U

Gambar 5 menjelaskan mengenai pengambilan bit pada pola huruf U dengan


mengikuti arah anak panah pada pola huruf U, adapun cara pengambilan bit-bit
tersebut akan dijelaskan pada Gambar 6.

6
Pengambilan Bit
Pengambilan Bit pada
padaPola
PolaA A

Pengambilan Bit pada Pola B


Membagi block 64 Bit menjadi 8 bagian

Membagi block 64 Bit menjadi 8 bagian


Pengambilan Bit pada Pola C

Membagi block 64 Bit menjadi 8 bagian


Pengambilan Bit pada Pola D
Gambar 6 Pengambilan Bit yang Dilewati Pada Pola Huruf U

Gambar 6 menjelaskan tentang pengambilan bit-bit yang terlewati pada


pola perubahan huruf U seperti penjelasan sebelumnya di Gambar 5. Cara
pengambilan bit-bit tersebut mengikuti arah anak panah pada Gambar 6.
Sebelum memasuki penjelasan lebih detail lagi tentang cara kerja proses
keseluruhan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya mengenai pengaruh S-Box
pada perubahan ciphertext terhadap perancangan kriptografi block cipher 64 Bit
berbasis pola huruf U, di dalam penelitian ini cara untuk mengetahui pengaruh S-
Box pada perubahan ciphertext adalah sebagai berikut. Pertama, pola pemasukan
bit dan pengambilan bit pada plaintext untuk pola A (proses 1), pola B (proses 2),
pola C (proses 3), dan pola D (proses 4). Pola-pola atau proses-proses tersebut
diinisialkan A, B, C, D begitupun pada pola atau proses pemasukan bit dan
pengambilan bit pada kunci diinisialisasikan dengan A, B, C, D. Kedua, setelah

7
selesai menginisialisasikan dari masing-masing proses plaintext dan kunci, hasil
inisialisasi dikombinasikan dengan ketentuan hasil kombinasi tidak memiliki
perulangan proses yang sama, contoh hasil kombinasi plaintext dan kunci ABCD
yang memiliki perulangan proses yang sama yaitu ABCB, dimana proses B
merupakan hasil kombinasi yang memiliki perulangan proses. Tidak adanya
perulangan proses dari setiap kombinasi, dapat menghasilkan kombinasi plaintext
sebanyak 24 kombinasi dan kunci ABCD. Hasil 24 kombinasi dari plaintext
ABCD dapat dilihat di Gambar 7.

Gambar 7 Hasil 24 Kombinasi Plaintext dan Kunci ABCD

Setelah mendapatkan hasil kombinasi, setiap hasil kombinasi plaintext dan


kunci ABCD dimasukkan ke dalam konsep kerja dasar enkripsi algoritma
kriptografi block cipher dengan metode transposisi, konsep kerja dasar enkripsi
algoritma kriptogafi blok cipher dengan metode transposisi dapat dilihat pada
Gambar 8.

Gambar 8 Konsep Dasar Enkripisi

Gambar 8 menjelaskan konsep dasar enkripsi algoritma kriptografi dengan


langkah sebagai berikut : 1) P1 xor K1 = C1, C1 merupakan patokan untuk
pemasukan bit di P2 dan K1 merupakan patokan untuk pemasukan bit di K2; 2)
Proses selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama seperti cara kerja proses
pada langkah 1, sampai menghasilkan C4, dimana C4 = P4 xor K4.

8
Gambar 9 Konsep Dasar Dekripsi

Gambar 9 menjelaskan konsep dasar dekripsi algoritma kriptografi dengan


langkah sebagai berikut : 1) C4 = P4 xor K4, C4 merupakan patokan untuk
pemasukan bit di P3 dan K4 merupakan patokan untuk pemasukan bit di K3; 2)
Proses selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama seperti cara kerja proses
pada langkah 1, sampai menghasilkan C1, dimana P1 xor K1 = ASCII.
Untuk memahami penjelasan sebelumnya tentang hasil dari masing-
masing kombinasi plaintext dan kunci dimasukkan ke dalam konsep kerja dasar
enkripsi algoritma kriptografi block cipher. Dalam penelititan ini mengangkat
sebuah contoh yaitu, ADBC adalah salah satu hasil kombinasi plaintext sebagai
urutan proses plaintext dan ABCD adalah hasil kombinasi kunci sebagai urutan
proses kunci apabila hasil kombinasi tersebut dimasukkan ke dalam konsep kerja
dasar enkripsi algoritma kriptografi block cipher, akan menjadi sebagai berikut :
kombinasi plaintext ADBC, A = P1, D = P2, B = P3, dan C = P4. Kombinasi
kunci ABCD, A = K1, B = K2, C = K3, D = K4. Setelah selesai memasukkan
semua hasil kombinasi dari plaintext dan kunci ABCD, dilakukan pengujian
korelasi atau nilai keterikatan antara plaintext dan ciphertext untuk mendapatkan
urutan proses yang terbaik dengan cara sebagai berikut :

1. Plaintext berubah dan kunci tetap,


Plaintext 1 = FTI UKSW
Plaintext 2 = J@RING4N
Plaintext 3 = 5AL4T!6@
Kunci tetap = FAKULTAS

2. Plaintext tetap dan kunci berubah,


Plaintext = FTI UKSW
Kunci 1 = FAKULTAS
Kunci 2 = M@IP2004
Kunci 3 = K0MPUT3R

9
Berdasarkan hasil pengujian korelasi dengan menggunakan contoh
plaintext dan kunci tersebut maka hasil rata-rata korelasi terbaik yang akan
digunakan sebagai acuan perancangan dalam proses enkripsi dan proses untuk
melihat pengaruh perubahan ciphertext dengan menggunakan tabel S-Box.
Dimana setiap hasil korelasi diabsolutkan atau diubah ke bilangan positif, karena
hasil korelasi tidak selamanya positif melainkan ada juga yang negatif. Dimana
dalam penentuan korelasi nilai yang positif dan negatif hanya menentukan posisi
dari korelasi antara kiri atau kanan.

Tabel 2 Rata-Rata Korelasi

RATA - RATA RATA - RATA


NO. KOMBINASI PLAINTEXT KUNCI NO. KOMBINASI PLAINTEXT KUNCI
BERUBAH BERUBAH BERUBAH BERUBAH
1 ABCD 0,345819995 0,442582243 13 CABD 0,361441592 0,271467919
2 ABDC 0,392503715 0,261545098 14 CADB 0,427350128 0,28351408
3 ACBD 0,420333635 0,47437292 15 CBDA 0,292253115 0,160940278
4 ACDB 0,156661449 0,378269764 16 CBAD 0,195977329 0,151012344
5 ADBC 0,304770162 0,216076967 17 CDAB 0,433727098 0,215512586
6 ADCB 0,378998716 0,472949269 18 CDBA 0,511419531 0,439929578
7 BACD 0,300619042 0,356825649 19 DABC 0,336338589 0,51781479
8 BADC 0,429474879 0,377749738 20 DACB 0,211573296 0,036459765
9 BCAD 0,098811672 0,233899086 21 DBAC 0,424834298 0,295738553
10 BCDA 0,339426835 0,3828354 22 DBCA 0,419370831 0,223414378
11 BDAC 0,038804614 0,246384562 23 DCAB 0,214971081 0,318147766
12 BDCA 0,273201034 0,481796799 24 DCBA 0,253460207 0,490130303
KORELASI TERBAIK 0,036459765

Tabel 2 menjelaskan tentang hasil rata–rata korelasi yang terbaik dari hasil
rata-rata korelasi kombinasi plaintext dan kunci ABCD.
Setelah mendapatkan urutan proses yang terbaik dari pengujian hasil rata-
rata korelasi dan didapatkan rata-rata hasil korelasi terbaik yaitu 0.036459765
dengan urutan proses plaintext DACB yang sudah dimasukkan ke dalam konsep
kerja dasar enkripsi algoritma kriptografi block chiper (Gambar 8) dan
digabungkan dengan S-Box (Gambar 3) yang berfungsi untuk mengetahui
perubahan ciphertext yang terjadi jika menggunakan S-Box dan tanpa
menggunakan S-Box. Dalam penelitian ini untuk mengetahui perubahan ciphertext
menggunakan plaintext DISASTER dan melakukan perbandingan menggunakan
perubahan plaintext menjadi DISCSTER dengan kunci tetap atau sama yaitu
SRIRAMSR, karena perbandingan antara plaintext DISASTER dan DISCSTER
dengan menggunakan kunci yang sama yaitu SRIRAMSR mendapatkan hasil
Avalanche Effect sebesar 62,5 % dengan total perubahan jumlah bit sebanyak 20
perubahan bit [4].
Sehingga plaintext dan kunci tersebut yang menjadi acuan dalam
penelitian ini untuk mengetahui perubahan ciphertext yang terjadi jika
menggunakan S-Box dan tanpa S-Box pada perancangan kriptografi Block Cipher
64 Bit Berbasis Pola Huruf U. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya urutan
kombinasi proses plaintext dan kunci ABCD dimasukkan ke dalam konsep kerja
dasar enkripsi kriptografi block chiper dan digabungkan dengan tabel substitusi S-
Box, proses kerja keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 10.

10
Gambar 10 Proses Enkripsi Setelah Digabungakan dengan Tabel S-Box.

Gambar 10 menjelaskan tentang proses enkripsi keseluruhan gabungan


antara konsep dasar enkripsi algoritma kriptografi block cipher menggunakan
metode transposisi dengan tabel substitusi S-Box, dengan langkah kerja sebagai
berikut : 1) Menyiapkan Plaintext dan Kunci; 2) Plaintext dan kunci sebelum
dimasukkan dalam proses 1, karakter Plaintext dan Kunci dikonversi ke ASCII,
ASCII ke HEXA, HEXA ke Biner; 3) Biner Plaintext dan Kunci dimasukkan ke
dalam proses 1, selanjutnya menjadi pemasukan dan mengambilan bit mengikuti
pola lalu menghasilkan P1 dan K1 kemudian disubstitusikan dengan
menggunakan table S-Box, P1 dan K1 hasil substitusi dengan menggunakan tabel
S-Box di-XOR kemudian menghasilkan C1, dimana C1 dan K1 merupakan
patokan untuk pemasukan di proses 2; 4) Biner C1 dan K1 dimasukkan ke dalam
proses 2 dengan melakukan pemasukan dan pengambilan bit mengikuti pola lalu
menghasilkan P2 dan K2, P2 dan K2 di-XOR kemudian menghasilkan C2,
dimana C2 dan K2 merupakan patokan untuk pemasukan di proses 3; 5) biner C2
dan K2 dimasukkan ke dalam proses 3 dengan melakukan pemasukan dan
pengambilan bit mengikuti pola lalu menghasilkan P3 dan K3, P3 dan K3 di-XOR

11
kemudian menghasilkan C3, dimana C3 dan K3 merupakan patokan untuk
pemasukan di proses 4; 6) Biner C3 dan K3 dimasukkan ke dalam proses 4
dengan melakukan pemasukan dan pengambilan bit mengikuti pola lalu
disubstitusikan ke dalam tabel substitusi S-Box menghasilkan P4 dan K4, P4 dan
K4 hasil substitusi dengan menggunakan tabel S-Box di-XOR kemudian
menghasilkan C4, dimana biner C4 dikonversi ke dalam HEXA. Untuk proses
putaran berikutnya melakukan hal yang sama mengikuti langkah kerja dari 1 – 6,
dimana hasil substitusi dari C4 dan K4 menjadi patokan untuk putaran berikutnya.

Tabel 3 Algoritma Proses Enkripsi dan Dekripsi

Proses Enkripsi Proses Dekripsi


1. Masukkan Plaintext 1. Masukkan Ciphertext
2. Plaintext diubah ke ASCII 2. Nilai Ciphertext diubah ke Biner
3. ASCII diubah ke HEXA 3. Biner C4 di-XOR-kan dengan K4
4. Nilai HEXA diubah ke BINER 4. Hasil XOR Ciphertext dan K4 di
5. Bit Biner dimasukkan ke kolom matriks P1 substitusikan dengan S-Box kemudian
menggunakan pola pemasukan bit proses D dimasukkan ke kolom matriks P4
pada Plaintext menggunakan pola pengambilan bit proses
6. Bit P1 ditransposisikan dari kolom matriks B pada Plaintext
P1 dengan pola pengambilan bit poroses D 5. P4 ditransposisikan dari kolom matriks P4
pada Plaintext dengan pola pemasukan bit proses B pada
7. Nilai pengambilan bit P1 disubstitusikan Plaintext
dengan tabel S-Box 6. P4 = C3
8. Hasil substitusi S-Box P1 di-XOR dengan 7. C3 di-XOR dengan K3
hasil substitusi S-Box K1 menghasilkan C1 8. Bit Biner hasil XOR antara C3 dan K3
9. C1 = P2 dimasukkan ke kolom matriks P3
10. Bit Biner dimasukkan ke kolom matriks P2 menggunakan pola pengambilan bit proses
menggunakan pola pemasukan bit proses A C pada Plaintext
pada Plaintext 9. P3 ditransposisikan dari kolom matriks P3
11. Bit P2 ditransposisikan dari kolom matriks dengan pola pemasukan bit proses C pada
P2 dengan pola pengambilan bit proses A Plaintext
pada Plaintext 10. P3 = C2
12. P2 di-XOR dengan K2 menghasilkan C2 11. C2 di-XOR dengan K2
13. C2 = P3 12. Bit Biner hasil XOR C2 dan K2
14. Bit Biner dimasukkan ke kolom matriks P3 dimasukkan ke kolom matriks P2
menggunakan pola pemasukan bit proses C menggunakan pola pengambilan bit
pada Plaintext proses A pada Plaintext
15. Bit P3 ditransposisikan dari kolom matriks 13. P2 ditransposisikan dari kolom matriks P2
P3 dengan pola pengambilan bit proses C dengan pola pemasukan bit proses A pada
pada Plaintext Plaintext
16. P3 di-XOR dengan K3 menghasilkan C3 14. P2 = C1
17. C3 = P4 15. C1 di-XOR dengan K1
18. Bit Biner dimasukkan ke kolom matriks P4 16. Nilai XOR C1 dan K1 disubstitusikan
menggunakan pola bit pemasukan proses B dengan tabel S-Box
pada Plaintext 17. Hasil substitusi diubah ke Biner
19. Bit P4 ditransposisikan dari kolom matriks dimasukkan ke kolom matriks P1
P4 dengan pola pengambilan bit proses B menggunakan pola pengambilan bit proses
pada Plaintext D pada Plaintext
20. Nilai pengambilan bit P4 disubstitusikan 18. P1 ditransposisikan dari kolom matriks P1
dengan tabel S-Box dengan pola pemasukan bit proses D pada
21. Hasil substitusi S-Box P4 di-XOR dengan Plaintext
hasil subtitusi S-Box K4 menghasilkan C4, 19. P1 = Plaintext
hasil C4 merupakan nilai Biner 20. Hasil Plaintext dalam bentuk biner
22. Biner C4 diubah ke HEXA 21. Biner Plaintext diubah ke dalam ASCII
22. Nilai ASCII diubah ke dalam karakter

12
Tabel 3 merupakan algoritma proses enkripsi dan dekripsi. Proses enkripsi dari
Plaintext menjadi Ciphertext sedangkan proses dekripsi dari Ciphertext menjadi
karakter semula (karakter input).
Algoritma proses kunci (Key), adalah sebagai berikut :
1. Masukkan Kunci
2. Kunci diubah ke ASCII
3. ASCII diubah ke HEXA
4. HEXA diubah ke Biner
5. Bit Kunci dimasukkan ke kolom matriks K1 menggunakan pola
pemasukan bit proses A pada Kunci
6. Bit Kunci ditransposisikan dari kolom matriks K1 menggunakan pola
pengambilan bit proses A pada Kunci
7. HEXA disubstitusikan dengan tabel S-Box
8. Hasil substitusi diubah ke dalam BINER
9. Hasil transposisi K1 dimasukkan ke kolom matriks K2 menggunakan pola
pemasukan bit proses B pada Kunci
10. Bit K2 ditransposisikan dari kolom matriks K2 menggunakan pola
pengambilan bit proses B pada Kunci
11. Hasil transposisi K2 dimasukkan ke kolom matriks K3 menggunakan pola
pemasukan bit proses C pada Kunci
12. Bit K3 ditransposisikan dari kolom matriks K3 menggunakan pola
pengambilan bit proses C pada Kunci
13. Hasil transposisi K3 dimasukkan ke kolom matriks K4 menggunakan pola
pemasukan bit proses D pada Kunci
14. Bit K4 ditransposisikan dari kolom matriks K4 menggunakan pola
pengambilan bit proses D pada Kunci
15. HEXA disubstitusikan dengan tabel S-Box
16. Hasil substitusi diubah ke dalam BINER
Pseudocode proses enkripsi dan dekripsi, dijelaskan sebagai berikut :

Proses Enkripsi
{Program ini digunakan untuk melakukan proses enkripsi data}

Kamus
P,K = String
P1,P2,P3,P4,K1,K2,K3,K4,C1,C2,C3,C4 = byte
Start
C1  P1 ⊕ K1
Input P
Read P
P to ASCII
ASCII to HEXA
HEXA to BINER
Dari BINER = kolom matriks P1, masukkan BINER
P1 transposisi menggunakan pola pengambilan bit proses D
BINER = Tabel S-Box, masukkan HEXA
HEXA substitusi menggunakan S-Box
HEXA substitusi to BINER
Output P1

Input K
Read K
K to ASCII
ASCII to HEXA
HEXA to BINER
Dari BINER = kolom matriks K1, masukkan BINER
K1 transposisi menggunakan pola pengambilan bit proses A

13
BINER = Tabel S-Box, masukkan HEXA
HEXA substitusi menggunakan S-Box
HEXA substitusi to BINER
Output K1

Print C1
C1 = P2
C2  P2 ⊕ K2
Dari BINER = kolom matriks P2, masukkan BINER
P2 transposisi menggunakan pola pengambilan bit proses A
Output P2

Dari BINER = kolom matriks K2, masukkan BINER


K2 transposisi menggunakan pola pengambilan bit proses B
Output K2
Print C2
C2 = P3
C3  P3 ⊕ K3
Dari BINER = kolom matriks P3, masukkan BINER
P3 transposisi menggunakan pola pengambilan bit proses C
Output P3

Dari BINER = kolom matriks K3, masukkan BINER


K3 transposisi menggunakan pola pengambilan bit proses C
Output K3
Print C3
C3 = P4
P4 transposisi menggunakan pola pengambilan bit proses B
BINER = Tabel S-Box, masukkan HEXA
HEXA substitusi menggunakan S-Box
HEXA substitusi to BINER
Output P4

C4  P4 ⊕ K4
Dari BINER = kolom matriks P4, masukkan BINER
P4 transposisi menggunakan pola pengambilan bit proses B
Output P4

Dari BINER = kolom matriks K4, masukkan BINER


K4 transposisi menggunakan pola pengambilan bit proses D
BINER = Tabel S-Box, masukkan HEXA
HEXA substitusi menggunakan S-Box
HEXA substitusi to BINER
Output K4

Print C4
C4 = Ciphertext

Repeat
End

Proses Dekripsi
{Program ini digunakan untuk melakukan proses dekripsi data}
Kamus
P,K = String
C,P1,P2,P3,P4,K1,K2,K3,K4,C1,C2,C3,C4 = byte

Start
K2  Transposisi K1
Input K
Read K
K to ASCII
ASCII to HEXA
HEXA = Tabel S-Box, masukkan HEXA
HEXA substitusi menggunakan S-Box
HEXA substitusi to BINER
Dari BINER = kolom matriks K1, masukkan BINER
K1 transposisi menggunakan pola pemasukan bit proses A
Output K2
K3  Transposisi K2
K2 transposisi menggunakan pola pemasukan bit proses B
Output K3

14
K4  Transposisi K3
K3 transposisi menggunakan pola pemasukan bit proses C
Output K4
K4 di substitusikan dengan S-Box
Hasil substitusi S-Box diubah ke BINER
BINER ditransposisikan menggunakan pola pemasukan bit proses D
Hasil transposisi = K4

P4  C4 ⊕ K4
Input C
Read C
C diubah ke BINER
Biner disubstitusi dengan inverse S-Box
Hasil substitusi diubah ke BINER
Biner hasil substitusi = kolom matriks P4, masukkan BINER sesuai pola pengambilan bit proses B
C4 transposisi menggunakan pola pemasukan bit proses B
C4 ⊕ K4
Print P4
P4 = C3

P3  C3 ⊕ K3
Dari BINER C3 = kolom matriks P3, masukkan BINER sesuai pola pengambilan bit proses C
C3 transposisi menggunakan pola pemasukan bit proses C
C3 ⊕ K3
Print P3
P3 = C2

P2  C2 ⊕ K3
Dari BINER C2 = kolom matriks P2, masukkan BINER sesuai pola pengambilan bit proses A
C2 transposisi menggunakan pola pemasukan bit proses A
C2 ⊕ K2
Print P2
P2 = C1

P1  C1 ⊕ K1
Biner C1 XOR K1 disubstitusi dengan inverse S-Box
Hasil substitusi diubah ke BINER
BINER hasil substitusi = kolom matriks P1, masukkan BINER sesuai pola pengambilan bit proses D
C1 transposisi menggunakan pola pemasukan bit proses D
C1 ⊕ K1
Print P1
P1 to ASCII
Repeat
ASCII to CHAR
End

15
P1 S-Box K1
XOR

P2 C1

XOR
C2 K2

C2 P3

XOR
C3 K3

P4 S-Box

XOR
C4 K4

Gambar 11 Skema Proses Dekripsi

Gambar 11 menjelaskan alur proses pengembalian ciphertext ke plaintext.


Pola yang digunakan sebagai pola pengambilan bit pada proses enkripsi akan
digunakan sebagai pola pemasukan pada proses dekripsi. Sebaliknya pola
pemasukan yang digunakan pada proses enkripsi akan digunakan sebagai pola
pengambilan proses dekripsi sehingga dapat dikatakan pola huruf U digunakan
sebagai pola pemasukan bit pada proses dekripsi.
Proses dekripsi dimulai dengan memasukkan ciphertext pada kolom
matriks C4 kemudian di-XOR dengan K4 hasil proses kunci pada proses keempat.
Hasil XOR kemudian ditransposisikan menggunakan pola huruf U.
Untuk menjelaskan secara detail proses pemasukan bit dan pengambilan
bit dalam matriks maka diambil proses 1 pada putaran 1 sebagai contoh. Misalkan
angka 1 merupakan inisialisasi setiap bit yang merupakan hasil konversi plaintext
maka urutan bit adalah sebagai berikut 1, 2, 3, 4, …..64.

1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 9 10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23 24 17 18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31 32 25 26 27 28 29 30 31 32
33 34 35 36 37 38 39 40 33 34 35 36 37 38 39 40
41 42 43 44 45 46 47 48 41 42 43 44 45 46 47 48
49 50 51 52 53 54 55 56 49 50 51 52 53 54 55 56
57 58 59 60 61 62 63 64 57 58 59 60 61 62 63 64
Pemasukan Bit pada Pola C Pengambilan Bit pada Pola C
Gambar 12 Proses Pemasukan Bit dan Pengambilan Bit pada Plaintext

16
Gambar 12 menjelaskan tentang proses 1 pada plaintext, dimana
pemasukan bit secara horisontal dari kanan ke kiri seperti gambar di sebelah kiri
dan pengambilan bit mengikuti pola huruf U terbalik seperti gambar sebelah
kanan, dalam pembuatan pola huruf U terbalik ini dibagi menjadi 8 bagian dan
pengambilan bit diambil sebanyak 8 bit.

1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 9 10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23 24 17 18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31 32 25 26 27 28 29 30 31 32
33 34 35 36 37 38 39 40 33 34 35 36 37 38 39 40
41 42 43 44 45 46 47 48 41 42 43 44 45 46 47 48
49 50 51 52 53 54 55 56 49 50 51 52 53 54 55 56
57 58 59 60 61 62 63 64 57 58 59 60 61 62 63 64
Pemasukan Bit pada Pola A Pengambilan Bit pada Pola A

Gambar 13 Proses pemasukan Bit dan Pengambilan Bit pada Kunci

Gambar 13 menjelaskan tentang proses 1 pada plaintext, dimana


pemasukan bit secara horisontal kiri ke kanan seperti gambar di sebelah kiri dan
pengambilan bit mengikuti pola huruf U seperti gambar sebelah kanan, dalam
pembuatan pola huruf U ini dibagi menjadi 8 bagian seperti Gambar 4, dan
pengambilan bit diambil sebanyak 8 bit.

25 17 9 1 2 10 18 26 1 9 17 25 26 18 10 2
27 19 11 3 4 12 20 28 3 11 19 27 28 20 12 4
29 21 13 5 4 14 22 30 5 13 21 29 30 22 14 6
31 23 15 7 8 16 24 32 7 15 23 31 32 24 16 8
57 49 41 33 34 42 50 58 33 41 49 57 58 50 42 34
59 51 43 35 36 44 52 60 35 43 51 59 60 52 44 36
61 53 45 37 38 46 54 62 37 45 53 61 62 54 46 38
63 55 47 39 40 48 56 64 39 47 55 63 64 56 48 40
Hasil dari proses Pengambilan Bit Plaintext C Hasil dari proses Pengambilan Bit Kunci A
Gambar 14 Hasil dari Pengambilan Plaintext C dan Kunci A

Gambar 14 menjelaskan tentang hasil dari pengambilan Plaintext 1 (P1)


dan Kunci 1 (K1) dalam hal ini P1 = Plaintext C dan K1 = Kunci A, dimana P1
dan K1 hasil substitusi ke tabel S-Box lalu di-XOR-kan sehingga menghasilkan
Ciphertext 2 (C2).

C2 = P1 ⨁ K1 (11)

C2 kemudian dibagi menjadi 8 bit menjadi 8 bagian kemudian dikonversi ke


bilangan heksadesimal kemudian diubah ke biner kemudian bit biner dimasukkan
ke kolom matriks P1 menggunakan pola pemasukan bit proses C pada plaintext
bit P1 ditransposisikan dari kolom matriks P1 dengan pola pengambilan bit proses
C pada plaintext nilai pengambilan bit P1 dan K1 disubstitusikan dengan tabel S-
Box dan di XOR dengan K1 yang telah melalui proses substitusi dengan tabel S-

17
Box. Hasil XOR dari P1 dan K1 yang menjadi patokan untuk pemasukan dan
pengambilan di proses berikutnya.

Gambar 15 Tabel Substitusi S-Box AES

Gambar 15, merupakan tabel substitusi S-Box yang digunakan dalam


proses enkripsi. Cara pensubstitusian adalah sebagai berikut: untuk setiap byte
pada array state, misalkan S[r, c] = xy, yang dalam hal ini xy adalah digit
hexadecimal dari nilai S[r, c], maka nilai substitusinya, dinyatakan dengan S’[r,
c], adalah elemen di dalam S-Box yang merupakan perpotongan baris x dengan
kolom y.Misalnya S[0, 0] = 19, hasil perpotongannya adalah S’[0, 0] = d4.
Urutan kombinasi pada Gambar 10 merupakan urutan kombinasi yang
terpakai dalam perancangan kriptografi pada penelitian ini. Dalam pengaruh
perubahan ciphertext jika menggunakan urutan kombinasi yang telah digabungkan
dengan tabel substitusi S-Box dan tanpa menggunakan tabel substitusi S-Box
mendapatkan hasil Avalanche Effect sebesar 62,5 % dan tanpa menggunakan tabel
substitusi S-Box mendapatkan hasil Avalanche Effect sebesar 1,5625 % dengan
jumlah perubahan bit sebanyak 9 perubahan, dimana pada pengujian Avalanche
Effect ini menggunakan key DISASTER dan DISCSTER sebagai plaintext untuk
mendapatkan perbandingan perubahan ciphertext jika menggunakan urutan
kombinasi yang telah digabungkan dengan tabel substitusi S-Box dan tanpa
menggunakan tabel substitusi S-Box. Untuk lebih jelas hasilnya dapat dilihat pada
Gambar 16 dan Gambar 17.

GRAFIK AVALANCHE EFFECT


62,5
56,25
53,125 51,5625
46,875 45,3125
43,75
35,9375

25

1 2 3 4 5 6 7 8 9

JUMLAH PERUBAHAN BIT

Gambar 16 Hasil Avalanche Effect dengan S-Box

18
GRAFIK AVALANCHE EFFECT

1,5625 1,5625 1,5625 1,5625 1,5625 1,5625 1,5625 1,5625 1,5625

1 2 3 4 5 6 7 8 9

JUMLAH PERUBAHAN BIT

Gambar 17 Hasil Avalanche Effect tanpa S-Box

Untuk pengujian algoritma dengan menggunakan tabel substitusi S-Box


karena sangat berpengaruh pada perubahan ciphertext kemudian dilakukan dengan
mengambil plaintext FTI UKSW dan kunci FAKULTAS. Setelah melewati proses
enkripsi yang telah dijabarkan sebelumnya maka mendapatkan ciphertext yang
telah dikonversi ke dalam nilai hexadecimal, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil Setiap Putaran

Putaran Ciphertext
Putaran 1 1CA2B91BD1768087
Putaran 2 19A24527A1D57A74
Putaran 3 69BEB45E8B014BBE
Putaran 4 B83BBF87C3C79D23
Putaran 5 BF1B48231C3D5A03
Putaran 6 1352216BA083FFA3
Putaran 7 9511F82812BEBEFC
Putaran 8 FAFE13A2DE9BAAF1
Putaran 9 16D7C8B48CC7BAF0

Tabel 4 merupakan hasil enkripsi dari setiap putaran. Hasil dari putaran 9
merupakan final ciphertext. Nilai korelasi antara plaintext dan ciphertext dapat
digunakan untuk mengukur seberapa acak hasil enkripsi (ciphertext) dengan
plaintext. Nilai korelasi sendiri berkisar -1 sampai +1, dimana jika nilai kolerasi
mendekati 1 maka plaintext dan ciphertext memiliki nilai yang sangat berhubung,
tetapi jika mendekati 0 maka plaintext dan ciphertext tidak memiliki nilai yang
berhubungan.
Tabel 5 Nilai korelasi Setiap Putaran

Putaran Nilai
Korelasi
Putaran 1 0,702231917
Putaran 2 0,577557095
Putaran 3 0,287139836
Putaran 4 -0,169139568
Putaran 5 -0,085226693
Putaran 6 0,298943886
Putaran 7 0,274951161

19
Putaran 8 0,257960499
Putaran 9 0,160002971

Pada Tabel 5 terlihat beberapa putaran memiliki nilai kolerasi lemah dan
yang lainnya tidak memiliki korelasi yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa algoritma kriptografi block cipher 64 bit berbasis pola huruf U dapat
menghasilkan hasil enkripsi yang acak. Untuk melihat lebih jelasnya keterikatan
antara plaintext dan ciphertext dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 18 Grafik Korelasi

Pengujian perbedaan output dalam pengaruh perubahan ciphertext jika


salah satu karakter input ditambahkan atau dihapus, dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil Pengujian Perbedaan Output dengan S-Box

Input Output
F 6F25F34A16FAB731
FT 6AAFE4795FA8BC80
FTI BF12CDCA56279DF4
FTI F3BCDD2D7B541425
FTI U 51325E7B41DEFC87
FTI UK E937E85B6534886F
FTI UKS D92D58F76D6565FB
FTI UKSW 16D7C8B48CC7BAF0

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa setiap


penambahan karakter pada input membuat perubahan signifikan pada output.
Adapun pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa setiap penambahan karakter pada input
tidak membuat perubahan signifikan pada output.

Tabel 7 Hasil Pengujian Perbedaan Output tanpa S-Box

Input Output
F 30DA08CEF746496B
FT B0DA0ACEF646496B
FTI B0DA2ACAF64E4D4B
FTI B0FA2ACAF64E4D4B
FTI U B0FA2AC8F64F4F0B
FTI UK B0FAAAC9B64D4E8B
FTI UKS 90FEAAC9B66D4E83
FTI UKSW 90F6AAE9BE7D4E87

20
5. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


“Pengaruh S-Box Advance Encryption Standard (AES) Pada Perubahan Ciphertext
Terhadap Perancangan Kriptografi Block Cipher 64-Bit Berbasis Pola Huruf U”
mendapatkan hasil ciphertext yang acak dengan pengujian avalanche effect yang
sudah mencapai 62,5% sehingga algoritma ini dapat digunakan sebagai alternatif
dalam pengamanan data dan dapat melakukan enkripsi dan memenuhi konsep
five-tuple Stinson sehingga dapat dikatakan sebagai sistem kriptografi. Selain itu
perubahan 1 karakter dapat membuat perubahan signifikan pada ciphertext karena
adanya tabel substitusi S-Box yang dipasang pada proses sesudah pengambilan Bit
pada Proses 1 (P1) dan Kunci 1 (K1) dan sesudah pengambilan bit Proses 4 (P4)
dan Kunci 4 (K4) setiap putaran, adapun pada pengujian korelasi setiap putaran
memiliki nilai korelasi lemah sehingga dapat disimpulkan “Pengaruh S-Box
Advance Encryption Standard (AES) Pada Perubahan Ciphertext Terhadap
Perancangan Kriptografi Block Cipher 64-Bit Berbasis Pola Huruf U” dapat
menghasilkan output enkripsi yang acak. “Pengaruh Perubahan Ciphertext
Dengan Menggunakan S-Box Advance Encryption Standard (AES) Terhadap
Perancangan Kriptografi Block Cipher 64-Bit Berbasis pada Pola Huruf U” dapat
menghasilkan enkripsi yang acak sehingga dapat diterapkan untuk mengamankan
data atau informasi berupa teks. Dalam pengujian avalanche effect pun
menunjukan begitu besar pengaruh S-Box di dalam proses enkripsi dibandingkan
tanpa menggunakan S-Box.

6. Daftar Pustaka

[1] Ramadhanus, A., dan Firdaus, F. 2015. Blackfish : Block cipher dengan
Key-Dependent S-Box dan P-Box, Bandung : Institut Teknologi Bandung.
[2] FIPS PUB 46-3, “Data Encryption Standard (DES)”, National Institute of
Standards and Technology, U.S. Department of Commerce. 1999.
[3] Bili, D. D., Pakereng, M. A. I., Wowor, A. D. 2015. Perancangan
Kriptografi Block Cipher Dengan Langkah Kuda. Salatiga : Jurusan
Teknik Informatika Universitas Kristen Satya Wacana.
[4] Ramanujam, S., Karuppiah, M. 2011. Designing an algorithm with high
Avalanche Effect. IJCSNS International Journal
[5] Munir, R. 2006. Kriptografi, Bandung: Informatika.
[6] Stinson, D. R. 1995. Cryptography : Theory and Practice. CRC Press,
Boca Raton, London, Tokyo.
[7] Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D), Alfabeta, Bandung.
[8] Dafid. 2006. Kriptografi Kunci Simetris Dengan Menggunakan Algoritma
Crypton, STMIK MDP Palembang.

21

Anda mungkin juga menyukai