Anda di halaman 1dari 44

Nama : Nur Qomaradiyah

Nim : PO713251181073

Kelas : 1B

Prodi : D III

“SEMI SOLID”

1. Salep (Unguentum)

Menurut FI. ed III, salep adalah sediaan semi padat yang mudah

dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.

Menurut FI.ed IV, salep adalah sediaan setengah padat ditunjukan

untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh

berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep

mengandung obat keras atau narkotika adalah 10%.

Menurut DOM, Salep adalah sediaan semi padat dermatologis

yang menunjukkan aliran dilatan yang penting. Menurut Scoville’s, salep

terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental dimana pada

dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan

menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan. Menurut

Formularium Nasional, salep adalah sediaan berupa massa lembek, mudah

dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat

luar untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik.

2. Penggolongan salep

1. Menurut konsistensinya salep dibagi menjadi:

1
a. Unguenta, adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega,

tidak mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai

tenaga.

b. Cream, adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit.

Suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.

c. Pasta, adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat

(serbuk). Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung

bagian kulit yang diberi.

d. Cerata, adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi

lilin (waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.

e. Gelones Spumae, adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan

mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada membran

mukosa sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran

sederhana minyak dan lemak dengan titik lebur yang rendah.

2. Menurut efek terapinya, salep dibagi atas:

a. Salep Epidermis (salep penutup)

Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi

kulit dan menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorpsi.

Kadang – kadang ditambahkan antiseptik, astringen untuk meredakan

rangsangan. Dasar salep yang terbaik adalah senyawa hidrokarbon

(vaselin).

b. Salep Endodermic

2
Salep dimana bahan obatnya menembus dalam tetapi tidak melalui kulit

dan terabsorbsi sebagian.Untuk melunakkan kulit atau selaput lender

diberi local iritan.Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.

c. Salep Diadermic (salep serap)

Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan

mencapai efek yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya,misalnya

pada salep yang mengandung senyawa Mercuri,Iodida,Belladonae.Dasar

salep yang baik adalah adeps lanae dan Oleum Cacao.

3. Menurut dasar salepnya, salep dibagi atas:

a. Salep hydrophobic , yaitu salep – salep dengan bahan dasar berlemak,

misalnya campuran dari lemak-lemak, minyak lemak, malam yang tak

tercuci dengan air.

b. Salep hydrophilic, yaitu salep yang kuat menarik air, biasanya dasar salep

tipe o/w atau seperti dasar hydrophobic, tetapi konsistensinya lebih

lembek, kemungkinan juga tipe w/o antara lain campuran sterol dan

petrolatum.

3. Dasar Salep

Menurut FI Ed IV, dasar salep yang digunakan sebagai pembawa

dibagi dalam 4 kelompok, yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon,dasar

salep serap,dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam

air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut.

3
a) Dasar Salep Hidrokarbon

Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain

vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair

yang dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk

memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak

sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan

terutama sebagai emolien, sukar dicuci, tidak mengering dan tidak

tampak berubah dalam waktu lama.

b) Dasar Salep Serap

Dasar salep serap ini dibagi dalam dua kelompok.Kelompok

pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air

membentuk emulsi air dalam minyak(paraffin hidrofilik dan lanolin

anhidrat),dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak

dan dapat bercampur dengan sejumlah larutan air

tambahan(lanolin).Dasar salep ini juga berfungsi sebagai emolien.

c) Dasar salep yang dapat dicuci dengan air

Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep

hidrofilik (krim). Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai dapat

dicuci dengan air karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah

sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetika. Beberapa

bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini

dari pada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep

4
ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan

yang terjadi pada kelainan dermatoligik.

d) Dasar Salep larut dalam air

Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari

konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak

keuntungannya seperti dasar salep yang dapar dicuci dengan air dan

tidak mengandung bahan tak larut dalam air seperti paraffin, lanolin

anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel.

Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang

diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan

ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang

kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat

yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada dasar

salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam

dasar salep yang mengandung air.

Beberapa contoh-contoh dasar salep:

a. Dasar salep hidrokarbon :

Vaselin putih (white petrolatu, whitwe soft paraffin), vaselin kuning

(yellow petrolatum, yellow soft paraffin), campuran vaselin dengan cera,

paraffin cair, paraffin padat, minyak nabati.

5
b. Dasar salep serap (dasar salep absorbsi):

Adeps lanae, unguentum simpleks (cera flava : oleum sesami = 30 : 70 ),

hidrophilic petrolatum ( vaselin alba : cera alba : stearyl alkohol :

kolesterol = 86 : 8 : 3 : 3 )

c. Dasar salep dapat dicuci dengan air:

Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti vanishing cream ), emulsifying

ointment B.P., emulsifying wax, hydrophilic ointment.

d. Dasar salep larut air :

Poly Ethylen Glycol ( PEG ), campuran PEG, tragacanth, gummi

arabicum.

Uraian Masing – Masing Dasar Salep:

1. Dasar Salep I (Dasar Salep Hidrokarbon)

a. Vaselin kuning (Petrolatum), merupakan campuran yang dimurnikan

dan hidrokarbon setengah padat diperoleh dari minyak bumi. Dapat

mengandung zat penstabil yang sesuai. Massa seperti minyak,

kekuningan hingga amber lemah, berfluoresensi sangat lemah,

walaupun setelah melebur. Dalam lapisan tipis transparan. Tidak atau

hampir tidak berbau dan berasa.

Melebur pada temperatur antara 38o C dan 60o C.

Dapat digunakan secara tunggal atau dalam campuran dengan zat lain

sebagai dasar salep.

b. Vaselin putih ( White Petrolatum USP ), merupakan campuran yang

dimurnikan dan hidrokarbon setengah padat diperoleh dari minyak

6
bumi dan keseluruhan atau hampir keseluruhan dihilangkan warnanya.

Dapat mengandung stabilizator yang sesuai. Putih atau kekuningan

pucat massa berminyak transparan dalam lapisan tipis setelah

didinginkan pada suhu 00C. Penggunaannya sama dengan Vaselin

kuning.

Vaselin putih yang telah dihilangkan warnanya dengan menggunakan

Asam Sulfat, maka harus hati – hati dalam penggunaan untuk salep

mata, karena akan terjadi iritassi mata oleh kelebihan asam yang

dikandung kalau tidak dinetralkan dahulu dengan Kalium hidroksida

atau basa lain.

vaselin hanya dapat menyerap air sebanyak 5% dengan penambahan

surfaktan seperti Natrium laurylsulfat, Tween, akan mampu menyerap

air lebih banyak juga akan penambahan kolesterol kemampuan

menyerap air akan dinaikkan.

Penggunaan Vaselin sebagai dasar salep mempunyai kelebihan:

a) Tidak bercampur dan tidak larut dalam air.

b) Tidak tengik

c) Tidak terkesan pada kulit

d) Tidak terabsobsi

Selain mempunyai kelebihan juga mempunyai kekurangan yaitu

karena sukarnya bercampur atau tidak larut dalam air, sehingga sukar

dihilangkan atau dicuci bila melekat pada kulit, sehingga yang

menggunakan kurang menyenanginya.

7
c. Salep putih ( White ointment ) yang merupakan campuran 50 bagian

malam putih dan 950 bagian vaselin putih.

d. Salep kuning ( Yellow ointment ), yang merupakan campuran 50

bagian malam kuning dan 950 bagian vaselin kuning.

e. Paraffin adalah campuran hidrokarbon padat yang dimurnikan, yang

diperoleh dari minyak tanah. Hablur tembus cahaya atau agak buram,

tidak berwarna atau putih, tidak berasa, agak berminyak. Dapat

digunakan untuk membuat keras atau kaku dasar salep setengah padat

yang berlemak.

f. Paraffin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak

mineral. Berguna dalam menggerus bahan yang tidak larut pada

preparat salep dengan dasar berlemak.

Paraffin padat dan cair jarang digunakan secara sendiri-sendiri, tetapi

selalu dikombinasikan (dicampur keduanya sesuai konsistensi salep

yang diinginkan atau dengan lemak-lemak lain serta lemak padat

lainnya.

g. Jelene terdiri dari minyak hidrokarbon dan malam yang tersusun

sedemikian hingga fase cair mudah bergerak dengan demikian

terbentuk gerakan dalam sehingga difusi obat ke sekelilingnya dapat

terjadi lebih baik.

Keuntungan penggunaan jelene dalam penyimpanan tetap dan cukup

lunak. Tidak tercampurkan dengan Pix Liquida, Kamfer, Menthol,

Gandapura, karena akan membuat jelene encer.

8
h. Minyak tumbuh – tumbuhan misalnya : Oleum Sesami.

2. Dasar Salep II ( Dasar salep serap )

Dasar salep absorbsi dapat menjadi dua tipe, yaitu :

a) Yang memungkinkan percampuran larutan berair, basil dan

pembentukan emulsi air dan minyak.

Misalnya : Petrotalum Hidrofilik dan Lanolin Anhidrat.

b) Yang sudah menjadi emulsi air minyak (dasar emulsi),

memungkinkan bercampurnya sedikit penambahan jumlah larutan

berair.

Misalnya : Lanolin dan Cold cream

Dasar salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak mampu menutupi

seperti yang dihasilkan dasar salep berlemak.

Seperti dasar salep berlemak, dasar salep absorbsi tidak mudah

dihilangkan dari kulit oleh pencucian air.

a. Petrolatum Hidrofilik; dan kolesterol, alkohol stearat, lilin putih

dan petrolatum putih. Dasar salep ini memiliki kemampuan

mengabsorbsi air dengan membentuk emulsi dalam minyak.

b. Lanolin Anhidrat adalah zat serupa lemak yang dimurnikan,

diperoleh dari bulu domba yang dibersihkan dan dihilangkan warna

dan baunya dapat mengandung tidak lebih dari 0,25% air. Massa

seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.

c. Lanolin adalah setengah padat, bahan seperti lemak diperoleh dari

bulu domba, merupakan emulsi air dan minyak yang mengandung

9
air antara 25% - 30%. Penambahan air dapat dicampurkan kedalam

lanolin dengan pengadukan.

d. Cold Cream ( krim pendingin ), merupakan emulsi air dalam

minyak, setengah padat, putih, dibuat dengan lilin setil ester, lilin

putih, minyak mineral, Natrium Tetraborat dicampur dengan asam

lemak bebas yang terdapat dalam lilin-lilin akan membentuk sabun

Natrium yang berfungsi sebagai zat pengemulsi.

Krim pendingin digunakan sebagai emolien dan dasar salep.

e. Campuran terdiri dari:

 30 bagian kolesterol

 30 bagian stearil alkohol

 80 bagian malam putih

 860 bagian vaselin putih.

Dasar salep ini mempunyai kemampuan mengabsorbsi air dalam

membentuk emulsi air dalam minyak.

f. Unguentum Molle terbuat dari :

 Paraffin 22 bagian

 Wolfet 10 bagian

 Paraffin Liquidum 68 bagian

Dilebur pada suru serendah mungkin, massa lembek seperti Vaselin

dan tahan lama. Mampu menyerap air 100%.

g. Unguentum Durum ( Pharmacope Jennan )

 Paraffin 20 bagian

10
 Wolfet 10 bagian

 Paraffin Liquidum 50 bagian

Dibuat sama dengan unguentum Molle, konsistensinya agak keras

dibanding dengan unguentum Molle dan digunakan sebagai salep

penutup. Sangat kuat menyerap air sama dengan unguentum Molle.

Dasar ini juga berfaedah dalam farmasi untuk pencampuran larutan

berair kedalam larutan berlemak karena mudah menyerap air.

3. Dasar Salep III (dasar salep yang dapat dicuci dengan air)

Dasar salep ini nampaknya seperti cream dapat diencerkan dengan air atau

larutan berair. Bahan obat tertentu dapat diabsorbsi lebih baik oleh kulit

bilamana menggunakan dasar salep tipe ini dibanding dasar salep lainnya.

Dasar salep ini dapat digunakan campuran yang terdiri dari:

 0,25 bagian Metil Paraben

 0,15 bagian Propil Paraben

 10 bagian Natrium Laurylsulfat (pengemulsi)

 120 bagian Propilenglikol (fase air)

 250 bagian Stearil alkohol

 250 bagian Vaselin putih dan air secukupnya hingga 100 bagian

(fase air). Campuran tersebut, juga disebut salep hidrofilik (suka

air), yang dapat bercampur dengan baik terhadap bahan obat, tetapi

harus diingat yang merusak emulsi. Dasar salep ini (Hidrofilik)

mempunyai kelebihan yaitu dapat dicuci dengan air, tidak berbekas

pada pakaian, dapat diencerkan dengan air serta dapat menyerap

11
cairan – cairan dan luka / kudis, menghilangkan rasa panas yang

ditimbulkan, disamping itu juga bersifat kosmetika.

Sifat –sifat ini disebabkan karena adanya emulgator yang

digunakan untuk mempengaruhi pengemulsian. Namun, pada

umumnya dasar salep hidrofilik adalah relatif stabil karena

dipengaruhi adanya penguapan (air) yang nantinya akan merusak

emulsi. Itulah sebabnya salep tersebut sebaiknya diberikan dalam

wadah tertutup rapat (tube). Salep hidrofilik selain cepat menjadi

kering (terjadi penguapan) juga cepat berjamur untuk itu perlu

penambahan bahan pengawet dengan kadar 0,1%.

4. Dasar salep larut dalam air

Tidak seperti dasar salep yang tidak larut dalam air, yang mengandung

keduanya, yaitu komponen yang larut maupun yang tidak larut dalam air.

Dasar salep yang larut dalam air hanya mengandung komponen yang larut

dalam air. Tetapi, seperti dasar salep yang dapat dibersihkan dengan basis

yang larut dalam air dapat dicuci dengan air.

Basis yang larut dalam air hasilnya disebut Greaseless karena tidak

mengandung bahan berlemak. Karena dasar salep ini sangat mudah

melunak dengan penambahan air, larutan air tidak efektif dicampurkan

kedalam bahan dasar ini. Dasar salep ini lebih baik digunakan untuk bahan

padat atau tidak berair. Dasar salep yang dapat larut dalam air umumnya

digunakan.

Campuran yang terdiri dari :

12
 25 bagian poliglikol – 1500

 40 bagian poliglikol – 4000

 Propilenglikol atau gliserol secukupnya hingga 100 bagian atau

dasar salep larut lainnya yang cocok

Polyethylenglicol ointment USP, campuran terdiri dari:

 40% Polietilenglikol – 4000

 60% Polietilenglikol – 400

Campuran ini dibuat dengan peleburan atau campuran dari:

 400 bagian PEG 3350 (padat)

 600 bagian PEG 400 (cair)

Bila diperlukan salep yang lebih baik, formula dapat diubah untuk

menghindari bagian yang sama antara kedua bahan. Jika 6% sampai 25 %

dan larutan berair dicampurkan kedalam dasar salep. Penggantian 50 gram

PEG 3350 dengan sejumlah alkohol stearat berguna untuk membuat

produk akhir yang lebih padat dalam jumlah yang sama.

Polietilenglikol adalah polimer dan etilen oksida dan air

ditunjukkan dengan rumus HOCH2( CH2OCH2 )n CH2OH. Panjang rantai

dapat berbeda – beda untuk mendapatkan polimer yang mempunyai

viskositas bentuk fisik ( cair, padat, atau setengah padat ) yang diinginkan.

Dalam Farmakope Indonesia Edisi III, diuraikan macam – macam

Poliglikol yaitu :

1) Poliglikol – 400, berbentuk cairan kental jernih

2) Poliglikol – 1000, berbentuk massa seperti salep

13
3) Poliglikol – 1500, berbentuk serbuk licin

4) Poliglikol – 4000, berbentuk serbuk licin putih atau potongan putih

kuning gading

5) Poliglikol – 6000, berbentuk serbuk licin.

Dalam pengadaan Poliglikol yang mempunyai nomor 1000 keatas dikenal

dengan nama “ Carnaubawax “. Salep – salep yang dibuat dengan bahan

dasar salep ini mudah dipakai, melekat pada kulit dan mudah dicuci

dengan air dan tidak merangsang kulit. Poliglikol juga dapat digunakan

sebagai bahan dasar pada pembuatan suppositoria.

Unguentum Gliserin ( FN ’78 ) terbuat dari :

Untuk 10 gram salep mengandung ;

 1 gram amylum manihot

 9 gram gliserin

 Aqua destillata hingga 10 gram

Dibuat dengan cara pemanasan diatas api langsung (api kecil) atau diatas

penangas air sambil diaduk, setelah terbentuk massa salep ditimbang dan

cukupkan beratnya hingga 10 gram dengan penambahan air suling atau

larutan gliserin dalam air 5 %. Dasar salep ini selalu dibuat segar (baru)

karena dalam penyimpanan akan kehilangan konsistensinya dan termasuk

dasar salep yang mudah dicuci dengan air.

Kualitas dasar salep yang baik adalah :

1) Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak

terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar.

14
2) Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan

halus, dan seluruh produk harus lunak dan homogen.

3) Mudah dipakai

4) Dasar salep yang cocok

5) Dapat terdistribusi merata

4. Cara Pembuatan Salep Ditinjau Dari Zat Berkhasiat Utamanya

1. Zat berkhasiat bentuk padat yang larut dalam dasar salep

1) Camphora

a. Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan dalam pot

salep tertutup (bila tidak melampaui daya larutnya)

b. Bila dalam resep terdapat minyak – minyak maka kamfer

dilarutkan dalam minyak lemak tersebut.

c. Bila kamfer bersama – sama menthol, salol, atau zat lainnya

yang dapat mencair jika dicampur (karena penurunan titik

eutektik) maka kamfer dicampur dengan sesamanya supaya

mencair baru ditambahkan dasar salep

d. Jika a, b, c, tidak ada maka kamfer diberi etanol 95 % atau eter,

kemudian digerus dengan dasar salep.

Contoh – contoh resep :

R/ Camphora 1

Vaselin falv. 9

m.f.ungt.

S.ungt.Camphoratum

15
R/ Camphorae 1

Ol.cocos. 1

Adeps lanae 18

m.f.ungt

R/ Mentholi

Camphorae aa 0,3

Lanolin 5

Ungt. Acid Salycylas 15

m.d.s.u.e

2) Pellidol

Larut 3 % dalam vaselin dan 7 % dalam minyak lemak maka

Pellidol dilarutkan bersama – sama dasar salep yang dicairkan. Bila

dasar salep disaring maka pellidol juga ikut disaring dan jangan

lupa menambahkan 20 %. Kalau jumlahnya melebihi daya

larutnya, maka digerus dengan dasar salep yang sudah dicairkan.

R/ Pellidol 0,1

Zinci Oxyd. Ungt 20

m.d.s.ad.us.ext

R/ Pellidol 0,5

Zinci. Oxyd. Liniment. Oleos 25

m.d.s.ad.Us.ext.

3) Iodium

16
a. Kalau memenuhi kelarutan dikerjakan seperti pada kamfer (Ia)

b. Dilarutkan dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada

unguentum Iodii dari Farmakope Indonesia)

c. Dilarutkan dalam etanol 95% kemudian tambahkan dasar salep

Contoh resep :

R/ Iodii 2

Kalii iodii 3

Aq.dest 5

Ungt.Simplex 90

m.d.s.u.e

caranya : larutkan KI dalam air lalu tambahkan iodium hingga larut,

setelah itu gerus bersama unguentum simplex hingga homogen.

2. Zat berkhasiat bentuk padat yang larut dalam air

1. Protargol (argentum proteinatum)

a. Larut dalam air dengan jalan menaburkan diatas air kemudian

didiamkan selama 15 menit ditempat gelap.

b. Bila dalam resep terdapat gliserol, maka Protargol digerus dengan

gliserin baru ditambah air, dan tidak perlu ditunggu 15 menit

(gliserol mempercepat daya larut protargol dalam air)

2. Colargol (argentum colloidale)

Sama dengan Protargol dan air yang di pakai 1/3 kalinya.

3. Argenti Nitras

17
Jika dilarutkan dalam air akan meninggalkan bekas hitam pada kulit

kerena terbentuk Ag2O, karena itu pada pembuatan AgNO3 tidak

dilarutkan dalam air walaupun ia larut. Kecuali pada resep obat wasir.

4. Phenol

Sebenarnya phenol mudah larut dalam air, tetapi dalam salep tidak

dilarutkan karena bekerja-nya merangsang, juga tidak dapat diganti

dengan phenol liquefactum (campuran fenol dan air 77-81,5 %). Jadi

dikerjakan seperti pada kamfer dalam salep.

5. Bahan obat yang dalam salep tidak boleh dilarutkan ialah Argenti

Nitras, Phenol, Pyrogalol, Chrysarobin, Zinci Sulfas, Antibiotika,

Oleum lecoris Aselli, Hydrargyri Bichloridum dan Stibii et Kalii

sulfas.

Contoh-contoh resep:

R/ Kalii iodii 3

Lanolin 16

Ungt. Simplex ad 30

m.d.s.u.e

penyelesaian : KI dilarutkan dengan air dari lanolin.

R/ Procain HCl 0,1

Aq.rosae 1

Adeps lanae 3

ZnO 3

Vaselin ad 30

18
m.d.s.u.e

penyelesaian :

 Procain HCl dilarutkan dengan aqua rosae

 ZnO diayak dulu

3. Zat berkhasiat bentuk padat tak larut

Umumnya dibuat halus dengan mengayak atau menjadikannya serbuk

halus terlebih dahulu.

 Belerang, tidak boleh diayak

 Acidum Boricum, diambil yang pulveratum

 Zinci Oxydum, harus diayak terlebih dahulu dengan pengayak

No.100

4. Zat berkhasiat berupa cairan

a. Air

 Terjadi reaksi, misalnya aqua calcis dengan minyak lemak akan

terjadi penyabunan. Untuk itu cara pengerjaannya adalah:

a. Diteteskan sedikit – sedikit

b. Dikocok dalam botol bersama minyak lemak, baru

dicampur dengan bahan lainnya.

Contoh resep :

R/ Zinci Oxyd.

Oleum Sesami

Aqua Calcis aa 10

19
Disini akan terjadi penyabunan Aqua Calcis dengan Oleum

Sesami.

 Tidak terjadi reaksi

a. Jumlah sedikit, diteteskan terakhir sedikit demi sedikt

sampai terserap oleh dasar salep.

b. Jumlah banyak, diuapkan atau diambil bahan berkhasiatnya

dan berat airnya diganti dengan dasar salep.

b. Alkohol

 Jumlah sedikit, diteteskan terakhir sedikit demi sedikit sampai

terserap oleh dasar salep.

 Jumlah banyak :

1. Tahan panas, misalnya Tinc.Ratanhiae dipanaskan diatas

tangas air sampai sekental sirup atau 1/3 bagian, kehilangan

beratnya diganti dengan dasar salep.

2. Tidak tahan panas:

 Diketahui perbandingannya maka diambil bagian-

bagiannya saja. Contohnya tinctura iodii.

 Tidak diketahui perbandingannya, diteteskan

terakhir sedikit demi sedikit.

Perlu diperhatikan bahwa kehilangan berat

pelarutnya hendaknya diganti dengan dasar salep.

Bila dasar salep lebih dari satu macam, maka harus

20
diperhitungkan menurut perbandingan dasar salep

tersebut.

Contoh :

R/ Tinct. Ratanhiae 6

Vaselin 20

Adeps lanae 10

m.f.ungt.

setelah Tinct. Ratanhiae dipanaskan beratnya menjadi 2 g , jadi

kehilangan berat sebanyak 4 g diganti dengan dasar salep yaitu

vaselin dan adeps lanae yang jumlahnya sesuai dengan

perbandingan vaselin dan adeps lanae dala resep.

Vaselin = 20 + 20/30 x 4 = 22,667

Adeps lanae = 10 + 20/30 x 4 = 11,333

c. Cairan kental

Umumya dimasukkan sedikit demi sedikit, contoh : Gliserin, Pix

Lithantracis, Pix Liquida, Oleum Cadini, Balsamum Peruvianum,

Ichtyol, Kreosot.

5. Zat berkhasiat berupa extractum

a. Extractum Siccum

Pada umumnya larut dalam air, jadi dilarutkan dalam air dan berat air

dikurangi dasar salep.

21
b. Extractum Liquidum

Dikerjakan seperti pada cairan dengan alkohol

c. Extractum Spissum

Diencerkan terlebih dahulu dengan air atau etanol.

6. Lain-lain

a. Naphtolum

Dapat larut dalam Sapo Kalinus, kalau tidak ada sapo kalinus

dikerjakan seperti kamfer.

b. Bentonit

Berupa serbuk halus yang dengan air membentuk massa seperti salep.

Senyawa Aluminium Silikat yang mengikat air. Cara pembuatan yang

terbaik dengan menambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air hangat

( direndam dalam air, biarkan kurang lebih 1 jam ) salep dengan

Bentonit dan air tidak tahan lama, karena itu perlu ditambahkan lemak

agar tidak memisah airnya.

5. Ketentuan Umum Cara Pembuatan Salep

1. Peraturan salep pertama

Zat – zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan

kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan.

2. Peraturan salep kedua

Bahan – bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan-

peraturan lain dilarutkan lebih dahulu dalam air asalkan air yang

22
digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep. Jumlah air yang

dipakai dikurangi dari basis.

3. Peraturan salep ketiga

Bahan – bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam

lemak dan air, harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan

pengayak B40.

4. Peraturan salep keempat

Salep – salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya

harus digerus sampai dingin.

6. Bahan Yang Ditambahkan Terakhir pada Suatu Massa Salep

1. Ichtyol, sebab jika ditambahkan pada massa salep yang panas atau

digerus terlalu lama dapat terjadi pemisahan.

2. Balsem – balsem dan minyak atsiri, balsem merupakan campuran dari

damar dan minyak atsiri, jika digerus terlalu lama akan keluar

damarnya sedangkan minyak atsiri akan menguap.

3. Air, berfungsi sebagai pendingin dan untuk mencegah permukaan

mortir menjadi licin.

4. Gliserin, harus ditambahkan kedalam dasar salep yang dingin, sebab

tidak bisa campur dengan bahan dasar salep yang sedang mencair dan

ditambahkan sedikit-sedikit sebab tidak bisa diserap dengan mudah

oleh dasar salep.

7. Pembuatan Salep Dengan Cara Meleburkan

23
Bahan dasar salep berbeda – beda konsistensinya. Dasar salep

sering juga terbuat dari dua bagian atau lebih yang konsistensinya berbeda.

Untuk mendapatkan suatu massa dasar salep yang baik, dicampurkan

bahan – bahan sebagai berikut, misalnya: cera dengan minyak lemak,

meskipun titik leburnya berbeda jauh dapat dilebur dala perbandingan –

perbandingan tertentu sehingga diperoleh massa yang baik.

Umumnya hampir semua bahan dilebur dalam cawan penguap

diatas tangas air, sebagai pengaduk digunakan pengaduk kaca atau spatel

kayu. Banyak juga dari bahan – bahan yang dilebur tersebut kurang bersih,

maka disaring dengan kain kassa pada saat bahan panas dan tentunya

berkurang beratnya sehingga bahan – bahan yang dilebur dilebihkan

menimbangnya sebesar 10 – 20 %.

Contoh salep yang dibuat dengan peleburan :

1. Unguentum Simplex ( Ph. Ned. Ed. V )

R/ Cera Flava 30

Ol. Sesami 70

2. Simple Ointment

R/ Adeps lanae 50

Paraffin Solidum 50

Ceto stearyl alc. 50

Vaselin alba / flava 850

3. Unguentum Lenies ( FN 1978 )

R/ Cetaceum 12,5

24
Cera alba 12

Paraffin liq. 56

Natrii tetraborax 0,5

Aq.dest 19 ml

Pembuataan :

a. Larutkan natrii tetraboras ke dalam air

b. Lebur cetaceum, cera alba dan paraffin, aduk hingga dingin

c. Campur keduanya

4. Unguentum lecoris Asellu ( Ph.Ned )

R/ Oleum lecoris Aselli 40

Cera flava 10

Vaselin flava 50

Pembuatan :

a. Lebur cera dan vaselin

b. Terakhir campur dengan oleum lecoris (oleum lecoris tidak

dipanaskan )

8. Persyaratan Salep ( FI Ed III )

1. Pemerian : tidak boleh berbau tengik

2. Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung

obat keras atau obat narkotik, kadar bahan obat adalah 10 %.

3. Dasar salep (ds): kecuali dinyatakan lain , sebagai bahan dasar salep

(basis salep) digunakan vaselin putih (vaselin album). Tergantung dari

25
sifat bahan dan tujuan pemakaian salep, dapat dipilih beberapa bahan

dasar salep sebagai berikut :

a. Ds. Senyawa hidrokarbon : vaselin putih, vaselin kuning (vaselin

flavum), malam putih (cera album), malam kuning (cera flavum ),

atau campurannya.

b. Ds. Serap : lemak bulu domba (adeps lanae), campuran 3 bagian

kolesterol, 3 bagian stearil-alkohol, 8 bagian malam putih dan 86

bagian vaselin putih, campuran 30 bagian malam kuning dan 70

bagian minyak wijen.

c. Ds. Yang dapat dicuci dengan air atau Ds.emulsi, misalnya emulsi

minyak dalam air ( M/A )

d. Ds. Yang dapat larut dalam air, misalnya PEG atau campurannya.

4. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang

homogen.

5. Penandaan : pada etiket harus tertera “obat luar”.

Penggunaan obat bentuk salep mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Pembawa ( Vehicle ) substansi obat untuk pengobatan kuli

2. Pelumas (emolient) pada kulit

3. Pelindung (protektive) untuk mencegah kontak permukaan kulit

dengan larutan berair yang merangsang kulit.

26
9. Pengawetan, Pengemasan dan Penyimpanan Salep

Sediaan setengah padat seperti salep, sering memerlukan

penambahan pengawet sebagai anti mikroba untuk mencegah pertumbuhan

mikroorganisme yang terkontaminasi. Pengawet yang digunakan termasuk

hidroksibenzoat, fenol – fenol, asam benzoat, asam sorbat, garam

ammonium dan campuran lainnya.

Sediaan setengah padat yang menggunakan dasar salep yang

mengandung atau menahan air, membantu pertumbuhan mikroba dan oleh

karena itu merupakan masalah yang lebih besar dan pengawetan.

Sediaan setengah padat harus pula dilindungi melalui kemasan

penyimpanan yang sesuai dan pengaruh pengerusakan oleh udara, cahaya,

uap air (lembab) dan panas serta kemungkinan terjadinya interaksi kimia

antara preparat dengan wadah.

Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol

dapat dibuat dan gelas tidak berwarna, warna hijau, amber atau biru atau

buram dan porselin putih. Botol plastik juga dapat digunakan.

Wadah dan gelas buram dan berwarna berguna untuk salep yang

mengandung obat yang peka terhadap cahaya. Tube dibuat dari kaleng

atau plastik, beberapa diantaranya diberi tambahan kemasan dengan alat

bantu khusus bila salep akan digunakan untuk dipakai melalui rektum,

mata, vagina, telinga atau hidung. Tube dan salep untuk pemakaian pada

mata kebanyakan dikemas dalam kaleng atau plastik kecil dan dapat dilipat

yang dapat menampung sekitar 1 sampai 5 gram salep. Tube salep untuk

27
pemakaian topikal lebih sering dari ukuran 5 sampai 30 gram. Botol untuk

salep juga berbeda – beda mulai dari ukuran terkecil ½ ounce sampai 1

pound atau lebih.

Botol salep dapat diisi dalam skala kecil oleh seorang ahli farmasi

dengan mengemas sejumlah salep yang sudah ditimbang ke dalam botol

dengan memakai spatula yang fleksibel dan menekannya ke bawah sejajar

melalui tepi botol guna menghindari kemungkinan terperangkapnya udara

didalam botol.

Mengemas salep dalam botol perlu diperhatikan bahwa isi sedapat

mungkin mendekati bagian atas botol, tetapi tidak begitu tinggi sampai

tutupnya kena salep apabila ditutup. Salep yang dibuat dengan cara

melebur dapat dituangkan langsung kedalam botol salep untuk dibekukan

dalam botol. Hal ini tentunya akan diperoleh hasil akhir yang lebih bagus.

Pembuatan salep dalam skala besar, pengisian sejumlah tertentu dan salep

masuk kedalam botol dengan tekanan.

Tube umumnya diisi dengan bertekanan alat pengisi dan bagian

ujung belakang yang terbuka (ujung yang berlawanan dan ujung tutup) dan

tube yang kemudian ditutup dengan segel. Salep yang dibuat dengan cara

peleburan dapat dituangkan langsung kedalam tube. Pada skala kecil

seperti yang dibuat berdasarkan resep dokter, pengisian dan tube salep

oleh ahli farmasi di apotek, dapat diisi dengan cara sebagai berikut:

28
1. Salep yang telah dibuat digulung diatas kertas perkamen menjadi

bentuk silinder, diameter sedikit lebih kecil dan tube supaya dapat

diisikan dengan panjang kertas yang lebih dari tube.

2. Tutup tube dilepas supaya udara keluar, silinder dan salep dengan

kertas dimasukkan ke dalam bagian ujung bawah tube yang terbuka.

3. Potongan kertas yang melipat salep dipegang oleh salah satu tangan

sedang lainnya menekan dengan spatula yang berat kearah tutup tube

sampai tube tadi penuh dan sambil menarik perlahan – lahan kertas

salep tadi dilepaskan, ratakan permukaan salep dengan spatula, kurang

lebih ½ inci dari ujung bawah.

4. Bagian bawah yang disisakan, dilipat 2 x 1/8 inci dan dibuat dan ujung

bawah tube yang dipipihkan, ditekan/ dijepit dengan penyegel tepat

diatas lipatan untuk menyakini bahwa sudah betul – betul tertutup.

Penjepit dapat digunakan dari tang tangan atau dengan mesin lipat

yang dijalankan dengan tangan atau kaki.

Salep dalam tube lebih menguntungkan pemakaiannya dari pada

botol, disebabkan lebih muda dan menyenangkan digunakan oleh

pasien dan tidak mudah menimbulkan keracunan.

Pengisian dalam tube juga mengurangi terkena udara dan

menghindari terkontaminasi dari mikroba yang potensial, oleh karena

itu akan stabil dan dapat tahan lama pada pemakaian dibanding dengan

salep dalam botol.

29
Kebanyakan salep harus disimpan pada temperatur dibawah 30o C

untuk mencegah melembek apalagi dasar salepnya bersifat dapat

mencair.

Contoh Beberapa Tube Salep:

Tube Salep Kulit

Tube Salep Mata

2. Pastae ( pasta )

Menurut FI ed IV, pasta adalah sediaan semi padat yang

mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk

pemakaiaan topikal. Kelompok pertama dibuat dari gel fase tunggal

mengandung air, misalnya pasta natrium korboksimetilselulose ( Nat.

CMC ). Kelompok lain adalah pasta berlemak misalnya pasta zinc

oksida merupakan salep yang padat, kaku, tidak meleleh pada suhu

tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang

diolesi.

Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap

dibanding dengan salep karena tinggi kadar obat yang mempunyai

afinitas terhadap air. Pasta ini cenderung untuk menyerap sekresi

seperti serum dan mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih

rendah dari salep. Oleh karena itu pasta digunakan untuk lesi akut yang

cenderung membentuk kerak, menggelembung atau mengeluarkan

cairan.

30
Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir untuk

memperoleh efek lokal, misalnya pasta gigi Triamsinolon asetonida.

Cara pemakaian dengan mengoleskan lebih dahulu dengan kain

kasa. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, wadah tertutup rapat

atau dalam tube.

Pembuatan pasta umumnya bahan dasar yang berbentuk setengah

padat sebaiknya dicairkan terlebih dahulu baru dicampur dengan bahan

padat dalam keadaan panas agar lebih mudah bercampur dan homogen.

Contoh resep

Acidi Salicylici Zinci Oxydi Pasta ( FN 78 ) = Pasta Zinci Oxydi

Salicylata ( Ph. Bld.Ed.V )

R/ Acidi Salicylici 0,2

Zinci Oxydi 2,5

Amylum Tritici 2,5

Vaselin flava ad 10

m.f.pasta

catatan : Zno diayak dan Vaselin flava dilelehkan

31
Zinci Pasta ( FN 78 ) = Pasta Zinci Oxydi ( Ph.Bld.Ed.V)

R/ Zinci Oxydum 25

Amylum tritici 2,5

Vaselin flava hingga 10

m.f.pasta

catatan : Zno diayak dan Vaselin Flava dilelehkan

pasta kering adalag suatu pasta bebas minyak mengandung kurang

lebih 60 % zat padat (serbuk). Dalam pembuatan akan terjadi

kesukaran bila dalam resep terdapat Ichthamolum atau Turnenol

Ammonium, karena dengan zat tersebut pasta akan menjadi encer.

Contoh resep:

R/ Bentonit 1

Sulfur Praecip 2

Zinci Oxydi 10

Talcum 10

Ichthamolum 0,5

Glycerin

Aqua aa 5

m.f.pasta

supaya tidak menjadi kering, sebaiknya ditempatkan ditempat yang

kedap. Bentonit ditambahkan sebagai stabilisator, bentonit dicampur

dengan serbuk yang lain baru ditambahkan cairan yang tersedia.

32
Formulasi Pasta:

Pasta biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang

berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau paraffin cair

atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol,

musilago, atau sabun.

1. Vaselinum album

Vaselin terdiri dari vaselin putih dan kuning. Vaselin putih adalah

bentuk yang telah dimurnikan warnanya, karena pemucatan

menggunakan asam sulfat anhydrous tidak larut dalam air, tidak

tercucikan dengan air. Kerugiannya adalah berlemak dan tidak

dapat dikombinasikan dengan cairan yang mengandung air, hanya

dapat menyerap air 5 %, jarang dipengaruhi oleh udara,

kelembaban kebanyakan bahan obat dan bahan kimia. Vaselin

digunakan pula sebagai pelumas, pelindung, penutup kulit, karena

merupakan film penutup pada kulit yang mencegah penguapan.

2. Gliserol

Gliserol dipakai sebagai zat tambahan, antimikroba dan

kelembapan. Pada dasarnya basis yang digunakan dalam formulasi

sediaan pasta tidak jauh berbeda dengan basis yang digunakan

dalam formulasi sediaan salep, yaitu:

 Karakteristik Basis Hidrokarbon:

- Tidak diabsorbsi oleh kulit

- Inert

33
- Tidak bercampur dengan air

- Daya absorbsi air rendah

- Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk

lapisan tahan air dan meningkatkan absobsi obat melalui

kulit.

 Basis absorbsi

Karakteristik bersifat hidrofil dan menyerap sejumlah tertentu

air dan larutan cair. Terbagi menjadi:

- Non emulsi co. Basis ini menyerap air untuk memproduksi

emulsi air dan minyak. Terdiri atas Wool Fat, Wool

Alcohols, Beeswax, dan Cholesterol.

- Emulsi A/M co. Terdiri atas : Hydrous Wool Fat (Lanolin),

Oily Cream

 Larut Air

Misalnya PEG ( Polyethylene Glycol ) yang mampu

melarutkan zat aktif yang tak larut dalam air dan meningkatkan

penyebaran obat. Bersifat stabil, tersebar merata, dapat

mengikat pygmen dan higroskopis (mudah menguap),

sehingga dapat memberikan kenyamanan pada pemakaian

sediaan pasta.

Keuntungan dan Kerugian Pasta:

Adapun keuntungan dari bentuk sediaan pasta adalah :

1. Mengikat cairan sekret (eksudat)

34
2. Tidak mempunyai daya penetrasi gatal dan terbuka, sehingga

mengurangi rasa gatal lokal.

3. Lebih melekat pada kulit sehingga kontaknya dengan jaringan lebih

lama.

4. Konsentrasi lebih kental dari salep.

5. Daya absorbsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak

dibandingkan dengan sediaan salep.

Sedangkan kerugian dari bentuk sediaan pasta adalah :

1. Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapay ditembus, pasta pada

umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang

berbulu

2. Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis

3. Dapat menyebabkan iritasi kulit.

3. Linimenta (obat gosok / olesan)

Linimenta adalah sediaan cair atau kental, mengandung analgetika

dan zat yang mempunyai sifat rubifasien, melemaskan otot atau

menghangatkan dan digunakan sebagai obat luar. Pemakaian linimenta

dengan cara dioleskan menggunakan kain flanel lalu diurut.

Macam-macam linimenta yaitu:

1. Campuran lemak padat dengan lemak lunak

2. Campuran minyak dan cairan alkali (dibuat dengan cara

penyabunan)

3. Linimentum dengan Balsamum Peruvianum Ol. Terebinthinae

35
4. Linimentum dengan minyak (harus memakai gom)

5. Emulsi yang digunakan sebagai liniment, yaitu Emulsum Benzylis

Benzoatus

6. Linimentum Chloroform (dengan cara pencampuran biasa)

Ada dua jenis linimentum yaitu sebagai berikut :

1. Liniment beralkohol liniments oleaginous lebih ringan dalam

tindakan mereka, digunakan umumnya untuk mereka tetapi

rubefacient, counteriritan lebih berguna ketika nanti agak kurang

mengiritasi. Astringen dan pijat diperlukan efek menembus kulit,

tergantung pada mereka mudah daripada bahan-bahan dengan

minyak dasar yang berfungsi lapisan semata-mata sebagai

pelindung.

2. Liniments beralkohol liniments oleaginous, solvent mungkin

rubefacient tetap,digunakan umumnya untuk minya counteriritan

(minyak alkohol, kacang agak astringen, dan minyak, minyak

wijen efek penetrasi, minyak biji kapas) atau menembus kulit lebih

tidak stabil substansi (mudah daripada melakukan hal wintergreen

dengan basis minyak-minyak terpenting) atau kombinasi minyak

tetap dan volatile.

Penyimpanan dalam botol berwarna, bermulut kecil dan ditempat

sejuk. Pada etiket juga tertera “Obat Luar”. Linimenta tidak dapat

digunakan untuk kulit yang luka atau lecet.

Cara pembuatan :

36
a. Mencampurkan seperti pada pembuatan salep, contohnya Linimen

Gondopuro (FN)

b. Terjadi penyabunan, contohnya Linimen Amoniak dan Lotion

Benzylis Benzoas (FN)

c. Terbentuk emulsi, contohnya Peruvianum Emulsum I dan II (FN)

Contoh resep:

Linimentum Ammonia ( FN 1978 )

R/ Ammonia 20 ml

Acid oleinicum 1 ml

Oleum sesami 70 ml

Pembuatan:

Oleum sesami yang telah ditambahi acid. Oleinic. Dikocok dengan

ammonia di dalam botol.

Linimentum Methylis Salicylas

R/ Methylis salicylas 25 ml

Menthol 4 ml

Ol.Eucalypti 10 ml

Ol. Arachidis ad 100 ml

Sifat – sifat linimentum yaitu sebagai berikut :

1. Dipakai pada kulit yang utuh (tidak boleh adanya luka berakibat

terjadinya iritasi) dengan cara digosokkan pada permukaan kulit.

37
2. Apabila pelarutnya minyak, iritasinya berkurang apabila

dibandingkan dengan pelarut alkohol

3. Linimentum dengan pelarut alkohol atau hidroalkohol baik

digunakan untuk tujuan counterritan sedang pelarut minyak cocok

untuk tujuan memijat atau mengurut. Contoh : Linimentum

salonpas (untuk counteriritan)

Adapun keuntungan linimenta adalah :

1. Zat yang ditambahkan padanya diabsorbsi lebih cepat.

2. Mudah dicuci dan sangat baik untuk pemakaian pada kulit yang

lembut.

3. Penetrasi lebih baik dari sediaan salep.

4. Gel ( Jelly )

Gel merupakan semi padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat

dari partikel anorganik kecil atau molekul organik besar, terpenetrasi

oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil

terpisah, digolongkan sebagai sitem dua fase ( gel aluminium

hidroksida ). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase

terdispersi relatif besar disebut Magma (misalnya Magma Bentonit).

Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semi

padat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Jadi sediaan

harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin

homogenitas dan hal ini tertera pada etiket.

38
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar

serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat

adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel

fase tunggal dapat dibuat cdari makromolekul sintetik (karbomer) atau

dari gom alam (tragakan). Walaupun gel –gel ini umumnya

mengandung air, etanol,dan minyak dapat juga digunakan sebagai

pembawa. Contohnya minyak mineral dapat dikombinasi dengan resin

polietilena untuk membentuk dasar salep berminyak.

Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau

dimasukkan dalam lubang tubuh, contoh Voltaren Gel, Bioplacenton.

Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, dalam mulut lebar

terlindung dari cahaya dan ditempat sejuk.

5. Oculenta ( Unguenta Ophtalmica / Salep Mata )

Salep mata adalah salep steril yang digunakan pada mata. Pada

pembuatannya bahan obat ditambahkan sebagai larutan steril atau

serbuk steril termikronisasi pada dasar salep steril, hasil akhir

dimasukkan secar aseptik kedalam tube steril. Bahan obat dan dasar

salep disterilkan dengan cara cocok. Tube disterilkan dalam autoklaf

pada suhu 115o – 116o C, selama tidak kurang dari 30 menit.

Sebagai dasar salep sering digunakan dasar salep Oculentum

simplex. Basis salep mata yang lain adalah campuran Carbowax 400

dan Carbowax 4000 sama banyak.

Persyaratan salep mata:

39
1. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang

sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba

yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada

waktu penggunaan.

2. Bahan obat yang ditambahkan kedalam dasar salep berbentuk

larutan atau serbuk halus.

3. Harus bebas dari partikel kasar dan memenuhi syarat kebocoran

dan pertikel logam pada uji salep mata.

4. Wadah harus steril, baik pada waktu pengisian maupun penutupan

dan wadah harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin

sterilitas pada pemakaian pertama.

Penyimpanan salep mata adalah dalam tube steril dan ditempat

sejuk dan pada etiket harus tertera “Salep Mata”.

Oculentum Simplex

R/ Cetyl alkohol 2,5

Adeps lanae 6

Vaselini 51,5

Paraffin liq. 100

Occulenta yang ada dalam FI Edisi III:

1. Bacitracini Occulentum

2. Chloramphenicoli Occulentum

3. Hydrocortisoni Acetas Occulentum

4. Chortetracyclini Hydrochloridi Occulentum

40
5. Sulfacetamidi Natrici Occulentum

Occulenta yang resepnya tercantum dalam Formularium Nasional

antara lain:

1. Bacitracini Occulentum

2. Chloramphenicoli Occulentum

3. Chloramphenicoli Hydrocortisoni Occulentum

4. Chlortetracyclini Occulentum

5. Hydrocortisoni Occulentum

Yang perlu diperhatikan pada Occulentum ini ialah : jika

mengandung sublimat harus diperhatikan takaran maksimum (TM)-

nya, karena sublimat mempunyai TM khusus untuk mata. HgO yang

dipakai biasanya HgO flavum yang tentunya lebih halus.

6. Cremores ( krim )

Menurut FI Ed IV, krimadalah bentuk sediaan setengah padat

mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam

bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan

untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair

diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi

mikrokristal asam – asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam

air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian

kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian

obat melalui vaginal.

41
Ada 2 tipe krim yaitu tipe minyak air (m/a) dan krim tipe air

minyak (a/m). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan

jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe a/m digunakan

sabun polivalen, span, adeps lanae, kolesterol dan cera. Sedangkan

untuk krim type m/a digunakan sabun monovalen seperti tietanolamin,

natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu dapat

juga dipakai tween, natrium laurylsulfat, kuning telur, gelatinum,

caseinum, CMC dan emulgidum.

Kestabilan krim akan terganggu / rusak jika sistem campurannya

terganggu, terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan

komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara

berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.

Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui

pengencernya yang cocok dan dilakukan dengan teknik aseptik. Krim

yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu 1 bulan.

Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben

(nipagin) dengan kadar 0,12 % hingga 0,18 % atau propil paraben

(nipasol) dengan kadar 0,02 % hingga 0,05 %.

Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube

ditempat sejuk. Penandaan pada etiket harus juga tertera “Obat Luar”.

Pembuatan krim adalah dengan melebur bagian berlemak diatas

tangas air, kemudian tambahkan air dan zat pengemulsi dalam keadaan

42
sama – sama panas, aduk sampai terjadi suatu campuran yang

berbentuk krim.

Contoh resep :

R/ Acid. Stearas 15

Cera alba 2

Vaseln alba 8

TEA 1,5

Propilenglikol 8

Aq.dest 65,6

m.f.ungt.

pembuatan :

a. Lebur cera bersama vaselin dan acid stearas

b. TEA + propilenglikol dilarutkan dalam air hangat dan dicampurkan

pada leburan tersebut diatas

R/ Bentonit 20

Glycerin 10

Aq.dest 70

m.f.ungt

pembuatan :

taburkan bentonit dalam campuran aqua dan glycerin hangat,

aduk,biarkan sampai bentonit larut.

Kelebihan dan kerugian sediaan krim

43
Kelebihan sediaan krim yaitu:

1. Mudah menyebar rata

2. Praktis

3. Mudah dibersihkan atau dicuci

4. Cara kerja berlangsung secara setempat

5. Tidak lengket terutama tipe m/a

6. Memberikan rasa dingin (cold cream) tipe a/m

7. Digunakan sebagai kosmetik

Kekurangan sediaan krim yaitu:

1. Susah dalam pembuatannya harus dalam keadaan panas

2. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas

3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu

sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan

perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara

berlebihan.

44

Anda mungkin juga menyukai