Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, banyak sekali perusahaan-perusahaan yang sudah berkembang
pesat tetapi tidak dapat mempertahankan keberadaan atau operasinya. Hal tersebut
diakibatkan oleh banyak faktor antara lain; factor ekonomi dan industry serta yang
lebih penting lagi system tata kelola perusahaan itu sendiri.
Good governance merupakan tata kelola yang baik pada suatu usaha yang
dilandasi oleh etika profesional dalam berusaha/berkarya. Pemahaman good
governance merupakan wujud penerimaan akan pentingnya suatu perangkat
peraturan atau tata kelola yang baik untuk mengatur hubungan, fungsi dan
kepentingan berbagai pihak dalam urusan bisnis maupun pelayanan publik.
Pemahaman atas good governance adalah untuk menciptakan keunggulan
manajemen kinerja baik pada perusahaan bisnis manufaktur (good corporate
governance) ataupun perusahaan jasa, serta lembaga pelayanan
publik/pemerintahan (good government governance). Pemahaman good
governance merupakan wujud respek terhadap sistem dan struktur yang baik
untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan produktivitas usaha.
Latar belakang munculnya Good Corporate Governance (GCG) atau
dikenal dengan nama tata kelola perusahaan yang baik muncul tidak semata-mata
karena adanya kesadaran akan adanya konsep GCG namun dilatar belakangi oleh
maraknya skandal perusahaan yang menimpa perusahaan- perusahaan besar.
Salah satu dampak signifikan yang terjadi adalah krisis ekonomi di suatu
Negara dan timbulnya praktisi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Sebagai
akibat tata kelola perusahaan yang buruk oleh perusahaan besar yang mana
mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi dan krisis kepercayaan investor, seperti
yang terjadi di amerika awal tahun 2000 dan tahun 2008 yang mengakibatkan
runtuhnya perusahaan besar yang ternama didunia, disamping juga mengakibatkan
krisis global dibeberapa belahan Negara didunia. Sebagai contoh, untuk mengatasi
hal tersebut pemerintah amerika mengeluarkan Sarbanes-oxley tahun 2002,
undang- undang tersebut berisi penataan kembali akuntasi perusahaan publik tata

1
kelola perusahaan dan perlindungan terhadap investor. Oleh karena hal itu UU ini
menjadi acuan awal dalam penjabarandan menciptakan GCG diberbagai Negara.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance)?
2. Apa saja karakteristik pelaksanaan good corporate governance?
3. Apa saja prinsip-prinsip dasar dari konsep good corporate governance?
4. Seperti apa struktur good governance?
5. Seperti apa mekanisme dari good governance?
6. Apa saja peranan dari pimpinan organisasi dalam penerapan good
governance?
7. Apa yang dimaksud dengan akuntabilitas?

Tujuan
1. Untuk memahami tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance).
2. Untuk memahami karakteristik peklaksanan good corporate governace.
3. Untuk memahami prinsip-prinsip dasar dari konsep good corporate
governance.
4. Untuk memahami struktur good governance.
5. Untuk mamahami mekanisme dari good governance.
6. Untuk memahami peranan dari pimpinan organisasi dalam penerapan good
governance
7. Untuk memahami maksud dari akuntabilitas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Good Governance
1. Pengertian Good Governance
Definisi governance menurut UNESCAP (United Nation Economic and
Social Commission for Asia and The Pacific) adalah: "Pemerintahan"berarti:
proses pengambilan keputusan dan proses dengan mana keputusan
diimplementasikan (atau tidak diimplementasikan). Pemerintahan dapat
digunakan dalam berbagai konteks seperti pemerintahan korporat, pemerintahan
internasional, pemerintahan nasional dan pemerintahan lokal.
Ada beberpa pengertian Good Governance menurut instansi resmi,
diantaranya adalah World Bank yang mendefinisikan Good governance sebagai
“Penyelenggaraan tata pembangunan yang sesuai dengan prinsip demokrasi,
bertanggung jawab, bebas dari unsur korupsi dan menerapkan disiplinitas dalam
memutuskan anggaran”. Kemudian United Nation Development Program (UNDP)
mendefinisikan Good governance sebagai “penyelenggaraan kekuasaan di bidang
politik, ekonomi, dan administrative dalam mengatur berbagai masalah negara dan
juga sebagai instrument kewenangan negara untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat”. Dan menurut Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2000 mengartikan
Goood governance sebagai “kepemerintahan yang menjalankan prinsip-prinsip
demokrasi, akuntabilitas, transparansi, efisiensi, efektifitas, profesionalitas dan
mendapat dukungan dari masyarakat”.

Good governance memiliki 8 karakteristik utama. yaitu partisipatif,


berorientasi konsensus, akuntabel, transparan,responsif, efektif dan efisien, adil
dan inklusif dan mengikuti aturan hukum. guna menjamin bahwa korupsi dapat
diminimalkan, pandangan kaum minoritas diperhitungkan dan suara-suara yang
paling rentan dalam masyarakat didengar dalam pengambilan keputusan. Hal ini
juga berkesesuaiandengan kebutuhan sekarang dan masa depan masyarakat.

3
Berikut ini adalah penjabaran dari 8 karakteristik utama dari Good Governence
yang disampaikan oleh UNESCAP :

2. Karakteristik pelaksanaan good governance antara lain adalah:


a) Partisipasi yaitu keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang
dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar
kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara
konstruktif.
b) Rule of law yaitu kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa
pandang bulu.
c) Transparansi umumnya dibangun atas dasar kebebasan memperoleh
informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara
langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.
d) Responsif yaitu lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam
melayani stakeholder.
e) Consensus orientasion yaitu berorientasi pada kepentingan masyarakat
yang lebih luas.
f) Equity setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk
memperoleh kesejahteraan dan keadilan.
g) Efficiency dan effectiveness yaitu pengelolaan sumber daya publik
dilakukan secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif)
h) Accountability adalah pertanggungjawaban kepada publik atas setiap
aktivitas yang dilakukan.
i) Strategic vision yaitu penyelenggaraan pemerintah dan masyarakat harus
memiliki visi jauh kedepan.

4
B. Prinsip Dasar Konsep Good Governance
Konsep GCG belakangan ini makin mendapat perhatian masyarakat
dikarenakan GCG memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antara
para pemangku kepentingan didalam suatu organisasi yang mencakup:
a) Hak-hak para pemegang saham
b) Para karyawan dan pihak yang berkepentingan
c) Pengungkapan yang tepat dan akurat
d) Transparasi terkait dengan struktur dan operasi perusahaan
e) Tanggung jawab dewan komisaris dan direksi terhadap perusahaan

1. Prinsip-prinsip dasar yang melandasi konsep GCG


Good Corporate Governance merupakan gabungan prinsip-prinsip
dasar dalam membangun suatu tatanan etika kerja dan kerjasama agar tercapai
rasa kebersamaan, keadilan, optimasi dan harmonisasi hubungan sehingga
dapat menuju kepada tingkat perkembangan yang penuh dalam suatu
organisasi atau badan usaha. Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi hal-hal
sebagai berikut :
a) Vision
Pengembangan suatu organisasi atau badan usaha harus didasarkan pada
adanya visi & strategi yang jelas dan didukung oleh adanya partisipasi dari
seluruh anggota dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan dan
pengembangan supaya semua pihak akan merasa memiliki dan tanggungjawab
dalam kemajuan organisasi atau usahanya.
b) Participation
Dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan hasil keputusan suatu
organisasi atau badan usaha sedapat-dapatnya melibatkan pihak-pihak terkait
dan relevan melalui sistem yang terbuka dan dengan jaminan adanya hak
berasosiasi dan penyampaian pendapat.
c) Equality
Suatu badan usaha atau organisasi yang baik selalu akan memberi dan
menyediakan peluang yang sama bagi semua anggota atau pihak terkait bagi

5
peningkatan kesejahteraan melalui usaha bersama di dalam etika usaha yang
baik.
d) Professional
Dalam bahasa sehari-hari professional diartikan “One who engaged in a
learned vocation (Seseorang yang terikat dalam suatu lapangan pekerjaan)”.
Dalam konteks ini professional lebih dikaitkan dengan peningkatan kapasitas
kompetensi dan juga moral sehingga pelayanan dapat dilakukan dengan
mudah, cepat dan akurat.
e) Supervision
Meningkatkan usaha-usaha supervisi terhadap semua aktivitas usaha atau
organisasi sehingga tujuan bersama dapat dicapai secara optimal, efektif dan
efisien, serta untuk meminimalkan potensi kesalahan atau penyimpangan yang
mungkin timbul.
f) Effective & Efficient
Effective berarti “do the things right”, lebih berorientasi pada hasil,
sedangkan efficient berarti “do the right things”, lebih berorientasi pada
proses. Apapun yang direncanakan dan dijalankan oleh suatu organisasi atau
badan usaha harus bersifat efektif dan efisien.
g) Transparent
Dalam konteks good governance, transparency lebih diartikan membangun
kepercayaan yang saling menguntungkan antara pemerintah atau pengelola
dengan masyarakat atau anggotanya melalui ketersediaan informasi yang
mudah diakses, lengkap dan up to date.
h) Accountability/Accountable
Dalam konteks pembicaraan ini accountability lebih difokuskan dalam
meningkatkan tanggungjawab dari pembuat keputusan yang lebih diarahkan
dalam menjawab kepentingan publik atau anggota.
i) Fairness
Dalam konteks good governance maka fairness lebih diartikan sebagai aturan
hukum harus ditegakan secara adil dan tidak memihak bagi apapun, untuk
siapapun dan oleh pihak manapun.

6
j) Honest
Policy, strategi, program, aktivitas dan pelaporan suatu organisasi atau badan
usaha harus dapat dijalankan secara jujur. Segala jenis ketidak-jujuran pada
akhirnya akan selalu terbongkar dan merusak.

C. Struktur Good Governance


Struktur governance dapat diartikan sebagai suatu kerangka dalam
organisasi untuk menerapkan berbagai prinsip governance sehingga prinsip
tersebut dapat dibagi, dijalankan serta dikendalikan. Secara spesifik, struktur
governance harus didesain untuk mendukung jalannya aktivitas organisasi secara
bertanggung jawab dan terkendali. Pada dasarnya struktur governance diatur oleh
undang-undang sebagai dasar legalitas berdirinya sebuah entitas.
1. Model Anglo-saxon (single board system) yaitu struktur Good
Governance yang tidak memisahkan keanggotaan dewan komisaris dan
dewan direksi.
Struktrur governance akan terdiri dari RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham), Board of Directors (representasi dari para pemegang saham)
serta Executive Managers (manajemen yang akan menjalankan
aktivitas). Dalam system ini anggota dewan komisaris juga merangkap
anggota dewan direksi dan kedua dewan ini disebut dengan board of
directors.
2. Model Continental Europe (Two Board System), yaitu struktur Good
Governance yang dengan tegas memisahkan keanggotaan dewan, yakni
antara keanggotaan dewan komisaris sebagai pengawas dan dewan
direksi sebagai eksekutif perusahaan.
Struktur governance terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris, Dewan
Direktur, dan Manajemen Eksekutif. Dalam model two board system,
RUPS merupakan struktur tertinggi yang mengangkat dan
memberhentikan dewan komisaris yang mewakili para pemegang
saham untuk melakukan kontrol terhadap manajemen. Dewan komisaris
membawahi langsung dewan direksi dalam menjalankan perusahaan.

D. Mekanisme Good Governance

7
Mekanisme good governance merupakan suatu aturan main,
prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan
dengan pihak yang melakukan pengawasan. Mekanisme governance
diarahkan untuk menjamin dan mengawasi berjalannya system governance
dalam sebuah organisasi.
Terdapat 2 mekanisme untuk membantu menyamakan perbedaan
kepentingan antara pemegang saham dan manajer dalam rangka penerapan
Good Governance, yaitu :
1. Mekanisme Pengendalian Internal, adalah pengendalian perusahaan
yang dilakukan dengan membuat seprangkat aturan yang mengatur
tentang mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return
maupun resiko-resiko yang disetujui oleh principal dan agen.
2. Mekanisme Pengendalian Eksternal, adalah pengendalian
perusahaan yang dilakukan oelh pasar. Menurut teori pasar, untuk
melakukan pengendalian perusahaan, pada saat manajer
berperilaku menguntungkan dirinya sendiri, kinerja perusahaan
akan menurun yang direfleksikan oleh nilai saham perusahaan.
Pada kondisi ini, manajer kelompok lain akan menggantikan
manajer yang sedang memegang jabatan. Dengan demikian,
bekerjanya market for corporate control bisa menghambat tindakan
menguntungkan diri sendiri oleh manajer.
3. Mekanisme penggendalian lain yang secara luas digunakan dan
diharapkan dapat menyelaraskan tujuan principal dan agen adalah
mekanisme melalui pelaporan keuangan. Melalui laporan keuangan
yang merupakan tanggung jawab manajer, pemilik dapat
mengukur, menilai, sekaligus dapat mengawasi kinerja manajer
untuk mengetahui sejauh mana manajer telah bertindak untuk
meningkatkan kesejahteraan pemilik. Laporan keuangan yang
dibuat dengan berdasarkan angka-angka akuntansi diharapkan
berperan besar dalam meminimalkan konflik antara berbagai pihak
yang berkepentingan dalam perusahaan.

E. Peranan Etika Bisinis dalam Penerapan Good Governance

8
Kepatuhan pada Kode Etik ini merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan dan memajukan reputasi perusahaan sebagai karyawan
& pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab, dimana pada akhirnya akan
memaksimalkan nilai pemegang saham (shareholder value). Beberapa nilai-
nilai etika perusahaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG, yaitu
kejujuran, tanggung jawab, saling percaya, keterbukaan dan kerjasama. Good
Corporate Governance atau dikenal dengan nama Tata Kelola Perusahaan
Yang Baik (selanjutnya disebut “GCG”) muncul tidak semata-mata karena
adanya kesadaran akan pentingnya konsep GCG namun dilatar belakangi oleh
maraknya skandal perusahaan yang menimpa perusahaan-perusahaan besar.
Joel Balkan (2002) mengatakan bahwa perusahaan (korporasi) saat ini telah
berkembang dari sesuatu yang relatif tidak jelas menjadi institusi ekonomi
dunia yang amat dominan. Kekuatan tersebut terkadang mampu mendikte
hingga ke dalam pemerintahansuatu negara, sehingga mejadi tidak berdaya
dalam menghadapi penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para pelaku
bisnis yang berpengaruh tersebut. Semua itu terjadi karena perilaku tidak etis
danbahkan cenderung kriminal-yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang
memang dimungkinkan karena kekuatan mereka yang sangat besar disatusisi,
dan ketidak berdayaan aparat pemerintah dalam menegakkan hukum dan
pengawasan atas perilaku para pelaku bisnis tersebut; disamping berbagai
praktik tata kelola perusahaan dan pemerintahan yang buruk

Peran/Tanggung Jawab
Direktur Menerapkan kehati-hatian dalam manajemen bisnis
perusahaan dan manajemen resiko etika. Membangun
kode etik dan tata krama perusahaan, menciptakan dan

9
menguatkan kesadaran bersama akan etika perusahaan
serta memastikan bahwa program etika perusahaan
menyatu dengan strategi bisnis dan operasional
perusahaan.
Eksekutif
Akuntan/Auditor Fokus pada kepentingan stakeholder, bukan hanya pada
Internal kepentingan pemegang saham dankeuntungan jangka
Akuntan/Auditor
pendek semata.
Eksternal

Kode Etik yang efektif seharusnya bukan sekedar buku atau dokumen
yang tersimpan saja. Namun Kode Etik tersebut hendaknya dapat dimengerti
oleh seluruh karyawan & pimpinan perusahaan dan akhirnya dapat
dilaksanakan dalam bentuk tindakan (action). Salah satu contohnya adalah
Sarbanes-Oxley Act pada tahun 2002 yang juga menjadi dasar awal konsep
GCG di beberapa negara di dunia. Undang-undang ini berisi mengenai
penataan kembali akuntansi perusahaan publik, tata kelola perusahaan, dan
perlindungan terhadap investor.

Berikut ini ringkasan isi pokok dari Sarbanes-Oxley Act:


1. Membentuk independent public company board untuk mengawasi
audit terhadap perusahaan public.
2. Mensyaratkan salah seorang anggota komite audit adalah orang
yang ahli dalam bidang keuangan.
3. Mensyaratkan untuk melakukan full disclosure kepada para
pemegang saham berkaitan dengan transaksi keuangan yang
bersifat kompleks.
4. Mensyaratkan Chief Executive Officer (CEO) dan Chief
Financial Officer (CFO) perusahaan untuk melakukan sertifikasi
tentang validitas pembuatan laporan keuangan perusahaannya.

10
5. Jika diketahui mereka melakukan laporan palsu, mereka akan
dipenjara selama 20 tahun dan denda sebesar US$5 juta.
6. Melarang kantor akuntan publik dari tawaran jasa lainnya,
seperti melakukan konsultasi, ketika rnereka sedang
melaksanakan audit pada perusahaan yang sama. Hal ini untuk
menghindari adanya benturan kepentingan (conflict of interest).
7. Mensyaratkan adanya kode etik, terdaftar pada Securities and
Exchange Commission (Bapepam-LK), untuk para pejabat
keuangan (financial officer) Ancaman hukuman 10 tahun penjara
untuk pelaku kecurangan wire and mail fraud.
8. Mensyaratkan mutual fund professional untuk menyampaikan
suaranya pada wakil pemegang saham, sehingga memungkinkan
para investor untuk mengetahui bagaimana saham mereka
berpengaruh terhadap keputusan.
9. Memberikan perlindungan kepada individu yang melaporkan
adanya tindakan menyimpang kepada pihak yang berwewenang.

F. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah instrumen yang menunjukkan apakah prinsip –
prinsip pemerintahan, hukum, keterbukaan, transparansi, keberpihakan dan
kesamaan dihadapan hukum telah dihargai atau tidak. Akuntabilitas juga hal
yang penting untuk menjamin nilai – nilai secara efisiensi, efektivitas,
reabilitas dan prediktibiltas dari administrasi publik. Dalam peran
kepemimpinan, akuntabilitas dapat merupakan pengetahuan dan adanya
pertanggungjawaban terhadap tiap tindakan, produk, keputusan dan kebijakan
termasuk pula di dalamnya administrasi publik pemerintahanm dan
pelaksanaan dalam lingkup peran atau posisi kerja yang mencakup di
dalamnya mempunyai suatu kewajiban untuk melaporkan, menjelaskan dan
dapat dipertanyakan bagi tiap – tiap konsekuensi yang sudah dihasilkan.

G. Elemen Kunci dari Tata Kelola Perusahaan dan Akuntabilitas

11
Direksi, pemilik perusahaan dan manajemen senior sedang dalam proses
menyadari bahwa mereka dan karyawan mereka perlu memahami bahwa :
1. Organisasi mereka harus bijaksana untuk mempertimbangkan
kepentingan stakeholders jangan hanya shareholders saja;
2. Pengambilan keputusan harus mempertimbangkan nilai – nilai etika.
Karena nilai – nilai organisasi, profesional, dan individu berperan dalam
kerangka pengambilan keputusan maka penting bagi perusahaan untuk
membentuk budaya dimana nilai – nilai etika diciptakan, dipahami,
dipupuk dan semua berkomitmen untuk menjalankannya.
Selain itu. terdapat beberapa elemen kunci lagi dalam tata kelola perusahaan
dan akuntabilitas:
1. Pengembangan, penerapan, dan pengelolaan budaya etis perusahaan
2. Corporate codes of conduct
Dasar dari sebagian besar program etika perusahaan adalah aturan
perusahaan.
3. Kepemimpinan yang etis
Salah satu elemen kunci dalam tata kelola perusahaan dan akuntabilitas
adalah “tone at the top” dan peran pemimpin dalam mengembangkan,
memelihara, mengawasi perusahaan.
Sebuah perusahaan mengembangkan etika budayanya melalui pendekatan
paling sistematis untuk membangun dan memelihara struktur perusahaan.
1. Pembuatan keputusan etika yang praktis
Ketika seorang pembisnis atau akuntan profesional menghadapi suatu
permasalahan etis, maka jalan pertama yang harus ditempuh adalah
bertanggung jawab dan tingkah laku profesional. Berikut adalah dua
prinsip etika yang berdasar pada bagaimana mengusulkan kegiatan yang
akan berpengaruh pada stakeholders dalam membuat keputusan:
a. Pengembangan Motivasi
Belajar dari kasus perkara Enron, Athur Adersen, dan Worldcom
yang pada akhirnya melatar belakangi lahirnya Sarbanes-Oxley Act
pada tahun 2002 di Amerika, mempengaruhi penyusunan
kepemerintahan yang luas.
b. Kerangka Pembuatan Keputusan Beretika

12
Suatu keputusan harus dipertimbangkan sesuai etika dan hak jika hal
itu sesuai dengan standar tertentu.
2. Akuntabilitas kepada stakeholders
Terdapat tiga tipe kewajiban direktur, yakni:
a. Kewajiban kepatuhan, mengharuskan direktur menghindari tindakan
yang melebihi lingkup kekuasaan suatu perusahaan atau hukum.
b. Kewajiban loyalitas, mengharuskan direktur untuk mengambil
keputusan atau tindakan dalam keyakinan yang baik dan tidak
mengikuti kepentingan pribadi melebihi kepentingan perusahaan.
c. Due Care, mengharuskan direktur untuk rajin dan hati-hati dalam
mengelola perusahaan
3. Tata kelola untuk akuntabilitas seluruh stakeholders
Perusahaan bertanggung jawab secara hukum terhadap stakeholdersdan
tambahan stakeholders yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan
perusahaan, sehingga perusahaan mengelola perusahaan sesuai dengan
kepentingan semua stakeholders
4. Ancaman untuk tata kelola yang baik dan akuntabilitas
Tiga ancaman penting, yaitu:
a. Kesalahpahaman terhadap tujuan dan fiduciary dut.
b. Kegagalan untuk mengidentifikasi dan mengelola resiko etika
c. Konflik kepentingan

 Artikel Murphy
Menurut Patrick E. Murphy dalam jurnalnya yang berjudul Creating Ethical
Corporate Structure terdapat tiga pendekatan yang dapat diterapkan untuk
menanamkan prinsip-prinsip etika ke dalam bisnis, yaitu:
1. Credo perusahaan yang memberikan definisikan dan arahan kepada nilai-
nilai perusahaan.
2. Program etika dimana perusahaan berfokus pada upaya-upaya mengenai
isu-isu etis.
3. Kode etik yang memberikan panduan spesifik untuk karyawan di area
bisnis fungsional.
Penelitian Murphy tentang etika dalam manajemen menghasilkan
kesimpulan yang harus diingat manajer perusahaan yaitu:
1. Tidak ada pendekatan ideal tunggal untuk etika perusahaan.

13
Rekomendasinya dimulai dari perusahaan kecil dengan sebuah credo
dan juga sebuah perusahaan besar dengan mempertimbangkan program
yang disesuaikan. Hal itu dimungkinkan untuk mengintegrasikan program-
program dan menghasilkan sebuah hybrid contohnya dalam berurusan
dengan insider trading.
2. Manajemen puncak harus berkomitmen.
Manajer senior harus memenangkan rancangan etika tertinggi bagi
perusahaan mereka. Komitmen ini tampak jelas melalui pernyataan keras
dan jelas dalam surat CEO, laporan, dan pernyataan publik
3. Pengembangan suatu struktur tidak cukup untuk perusahaan itu sendiri.
Struktur tidak akan berguna jika tidak didukung oleh proses
manajerial. Credo pertemuan pada Security Pasific dan seminar di
Chemical Bank adalah contoh dari proses yang mendukung struktur.
4. Meningkatkan kesadaran etis dari suatu organisasi tidak mudah
Banyak perusahaan yang telah menghabiskan waktu dan uang untuk
mengembangkan, mendiskusikan, merevisi, dan mengkomunikasikan
prinsip-prinsip etika perusahaan. dan pada kenyataannya itu semua tidak
menjamin peningkatan kesadaran etis

BAB III
PENUTUP

Penerapan good governance pada akuntan publik membawa konsekuensi


berbagai hubungan antara good governance dengan kinerja auditor internalnya.
Nilai-nilai dan etika profesi menjadi dasar penerapan good governance sebagai
motivasi perilaku profesional yang efektif, jika dibentuk melalui pembiasaan-
pembiasaan yang terkandung pada suatu budaya organisasi. Keberhasilan
implementasi good governance banyak ditentukan oleh itikad baik ataupun
komitmen anggota organisasi untuk sungguh-sungguh mengimplementasikannya.
Pemahaman good governance bagi akuntan publik merupakan landasan
moral/etika profesi yang harus diinternalisasikan dalam dirinya. Seorang akuntan

14
publik yang memahami good governance secara benar dan didukung independensi
yang tinggi, maka akan mempengaruhi perilaku profesional akuntan dalam
berkarya dengan orientasi pada kinerja yang tinggi untuk mencapai tujuan akhir
sebagaimana diharapkan oleh berbagai pihak.

15
Daftar Pustaka

http://www.scribd.com/doc/39310150/Sesi-4-Tata-Kelola-Etis-Akuntabilitas
Leonard J. Brooks (2004). Business and Professional Ethics for Accounting.
South-Western College Publishing, chapter 3 dan 5
Artikel Murphy

16

Anda mungkin juga menyukai