Pengertian majas adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dengan cara yang imajinatif atau berupa kiasan. Sifat majas secara umum adalah
tidak pada makna yang sebenarnya atau kiasan atau bermakna konotasi.
Penggunaan majas dalam gaya bahasa ini bertujuan untuk membuat pembaca bisa
merasakan efek emosional tertentu dari gaya bahasa tersebut. Berbagai jenis majas
sering digunakan sesuai dengan arah pembicaraan atau efek gaya bahasa yang
diinginkan. Itu sebabnya, dikenal ada banyak jenis majas dalam bahasa Indonesia.
Majas Perbandingan
Jenis majas perbandingan meliputi majas yang menggunakan gaya bahasa
ungkapan dengan cara menyandingkan atau membandingkan suatu objek dengan
objek yang lainnya, yakni melalui proses penyamaan, pelebihan, atau penggantian.
Di dalam majas perbandingan ini pun masih dapat dibagi ke dalam beberapa sub
jenis, seperti :
1. Majas Personifikasi
Contoh: Meskipun bukan saudara kembar, tapi kakak beradik itu bak pinang dibelah
dua.
Keterangan: bak pinang dibelah dua artinya kedua saudara itu memiliki wajah
sangat mirip.
Contoh Majas Asosiasi:
1. Sita dan Siti bak pinang dibelah dua.
2. Harapan Lina akan beasiswa bak gayung bersambut.
3. Pendiriannya memang seperti air di daun talas.
4. Dia sudah lama tidak muncul bagaikan ditelan bumi.
5. Layaknya tiada gading yang tak retak, begitu juga manusia.
6. Nasib kita itu seperti roda yang berputar.
7. Memberi Heni hadiah sama saja seperti menabur garam di lautan.
8. Menasehati kakak beradik itu seperti berbicara dengan tembok.
9. Aku sangat kecewa dengan tindakanmu yang bagaikan duri dalam sekam.
10. Dia sungguh mengecewakan, sikapnya bak pagar makan tanaman.
4. Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan kesan yang
berlebihan, dan bahkan membandingkan sesuatu dengan cara yang hampir tidak
masuk akal.
Contoh: Kakek itu bekerja banting tulang siang malam untuk menghidupi cucu –
cucunya.
Keterangan: bekerja banting tulang siang malam menunjukkan kesan berlebihan
dari tindakan bekerja keras.
Contoh Majas Hiperbola:
1. Dia sudah terbiasa memeras keringat untuk menafkahi keluarga.
2. Luluk girang setengah mati karena mendapat lotre.
3. Dinda menangis sampai air matanya habis karena kehilangan dompet.
4. Lari marathon sungguh melelahkan sampai kakiku terasa mau lepas.
5. Suaranya hampir memecahkan gendang telingaku.
6. Gadis itu berbicara dengan lantang sampai suaranya memenuhi dunia.
7. Dia menguap sampai aku hampir tertelan.
8. Guruku sangat baik seperti malaikat.
9. Soal matematika ini sangat mudah bagiku, sampai bisa kuselesaikan dalam sekejap
mata.
10. Dia bisa berlari sangat cepat secepat kilat.
5. Majas Eufemisme
Majas eufemisme adalah majas dengan gaya bahasa yang menggantikan kata-kata
yang dianggap kurang baik ata kurang etis, dengan padanan kata yang lebih halus
dan bermakna sepadan.
Contoh: Agar gigi bersih, kita harus rajin menggosok gigi dengan odol.
Keterangan: yang dimaksud dengan odol di sini adalah pasta gigi, karena odol
sebetulnya adalah merek dagang dari pasta gigi.
Contoh Majas Metonimia:
1. Ayah suka menghisap gudang garam.
2. Paman memintaku membeli djarum super.
3. Agar tidak mabuk perjalanan, minum dulu antimo sebelum berpergian.
4. Jika sedang akhir bulan, aku biasa makan supermi.
5. Tolong ambilkan aqua dingin, aku haus sekali.
6. Rasanya gerah sekali siang ini, aku ingin minum teh gelas saja.
7. Ayo kita pergi naik honda.
8. Aku ingin terbang naik garuda.
9. Tolong ambilkan nokia milik Kakak di dalam kamar.
10. Jika merasa lemas, Kamu bisa meminum sangobion.
7. Majas Simile
Majas Simile ini bisa dikatakan menyerupai majas asosiasi yang menggunakan kata
hubung berupa : bak, bagaikan, atau seperti. Hanya bedanya, pada majas simile ini
tidak membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan membandingkan
kegiatan dengan menggunakan ungkapan yang maknanya serupa dan disampaikan
secara lebih lugas atau eksplisit. Jadi pembaca langsung bisa menebak arti dari
perumpamaan yang digunakan.
Majas alegori adalah majas dengan gaya bahasa yang menyandingkan suatu objek
dengan kata-kata kiasan bermakna konotasi atau ungkapan.
Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan suatu bentuk gaya bahasa dengan kata-kata kiasan
yang bertentangan dengan yang dimaksudkan sesungguhnya. Jenis majas
pertentangan dapat dibagi ke dalam beberapa subjenis, meliputi :
1. Majas Litotes
Majas litotes adalah majas yang berkebalikan dengan majas hiperbola, tetapi lebih
sempit pada ungkapan yang bertujuan untuk merendahkan diri, dan pada
kenyataannya yang dimaksud tidak seperti yang dikatakan.
Majas paradoks adalah majas dengan ungkapan membandingkan situasi asli atau
fakta dengan situasi yang berkebalikan.
Contoh: Aku merasa sepi di tengah – tengah pesta yang ramai ini.
Keterangan: sepi dan ramai adalah sesuatu yang bertentangan.
Contoh Majas Paradoks:
1. Dia merasa lapar, padahal tinggal di pusat kuliner.
2. Dia tersenyum, meski hatinya sedihkarena ditinggal sang kekasih.
3. Ani tetap saja menangis, ketika orang-orang di sekitarnya tertawa.
4. Lia merasa malas di tengah kobaran semangat para relawan.
5. Didi merasa bising di ruangan kosong yang sepi ini.
3. Majas Antitesis
Majas antitesis adalah majas yang memadukan pasangan kata yang memiliki arti
bertentangan.
Majas Sindiran
Majas sindiran adalah kelompok macam majas yang menggunakan kata-kata kiasan
yang tujuannya adalah untuk menyindir seseorang atau perilaku dan kondisi
tertentu. Jenis majas sindiran terbagi ke dalam tiga subjenis, meliputi :
1. Majas Ironi
Majas ironi adalah majas yang menggunakan kata-kata bertentangan dengan fakta
yang ada dengan maksud menyindir. Jadi, seperti memuji di awal, tapi menunjukkan
maksud sebenarnya (yakni menyindir) di akhir kalimat.
Majas sinisme ini menggunakan gaya bahasa yang menyampaikan sindiran secara
langsung pada hal yang disindir. Sinisme tidak menggunakan ungkapan untuk
memperhalus sindiran seperti ironi, namun sindiran juga tidak disampaikan secara
kasar.
Majas ini menyampaikan sindiran secara langsung dan sifatnya kasar, sehingga
cenderung seperti hujatan.
Majas Penegasan
Majas penegasan adalah jenis gaya bahasa yang dibuat dengan tujuan untuk
meningkatkan pengaruh kepada para pembaca atau pendengarnya agar menyetujui
ujaran atau kejadian yang diungkapkan. Majas penegasan dapat dibagi ke dalam
tujuh subjenis, yang meliputi :
1. Majas Pleonasme
Majas ini menggunakan kata-kata yang maknanya sama, sehingga terkesan tidak
efektif, namun hal ini sengaja dilakukan untuk menegaskan suatu hal.
Contoh: Kita harus maju ke depan agar bisa menjelaskan pada teman sekelas.
Keterangan: maju pasti ke depan.
Contoh Majas Pleonasme:
1. Silahkan angkat tangan ke atas bagi yang setuju.
2. Bagi yang merasa mampu mengerjakan soal ini boleh maju ke depan.
3. Kita harus selalu mengingat sejarah di masa lalu.
4. Kita tidak boleh mundur ke belakang meninggalkan dia sendiria.
5. Bagi yang merasa sudah lengkap berkasnya, bisa masuk ke dalam.
2. Majas Repetisi
Gaya bahasa repetisi dilakukan dengan mengulang kata-kata yang ada dalam
sebuah kalimat.
Gaya bahasa paralelisme biasanya terdapat dalam puisi, yang dilakukan dengan
mengulang-ulang sebuah kata di dalam berbagai definisi berbeda. Jika pengulangan
dilakukan di awal, maka disebut sebagai anafora. Namun, jika kata yang diulang ada
pada bagian akhir kalimat, maka disebut epifora.
Majas ini menggunakan kata-kata yang memiliki sinonim untuk menegaskan kondisi
atau ujaran tertentu.