Makalah
Makalah
PENDAHULUAN
Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Malaria dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu
bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat
menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar wilayah
Indonesia. Angka kesakitan penyakit ini pun masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia
bagian timur. Di daerah trasmigrasi dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari
daerah yang endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria masih sering terjadi
letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria Oleh karena kejadian luar biasa ini menyebabkan
insiden rate penyakit malaria masih tinggi di daerah tersebut.
Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun, dengan angka kematian
sebanyak 100 ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit malaria adalah daerah papua, akan tapi sekitar
107 juta orang Indonesia tinggal di daerah endemis malaria yang tersebar dari Aceh sampai
Papua, termasuk di Jawa yang padat penduduknya (Adiputro,2008).
Malaria adalah penyakit infeksi disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang
menyerang sel eritrosit ditandai dengan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan
splenomegali dalam kondisi akut ataupun kronis yang ditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.1,2 Ada lima spesies Plasmodium yang dapat
menyebabkan malaria pada manusia diantaranya P. falciparum dan P. vivax yang umumnya
dijumpai pada semua negara dengan malaria. Dua spesies ini paling sering dijumpai di
Indonesia. Spesies lainnya yaitu P. ovale dan P. malariae banyak dijumpai di Indonesia Timur. 3
Perkembangan terbaru ditemukan satu spesies lain yang dapat menyebabkan malaria yaitu P.
knowlesi di Malaysia yang sebelumnya hanya menyerang primata. 4,5 P. knowlesi juga ditemukan
menyebabkan malaria di Indonesia tepatnya di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. 3,6
Malaria masih menjadi masalah kesehatan global terutama di kawasan tropis dan
khususnya Nusa Tenggara Barat. Salah satu masalah yang dihadapi adalah kesulitan
mendiagnosis secara cepat dan tepat. Berdasarkan hasil evaluasi Program Pemantapan Mutu
Eksternal Laboratorium Kesehatan pada pemeriksaan mikroskopis malaria, yang dilakukan oleh
menggunakan preparat positif malaria, hanya 79% peteknik laboratorium yang dapat membaca
preparat dengan benar. Kepentingan untuk mendapatkan diagnosis yang cepat pada penderita
laboratorik yang tepat, cepat, sensitif, mudah dilakukan, serta ekonomis. Peranan keendemikan
(endemisitas) malaria, migrasi penduduk yang cepat, serta berpindah-pindah (traveling) dari
terapi malaria. Perubahan gambaran morfologi parasit malaria, serta variasi galur (strain), yang
kemungkinan disebabkan oleh pemakaian obat antimalaria secara tidak tepat (irasional),
membuat masalah semakin sulit terpecahkan bila hanya mengandalkan teknik diagnosis
mikroskopis. Ditambah lagi rendahnya mutu mikroskop dan pereaksi (reagen) serta kurang
terlatihnya tenaga pemeriksa, menimbulkan kendala dalam memeriksa parasit malaria secara
mikroskopis yang selama ini merupakan standar emas (gold standard) pemeriksaan laboratoris
malaria.
BAB II
ISI
A. Pengertian
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi
malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. penyakit
b) Nyamuk Anopheles
c. Secara oral
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung (P.gallinasium), burung dara
(P.relection) dan monyet (P.knowlesi).
2. Masa inkubasi
F. Diagnosa Malaria
Sebagaimana penyakit pada umumnya, diagnosis malaria didasarkan pada manifestasi
klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (Plasmodium)
di dalam darah penderita. Manifestasi klinis demam seringkali tidak khas dan
menyerupai penyakit infeksi lain (demam dengue, demam tifoid) sehingga menyulitkan
para klinisi untuk mendiagnosis malaria dengan mengandalkan pengamatan manifestasi
klinis saja, untuk itu diperlukan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang diagnosis
sedini mungkin. Secara garis besar pemeriksaan laboratorium malaria digolongkan
menjadi dua kelompok yaitu pemeriksaan mikroskopis dan uji imunoserologis untuk
mendeteksi adanya antigen spesifik atau antibody spesifik terhadap Plasmodium.
Namun yang dijadikan standar emas (gold standard) pemeriksaan laboratorium malaria
adalah metode mikroskopis untuk menemukan parasit Plasmodium di dalam darah tepi.
Uji imunoserologis dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam
menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi dimana
pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dilakukan. Sebagai diagnosa banding penyakit
malaria ini adalah demam tifoid, demam dengue, ISPA. Demam tinggi, atau infeksi virus
akut lainnya.
H. Pemeriksaan Laboratorium
Morfologi malaria terlihat optimal pada sediaan darah tipis yang diwarnaai
giemsa, tetapi sensitifitasnya rendah. Dengan menggunakan sediaan darah
tebalsensitivitas sediaan darah mikroskopik akan meningkat sampai 10 kali disbanding
sediaan darah tipis. Hal ini yang perlu diperhatikan adalah lamanya pewarnaan yang
optimal, yaitu 30 menit dengan giemsa 3 %. Pewarnaan cepat dengan giemsa yang
lebih tinggi tidak dianjurkan, karena jika jumlah parasit rendah dalam darah, sering kali
parasit yang ada tidak terwarnai.
Prinsip : mewarnai apusan darah menggunakan pewarna giemsa agar sel eritrosit yang
terinfeksi parasit mlaria dapat terlihat kelainan morfologinya.
Cara kerja :
Gambaran mikroskopik :
Interpretasi hasil :
+ : 1-10 parasit stadium aseksual per 100 lapang pandang mikroskop
++ : 11-100 parasit stadium aseksual per 100 lapang pandang mikroskop
+++ : 1-10 parasit stadium aseksual per 1 lapang pandang mikroskop
++++ : 11-100 parasit stadium aseksual per 1 lapang pandang mikroskop
Pada sediaan darah tebal parasit dihitung berdasarkan jumlah leukosit per mikro
liter darah; jika tidak diketahui biasanya diasumsikan leukosit penderita berjumlah
berjumlah 8000/Ul, dengan rumus berikut.
200
Sedangkan perhitungan parasit dalam sediaan darah tipis perlu diketahui jumlah
eritrosit per Ul darah. Jika nilai ini tidak diketahui, diasumsikan penderita mengandung
eritrosit 5.000.000/Ul (laki-laki) atau 4.500.000 / Ul (wanita). Jumlah parasit kemudian
Pada sediaan darah tipis dapat juga dihitung proporsi atau presentase eritrosit yang terinfeksi
dengan rumus sebagai berikut.
Acridine orange dapat digunakan langsung pada sediaan darah di kaca objek
atau dengan menggunakan capillary tubes yang bagian dalamnya dilapisi oleh zat
wrana acridine orange. Pada waktu sentrifugasi, capillary tubes yang berisi darah pasien
dan terdiri dari berbagai sel, yaitu leukosir, trombosit dan eritrosit akan terpisah. Parasit
malaria akan terkonsentrasi dibawah berbagai lapisan sel, terutama dibagian atas
lapisan eritrosit dan kadang - kadang ditemukan dalam lapisan trombosit dan leukosit.
Parasit dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop flouresensi.
Cara kerja:
Cara kerja :
1. Kit disimpan pada suhu ruang selama 30 menit.
2. 10 sampai 15 μl darah EDTA diambil menggunakan mikropipet dan diletakkan dalam
lubang sampel.
3. Hasil akan dibaca setelah 10-15 menit (terbentuk garis merah muda)
Interpretasi hasil
Garis yang paling atas (garis pertama) merupakan garis kendali (kontrol).
Garis dibawahnya (garis kedua) merupakan garis uji untuk Plasmodium vivax.
Garis yang terbawah (garis ketiga) adalah garis uji untuk Plasmodium falciparum.
Bila hasil uji negative, maka hanya pada garis kendali ( control) saja yang terbentuk
garis merah muda.
Bila hasil uji untuk Plasmodium falciparum positif, maka garis kendali (kontrol) dan garis
uji terbawah akan berwarna merah muda, sedangkan garis tengah tidak terlihat.
Bila untuk Plasmodium vivax positif, maka garis kendali (kontrol) dan garis uji kedua saja
yang terlihat .
Metode Dip-Stick
Teknik dip-stick mendeteksi secara imuno-enzimatik suatu protein kaya
histidine II yang spesifik parasit (immuno enzymatic detection of the parasite spesific
histidine rich protein II). Tes spesifik untuk plasmodium falciparum telah dicoba pada
beberapa negara, antara lain di Indonesia. Tes ini sederhana dan cepat karena dapat
dilakukand alam waktu 10 menit dan dapat dilakukan secara massal. Selain itu, tes ini
dapat dilakukan oleh petugas yang tidak terampil dan memerlukan sedikti latihan.
Prosedur :
1. Serum diletakan di tabung ependorff kurang lebih 200 Ul.
2. Dip-stick dimasukan ke tabung ependorff.
3. Reaksi ditunggu hingga kira-kira 10 menit.
4. Hasil bias dibaca.
Alat untuk amplifikasi PCR dan deteksi hasil amplifikasi sangat canggih dan mahal
Sementara keuntungan utama pada teknik PCR adalah dapat mendeteksi dan
mengidentifikasi infeksi ringan dengan sangat tepat dan dapat dipercaya. Hal ini penting
untuk studi epidemiolgi dan eksperimental, tetapi tidak penting untuk meningkatkan
penanganan malaria tanpa komplikasi.
3. Proguanil
Proguanil adalah suatu biguanid yang dimetabolisme dalam tubuh (melalui enzim
CYP2C19) menjadi bentuk aktif sikloguanil. Sikloguanil menghambat
pembentukan asam folat dan asam nukleat, bersifat skizontosida darah yang
bekera lambat, skizontosida jaringan terhadap P.falcifarum, P.vivax, P.ovale, dan
sporontosida.
4. Tetrasiklin
Tetrasiklin bersifat skizontosida darah untuk semua spesies plasmodium yang
bekerja lambat, skizontosida jaringan untuk P.falcifarum.
5. Klindamisin
Obat ini menghambat fase awal sintesis protein. Klindamisin bersifat
skizontosida darah yang bekerjalambat terhadap P.falciparum dan harus
diberikan dalam kombinasi dengan OAM lain seperti kina atau klorokuin.
F. Tindakan-tindakan Pencegahan:
1. Usahakan tidur dengan kelambu, memberi kawat kasa, memakai obat nyamuk bakar,
menyemprot ruang tidur, dan tindakan lain untuk mencegah nyamuk berkembang di
rumah.
2. Usaha pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerah endemis malaria.
5. Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah dan parit. Atau dengan
memberi sedikit minyak pada air yang tergenang.
6. Menanam padi secara serempak atau diselingi dengan tanaman kering atau
pengeringan sawah secara berkala
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah.
Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali.
Terdapat beberapa parasit yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu plasmodium
falciparum, vivax, malaria dan ovale. Parasit ini menggunakan nyamuk sebagai hospes
definitifnya, yaitu nyamuk Anopheles. Gejala klinis penyakit ini terdiri dari 3 tahap, yaitu
periode dingin, periode panas dan periode berkeringat.
Penularan penyakit ini bias secara alami, yaitu melalui gigitan langsung nyamuk
anopheles dan secara tidak alami yaitu secara bawaan dan secra mekanik. Diagnosanya
dapat dilihat dari manifestasi klinis yaitu terjadinya demam, imunnoserologi yaitu
ditemukannya antigen HRP-2, pLDH dan aldolase dan lewat pemeriksaan mikroskopik yaitu
melihat morfologi sel darah merah yang terinfeksi dan melihat asam nukleat pada parasit.
Malaria ini dapat menyebabkan rasa sakit, gangguan otak hingga menyebabkan kematian.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan lima metode, yaitu yang pertama menggunakan
mikroskopik cahaya dengan melihat morfologi eritrosit yang terinfeksi, yang kedua
menggunakan mikroskop flouresensi dengan melihat asam nukleat yang terdapat diparasit,
yang ketiga dengan menggunakan metode rapid test yaitu identifikasi antigen yang terdapat
pada serum sampel, yang keempat menggunakan dip-stick yaitu identifikasi antigen parasit
malaria yang terdapat dalam serum sampel, yang kelima dengan menggunakan PCR yaitu
dengan menggandakan sekuens DNA/RNA yang spesifik dengan menggunakan primer
oligonukleotida yang spesifik pula lalu dibaca menggunakan elektroforesis.