PENDAHULUAN
Hemodinamika berasal dari istilah Yunani haima yang berarti darah dan
dynamis yang berarti tenaga atau kekuatan. Hemodinamika menjelaskan tentang
aliran darah atau sirkulasi di dalam tubuh badan. Fungsi dari sirkulasi adalah
untuk melayani kebutuhan jaringan tubuh, untuk mengangkut nutrisi ke jaringan
tubuh, untuk mengalirkan sisa-sisa pembuangan dari sel, untuk mengangkut
hormon dari satu bagian tubuh ke bagian lain, serta mempertahankan lingkungan
yang tepat di setiap cairan jaringan tubuh demi kelangsungan hidup dan fungsi sel
yang optimal.
1
Secara umumnya, terdapat tiga prinsip yang mendasari fungsi dari sistem
sirkulasi sehingga dapat memberi akibat terhadap hemodinamika sistem sirkulasi:
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi jantung dapat dibagi dalam 2 kategori, yaitu anatomi luar dan
anatomi dalam. Anatomi luar, atrium dipisahkan dari ventrikel oleh sulkus
koronarius yang mengelilingi jantung. Pada sulkus ini berjalan arteri koroner
3
kanan dan arteri sirkumfleks setelah dipercabangkan dari aorta. Bagian luar kedua
ventrikel dipisahkan oleh sulkus interventrikuler anterior di sebelah depan, yang
ditempati oleh arteri desendens anterior kiri, dan sulkus interventrikularis
posterior disebelah belakang, yang dilewati oleh arteri desendens posterior.
Kerangka jantung, jaringan ikat tersusun pada bagian tengah jantung yang
merupakan tempat landasan ventrikel, atrium dan katup-katup jantung. Bagian
tengah badan jaringan ikat tersebut disebut trigonum fibrosa dekstra, yang
mengikat bagian medial katup trikuspid, mitral, dan anulus aorta. Jaringan ikat
padat ini meluas ke arah lateral kiri membentuk trigonum fibrosa sinistra.
Perluasan kedua trigonum tersebut melingkari katup trikuspid dan mitral
membentuk anuli fibrosa kordis sebagai tempat pertautan langsung otot ventrikel,
atrium, katup trikuspid, dan mitral. Salah satu perluasan penting dari kerangka
jantung ke dalam ventrikel adalah terbentuknya septum interventrikuler pars
4
membranasea. Bagian septum ini juga meluas dan berhubungan dengan daun
septal katup trikuspid dan sebagian dinding atrium kanan.
Anatomi dalam, jantung terdiri dari empat ruang yaitu atrium kanan dan
kiri, serta ventrikel kanan dan kiri dipisahkan oleh septum. Atrium kanan, darah
vena mengalir kedalam jantung melalui vena kava superior dan inferior masuk ke
dalam atrium kanan, yang tertampung selama fase sistol ventrikel. Secara
anatomis atrium kanan terletak agak ke depan dibanding dengan ventrikel kanan
atau atrium kiri. Pada bagian antero- superior atrium kanan terdapat lekukan ruang
atau kantung berbentuk daun telinga disebut aurikel. Permukaan endokardium
atrium kanan tidak sama; pada posterior dan septal licin dan rata, tetapi daerah
lateral dan aurikel permukaannya kasar dan tersusun dari serabut-serabut otot
yang berjalan paralel yang disebut otot pektinatus. Tebal rata-rata dinding atrium
kanan adalah 2 mm.
Ventrikel kanan, letak ruang ini paling depan di dalam rongga dada, yaitu
tepat dibawahmanubrium sterni. Sebagian besar ventrikel kanan berada di kanan
depan ventrikel kiri dan di medial atrium kiri. Perbedaan bentuk kedua ventrikel
dapat dilihat pada potongan melintang. Ventrikel kanan berbentuk bulan sabit atau
setengah bulatan, berdinding tipis dengan tebal 4-5 mm. Secara
fungsionalventrikel kanan dapat dibagi dalam alur masuk dan alur keluar. Ruang
alur masuk ventrikel kanan (right ventricular inflow tract) dibatasi oleh katup
trikuspid, trabekula anterior dan dinding inferior ventrikel kanan. Sedangkan alur
keluar ventrikel kanan (right ventricular outflow tract) berbentuk tabung atau
corong, berdinding licin terletak dibagian superior ventrikel kanan yang disebut
fundibulum atau konus arteriosus. Alur masuk dan alur keluar dipisahkan oleh
krista supraventrikuler yang terletak tepat di atas daun katup trikuspid.
Atrium kiri, menerima darah dari empat vena pulmonal yang bermuara pada
dinding postero-superior atau postero-lateral, masing-masing sepasang vena kanan
dan kiri. Letak atrium kiri adalah di posterior-superior dari ruang jantung lain,
sehingga pada foto sinar tembus dada tidak tampak. Tebal dindingnya 3 mm,
sedikit lebih tebal daripada dinding atrium kanan.
5
Ventrikel kiri, berbentuk lonjong seperti telur, dimana bagian ujungnya
mengarah ke antero-inferior kiri menjadi apeks kordis. Bagian dasar ventrikel
tersebut adalah anulus mitral. Tebal dinding ventrikel kiri adalah 2-3 kali lipat
diding ventrikel kanan. Tebal dinding ventrikel kiri saat diastol adalah 8-12 mm.
Katup jantung terdiri atas 4 yaitu katup trikuspid yang memisahkan atrium
kanan dengan ventrikel kanan , katup mitral atau bikuspid yang memisahkan
antara atrium kiri dengan ventrikel kiri serta dua katup semilunar yaitu katup
pulmonal dan katup aorta. Katup pulmonal adalah katup yang memisahkan
ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis. Katup aorta adalah katup yang
memisahkan ventrikel kiri dengan aorta.
6
Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom yaitu saraf simpatis dan
parasimpatis. Serabut saraf simpatis mempersarafi daerah atrium dan ventrikel
termasuk pembuluh darah koroner. Saraf parasimpatis terutama memberikan
persarafan pada nodus sinoatrial, atrioventrikular dan serabut-serabut otot atrium,
dapat pula menyebar ke ventrikel kiri.
Pendarahan jantung, berasal dari aorta melalui dua pembuluh darah koroner
utama yaitu arteri koroner kanan dan kiri. Kedua arteri ini keluar dari sinus
valsalva aorta. Arteri koroner kiri bercabang menjadi ramus nodi sinoatrialis,
ramus sirkumfleks dan ramus interventrikularis anterior. Arteri koroner kanan
bercabang menjadi ramus nodi sinoatrialis, ramus marginalis dan ramus
interventrikularis posterior.
7
Aliran balik dari otot jantung dan sekitarnya melalui vena koroner yang
berjalan berdampingan dengan arteri koroner, akan masuk ke dalam atrium kanan
melalui sinuskoronarius. Selain itu terdapat juga vena-vena kecil yang disebut
vena Thebesii, yang bermuara langsung ke dalam atrium kanan.
8
memompa. Sel-sel pekerja ini dalam keadaan normal tidak menghasilkan sendiri
potensial aksi. Sebaliknya, sebagian kecil sel sisanya adalah, sel otoritmik, tidak
berkontraksi tetapi mengkhususkan diri mencetuskan dan menghantarkan
potensial aksi yang bertanggung jawab untuk kontraksi sel-sel pekerja.
Kontraksi otot jantung dimulai dengan adanya aksi potensial pada sel
otoritmik. Penyebab pergeseran potensial membran ke ambang masih belum
diketahui. Secara umum diperkirakan bahwa hal itu terjadi karena penurunan
siklis fluks pasif K+ keluar yang langsung bersamaan dengan kebocoran lambat
Na+ ke dalam. Di sel-sel otoritmik jantung, antara potensial-potensial aksi
permeabilitas K+ tidak menetap seperti di sel saraf dan sel otot rangka.
9
Sebuah potensial aksi yang dimulai di nodus SA pertama kali akan
menyebar ke atrium melalui jalur antar atrium dan jalur antar nodus lalu ke nodus
AV. Karena konduksi nodus AV lambat maka terjadi perlambatan sekitar 0,1 detik
sebelum eksitasi menyebar ke ventrikel. Dari nodus AV, potensial aksi akan
diteruskan ke berkas His sebelah kiri lalu kanan dan terakhir adalah ke sel
purkinje. Potensial aksi yang timbulkan di nodus SA akan menghasilkan
gelombang depolarisasi yang akan menyebar ke sel kontraktil melalui gap
junction.
Siklus jantung adalah periode dimulainya satu denyutan jantung dan awal
dari denyutan selanjutnya. Siklus jantung terdiri dari periode sistol dan diastol.
Sistol adalah periode kontraksi dari ventrikel, dimana darah akan dikeluarkan dari
jantung. Diastol adalah periode relaksasi dari ventrikel, dimana terjadi pengisian
darah.
10
Hukum Frank-Starling menyatakan, energi kontraksi sebanding dengan
panjang awal serat otot jantung. Sehingga dengan diregangnya otot, timbul
peningkatan tegangan sampai maksimal dan kemudian menurun dengan makin
bertambahnya regangan. Pada keadaan fisiologis semakin besar volume ventrikel
selama diastolik, semakin teregang serat jantung sebelum stimulasi, dan akan
semakin besar pula kekuatan kontraksi berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa,
peningkatan ventricular output berhubungan dengan preload (peregangan serat-
serat miokardium sebelum kontraksi). Cardiac output dipengaruhi oleh stroke
volume dan frekuensi jantung. Ventricular stroke volume dipengaruhi oleh
preload, afterload dan kontraktilitas miokardium. Stroke volume akan meningkat
bila terjadi peningkatan preload, penurunan afterload, atau peningkatan
kontraktilitas.
11
dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan
dari tubuh melalui paru.
Sistem respirasi dibedakan menjadi dua saluran yaitu, saluran nafas bagian
atas dan saluran nafas bagian bawah. Saluran nafas bagian atas terdiri dari: rongga
hidung, faring dan laring. Saluran nafas bagian bawah terdiri dari trakea, bronkus,
bronkiolus, dan paru-paru.
12
Saluran Nafas Bagian Atas
Hidung
Hidung atau naso adalah saluran pernafasan yang pertama. Ketika proses
pernafasan berlangsung, udara yang diinspirasi melalui rongga hidung akan
menjalani tiga proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan, dan pelembaban.
Hidung terdiri atas bagian- bagian sebagai berikut:
1. Bagian luar dinding terdiri dari kulit.
2. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.
3. Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-lipat yang
dinamakan karang hidung ( konka nasalis ), yang berjumlah 3 buah
yaitu: konka nasalis inferior, konka nasalis media, dan konka nasalis
superior.
Di antara konka nasalis terdapat 3 buah lekukan meatus, yaitu: meatus
superior, meatus inferior dan meatus media. Meatus-meatus ini yang dilewati oleh
udara pernafasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak
yang disebut koana.
Dasar rongga hidung dibentuk oleh rahang atas ke atas rongga hidung
berhubungan dengan rongga yang disebut sinus paranasalis yaitu sinus maksilaris
pada rahang atas, sinus frontalis pada tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga
tulang baji, dan sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis.
13
Pada sinus etmoidalis keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke
konka nasalis . Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman , sel tersebut
terutama terdapat pada di bagian atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat
serabut saraf atau reseptor dari saraf penciuman ( nervus olfaktorius ).
Di sebelah konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit
terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga
pendengaran tengah . Saluran ini disebut tuba auditiva eustachi yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga
berhubungan dengan saluran air mata atau tuba lakrimalis.
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir di sekresi secara terus-
menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan
bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.
Faring
Merupakan pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
1. Nasofaring terletak tepat di belakang cavum nasi , di bawah basis crania
dan di depan vertebrae cervicalis I dan II. Nasofaring membuka bagian
depan ke dalam cavum nasi dan ke bawah ke dalam orofaring. Tuba
eusthacius membuka ke dalam didnding lateralnya pada setiap sisi.
Pharyngeal tonsil (tonsil nasofaring) adalah bantalan jaringan limfe pada
dinding posteriosuperior nasofaring.
2. Orofaring merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat
pangkal lidah). Orofaring adalah gabungan sistem respirasi dan
pencernaan, makanan masuk dari mulut dan udara masuk dari nasofaring
dan paru.
3. Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)
Laringofaring merupakan bagian dari faring yang terletak tepat di
belakang laring, dan dengan ujung atas esofagus.
14
Laring (tenggorok)
Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara. Pada bagian pangkal
ditutup oleh sebuanh empang tenggorok yang disebut epiglottis, yang terdiri dari
tulang-tulanng rawan yang berfungsi ketika menelan makanan dengan menutup
laring.
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula
tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas
esopagus. Laring dilapisi oleh selaput lender , kecuali pita suara dan bagian
epiglottis yang dilapisi olehsel epithelium berlapis. Kartilago / tulang rawan pada
laring ada 5 buah, terdiri dari sebagai berikut:
1. Kartilago thyroidea 1 buah di depan jakun dan sangat jelas terlihat pada
pria. Berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun.
Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat
melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang
lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar Kartilago krikoid.
2. Kartilago epiglottis 1 buah. Kartilago yang berbentuk daun dan menonjol
keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian
belakang kartilago thyroideum. Plica aryepiglottica terdapat kebelakang
dari bagian samping epiglottis menuju kartilago arytenoidea sehingga
membentuk batas jalan masuk laring.
3. Kartilago krikoid 1 buah yang berbentuk cincin. Kartilago berbentuk
cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah
Kartilago tyroidea, dihubungkan dengan Kartilago tersebut oleh
membrane cricotyroidea. Cornu inferior kartilago thyroidea berartikulasi
dengan kartilago tyroidea pada setiap sisi.
4. Kartilago arytenoidea 2 buah yang berbentuk beker. Dua kartilago kecil
berbentuk piramid yang terletak pada basis kartilago krikoid. Plica
vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang
menonjol kedepan
15
Saluran Nafas Bagian Bawah
16
mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus
lobus bawah.
3. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan
berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum di belah menjadi beberapa
cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
4. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus
lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan
terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya
menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak
mengandung alveoli (kantong udara).
5. Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm.
Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi
oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah.
6. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis
disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai
penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru yaitu alveolus.
Paru-Paru
1. Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri atas gelembung-
gelembung kecil ( alveoli ). Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus
terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong
udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya
dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir
paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan
kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari
Trakea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang
dinamakan pori-pori kohn.
2. Paru-paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang terdiri
dari 3 lobus ( lobus pulmo dekstra superior, lobus pulmo dekstra media,
lobus pulmo dekstra inferior) dan paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus (
lobus sinistra superior dan lobus sinistra inferior).
17
3. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil yang bernama segmen.
Paru-paru kiri memiliki 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus
superior dan lima lobus inferior. Paru-paru kiri juga memiliki 10 segmen,
yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus
medialis, dan 3 segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen masih
terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
4. Letak paru-paru di rongga dada datarnya menghadap ke tengah rongga
dada / kavum mediastinum.. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-
paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung.
5. Paru-paru dibungkus oleh selapus tipis yang pernama pleura . Pleura
dibagi menjadi dua yaitu pleura visceral ( selaput dada pembungkus) yaitu
selaput paru yang langsung membungkus paru-paru dan pleura parietal
yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua lapisan
ini terdapat rongga kavum yang disebut kavum pleura. Pada keadaan
normal, kavum pleura ini vakum/ hampa udara.
6. Suplai Darah
7. Setiap arteria pulmonalis, membawa darah deoksigenasi dari ventrikel
kanan jantung, memecah bersama dengan setiap bronkus menjadi cabang-
cabang untuk lobus, segmen dan lobules. Cabang-cabang terminal berakhir
dalam sebuah jaringan kapiler pada permukaan setiap alveolus. Jaringan
kapiler ini mengalir ke dalam vena yang secara progresif makin besar,
yang akhirnya membentuk vena pulmonalis, dua pada setiap sisi, yang
dilalui oleh darah yang teroksigenasi ke dalam atrium kiri jantung.
Artheria bronchiale yang lebih kecil dari aorta menyuplai jaringan paru
dengan darah yang teoksigenasi.
18
Proses pernafasan terdiri dari 2 bagian, yaitu sebagai berikut :
1. Ventilasi pulmonal yaitu masuk dan keluarnya aliran udara antara atmosfir
dan alveoli paru yang terjadi melalui proses bernafas (inspirasi dan
ekspirasi) sehingga terjadi disfusi gas (oksigen dan karbondioksida) antara
alveoli dan kapiler pulmonal serta ransport O2 & CO2 melalui darah ke
dan dari sel jaringan.
2. Mekanik pernafasan yaitu masuk dan keluarnya udara dari atmosfir ke
dalam paru-paru dimungkinkan olen peristiwa mekanik pernafasan yaitu
inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi (inhalasi) adalah masuknya O2 dari
atmosfir & CO2 ke dlm jalan nafas. Dalam inspirasi pernafasan perut, otot
diafragma akan berkontraksi dan kubah diafragma turun ( posisi diafragma
19
datar ), selanjutnya ruang otot intercostalis externa menarik dinding dada
agak keluar, sehingga volume paru-paru membesar, tekanan dalam paru-
paru akan menurun dan lebih rendah dari lingkungan luar sehingga udara
dari luar akan masuk ke dalam paru-paru. Ekspirasi (ekspirasi) adalah
keluarnya CO2 dari paru ke atmosfir melalui jalan nafas. Apabila terjadi
pernafasan perut, otot difragma naik kembali ke posisi semula (
melengkung ) dan muskulus intercotalis interna relaksasi. Akibatnya
tekanan dan ruang didalam dada mengecil sehingga dinding dada masuk
ke dalam udara keluar dari paru-paru karena tekanan paru-paru
meningkat. Komplians paru memainkan peranan penting pada bagian ini.
Komplians merujuk kepada volume paru-paru berdasarkan unit tekanan
dalam alveoli yang dapat menentukan kemampuan paru-paru untuk
mengembang, misalnya elastisitas jaring. Komplians itu sendiri ditentukan
oleh jaringan penunjang (seperti kolagen dan elastin) dan tegangan
permukaan alveoli uang dikontrol oleh surfaktan.
Transportasi gas pernafasan
1. Ventilasi
Selama inspirasi udara mengalir dari atmosfir ke alveoli. Selama ekspirasi
sebaliknya yaitu udara keluar dari paru-paru. Udara yg masuk ke dalam
alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfir. Udara yg dihembuskan
jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu sama dengan tubuh.
2. Difusi
Yaitu proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada pertemuan udara
dengan darah. Tempat difusi yg ideal yaitu di membran alveolar-kapilar
karena permukaannya luas dan tipis. Pertukaran gas antara alveoli dan
darah terjadi secara difusi. Tekanan parsial O2 (PaO2) dalam alveolus
lebih tinggi dari pada dalam darah O2 dari alveolus ke dalam darah.
Sebaliknya (PaCO2) darah > (PaCO2) alveolus sehingga perpindahan gas
tergantung pada luas permukaan dan ketebalan dinding alveolus.
Transportasi gas dalam darah O2 perlu ditrasport dari paru-paru ke
jaringan dan CO2 harus ditransport kembali dari jaringan ke paru-paru.
20
Beberapa faktor yg mempengaruhi dari difusi oksigen dari paru ke
jaringan yaitu curah jantung dan kadar hematokrit darah
3. Perfusi pulmonal
Merupakan aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal dimana O2
diangkut dalam darah membentuk ikatan (oksi Hb) / Oksihemoglobin
(98,5%) sedangkan dalam eritrosit bergabung dgn Hb dalam plasma sbg
O2 yg larut dlm plasma (1,5%). CO2 dalam darah ditrasportasikan sebagai
bikarbonat, alam eritosit sebagai natrium bikarbonat, dalam plasma
sebagai kalium bikarbonat , dalam larutan bergabung dengan Hb dan
protein plasma. CO2 larut dalam plasma sebesar 5 - 7 % , HbNHCO3
Carbamoni Hb (carbamate) sebesar 15 - 20 % , Hb + CO2 HbCO
bikarbonat sebesar 60 - 80% .
Pengukuran Volume Paru
Fungsi paru, yang mencerminkan mekanisme ventilasi disebut volume paru dan
kapasitas paru. Volume paru dibagi menjadi :
Volume tidal (TV) yaitu volume udara yang dihirup dan dihembuskan
setiap kali bernafas.
Volume cadangan inspirasi (IRV) , yaitu volume udara maksimal yg dapat
dihirup setelah inhalasi normal.
Volume Cadangan Ekspirasi (ERV), volume udara maksimal yang dapat
dihembuskan dengan kuat setelah ekspirasi normal.
Volume residual (RV) volume udara yg tersisa dalam paru-paru setelah
ekspirasi maksimal.
21
Kapasitas total paru (TLC) volume udara dalam paru setelah inspirasi
maksimal.
Dua jalur mekanisme saraf yang berbeda berfungsi untuk mengatur sistem
respirasi pada manusia. Satu sistem berperan mengatur pernafasan volunter dan
sistem yang lain berperan mengatur pernafasan otomatis. Pernapasan dikendalikan
oleh saraf pusat dan dikendalikan secara kimia. Pengendalian oleh saraf pusat
terletak di medula oblongata yang langsung mengatur otot-otot pernafasan. Pusat
respirasi terdapat pada medullary rhythmicity area yaitu area inspirasi & ekspirasi
yang mengatur ritme dasar respirasi dan dibantu oleh pneumotaxic area yang
terletak di bagian atas pons dan berfungsi untuk membantu koordinasi transisi
antara inspirasi & ekspirasi serta mengirim impuls inhibisi ke area inspirasi
sekiranya paru-paru terlalu mengembang, dan apneustic area yang berfungsi
membantu mengkoordinasi transisi antara inspirasi & ekspirasi dan mengirim
impuls exhibisi ke area inspirasi. Pengendalian pernapasan secara kimia
dipengaruhi oleh PaO2, pH, dan PaCO2. Pusat kemoreseptor terletak di medula
dan berespon terhadap perubahan kimia dalam cairan serebrospinal akibat
perubahan kimia dalam darah. Kemoreseptor perifer terdapat pada arkus aortik
dan arteri karotis.
II.3 Hemodinamika
Hemodinamika berasal dari istilah Yunani haima yang berarti darah dan
dynamis yang berarti tenaga atau kekuatan. Hemodinamika menjelaskan tentang
aliran darah atau sirkulasi di dalam tubuh badan. Fungsi yang paling penting yang
dijalankan secara bersama oleh sistem sirkulasi dan sistem respirasi adalah untuk
menghantar oksigen ke jaringan-jaringan tubuh supaya dapat digunakan untuk
proses metabolisme dan kelangsungan hidup jaringan-jaringan tersebut.
Kebanyakan sel masih dapat menghasilkan energi walaupun tidak ada oksigen
(metabolisme anaerobik) tapi hanya buat waktu yang singkat dan proses ini tidak
begitu efisien. Beberapa organ, seperti otak, terbuat daripada sel-sel yang hanya
dapat memproduksi energi yang mereka membutuhkan sekiranya adanya suplai
22
oksigen secara konstan. Kemampuan untuk menahan anoksia berbeda dari organ
ke organ, namun otak dan jantung paling sensitif terhadap anoksia. Kekurangan
oksigen akan mempengaruhi fungsi organ-organ ini, dan kalau terjadinya anoksia
pada waktu yang lama, akan menyebabkan terjadinya kerusakan yang permanen.
23
II.3.1 Pemantauan Hemodinamik
Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem
kardiovaskuler yang dapat dilakukan baik invasif atau noninvasive. Pemantauan
tersebut merupakan suatu teknik untuk pengkajian pada pasien kritis, mengetahui
kondisi perkembangan pasien serta untuk antisipasi kondisi pasien yang
memburuk. Pemantauan memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh
darah, jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompakan
darah. Pengkajian secara noninvasif dapat dilakukan melalui pemeriksaan, salah
satunya adalah pemeriksaan vena jugularis (jugular venous pressure). Pemantauan
hemodinamik secara invasif, yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam ke
dalam pembuluh darah atau rongga tubuh.
24
II.3.4 Indikasi Pemantauan Hemodinamik
1. Shock
2. Infark Miokard Akut (AMI), yg disertai: Gagal jantung kanan/kiri, Nyeri
dada yang berulang, Hipotensi/Hipertensi
3. Edema Paru
4. Pasca operasi jantung
5. Penyakit Katup Jantung
6. Tamponade Jantung
7. Gagal napas akut
8. Hipertensi Pulmonal
9. Sarana untuk memberikan cairan/resusitasi cairan, mengetahui reaksi
pemberian obat.
25
ulang, dengan berespon terhadap perubahan tekanan darah dan konsentrasi
oksigen arterial yang larut dan karbon dioksida yang larut.
26
tanpa tekanan ini, otak dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat
seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ
tersebut yang dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi sehingga
menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan resiko
kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus
(Sherwood, 2001).
Agar kita mendapatkan tekanan darah maka harus ada curah jantung dan
tahanan terhadap aliran darah sirkulasi sistemik. Tahanan ini disebut tahanan tepi.
Tekanan darah = Curah jantung x Tahanan tepi
Faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung seperti frekuensi jantung dan isi
sekuncup. Tahanan terhadap aliran darah terutama terletak di arteri kecil tubuh,
yang disebut arteriole. Pembuluh darah berdiameter kecil inilah yang memberikan
tahanan terbesar pada aliran darah. Kapiler merupakan pembuluh darah yang jauh
lebih kecil dari erteriole, tetapi meskipun setiap kapiler akan memberikan tahanan
yang lebih besar di banding sebuah arteriole, terdapat sejumlah besar kapiler yang
tersusun paralel dan berasal dari satu arteriole. Akibatnya terdapat sejumlah
lintasan alternatif bagi darah dalam perjalanannya dari arteriole ke vena, dan
karena inilah maka jaringan kapiler ini tidak memberikan tahanan terhadap aliran
darah seperti yang diberikan oleh arteriol.
Metode standar dalam pengukuran tekanan darah memakai teknik yang
dikembangkan oleh Korotkov pada tahun 1905. Suatu manset tangan yang dapat
di isi udara diletakan melingkari lengan atas, tidak terlalu erat, dengan jarak 3 cm
antara bagian bawah manset dan fossa kubiti di situ. Manset tersebut diisi udara
dengan pompa tangan kecil dan tekanan di dalam magnet diukur dengan
manometer merkuri. Alat ini disebut sfigmomanometer. Nadi arteri brakialis yang
terletak di fosa kubiti pada siku dapat ditemukan dengan palpasi. Arteri ini
terletak dibagian medial dari tendon bisep dan denyut arteri ini sering sekali dapat
dilihat bila tangan dalam keadaan ekstensi total. Perlu diperhatikan bahwa
stetoskop tidak dapat digunakan untuk menentukan lokasi arteri brakialis, karena
aliran arteri ini bersifat laminar dan tidak akan terdengar suara sebelum manset
diisi udara. Kemudian dilakukan palpasi pada nadi radialis di pergelangan tangan
27
dan sambil jari-jari tangan kita melakukan palpasi, tangan yang lain memompa
mengisi manset sampai suatu tekanan di atas tekanan dimana nadi radialis
menghilang. Kemudian stetoskop diletakan di atas arteri brakialis dan tekanan
didalam manset di turunkan perlahan-lahan. Guna mempertahankan penurunan
tekanan secara terus menerus, maka katup pengeluaran harus dibuka makin lebar
dengan menurunnya tekanan. Dengan menurunnya tekanan, tidak akan terdengar
suara sampai tekanan darah sistole tercapai, yaitu bila suara yang seirama dengan
denyut jantung terdengar lewat stetoskop. Ini menandakan tekanan darah sistole.
Dengan makin menurunnya tekanan manset, suara-suar menjadi semakin keras,
tetapi pada saat terciptanya tekanan darah diastole, suara tersebut berubah sifatnya
menjadi suara tertutup. Sedikit lebih bawah suara-suara itu akhirnya menghilang
dan tidak muncul lagi. Titik dimana suara menjadi tertutup dianggap sebagai
tekanan darah
diastole.
Penilaian fungsi hemodinamik yang umum digunakan termasuk dari
pengantaran oksigen (DO2), konsumsi oksigen (VO2), kebutuhan oksigen dan
ekstraksi oksigen (SvO2).
28
Kebutuhan oksigen berhubung erat dengan konsumsi oksigen suatu organ.
Kedua istilah ini digunakan secara bersinambungan karena kebutuhan oksigen
menggambarkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme sel
sedangkan konsumpsi menggambarkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel
untuk metabolisme. Pada waktu di mana kebutuhan oksigen meningkat, jantung
harus mengekstraksi lebih banyak oksigen sehingga sistem saraf bereksi dengan
meningkatkan pengantaran oksigen. Hubungan antara konsumsi oksigen otot
kardiac, aliran darah koroner dan jumlah oksigen yang diektraksi dari darah
bersifat unik dan mengaplikasikan prinsip Fick. Prinsip Fick menyatakan bahwa
cardiac output sebanding dengan konsumsi oksigen oleh jaringan dan berbanding
terbalik dengan perbedaan kandungan oksigen antara arteriovenus. Kadar Hb
merupakan faktor penentu dari perbedaan kandungan oksigen arteriovenus. Pada
saat kadar Hb rendah, cardiac output akan meningkat untuk mencukupi kebutuhan
oksigen jaringan.
Ekstraksi oksigen (SvO2) merujuk kepada saturasi oksigen pada vena dan
menggambarkan aliran darah kembali ke jantung kanan. Normalnya saturasi ini
berada dalam jangkauan 60% ke 80%. Apabila tubuh berada pada keadaan
istirahat, 600ml/min per m2 diantar ke jaringan dan konsumsi jaringan terjadi
sebanyak 150ml/min per m2, yang menggambarkan kadar metabolisme basal.
Seelah itu, aliran darah kembali ke jantung dengan kadar 450 ml/min per m2.
Maka dapat ditentukan bahwa pengantaran oksigen 4 kali lebih banyak dari
konsumsi oksigen; dengan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan adalah 4:1,
dengan ekstraksi oksigen sebanyak 25%.
1. Tekanan vena sentral (CVP)
Tekanan vena sentral (central venous pressure) adalah tekanan darah di
vena kava. Ini merujuk kepada tiga parameter; volume darah, keefektifan
jantung sebagai pompa, dan tonus vaskuler. Tekanan vena sentral
dibedakan dari tekanan vena perifer, yang hanya memberi gambaran
tentang tekanan lokal.
29
2. Tekanan arteri pulmonalis
Tekanan arteri pulmonalis merupakana tekanan di ventrikel kiri pada akhir
diastolik.
3. Tekanan atrium kiri
4. Tekanan ventrikel kanan
5. Curah jantung
Curah jantung (CO) adalah jumlah darah yang dipompakan ke sirkulasi
perifer oleh jantung per menit. Curah jantung sama dengan stroke volume
(SV) dikalikan laju jantung (HR)
CO = SV × HR
Laju jantung dipengaruhi oleh sistem saraf sentral dan otonom, dan isi
sekuncup dipengaruhi oleh "preload","afterload", dan kontraktilitas
miokard. Faktor-faktor yang mengontrol curah jantung meliputi curah
balik, resistensi vaskuler, kebutuhan oksigen jaringan perifer, volume
darah, posisi tubuh, pola respirasi, laju jantung dan kontraktilitas miokard.
6. Tekanan arteri sistemik
30
d) Apabila ditemukan penggembungan vena yang lebih tinggi dari
manubrium sterni, maka terjadi peningkatan tekanan hidrostatik atrium
kanan
2. Pengukuran tekanan arteri sistemik secara manual menggunakan
manometer.
31
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan arteri :
➢ Curah jantung ➢ Volume darah ➢ Umur
➢ Resistensi perifer ➢ Viskositas darah ➢ Aktivitas
➢ Elastisitas pembuluh arteri ➢ Berat badan ➢ Emosi
32
II.3.7 Pemantauan Tekanan Darah Vena
Tekanan vena sentral merupakan tekanan pada vena besar thorak yang
menggambarkan aliran darah ke jantung (Oblouk, Gloria Darovic, 2002).
Tekanan vena sentral merefleksikan tekanan darah di atrium kanan atau
vena kava (Carolyn, M. Hudak, et.al, 1998). Pada umumnya jika venous return
turun, CVP turun, dan jika venous return naik, CVP meningkat.
Indikasi Pemantauan Tekanan Vena Sentral
• Mengetahui fungsi jantung
Pengukuran CVP secara langsung mengukur tekanan atrium kanan (RA) dan
tekanan end diastolic ventrikel kanan. Pada pasien dengan susunan jantung dan
paru normal, CVP juga berhubungan dengan tekanan end diastolik ventrikel
kiri.
• Mengetahui fungsi ventrikel kanan
CVP biasanya berhubungan dengan tekanan (pengisisan) diastolik akhir
ventrikel kanan. Setelah ventrikel kanan terisi, maka katup tricuspid terbuka
yang memungkinkan komunikasi terbuka antara serambi dengan bilik jantung.
Apabila tekanan akhir diastolik sama dengan yang terjadi pada gambaran
tekanan ventrikel kanan, CVP dapat menggambarkan hubungan antara volume
intravascular, tonus vena, dan fungsi ventrikel kiri.
• Menentukan fungsi ventrikel kiri
Pada orang-orang yang tidak menderita gangguan jantung, CVP berhubungan
dengan tekanan diastolik akhir ventrikel kiri dan merupakan sarana untuk
mengevaluasi fungsi ventrikel kiri.
• Menentukan dan mengukur status volume intravaskuler.
Pengukuran CVP dapat digunakan untuk memeriksa dan mengatur status
volume intravaskuler karena tekanan pada vena besar thorak ini berhubungan
dengan volume venous return.
• Memberikan cairan, obat obatan, nutrisi parenteral
Pemberian cairan hipertonik seperti KCL lebih dari 40 mEq/L melalui vena
perifer dapat menyebabkan iritasi vena, nyeri, dan phlebitis. Hal ini
disebabkan kecepatan aliran vena perifer relatif lambat dan sebagai akibatnya
33
penundaan pengenceran cairan IV. Akan tetapi, aliran darah pada vena besar
cepat dan mengencerkan segera cairan IV masuk ke sirkulasi. Kateter CVP
dapat digunakan untuk memberikan obat vasoaktif maupun cairan elektrolit
berkonsentrasi tinggi.
• Kateter CVP dapat digunakan sebagai rute emergensi insersi pacemaker
sementara.
Kontraindikasi pemasangan kateter vena sentral
Adapun kontraindikasi termasuk adanya :
• infeksi pada tempat insersi,
• renal cell tumor yang menyebar ke atrium kanan, atau
• large tricuspid valve vegetatious (sangat jarang).
34
Seperti yang terlihat pada gambar diatas, terdapat 3 parameter utama yang
hendak dicapai dalam implementasi EGDT yaitu tekanan vena sentral (central
venous pressure), rerata tekanan arteri (mean arterial pressure (MAP)), produksi
urin, saturasi oksigen vena sentral-vena kava superior (superior vena cava oxygen
saturation (ScvO2)) atau saturasi oksigen vena campur (mixed venous oxygen
saturation (SvO2)). Hematokrit (Ht) merupakan parameter perfusi jaringan lain
yang perlu diperhatikan jika target SvO2 belum tercapai. Parameter produksi urin
tidak tercantum dalam protocol tersebut, namun dalam prinsip tata laksana
hemodinamik pasien sepsis berat dan renjatan septik seperti yang dijabarkan pada
publikasi awal konsep EGDT dan Surviving Sepsis Campaign 2012. Produksi urin
merupakan salah satu parameter akhir resusitasi yang harus dicapai. Target
parameter tersebut harus dicapai pada enam jam pertama diagnosis ditegakkan,
yakni selama fase resusitasi awal.
35
Analisis gabungan yang dilakukan oleh Rivers dkk 10 tahun setelah
implementasi EGDT di seluruh dunia mendapatkan penurunan resiko absolut dan
relative secara berurutan sebesar 18,3% dan 0,37 sebelum dan sesudah
implementasi protocol EGDT pada 9.884 pasien. Berdasarkan hasil penelitian-
penelitian dalam skala besar, beberapa ahli mengemukakan ketidaksetujuan
terhadap upaya pencapaian secara seragam seluruh target parameter akhir
resusitasi yang tercantum pada EGDT. Sebagai tambahan, seiring dengan
pengembangan konsep mikrosirkulasi pada sepsis, beberapa peneliti
mengemukakan bahwa pencapaian seluruh parameter resusitasi tidak cukup untuk
menekan mortalitas karena inti dasar disfungsi mikrosirkulasi dan mitokondria
pada sepsis tidak tentu terselesaikan dengan pemenuhan seluruh target parameter
EGDT. Penelitian kemudian diarahkan pada penggunaan parameter yang dapat
menilai perfusi mikrosirkulasi global secara tidak langsung selain ScvO2, yaitu
dengan penilaian kadar laktat dan bersihan laktat pasca resusitasi, yang lebih
lanjut dicoba untuk diwakili dengan nilai ekses basa standar (standard base excess
(SBE)) pada analisis gas darah.
Global Regional
Makrosirkulasi 1. CVP 1. Produksi Urin
2. MAP 2. Kadar Bilirubin
3. Frekuensi Denyut Jantung 3. Kadar Enzim Jantung
4. Cardiac Output
5. Mottled Skin
6. Capillary Refill Time
7. Kesadaran
36
II.4.2.1 Tekanan Vena Sentral Sebagai Parameter Akhir Resusitasi
Tekanan vena sentral adalah salah satu parameter yang dipercaya berguna
dan banyak digunakan dalam memandu kecukupan resusitasi, terutama dalam
penilaian kecukupan volume cairan resusitasi. Surviving Sepsis Campaign 2012
menganjurkan resusitasi volume dilakukan hingga mencapai target CVP 8-12
mmHg pada pasien dengan ventilasi mekanik, dicapai dalam 6 jam pertama.
37
menentukan oksigenasi dan dengan demikian menjadi syarat mutlak fungsi organ
yang bersangkutan. Penurunan MAP di bawah batas autoregulasi organ akan
menyebabkan gangguan pada aliran darah regional organ. Varpula dkk
membuktikan pada 11 pasien renjatan septik, resusitasi dengan mencapai target
MAP ≥65 mmHg memiliki nilai prognosis kesintasan yang baik. Surviving Sepsis
Campaign 2012 menganjurkan resusitasi dilakukan hingga mencapai target ≥65
mmHg. Beberapa keterbatasan dengan penggunaan satu angka sebagai target
MAP akan dijabarkan berikut ini.
38
II.4.2.3 Produksi Urin Sebagai Parameter Akhir Resusitasi
39
jaringan dalam mengekstraksi O2. Kadar O2 pada vena, atau yang dikenal dengan
SvO2 selanjutnya akan ditentukan oleh kadar O2 pada arteri (SaO2) dan ekstraksi
jarinan. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa SvO2 dapat mencerminkan
keseimbangan antara DO2 dan VO2.
40
II.4.2.6 Laktat dan Bersihan Laktat Sebagai Parameter Akhir Resusitasi
Ekses basa standar (SBE) adalah jumlah basa yang tersedia pada tiap liter
darah untuk mempertahankan nilai pH dalam batas normal, didapatkan
menggunakan normogram standar yang menggunakan data analisa gas darah
berdasarkan nilai PCO2. SBE adalah salah satu cerminan gangguan metabolik
41
pada sepsis dan telah banyak diteliti memiliki kemampuan prediksi kesintasan
yang baik seperti yang ditunjukkan oleh penelitian-penelitian berikut ini.
Penelitian oleh Smith dkk pada 148 pasien dalam perawatan intensif
menunjukkan SBE dapat memprediksi kesintasan sama baiknya dengan
kemampuan prediksi kadar laktat pada saat masuk perawatan. Palma dkk
menunjukkan bahwa pasien sepsis berat dan renjatan septik yang mengalami
peningkatan SBE pada hari ketiga perawatan intensif memiliki resiko mortalitas
28 hari lebih rendah secara bermakna dibandingkan mereka yang mengalami
penurunan SBE (perburukan asidosis). Park dkk pada tahun 2006 menunjukkan
bahwa tidak hanya peningkatan SBE, pola evolusi SBE rupanya juga memiliki
peran prognostic. Pasien sepsis berat dan renjatan septik yang selamat memiliki
peningkatan SBE secara linear dan konstan pada hari kedua hingga kelima
perawatan dibandingkan dengan pasien yang meninggal. Hal ini menimbulkan ide
penggunaan SBE sebagai pemandu resusitasi pada daerah dimana pemeriksaan
laktat belum tersedia secara rutin. Hingga saat ini, SBE belum digunakan sebagai
parameter akhir resusitasi yang diterima secara universal.
42
BAB III
KESIMPULAN
43
Curah jantung merujuk kepada jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel
setiap menit, sedangkan stroke volume adalah jumlah darah yang dipompa dari
ventrikel pada setiap denyut jantung. Denyut jantung sendiri dapat dipengaruhi
oleh innervasi autonomik, refleks kardiak, tonus autonomik, efek pada nodus
sinoatrial, refleks atrial, hormon dan aliran balik vena. Secara keseluruhan, curah
jantung, stroke volume dan denyut jantung yang bekerja secara sinergis sehingga
terjadinya optimalisasi dari pengantaran oksigen yang merupakan tujuan utama
dari hemodinamika tubuh. Hemodinamika juga mempertimbangkan konsumsi
oksigen dan kebutuhan oksigen pada setiap sel dalam tubuh.
Hemodinamika digunakan pada pemantauan pasien pada setiap tingkat
anestesi, dari fase praanestesi, perianestesi maupun postanestesi. Pemantauan
tanda-tanda hemodinamika sangat penting terutama untuk perbaikan pasien
postoperatif karena dapat memastikan perfusi jaringan masih terjadi. Penantauan
tanda-tanda hemodinamika mempunyai keuntungan yang signifikan pada jangka
waktu singkat dan jangka waktu lama. Penekanan diberikan pada identifikasi awal
pasien yang beresiko tinggi terjadinya imbalans suplai oksigen dan kebutuhan
oksigen serta kegagalan sistem kardiovaskuler secara total karena waktu dan
kualitas resusitasi merupakan pertimbangan penting untuk menyelamatkan nyawa
pasien.
44
DAFTAR PUSTAKA
45