Anda di halaman 1dari 18

SOP TATALAKSANA PENGOBATAN ARV

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Drg.Adi Kurniawan,M.M


SENTANI NIP :19860318201104104

1. Pengertian Terapi antiretroviral(ART) adalah pengobatan infeksi HIV dengan beberapa obat, karena
HIV adalah retrovirus, obat ini biasa disebut sebagi obat antiretroviral(ARV), dimana ARV
tidak membunuh virus namun ART dapat melambatkan pertumbuhan Virus
2. Tujuan 1. Menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi dan mempertahankannya
2. Memperbaiki kualitas hidup
3. Mencegah infeksi oportunistik
4. Mencegah progress penyakit
5. Mengurangi transmisi kepada yang lain
3. Kebijakan

4. Referensi 1. UU no 36 tahun 2009 tentang kesehatan


2. KEPMENKES RI no 1.50/MENKES/SK/X/2005 Tentang pedoman pelayanan
konseling dan tes HIV-AIDS secara sukarela
3. KEPMENKES no 1285/SK/X/2002 tentang Pedoman Penanggulangan HIV/AIDS
dan penyakit Menular Seksual
5. Alat dan Bahan

6. Langkah-langkah 1. Lakukan penilaian kemungkinan pasien terinfeksi HIV.


2. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta evaluasi bila ada tanda dan gejala infeksi
HIV atau oportunistik “IO”
3. Untuk memulai terapi antiretroviral perlu dilakukan pemeriksaan jumlah CD4 dan penentuan
stadium klinis infeksi HIV-nya.
4. Pastikan ketersediaan logistisk ARV.
5. Pasien perlu diberikan informasi tentang cara minum obat dengan bahasa yang mudah
dimengerti, sesuai dengan latar belakang pendidikan dan budaya setempat.
6. Petugas mendukung pasien untuk minum obat secara patuh dan teratur dengan melakukan
analisis factor pendukung dan penghambat.
7. Pemberian informasi efek samping obat tanpa membuat pasien takut minum obat.
8. Obat ARV diminum seumur hidup.
9. Obat ARV diberikan sedini mungkin setelah memenuhi persyaratan terapi untuk mencegah
pasien masuk ke stadium lebih lanjut.
10. Terapi ARV pada kekebalan tubuh yang rendah meningkatkan kemungkinan timbulnya
Sindroma Pulih Imun (SPI).
11. ARV diberikan kepada pasien sebulan sekali untuk mengontrol kepatuhan pasien minum
obat. Pemberian obat ARV dapat diberikan sampai tiga bulan bila pasien sudah stabil dengan
riwayat kepatuhan minum obat yang tinggi.
12. Pemantauan dan evaluasi pemberian ARV dapat dilihat dari:
 Pemantauan klinis yang dapat dilakukan pada minggu 2, 4, 8, 12, dan 24 minggu
sejak memulai terapi ARV dan kemudian setiap 6 bulan bila pasien telah mencapai
keadaan stabil.
 Pemantauan laboratoris
 Pemantauan pemulihan jumlah sel CD4
 Kematian dalam terapi ARV
7. Unit terkait 1. Tim HIV
2. Laboratorium
3. Farmasi

1. Iktisar Pasien/status pasien


8. Dokumen terkait 2. Register Pra ART dan ART
3. Kartu Pasien
SOP SKRINING HIV PADA IBU HAMIL

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Drg.Adi Kurniawan,M.M


SENTANI NIP :19860318201104104

1. Pengertian Tindakan yang dilakukan untuk pemeriksaan HIV

2. Tujuan Untuk menngetahui atau mendeteksi secara dini wanita hamil yang terinfeksi HIV sebelum
timbulnya gejala

3. Kebijakan

4. Referensi KEMENKES RI tentang Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu 2015

5. Alat dan Bahan 1. Buku KIA atau kart Ibu


2. ATK
6. Langkah-langkah 1. Buatkan satus ibu (buku KIA atau Kartu Ibu) bagi pasien baru
2. Alkukan anamneses pada ibu hamil
3. Lakukan pemeriksaan antenatal yang berkualitas salah satunya adalah dengan
pemeriksaan HIV
4. Apabila hasilnya Reaktif rujuk ke konselor HIV dan dokter
5. Bagi ibu hamil yang dinyatakan reaktif harus dimonitor perkembangan
kesehatannya.

7. Unit terkait 1. Loket


2. Laboratorium
3. Poli VCT

8. Dokumen terkait 1. Kartu ibu atau Status KIA


2. Formulir VCT atau PITC
3. Formulir permintaan Pemeriksaan Laboratorium
SOP VCT (Voluntary Counseling and Testing)

UPTD PUSKESMAS Drg.Adi Kurniawan,M.M


SENTANI NIP :19860318201104104

1. Pengertian Konseling dan tes HIv sukarela selanjutnya di sebut VCT(vulontary counseling and testing)
adalah kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan rahasia antara konselor dari tim
penganggulangfan HIV denganb orang yang ingin mengetahui status HIVnya atau orang
yang beresiko tertular HIV.
Disebut telah menjalani VCT bila telah memaluli : Konseling pre sampai dengan paska tes.
Konseling adalah saran, anjuran, nasehat professional yang diberikan kepada seseorang yang
memmpunyai masalah/problem(oxford advance learnes dictionary 4th ed).
Konselor adalah petugas yang memiliki ketrampilan konseling dan pemahaman akan seluk
beluk HIV/AIDS
Prosedur pelaksanaan VCT adalah alur pelayanan yang wajib dilalui oleh semua orang yang
akam menjalani VCT di Puskesmas Sentani.
Tempat pelaksanaan VCT adalah ruang konselingVCT
2. Tujuan Tujuan Pembuatan Protap:
1. Sebagai acuan bagi para petugas medis dan non medis di puskesmas Sentani dalam
pelaksanaan VCT
2. Sebagai acuan bagi klien yang akan menjalani tes HIV
3. Sebagai pedoman pelaksanaan pemeriksaan HIV
Tujuan Pelaksanaan VCT
4. Membantu terduga HIV dan Atau ODHA untuk melakukan perubahan perilaku ke
arah perilaku lebih sehat dan aman melalui :
a. Memberikan dukungan psikologisnbagi pasien dan keluarga
b. Mencegah penularan HIV dengan menyampakan informasi tetang perilaku resiko
5. Membantu mengembangkan keahlian pribadi yang diperlukan untuk
mendorongperilaku hidup sehat.
6. Memastikan pengobatan yang efektif sedini mungkin termasuk alternative
pemecahan berbagai masalah terkait HIV
3. Kebijakan

4. Referensi 1. Pedoman Nasional PERAWATAN DUKUNGAN DAN PENGOBATAN BAGI


ODHA, Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan DEP
KES RI tahun 2005
2. Pedoman Pelayanan Konseling dan Tetsting HIV/AIDS secara Sukarela, Dirjen
Pengendalian Penyakit dan penyehatan Lingkungan DEPKES RI tahun2005
3. Modul VCT , DEPKES 2004
5. Alat dan Bahan 1. Fomulir infom consent VCT
2. ATK
3. Formulir permintaan pemeriksaan Laboratorium
4. Rekam medis
6. Langkah-langkah 1. Klien atau pasien yang akan menjalani VCT baik datang sendiri atau di kirim oleh
petugas kesehatan terlebih dahulu mendaftar di tempat pendaftaran.
2. Klien atau pasien menjalani pre tes
3. Apabuila kilen atau pasien setuju untuk diperiksa HIV , maka akan menjalani
pengambilan darah untuk pemeriksaan HIV di laboratorium
4. Untuk pembukaan Hasil tes HIV klien atau pasien menjalani paska tes
5. Bagi klien atau pasien belum setuju untuk pemeriksaan di anjurkan untuk kunjungan
ulang pada waktu yang disepakati.

7. Unit terkait 1. Poli Umum


2. Poli KIA
3. Poli Gigi
4. Loket
5. Laboratorium
6. Poli TBC

1. Rekam Medis
8. Dokumen terkait 2. Inform consent
3. Formulir pemeriksaan Laboratorium
DIAGNOSIS PENYAKIT TB PADA ODHA RAWAT
JALAN
No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Drg.Adi Kurniawan,M.M


SENTANI NIP :19860318201104104

1. Pengertian Skrining TB ODHA

2. Tujuan Sebagai acuan untuk skrining TB pada ODHA

3. Kebijakan Ada petugas yang terampil Untuk skrining TB dan ODHA

4. Referensi PERMENKES 75 tahun 2014 tentang puskesmas pedoman pelaksana TB

5. Alat dan Bahan 1. Timbangan Berat Badan


2. Tensi Meter
3. Ikhtisar Perawatan
4. Register Bantu
5. TB 05
6. Langkah-langkah 1. Menerima Pasien yang Dtang
2. Menanyakan Keluhan utama pasien
3. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
4. Nilai kondisi ODHA setiap kali kontrol
5. Satu jawaban “ya”dari pertanyaan batuk berdahak 2-3 minggu,berat badan
menurun,demam tanpa aktifitas,pembesaran pada kelenjar,maka odha dimasukan
kedalam suspect TB
6. Lakukan pemeriksaan TB sesuai dengan alur penegakan diagnose yang di temukan
7. Lakukan penatalaksanaan pasien ODHA sesuai dengan diagnose yang ditemukan
8. Lakukan screening TB secara berkala pada pasien ODHA yang belum bergejala atau
hasil penilaian TB negative
9. Jelaskan tentang penyakit TB dan hubungannya dengan HIV
10. Jika ada indikasi rujuk,rujuk segera
11. Catat semua tindakan/kegiatan/terapi/pemeriksaan penunjang pada ikhtisar
perawatan ODHA
7. Unit terkait POLIK TB,HIV

8. Dokumen terkait Rekam medis pasien,Register harian poli,kertas resep,SOP HIV


PENGOBATAN TB LAMA/KAMBUH/GAGAL/DO
DEWASA DI POLIK TB
No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Drg.Adi Kurniawan,M.M


SENTANI NIP :19860318201104104

1. Pengertian Memberikan Terapi pada pasien TB sesuai dengan Kategori


Pasien segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
2. Tujuan Sebagai Acuan untuk Penatalaksanaan TB

3. Kebijakan Ada petugas yang terampil untuk penatalaksanaan TB

4. Referensi 1. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.67 Tahun 2016


Tentang Penanggulangan Tuberculosis

5. Alat dan Bahan •Timbangan Berat Badan


•Tensi Meter
•Form TB 01,02,03,05,09
•FDC 2
6. Langkah-langkah
1. Pasien dating ke polik TB membawa form TB 05 yang sudah diisi lengkap oleh
Laboratorium
2. Jelaskan hasil pemeriksaan BTA yang tertulis di TB 05 pada pasien
3. Tentukan penatalaksanaan TB Kambuh/Gagal/DO sesuaindengan alur
penatalaksanaan TB (Buku Pedoman Nasional Penyakit Tuberkulosa Tahun 2014)
4. Jelaskan pada pasien tentang penyakit TB,Terapi TB,lama pengobatan,efek samping
obat,penyebaran dan pencegahan,komitmen pengobatan
5. Isi Formulir TB 01,02 dan 03
6. Terapi Pasien TB berdasarkan klasifikasi tipe pasien ( Buku Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberculosa tahun 2014 )
7. Tentukan PMO pada pasien TB yang akan diterapi
8. Tawarkan pemeriksaan HIV pada pasien TB yang diobati
9. Masukan ke dalam pasien suspek MDR untuk ditindak lanjuti
10. Buat janji untuk dilakukan Survei kontak serumah pada pasien TB dengan BTA (+)

7. Hal-hal yang perlu


di perhatikan Kelengkapan Tb 01, 05, pot sputum

8. unit terkait Poli TB

1. Dokumen terkait
PENANGANAN TB PARU MDR

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Drg.Adi Kurniawan,M.M


SENTANI NIP :19860318201104104

1. Pengertian Tuberculosis(TB) MDR adalah penyakitnmenular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang telah mengalami kekebalan terhadap obat.

2. Tujuan Sebagai acuan puskesmas dalam menangani penderita TB paru MDR

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas……………………………..Tentang Penanggung jawab program

4. Referensi 1. PERMENKES RI No.67 tahun 2016


2. PMK no.5 tahun 2014 tentang panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas
pelayanan primer

5. Alat dan Bahan 1.

6. Langkah-langkah 1. Pasien yang memulai pengobatan TBC wajib mendapatkan TIPK oleh dokter atau
petugas TBC atau Perawat
2. Paien TBC ke ruang Konseling/VCT
3. Konselor akan mengali riwayat dan mengisi data di inform consent
4. Perawat diruang konseling mengambil sampel darah untuk dikirim ke laboratorium
5. Pasien dapat menerima k
6. Hasil pemeriksaan pada hari yang sama. Diharapkan pasien untuk menunggu hasil
agar bis langsung dilakukan post test
7. Jika hasil test HIV positif maka perawat memberi informasi kepada dokter dan
pasien langsung du rujuk ke PDP
8. Hasil pemeriksaan di dokumentasikan di TB 01

7. Unit terkait -

-
8. Dokumen terkait
SOP PENATALAKSANAAN TB PARU

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman : 1

UPTD PUSKESMAS Drg.Adi Kurniawan,M.M


SENTANI NIP :19860318201104104

1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu
Mycobacterium tuberculosis.

2. Tujuan Untuk menyembuhkan pasien,mencegah kematian,mencegah kekambuhan,memutuskan


rantai penularan dan pencegahan terjadinya resisten kuman terhadap Obat Anti
Tuberculosis (OAT)
3. Kebijakan -

4. Referensi DEPKES RI.Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis.Jakarta:


Kementrian Kesehatan 2014
5. Alat dan Bahan •Obat TB
•Buku Status Pasien
•Lembar Resep
6. Langkah-langkah 1. Pasien dipersilahkan masukke ruang BP
2. Pasien diberi penjelasan sesuai dengan hasil Pemeriksaan dahak.
Pemberian OAT sesuai panduan OAT yang digunakan di Indonesia Pengobatan TB yang
adekuat harus memenuhi:
- Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat mengandung minimal
4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi.
- Diberikan dalam dosis yang tepat
- Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Minum
Obat) sampai selesai pengobatan.
- Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal dan
tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan
- Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah :
- Kategori 1 : 2(RHZE)/4(HR)3
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati
sebelumnya(pengobatan ulang):
•Pasien TB paru terkonfirmasi bekteriologis.
•Pasien TB paru terdiagnosis klinis
•Pasien TB ekstra paru
–Katergori 2 :2(RHZE)S/(HRZE)3E3
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati
sebelumya(pengobatan ulang):
•Pasien kambuh
•Pasien gagal pada penbobatan dengan panduan OAT kategori 1 sebelumnya
•Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)
–Kategori anak :2( HRZ)/4(HR)
7. Unit terkait -

8. Dokumen terkait
PELAYANAN PASIEN TB YANG DIDUGA TB
MDR(MULTY DRUGS RESISTANCE)
No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Drg.Adi Kurniawan,M.M


SENTANI NIP :19860318201104104

1. Pengertian TB resisten obat anti TB (OAT) adalah suatu fenomena buatan masunia,sebagai akibat dari
pengobatan pasien TB yang tidak adekuat dan penularan dari pasien TB MDR
tersebut.Pengobatan yang tidak adekuat biasanya akibat dari regimen, dosis,dan cara
pemakaian yang tidak benar,ketidakteraturan dan ketidakpatuhan pasien untuk minum
obat,terputusnya ketresediaan OAT,kualitas obat yang rendah
2. Tujuan - Mengurangi angka kejadian MDR TB akibat kesalahan pengobatan pasien TB.
- Menurunkan angka kematian dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara
menyembuhkan pasien

3. Kebijakan - Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2009 tentang kesehatan


- Keputusan Mentri Kesehtan Republik Indonesia Nomor 364/Menkes/SK/V/2009
Tentang Pedoman Penanggulangan Tuberculosis(TB)
- Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular
- Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 203/Menkes/SK/III/1999 tentang Gerakan
Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberculosis

4. Referensi -

5. Alat dan Bahan Persiapan alat :


- Alat Pelindung Diri (APD) yaitu Masker untuk petugas dan keluarga pasien

6. Langkah-langkah -

7. Unit terkait -

-
8. Dokumen terkait
TB MDR

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Drg.Adi Kurniawan,M.M


SENTANI NIP :19860318201104104

1. Pengertian Terduga TB resistanobat adalah pasien yang mempunyai gejala TB yang memenuhi satau
atau lebih kriteria terduga/suspeck di bawa ini :
1. Pasien TB gagal pengobatan kedua kategori 2
2. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah 3 bulan pengobatan
3. Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB yang tidak standar serta
menggunakan kuinolon dan obat injeksi lini kedua minimal selama 1 bulan
4. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang gagal
5. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tetap positif setelah 3 bulan pengobatan
6. Pasien TB yang kasus Kambuh (relaps),kategori 1 dan kategori 2
7. Pasien TB yang kembali setelah loss to follow-up (lalai pengobatan/default)
8. Pasien TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien TB MDR
9. Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respon terhadap pemberian OAT
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan TB MDR di
puskesmas Sentani

3. Kebijakan -

4. Referensi Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis tahun 2015

5. Alat dan Bahan 1. Alat :


a. Tensi Meter dan Stetoskop
b. Timbangan BB
c. Spuit 5 cc dan jarum injeksi no.23
d. Bengkok
e. Alat tulis
f. 2. Bahan :
g. Kapas alkohol
h. Streptomicin injeksi
i. Aquades
j. Handscoon
k. Rekam medic
l. Register TB 01
6. Langkah-langkah -

7. Unit terkait -

-
8. Dokumen terkait
PEMERIKSAAN KONTAK SERUMAH

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Drg.Adi Kurniawan,M.M


SENTANI NIP :19860318201104104

1. Pengertian Pemeriksaan kontak serumah pasien TB BTA (+) adalah pemeriksaan yang di lakukan
pada anggota keluarga dimana penderita TB BTA positif tinggal/bergaul dengan anggota
keluarga lainnya yang dalam pengobatan dengan Obat Anti Tubeculoss
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah pemeriksaan kontak serumah untuk
menemukan suspek TB paru sehingga dapat memutuskan mata rantai penularan TB Paru
di wilayah kerja Puskesmas Sentani
3. Kebijakan Surat keputusan kepala puskesmas sentani no……. tentang upaya pemgendalian TB PARU

4. Referensi Buku Pedoman nasional penanggulangan penyakit tuberculosa paru tahun 2014

5. Alat dan Bahan 1. Petugas menemukan tersangka penderita TBC dan diperiksa dahaknya
2. Petugas menegakan diagnose TBC dari hasil pemeriksaan dahak:
•Bila sedikitnya 2 dan 3 spesimen SPS BTA hasilnya (+), maka penderita
didiagnosis sebagai penderita TBC BTA(+)
3. Bila petugas ragu dalam menegakkan diagnosis ,konsul ke dokter puskesmas
4. Petugas mencatat hasil penegakan diagnosis di buku register TBC
5. Petugas melakukan kunjungan rumah dalam rangka pemeriksaan kontak serumah
dengan melakukan pemeriksaan secara individu terhadap anggota keluarga.
6. Langkah-langkah -

7. Unit terkait -

-
8. Dokumen terkait
PENEMUAN SUSPEK TB PARU

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Drg.Adi Kurniawan,M.M


SENTANI NIP :19860318201104104

1. Pengertian Cara/metode menemukan secara cepat dan tepat kasus TB Paru dengan serangkaian
kegiatan terdiri dari penjaringan suspek,diagnose,penentuan klasifikasi penyakit dan tipe
pasien.
2. Tujuan Mendapatkan /mememukan kasus TB melalui serangkaian kegiatan sehingga segera
dapat dilakukan pengobatan agar sembuh dan tidak menularkan penyakit kepada oarng
lain.
3. Kebijakan Dokter dan Petugas yang terampil

4. Referensi -

5. Alat dan Bahan Persiapan Alat :


1. Ruang Pengelola
2. Pengelola P2 TB,
3. Meja,kursi dan kipas angina
4. ATK dan buku register
5. Buku penderita TB 05 dan TB 06
6. Pot dahak.
Persiapan pasien : pasien diberi penjelasan tentang tujuan dan cara pengobatan
pasien
Prosedur:
1.Penemuan pasien TB secara pasif,dengan penyuluhan aktif dengan melibatkan
semua layanan dengan maksud untuk mempercepat penemuan dan mengurangi
keterlambatan pengobatan.
2.Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap:
a. Kelompok khusus yang rentan atau resiko tinggi sakit TB seperti pasien dengan
HIV AIDS.
b.Kelompok yang rentan tertular TB (rumah tahanan),daerah kumuh,keluarga
atau kontak pasien TB,terutama mereka yang dengan TB BTA positif.
c. Pemeriksaan anak ˂ 5 tahun pada keluarga TB untuk menentukan tindak lanjut
Apakah perlu pengobatan TB /pengobatan pencegahan.
d. Kontak dengan pasien TB resistan obat
6. Langkah-langkah -

7. Unit terkait -

-
8. Dokumen terkait
Pengawasan Menelan Obat ( PMO ) TB Paru

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Drg.Adi Kurniawan,M.M


SENTANI NIP :19860318201104104

1. Pengertian PMO adalah seseorang yang secara sukarela membantu pasien TB dalam masa
pengobatan hingga sembuh

2. Tujuan Untuk menjamin keteraturan pengobatan dan memastikan pasien menelan obat sesuai
aturan sejak awal pengobatan sampai sembuh.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas sentani……..No.tahun..tentang pelayanan klinis

4. Referensi Buku pedoman Nasional Penanggulangan TB Paru

5. Alat dan 1. Pengawas memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak awal pengobatan
Bahan/prosedur sampai sembuh,
2. Pengawas mendampingi dan memberikan dukungan moral kepada kepada pasien
agar dapat menjalani pengobatan secara lengkap dan teratur,
3. Pengawas mengingatkan pasien TB untuk mengambil obat dan periksa ulang
dahak sesuai jadwal,
4. Pengawas menemukan dan mengenali gejala efek samping OAT dan merujuk ke
unit pelayanan kesehatan,
5. Petugas mengisi kartu control pengobatan pasien TB,
6. Petugas memberikan penyuluhan tentang TB kepada keluarga.

6. Langkah-langkah -

7. Unit terkait -

-
8. Dokumen terkait
PELACAKAN PASIEN TB MANGKIR

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Drg.Adi Kurniawan,M.M


SENTANI NIP :19860318201104104

1. Pengertian Proses pelacakan/pencarian pasien TB yang putus pengobatan TB sebelum


menyelesaikan semua dosis pengobatan TB

2. Tujuan - Meningkatkan keberhasilan pengobatan TB sampai tuntas


- Bersama-sana dengan pasien mencari penyebab putusnya pengobatan TB dan
mencari solusinya
3. Kebijakan - Undang-undang Nomor 23 Tahun 2009 tentang kesehatan
- Keputusan Mentri Kesehtan Republik Indonesia Nomor 364/Menkes/SK/V/2009
Tentang penanggulangan Tuberkulosis (TB)
- Peraturan Pemerinah Nomor 40 tahun 1991 tentang penanggulangan Wabah
Penyakit Menular
- Keptusan Mentri Kesehatan Nomor 203/ Menkes/SK/III/1999 tentang Gerakan
Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberculosis
4. Referensi Buku pedoman Nasional Penanggulangan TB Paru

5. Alat dan 1. Pasien yang Putus Berobat kurang dari 1 bulan :


Bahan/prosedur a. Petugas mengidentifikasi dan melakukan pelacakan pasien TB yang putus
berobat dengan melakukan kunjungan rumah dengan berkoordinasi dengan dinas
kesehatan kabupaten
b.Jika pasien sudah TB mangkir sudah berhasil dilacak,petugas mendiskusikan
dengan pasien penyebab berobat yang tidak teratur

6. Langkah-langkah -

7. Unit terkait -

-
8. Dokumen terkait
PENGOBATAN TB APRU

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman :

UPTD PUSKESMAS Drg.Adi Kurniawan,M.M


SENTANI NIP :19860318201104104

1. Pengertian Tata cara memberikan pengobatan penderita TB paru sesuai tata laksana pengobatan TB
Nasional.

2. Tujuan - Untuk menyembuhkan pasien,mencegah kematian,mencegah


kekambuhan,memutuskan rantai penularan dan pencegahan terjadinya resistensi
kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT )
3. Kebijakan Dokter dan petugas yang terampil

4. Referensi Buku pedoman Nasional Penanggulangan TB Paru

5. Sasaran Petugas medis yang melakukan pengobatan TB paru

6. Prosedur Persiapan Alat :


Register rawat jalan
1.Register TB 05
2.Register TB 06
3.FORM TB 01
4.FORM TB 02
5.FORM TB 03
6.Obat OAT
Persiapan pasien : Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilaksanakan pada
pasien
Prosedur :
- Pasien yang telah diperiksa dahaknya dipersilahkan masuk ke ruang BP.
- Pasien diberikan penjelasan sesuai dengan hasil pemeriksaan dahak di TB 05
- Untuk pasien dengan hasil BTA positif diberikan pengobatan dengan kategori II
sesuai berat badan pasien.
Dengan dosis pemberian sesuai table sebagai berikut:
Tabel.01.Pemberian obat TB paru sesuai BB pasien

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari


selama 65 hari RHZE Tahap Lanjutan 3 kali
(150/75/400/275 ) seminggu selama 16
mimggu RH ( 150/150 )

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT


38-54 kg 3 tablet
7. Unit terkait -

-
8. Dokumen terkait

Anda mungkin juga menyukai