I. KLIMATOLOGI
A. LAMA PENYINARAN
Peralatan
Alat yang digunakan untuk mengukur lama penyinaran ialah:
Nama Alat : Sun Shine Recorder
Type : Campbell Stokes
Gambar 2.3 Hasil Pembakaran kertas pias lurus pada Selasa, 17 September
2019
Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2019
Gambar 2.4 Hasil Pembakaran kertas pias lurus pada Rabu, 18 September
2019
Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2019
Gambar 2.5 Hasil Pembakaran kertas pias lurus pada Kamis, 19 September
2019
Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2019
Gambar 2.6 Hasil Pembakaran kertas pias lurus pada Jumat, 20 September
2019
Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2019
Gambar 2.7 Hasil Pembakaran kertas pias lurus pada Senin, 23 September
2019
Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2019
Gambar 2.8 Hasil Pembakaran kertas pias lurus pada Selasa, 24 September
2019
Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2019
Perhitungan
Perhitungan untuk hari Selasa, 17 September 2019
𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑖𝑛𝑎𝑟𝑎𝑛
% Lama Penyinaran = × 100 %
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐻𝑎𝑟𝑖
6
= × 100%
12,04
= 49,83 %
Berdasarkan pengamatan, lama penyinaran matahari menurut alat
pengukur lama penyinaran Campbell Stokes pada Selasa 17 September 2019
adalah 6 jam dengan panjng hari 12,04 jam, sehingga diperoleh prosentase lama
penyinaran 49,83%.
= 49,79 %
Berdasarkan pengamatan, lama penyinaran matahari menurut alat
pengukur lama penyinaran Campbell Stokes pada Rabu 18 September 2019
adalah 6 jam dengan panjng hari 12,05 jam, sehingga diperoleh prosentase lama
penyinaran 49,79%.
6,45
= × 100%
12,05
= 53,53 %
Berdasarkan pengamatan, lama penyinaran matahari menurut alat
pengukur lama penyinaran Campbell Stokes pada Kamis 19 September 2019
adalah 6,45 jam dengan panjng hari 12,05 jam, sehingga diperoleh prosentase
lama penyinaran 53,53%.
= 49,75 %
Berdasarkan pengamatan, lama penyinaran matahari menurut alat
pengukur lama penyinaran Campbell Stokes pada Jum’at 20 September 2019
adalah 6 jam dengan panjng hari 12,06 jam, sehingga diperoleh prosentase lama
penyinaran 49,75%.
Perhitungan untuk hari Senin, 23 September 2019
𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑖𝑛𝑎𝑟𝑎𝑛
% Lama Penyinaran = × 100 %
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐻𝑎𝑟𝑖
6
= × 100%
12,02
= 49,92 %
Berdasarkan pengamatan, lama penyinaran matahari menurut alat
pengukur lama penyinaran Campbell Stokes pada Senin 23 September 2019
adalah 6 jam dengan panjng hari 12,02 jam, sehingga diperoleh prosentase lama
penyinaran 49,92%.
= 49,75 %
Berdasarkan pengamatan, lama penyinaran matahari menurut alat
pengukur lama penyinaran Campbell Stokes pada Selasa 24 September 2019
adalah 6 jam dengan panjng hari 12,06 jam, sehingga diperoleh prosentase lama
penyinaran 49,75%.
Dari data suhu udara yang didapat pada Hari Rabu, 18 September 2019, maka
diperoleh analisa sebagai berikut.
Dari data suhu udara yang didapat pada Hari Rabu, 18 September 2019, maka
diperoleh analisa sebagai berikut.
Dari data suhu udara yang didapat pada Hari Rabu, 18 September 2019, maka
diperoleh analisa sebagai berikut.
Kesimpulan
Berdasarkan data suhu udara yang didapat selama 6 hari, maka diperoleh suhu
minimum sebesar 17oC dan suhu maksimum sebesar 30oC dengan suhu rata-ratanya
yaitu sebesar 24,42oC. Dari data tersebut juga menunjukkan bahwa perbedaan suhu
udara setiap harinya tidak berbeda jauh karena kondisi cuacanya setiap hari sama
dan tidak ada hujan.
Suhu Air
Pengukuran suhu air dilakukan dengan menggunakan alat Thermometer apung.
Termometer ini menrupakan jenis termometer biasa yang dipasang dengan
menggunakan klem. Letak bola thermometer berada di bawah permukaan air.
Dengan demikian suhu air dapat diketahui hanya pada waktu dilakukan
pembacaan. Floating maximum dan minimum thermometer digunakan untuk
mencatat suhu maximum dan minimum air yang terjadi dalam 24 jam. Pada
umumnya alat ini terdiri dari sebuah pipa gelas yang berbentuk huruf U dengan
dua buah bola pada kedua ujungnya. Thermometer dipasang pada rangka baja
non magnetis yang terapung sedikit di bawah permukaan air oleh pelampung
alumunium. Kedua bola thermometer dilindungi terhadap radiasi. Indeks dibuat
dari gelas dengan sumbu besi dan mempunyai pegas sehingga dapat dipengaruhi
gaya magnet. Suhu maximum ditunjukkan oleh kanan indeks dalam tabung atas.
Suhu minimum ditunjukkan oleh ujung kanan indeks dalam tabung bawah.
Magnet batang digunakan untuk menyetel kedudukan indeks setelah suhu
dibaca.
35
34
33
32
Suhu (C)
31
30
29
28
27
26
25
8 9 10 11 12 13 14 15
Waktu (Jam)
Grafik 2.1 Pengukuran Suhu Air
Sumber : Hasil Pengamatan, 2019
Dari data yang diperoleh dari praktikum hidrologi pada tanggal 17
September 2019, suhu air maksimum terjadi pada pukul 12.00 WIB sebesar
34°C dan suhu air minimum terjadi pada pukul 8.00-9.00 WIB sebesar 25°C.
Suhu rata-rata sebesar 30,19°C.
2. Tanggal 18 September 2019
36
35
34
33
32
31
Suhu (C)
30
29
28
27
26
25
24
23
8 9 10 11 12 13 14 15
Waktu (Jam)
30
29
28
27
26
25
24
23
8 9 10 11 12 13 14 15
Waktu (Jam)
° Suhu ( C)
29
28
27
26
25
24
8 9 10 11 12 13 14 15
Waktu (WIB)
20
15
10
5
0
8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00
Waktu (WIB)
Waktu (Jam)
Kesimpulan
Kelembapan nisbi udara adalah nilai antara uap air yang terkandung
dan daya kandung maksimum uap air di udara pada suhu dan tekanan
tertentu, yang dinyatakan dalam persen. Kelembapan udara dalam
pengamtan klimatologi dinyatakan sebagai kelembapan nisbi atau RH
(Relative Humidity).
1. Metode Thermodinamik
2. Metode Perubahan Ukur (Panjang)
3. Metode Perubahan Nilai Suatu Listrik
4. Metode Kondensasi
Hygrometer Rambut
Waktu Rata-
No. Tanggal
08:00 09:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 rata
1 17/09/2019 90 89 70 60 50 45 43 45 61,5
2 18/09/2019 90 89,5 80 60 50 47,5 45 50 64
3 19/09/2019 96 85 75 65 55 46 45 59 65,75
4 20/09/2019 90 80 72 60 55 54 53 57 65,125
5 23/09/2019 90 80 77,5 70 60 54 50 42,5 65,5
6 24/09/2019 89 80 75 53 45 44 43 45 59,25
Sumber : Hasil Pengamatan, 2019
Analisa Data
100
KELEMBAPAN UDARA (%)
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00
WAKTU (HARI)
100
90
KELEMBAPAN UDARA (%)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00
WAKTU (HARI)
100
90
KELEMBAPAN UDARA (%)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00
WAKTU (HARI)
100
90
KELEMBAPAN UDARA (%)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00
WAKTU (HARI)
100
KELEMBAPAN UDARA (%)
80
60
40
20
0
8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00
WAKTU (HARI)
100
KELEMBAPAN UDARA (%)
80
60
40
20
0
8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00
WAKTU (HARI)
Kesimpulan
Dari data Pengamatan pada tanggal 17-24 September diperoleh
kelembapan udara maksimum terjadi pada tanggal 19 September 2019 jam
8:00 yaitu 96%, dan kelembapan udara minimum terjadi pada tanggal 23
September 2019 jam 15:00 yaitu 42,5%.
D. TEKANAN UDARA
Tekanan udara
Data yang didapat dari alat ini yaitu suhu udara dalam satuan celcius.
Berikut hasil pencatatannya.
1. Selasa, 17 Sepetember 2019
Tabel 2.13 Data Hasil Pencatatan Tekanan Udara dengan Barograph
Hari Waktu Tekanan udara (mbar) Grafik pengukuran
08.00 986
09.00 987 Chart Title
10.00 987 988
11.00 986 986
Selasa, 17 Sepetember 2019
12.00 985
984
13.00 985
14.00 984 982
08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
15.00 984
Dari data tekanan udara yang didapat pada Hari Selasa, 17 September 2019,
maka diperoleh analisa sebagai berikut.
Dari data Tekanan udara yang didapat pada Hari Rabu, 18 September 2019,
maka diperoleh analisa sebagai berikut.
Tabel 2.16 Analisa Data Pengukuran Tekanan udara
Dari data Tekanan udara yang didapat pada Hari Kamis, 19 September 2019,
maka diperoleh analisa sebagai berikut.
Dari data suhu udara yang didapat pada Hari Juamat, 20 September
2019, maka diperoleh analisa sebagai berikut.
Dari data suhu udara yang didapat pada Hari Selasa, 24 September 2019,
maka diperoleh analisa sebagai berikut.
Evaporation Recorder
Dan juga penguapan di siang hari lebih besar jika dibandingkan dengan
penguapan di malam hari. Evaporasi atau penguapan juga dipengaruhi oleh
besarnya faktor meteorology, yaitu antara lain :
1. Radiasi matahari
2. Angin
3. Kelembapan relative
4. Suhu
8:00 55.8
24/09/2019
15:00 52.125
Sumber : Hasil Pengamatan, 2019
EO = 55,8 – 52,125
= 3,68 mm/hari
Ep = Kp x EO
*) Kp : koefisien panci
Kp = 0,8
Ep = 0,8 x 3,68
= 2,94 mm/hari
Dari hasil pengamatan dan perhitungan hari Senin, 24 September 2019,
maka nilai evaporasi manual didapatkan sebesar 2,94 mm/hari.
Otomatis
Selasa, 17 September 2019
Tabel 2.32 Data Pan Otomatis
Waktu Evaporasi (mm)
8:00 0
9:00 0.2
10:00 0.8
11:00 1.6
12:00 2.6
13:00 3.6
14:00 4
15:00 4.4
Sumber : Hasil Pengamatan, 2019
EO = 4,4 – 0
= 4,4 mm
Dari hasil pengamatan dan perhitungan hari Selasa, 17 September 2019,
maka nilai evaporasi otomatis didapatkan sebesar 4,4 mm/hari.
Rekapitulasi Ep (mm/hari)
Manual Otomatis
2,148 3.816
Sumber : Hasil Perhitungan, 2019
Prinsip pengukuran hujan yatu mengukur tinggi air hujan yang jatuh
pada permukaan horizontal seluas mulut penakarnya. Sebagai pengindera,
mulut penakar harus terpasang horizontal. Mulut penakar ini harus berbentuk
lingkaran yang kuat dan tajam terbuat dari logam tak berkarat seperti
kuningan, agar diperoleh keseragaman arah tangkapan. Penakar tidak boleh
bocor, untuk menghindari penguapan maka pemasukan air dari mulut ke
dalam ruang penampung menggunakan pipa sempit. Seluruh permukaan luar
alat dicat warna putih warna metalik dan sambungan dinding luar dibuat
landai dengan sudut 135°, dengan tujuan untuk menguranngi pengaruh
pemanasan dari radiasi matahari.
Berdasarkan mekanismenya, penakar hujan dibagi dua golongan yaitu
penakar hujan tipe kolektor dan penakar hujan tipe perekam (otomatis).
1. Penakar Hujan Tipe Kolektor
Penakar hujan ini hanya dapat menunjukkan tinggi hujan yang terkumpul
selama satu periode, tanpa diketahui perkembangan yang terjadi selama
peristiwa hujan berlangsung. Umumnya dilakukan pengukuran hujan
selama 24 jam yang dilaksanakan setiap pagi.
Penakar Hujan Observatorium
Jenis penakar ini merupakan yang umum digunakan ialah tipe
Ombrometer (tipe observatorium). Penakar ini paling banyak digunakan
di stasiun klimatologi, yang terdiri dari corong (mulut penampung air
hujan), yang luasnya 100 cm2 denga garis tengah luaranya ialah 11,3 cm.
Bagian dasar dari corong tersebut terdiri dari pipa sempit yang menjulur
ke dalam tabung kolektor dan dilengkapi dengan kran. Air yang
ditampung dalam tabung kolektor dapat diketahui bila kran dibuka
kemudian air diukur dengan gelas ukur. Ada gelas ukur yang mempunyai
skala khusus, yaitu langsung dapat menunjukkan jumlah curah hujan
yang terjadi, tetapi bila menggunakan gelas ukur biasa, maka setiap 10
cm2 setara dengan curah hujan sebesar 1 mm.
Penakar tipe ini dilengkapi dengan sistem perekam data yang mengukur
curah hujan secara otomatis. Jumlah hujan maupun perkembangan hujan
selama satu periode dapat diketahui dari grafik. Golongan penakar hujan
ini sering disebut Recording Rain Gauge atau Pluvlograf atau
Ombrograf. Alat ini lebih lengkap dan teliti karena disamping dapat
mencatat jumlah curah hujan, dapat pula diketahui jumlah hari hujan
serta lamanya hujan dalam satu hari, karena pada kertas pias sudah
tercantum jumlah dan waktu hujan (jam atau hari). Kertas pias deganti
setiap seminggu sekali.
Penakar hujan otomatis type Hellman adalah oenkaar hujan yang dapat
mencatat sendiri, badannya berbentuk silinder, luas permukaan corong
penakarnya 200 cm2, tingginya antara 100 sampai 120 cm. Jika pintu
penakar hujan dalam keadaan terbuka, maka bagian dalamnya akan
terlihat seperti gambar berikut.
Prinsip kerja alata ini adalah jika hujan turun, air hujan akan
masuk kedalam tabung yang berpelampung melalui corongnya, air yang
masuk kedalam tabung mengakibatkan pelampung beserta tangkainya
terangkat (naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tangkai pena
yang bergerak mengikuti tangkai pelampung, gerakan pena akan
menggores pias yang diletakkan/digulung pada silinder jam yang dapat
beputar dengan sendirinya. Penunjukkan pena pada pias sesuai dengan
jumlsh volume air yang masuk ke dalam tabung, apabila pena telah
menunjuk angka 10 mm, maka iar didalam tabung akan keluar melalui
gelas shipon yang bentuknya melengkung. Seiring dengan keluarnya air
maka pelampung akan turun, dan dengan turunnya pelampung tangkai
penapun akan bergerak turun sambil menggores pias berupa garis lurus
vertikal. Setelah iarnya keluar semua, pena akan berhenti dan akan
menunjuk pada angka 0, yang kemudian akan naik lagi apabila hujan
turun.
4.5
4
3.5
Kecepatan Angin (m/s)
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
8 9 10 11 12 13 14 15
Waktu (Jam)
1.6
1.4
Kecepatan Angin (m/s)
1.2
0.8
0.6
0.4
0.2
0
8 9 10 11 12 13 14 15
Waktu (Jam)
3.5
3
Kecepatan Angin (m/s)
2.5
1.5
0.5
0
8 9 10 11 12 13 14 15
Waktu (Jam)
1.6
1.4
1.2
kecepatan angin(m/s)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00
1.8
1.6
1.4
Kecepatan angin (m/s)
1.2
0.8
0.6
0.4
0.2
0
8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00
3
Kecepatan Angin (m/s)
2.5
2
1.5
1
0.5
0
8 9 10 11 12 13 14 15
Jam (WIB)
4
3.5
17-Sep-19
Kecepatan Angin (m/dt)
3
18-Sep-19
2.5
19-Sep-19
2 20-Sep-19
1.5 23-Sep-19
1 24-Sep-19
0.5
0
8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00
Waktu (WIB)
3. Awan Cirrus
Jenis awan yang berdiri sendiri yang halus dan berserat, berbentuk seperti
bulu burung. Sering terdapat Kristal es tapi tidak dapat menimbulkan hujan.
2. Berdasarkan Ketinggian
a. Golongan awan tinggi : 6000 m ke atas
1. Awan Cirrus (Ci) : diatas 9 km
Awan halus, strukturberserat seperti bulu burung, dan tersusun seperti pita
yang melengkung, sehingga seolah-olah bertemu pada satu atau dua titik di
horizon. Awan ini tersusun atas kristales dan biasanya tidak mendatangkan
hujan.
2. Awan Cirrostratus (Cs) : 6-7 km
Awan ini berbentuk seperti kelambu putih halus, menutup seluruh angkasa,
berwarna pucat atau kadang-kadang Nampak sebagai anyaman yang tidak
teratur. Sering menimbulkan lingkaran disekeliling matahari atau bulan.
Awan ini tidak menghasilkan hujan.
Pengamatan
Metode pengamatan awan sederhana, yaitu dengan membagi langit
menjadi empat kuadran. Setiap kuadran dibagi delapan bagian, tetapi terkadang
digunakan per sepuluh bagian.
KW I KW II
KW III KW IV
Gambar 2.37 pembagian kuadran dari luasan langit
Sumber : Buku Panduan Praktikum Hidrologi, 2019
Pada bagian diatas terlihat 1⁄4 bagian di bagian kanan atas, 1⁄4 bagian
di bagian kiri atas, 1⁄4 bagian di bagian kanan bawah, dan 1⁄4 bagian di bagian
kiri bawah.
Sebagai contoh, bila hasil pengamatan menunjukan bagian atas (depan)
tertutup setengah bagian, bagian kiri atas tertutup lebih dari setengah bagian,
bagian kanan 1⁄4, sedangkan kiri bawah tidak tertutup sama sekali, maka
perhitungannya sebagai berikut :
4 5 2
(8 + 8 + 8 + 0) 11
=
4 32
Kurang dari 3⁄8 bagian. Dimana 1⁄8 bagian dinamakan 1 okta, maka
penutupan awan hasil pengamatan tersebut adalah sebesar 3 okta.
Jejak-jejak awan juga termasuk yang dicatat dengan total nilai 1 okta,
sedangkan penutupan awan penuh dengan beberapa bagian yang terbuka harus
dinilai sebesar 7 okta atau sebesar 7⁄8. Demikian pula jika terdapat kabut yang
menyerupai penutupan awan total, maka keadaan tersebut serupa dengan
penutupan awan sempurna dengan nilai sebesar 8 okta. Untuk pengamatan
persepuluh adalah sebagai berikut :
Contoh pengamatan :
Penutupan awan = (50% + 60% + 25% + 0)/4 = 33% atau 3/10 bagian.
Selain itu terdapat pengamatan yang hanya membagi dalam kelas sebagai berikut :
KW I KW II
KW III KW IV
3 6
0+0+ +
8 8
= 4
9
= 32
9 3
Jadi, hasil dari perhitungan didapatkan < bagian, sehingga diperoleh hasil
32 8
pengamatan adalah 3 okta
Kesimpulan
1. Awan yang terjadi pada tanggal 17 September 2019 hanya berkisar antara 0 okta
sampai 1 okta, yang mengindikasikan bahwa hari itu cerah.
2. Awan yang terjadi pada tanggal 18 September 2019 pada pagi dan sore hari 0
okta, sementara siang hari 1 okta yang mengindikasikan bahwa hari itu cerah.
3. Awan yang terjadi pada tanggal 19 September 2019 nerubah-ubah. Pada pagi
hari 3okta yang mengindikasikan hari sebagian berawan, ketika siang hari 0 okta
yaitu hari cerah, sementara untuk sore hari 4 okta yang mengindikasikan bahwa
hari itu sebagian berawqn
4. Awan yang terjadi pada tanggal 20 September 2019 hanya 0 okta karena tidak
ada awan sama sekali yang berarti hari itu cerah.
5. Awan yang terjadi pada tanggal 23 September 2019 berubah-ubah tergantung
cuaca. Pada pagi hari berkisar antara 2 okta, 4 okta, dan 6 okta yang berarti
langit berawan sebagian hingga berawan. Sementar itu, untuk siang hari 5 okta
dan 2 okta yang berarti langit berawan sebagian. Untuk sore hari 0 okta, yaitu
langit cerah.
6. Awan yang terjadi pada tanggal 24 September 2019 hanya 0 okta yang
mengindikasikan bahwa hari itu cerah.
II. HIDROGRAF
A. Latar Belakang
Pada saat jatuh ke permukaan bumi hujan (presipitasi), air akan mengalir
menuju tempat yang lebih rendah melalui saluran-saluran atau sungai dalam
bentuk aliran permukaan (runoff) sebagian akan masuk terinfiltrasi ke dalam
tanah dan sebagian akan menguap ke atmosfer (evaporasi dan
evapotranspirasi). Air yang tidak dapat terinfiltrasi oleh tanah akan menjadi
limpasan permukaan yang akan berpengaruh terhadap debit di sungai.
Analisa aliran permukaan dapat digunakan untuk menghitung kehilangan
air, banyaknya yang terangkut, dan pengendapan tanah yang dapat
mengurangi kapasitas penyimpanan air. Dengan mempelajari dan menghitung
nilai aliran permukaan atau runoff dan mengetahui faktor yang dapat
mempengaruhi nilai limpasan permukaan diharapkan kita mampu
memperkirakan bencana banjir dan mampu mencegah terjadinya banjir akibat
tinggi limpasan dengan membuat bangunan pengendali air, selain itu analisa
ini penting karena dapat mengetahui kendisi aliran dan air disungai,
kekeringan, dan ketersediaan air tanah.
B. Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu untuk menentukan besarnya aliran
permukaan dan limpasan langsung (directrunoff) dengan metode pemisahan
aliran menggunakan alat rainfall hydrograph.
C. Hidrograf
Hidrograf adalah gambaran suatu aliran sungai (aliran permukaan) secara
kontiyu dari waktu ke waktu. Gambaran tersebut berupa fluktuasi aliran
sungai sepanjang waktu (harian, bulanan, tahunan) atau satu kejadian hujan.
Hidrograf menggambarkan grafik hubungan antara besar aliran persatuan
waktu (m3/dt), yang biasa disebut debit aliran (Q) dengan waktu (t). Hasil
yang diperoleh dari grafik tersebut nantinya adalah sebuah lengkung
hidrograf. Hidrograf yang menggambarkan suatu DAS yang baik akan
menggambarkan hubungan yang tidak terlalu berbeda besar debit aliran pada
saat musim penghujan dan musim kemarau.
Bentuk hidrograf dipengaruhi oleh sifat-sifat watershed seperti topografi,
vegetasi, panjang, bentuk dana ukuran, jenis tanah, perkembangan
(bangunan/konstruksi), depressionstorage, antecedant moisture condition dan
distribution of water courses. Juga dipengaruhi oleh sifat-sifat hujan seperti
atecendant moisture condition, rainfall intensitas, volume of rainfall, time
dan spatial distribution serta arah hujan. Suatu hidrograf mempunyai 4 unsur
penyusun yaitu :
1. Aliran permukaan (direct surface runoff)
2. Rembesan bawah permukaan (interflow)
3. Aliran bawah tanah (ground water atau baseflow)
4. Hujan yang langsung turun di sungai (channel presipitation)
Waktu (t)
H mm) H (cm)
(detik)
25 12 1.2
50 17 1.7
75 21 2.1
100 32 3.2
125 40 4
150 44 4.4
175 49 4.9
200 51 5.1
225 52 5.2
250 43 4.3
275 39 3.9
300 37 3.7
325 33 3.3
350 30 3
375 28 2.8
Sumber : Hasil Pengamatan,2019
Waktu (t) Q
H mm) H (cm) V (cm^3)
(detik) (cm^3/menit)
Contoh Perhitungan :
1. Menentukan Besarnya Debit
a. Volume durasi ke-1
Volume = Luas x h
= 37,6 cm2 x 1,2 cm
= 45,12 cm2
b. Durasi ke-1
t = 25 detik = 0,4167 menit
c. Debit durasi ke-1
𝑉
Q= 𝑡
45,12
= = 108,288 cm2/menit
0,4147
Waktu (t)
H mm) H (cm)
(detik)
25 24 2.4
50 27 2.7
75 29 2.9
100 46 4.6
125 67 6.7
150 82 8.2
175 95 9.5
200 103 10.3
225 106 10.6
250 91 9.1
275 73 7.3
300 60 6
325 51 5.1
350 44 4.4
375 42 4.2
Sumber : Hasil Perhitungan,2019
Waktu (t)
H mm) H (cm) V (cm^3) Q
(detik)
Contoh Perhitungan :
3. Menentukan Besarnya Debit
d. Volume durasi ke-1
Volume = Luas x h
= 37,6 cm2 x 2,4 cm
= 90,24 cm2
e. Durasi ke-1
t = 25 detik = 0,4167 menit
f. Debit durasi ke-1
𝑉
Q= 𝑡
90,24
= 0,4147 = 216,576 cm2/menit
1. Metode Eksponensial
Dari data tersebut, kemudian dicari nilai k dengan menggunakan kurva
hubungan waktu dan log (fc-f).