Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Budidaya Tanaman Tomat

(Licopersicum esculentum Mill L)

Oleh :

Rino Aqib Suwito

NPM : 07230110011

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI (UNISKA) KEDIRI

2012
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman tomat merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura bernilai ekonomis
tinggi, untuk itu cara menanam tomat yang baik perlu diperhatikan. Cara menanam tomat
perlu dilakukan secara intensif agar produksi optimal. Tanaman tomat termasuk komoditas
multiguna, selain berfungsi sebagai sayuran dan buah, tomat juga dimanfaatkan sebagai
bahan dasar kosmetik serta obat-obatan.
Berdasarkan tipe pertumbuhannya, tanaman tomat dibedakan menjadi dua, yaitu
determinate dan indeterminate. Tipe determinate memiliki postur tanaman pendek, tandan
bunga terletak di setiap ruas batang serta di ujung tanaman. Sedangkan tipe indeterminate,
postur tanaman tinggi, tandan bunga terletak berseling di antara 2-3 ruas, ujung tanaman
tomat tumbuh pucuk muda. Tanaman tomat tipe indeterminate berbuah besar.

Buah tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai
ekonomi tinggi dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan
hasilnya dan kualitas buahnya. Apabila dilihat dari rata- rata produksinya, ternyata tomat di
Indonesia masih rendah, yaitu 6,3 ton/ha jika dibandingkan dengan negara-negara Taiwan,
Saudi Arabia dan India yang berturut-turut 21 ton/ha, 13,4 ton/ha dan 9,5 ton/ha. Rendahnya
produksi tomat di Indonesia kemungkinan disebabkan varietas yang ditanam tidak cocok,
kultur teknis yang kurang baik atau pemberantasan hama atau penyakit yang kurang efisien.

Sejak manusia mengenal pertanian, tanah merupakan media tanam yang paling
umum digunakan dalam bercocok tanam. Seiring dengan perkembangan jaman dan dipacu
oleh keterbatasan lahan yang dimiliki seperti tanah yang sempit atau tanah yang tidak subur,
orang mulai bercocok tanam dengan menggunakan media tanam bukan tanah, seperti air,
pasir dan lain-lain.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu perkembangan teknologi budidaya pertanian yang layak disebarluaskan


adalah teknologi hidroponik. Hal ini disebabkan oleh semakin langkanya sumberdaya lahan,
terutama akibat perkembangan sektor industri dan jasa, sehingga kegiatan usaha pertanian
konvensional semakin tidak kompetitif karena tingginya harga lahan. Teknologi budidaya
pertanian sistem hidroponik memberikan alternatif bagi para petani yang memiliki lahan
sempit atau yang hanya memiliki pekarangan rumah untuk dapat melaksanakan kegiatan
usaha yang dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan yang memadai.

Kemampuan tomat untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi
antara pertumbuhan tanaman dan kondisi lingkungannya. Faktor lain yang menyebabkan
produksi tomat rendah adalah penggunaan pupuk yang belum optimal sertta pola tanam yang
belum tepat. Upaya untuk menanggulangi kendala tersebut adalah dengan perbaikan teknik
budidaya. Salah satu teknik budidaya tanaman yang diharapkan dapat meningkatkan hasil dan
kualitas tomat adalah hidroponik. Dengan sistem hidroponik dapat diatur kondisi
lingkungannya seperti suhu, kelembaban relatif dan intensitas cahaya, bahkan faktor curah
hujan dapat dihilangkan sama sekali dan serangan hama penyakit dapat diperkecil (Wijayani,
2005).

Perbedaan paling menonjol antara hidroponik dan budidaya konvensional adalah penyediaan
nutrisi tanaman. Pada budidaya konvensional, ketersediaan nutrisi untuk tanaman sangat
tergantung pada kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara dalam jumlah cukup dan
lengkap. Unsur-unsur hara itu biasanya berasal dari dekomposisi bahanbahan organik dan
anorganik dalam tanah yang terlarut dalam air. Kekurangan salah satu atau beberapa unsur
hara dalam tanah umumnya dipenuhi dengan pemupukan tambahan. Pada budidaya
hidroponik, semua kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia dalam jumlah yang tepat dan
mudah diserap oleh tanaman. Nutrisi itu diberikan dalam bentuk larutan yang bahannya dapat
berasal dari bahan organik maupun anorganik. Pemberian nutrisi melalui permukaan media
tanam atau akar tanaman. Ketersediaan nutrisi dalam bentuk
BAB III. TEKNIS BUDIDAYA TOMAT

3.1. SYARAT TUMBUH TANAMAN TOMAT

Tanaman tomat memerlukan curah hujan antara 100-220 mm/hujan dengan ketinggian
tempat optimal 100-1000 mdpl. Intensitas sinar matahari berkisar antara 10-12 jam per hari.
Suhu optimal pertumbuhan tanaman tomat berkisar 25-30C, sedangkan proses pembungaan
membutuhkan suhu malam hari 15-20C. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman tomat karena
90% kandungan tomat terdiri dari air. Lokasi penanaman tomat sebaiknya bukan bekas lahan
tanaman tomat atau tanaman sefamili. Minimal sudah diberakan selama 2 tahun agar
diperoleh hasil optimal.
Pengukuran pH tanah diperlukan untuk menentukan jumlah pemberian kapur pertanian
pada tanah masam atau pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran bisa menggunakan kertas
lakmus, pH meter, atau cairan pH tester. Pengambilan titik sampel bisa dilakukan secara
zigzag.

3.2. PELAKSANAAN BUDIDAYA TOMAT

3.2.1. Persiapan Lahan Budidaya Tomat


Persiapan lahan budidaya tomat meliputi pembajakan dan penggaruan tanah,
Pembuatan bedengan kasar selebar 110-120 cm, tinggi 40-70 cm dan lebar parit 50-70
cm, pemberian kapur pertanian sebanyak 200 kg/rol mulsa PHP (Plastik Hitam Perak)
untuk tanah dengan pH di bawah 6,5, pemberian pupuk kandang fermentasi sebanyak
40 ton/ha dan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/rol mulsa PHP, kemudian
dilakukan pengadukan/pencacakan bedengan agar pupuk yang sudah diberikan
bercampur dengan tanah, persiapan selanjutnya pemasangan mulsa PHP, pembuatan
lubang tanam dengan jarak tanam ideal untuk musim kemarau 60 cm x 60 cm
sedangkan musim penghujan bisa diperlebar 70 cm x 70 cm, kemudian dilakukan
pemasangan ajir. Pemasangan ajir dianjurkan dengan sistem ajir tegak supaya
kelembaban tanaman tomat terjaga, masing2 ajir dihubungkan gelagar. Agar
serangkaian ajir tersebut menjadi kuat, ajir paling pinggir dan setiap 4 ajir dipasang ajir
penguat membentuk sudut  45.
3.2.2. Persiapan Pembibitan dan Penanaman Budidaya Tomat
Persiapan pembibitan budidaya tomat membutuhkan rumah atau sungkup
pembibitan untuk melindungi bibit muda. Kemudian menyediakan media semai dengan
komposisi 20 liter tanah, 10 liter pupuk kandang, dan 150 g NPK halus. Media
campuran dimasukkan ke dalam polibag semai. Sebelum melakukan penyemaian benih,
sebaiknya benih direndam dalam larutan fungisida sistemik berbahan aktif simokanil
atau metalaksil dengan dosis ½ dosis terendah yang dianjurkan pada kemasan selama 
6 jam, baru kemudian benih disemai di media. Untuk mempercepat perkecambahan
benih permukaan media ditutup kain goni (bisa menggunakan mulsa PHP), dijaga
dalam keadaan lembab.
Pembukaan penutup permukaan media semai dilakukan apabila benih sudah
berkecambah, baru kemudian benih disungkup menggunakan plastik transparan.
Pembukaan sungkup dimulai jam 07.00 - 09.00, dibuka lagi jam 15.00-17.00. Umur 5
hari menjelang tanam sungkup harus dibuka secara penuh untuk penguatan tanaman.
Penyiraman jangan terlalu basah, dilakukan setiap pagi. Penyemprotan fungisida
berbahan aktif simoksanil dan insektisida berbahan aktif imidakloprid dilakukan umur
10 hss (hari setelah semai) dengan dosis ½ dosis terendah. Bibit berdaun sejati 4 helai
siap dipindah tanam ke lahan.

3.3. PEMELIHARAAN TANAMAN PADA BUDIDAYA TOMAT

3.3.1. Penyulaman Budidaya Tomat


Penyulaman budidaya tomat dilakukan sampai umur tanaman tomat 2 minggu.
Tanaman tomat yang sudah terlalu tua apabila masih terus disulam mengakibatkan
pertumbuhan tidak seragam. Berpengaruh terhadap pengendalian hama penyakit.

3.3.2. Perempelan dan Pengikatan Tanaman Pada Budidaya Tomat


Perempelan tunas samping tanaman tomat dilakukan sampai pembentukan
cabang, baik cabang utama, cabang kedua, ketiga dan seterusnya di atas cabang utama.
Jadi, di atas cabang utama, cabang dipelihara adalah cabang-cabang produktif.
Perempelan tunas samping dilakukan pada semua tunas yang keluar di ketiak daun,
baik di bawah cabang utama maupun di bawah cabang-cabang produktif. Perempelan
tunas di bawah cabang utama bertujuan memacu pertumbuhan vegetatif tanaman agar
tanaman tomat tumbuh kekar, disamping itu juga menjaga kelembaban tanaman tomat
saat tanaman sudah dewasa, sedangkan perempelan tunas di bawah cabang-cabang
produktif bertujuan menjaga kelembaban tanaman tomat dan mengoptimalkan
produksi.
Perempelan daun tanaman tomat di bawah cabang utama dilakukan saat tajuk tanaman
tomat telah menutupi seluruh daun bagian bawah, saat ini daun sudah tidak berfungsi
secara optimal, justru sangat disenangi hama penyakit tanaman. Perempelan daun juga
dilakukan bagi daun tua/terserang penyakit.

3.3.3. Sanitasi Lahan dan Pengairan Pada Budidaya Tomat


Sanitasi lahan pada budidaya tomat meliputi : pengendalian gulma/rumput,
pengendalian air saat musim hujan sehingga tidak muncul genangan, pemangkasan
daun serta pencabutan tanaman tomat terserang hama penyakit.
Pengairan diberikan secara terukur, dengan penggenangan atau pengeleban seminggu
sekali jika tidak turun hujan. Penggenangan jangan terlalu tinggi, batas penggenangan
hanya 1/3 dari tinggi bedengan.

3.3.4. Pemupukan Susulan Pada Budidaya Tomat


Pupuk akar diberikan dengan cara pengocoran pada umur 15 hst, 25 hst dan 35
hst dengan dosis 3kg NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000 tanaman,
tiap tanaman tomat diberikan 200ml.
Pupuk daun kandungan Nitrogen tinggi diberikan pada umur 7 hst dan 24 hst,
sedangkan pupuk daun kandungan Phospat, kalium dan mikro tinggi diberikan umur 20
hst, 30 hst dan 45 hst. Dosis/konsentrasi penyemprotan sesuai petunjuk pada kemasan.

3.4. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN TOMAT

3.4.1. HAMA TANAMAN TOMAT

1. Ulat Tanah
Ulat tanah tanaman tomat adalah Agrotis ipsilon. Hama jenis ini menyerang
tanaman tomat di malam hari, sedangkan siang harinya bersembunyi di dalam tanah
atau di balik mulsa PHP. Ulat tanah menyerang batang tanaman muda dengan cara
memotongnya, sehingga sering dinamakan ulat pemotong. Cara pengendaliannya
dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang
tanam.
2. Ulat Grayak
Ulat grayak tanaman tomat adalah Spodoptera litura. Ulat grayak menyerang
daun tanaman tomat bersama-sama dalam jumlah sangat banyak, ulat ini biasanya
menyerang di malam hari dengan cara memakan daun dan buah tomat. Gejala pada
daun berupa bercak-bercak putih berlubang, sedangkan buahnya ditandai adanya
lubang tidak beraturan di setiap permukaan buah. Pengendalian kimiawi menggunakan
insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil,
kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
3. Ulat Buah
Ulat buah tanaman tomat adalah Heliotis armigera. Bagian tubuh hama ini
diselimuti kutil. Ulat menyerang tanaman tomat dengan cara mengebor buah sambil
memakannya sehingga buah terserang berlubang. Pengendalian kimiawi menggunakan
insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil,
kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
4. Kutu Daun
Kutu daun tanaman tomat adalah Myzus persiceae. Kutu mengisap cairan
tanaman tomat terutama daun muda, kotorannya berasa manis sehingga menggundang
semut. Serangan parah menyebabkan daun mengalami klorosis (kuning), menggulung
dan mengeriting, akhirnya tanaman tomat menjadi kerdil. Pengendalian kimiawi
menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid,
asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis sesuai petunjuk
pada kemasan.
5. Kutu Kebul
Kutu kebul tanaman tomat adalah Bemisia tabaci. Hama berwarna putih,
bersayap dan tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menyerang
dan menghisap cairan sel daun tanaman tomat sehingga sel-sel dan jaringan daun
rusak. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin,
tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau
lamdasihalotrin. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.
6. Lalat Buah
Lalat buah tanaman tomat adalah Dacus dorsalis. Lalat betina dewasa
menyerang buah tomat dengan cara menyuntikkan telurnya ke dalam buah
tomat, kemudian telur berubah menjadi larva, telur-telur ini akhirnya
menggerogoti buah tomat sehingga buah tomat menjadi busuk. Pengendalian
lalat buah dapat menggunakan perangkap lalat (sexpheromone), caranya :
metil eugenol dimasukkan botol aqua yang diikatkan pada bambu dengan
posisi horisontal, atau dapat pula menggunakan buah-buahan yang aromanya
disukai lalat (misal nangka, timun) kemudian dicampur insektisida berbahan
aktif metomil. Selain itu, dapat dilakukan penyemprotan menggunakan
insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos,
metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis sesuai petunjuk pada
kemasan.

7. Nematoda
Nematoda tanaman tomat adalah Meloidogyne incognita. Serangan nematoda
ditandai adanya bintil-bintil pada akar. Nematoda merupakan cacing tanah berukuran
sangat kecil, hama ini merupakan cacing parasit penyerang bagian akar tanaman
tomat. Bekas gigitan cacing akhirnya menyebabkan serangan sekunder, seperti layu
bakteri, layu fusarium, busuk phytopthora atau cendawan lain penyerang akar.
Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak
1gram pada lubang tanam.

3.4.2. PENYAKIT TANAMAN TOMAT

1. Rebah Semai
Rebah semai tanaman tomat adalah Pythium debarianum. Rebah semai biasa
menyerang tanaman tomat pada fase pembibitan dan tanaman muda setelah pindah
tanam. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif
propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf.
Dosis ½ dosis terendah yang tertera pada kemasan.
2. Layu Bakteri
Bakteri penyebab layu tanaman tomat adalah Pseudomonas sp. Penyakit ini
sering menggagalkan tanaman, tanaman tomat terserang mengalami kelayuan daun,
diawali dari daun-daun muda. Upaya pengendalian antara lain dengan meningkatkan
pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan penggiliran tanaman
serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan
bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau
oksitetrasiklin. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara
biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan
pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis
sesuai anjuran pada kemasan.

3. Layu Fusarium
Cendawan penyebab layu tanaman tomat adalah Fusarium oxysporum.
Tanaman tomat terserang mengalami kelayuan dimulai daun-daun tua, kemudian
menyebar ke daun-daun muda dan menguning. Upaya pengendaliannya dengan
meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan
penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida
berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida. Dosis/konsentrasi
sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada
saat persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida
organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.

4. Busuk Phytopthora
Penyakit busuk tanaman tomat adalah Phytopthora infestans. Penyakit ini dapat
menggagalkan budidaya tomat karena menyerang semua bagian tanaman. Batang
terserang ditandai bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan. Serangan serius
menyebabkan tanaman tomat layu. Daun tomat terserang seperti tersiram air panas.
Buah terserang ditandai bercak kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan
lunak. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang
bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau
dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah
tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk
pada kemasan.
5. Bercak Bakteri
Bercak bakteri tanaman tomat adalah bakteri Xanthomonas vesicatoria,
berkembang pesat terutama pada musim hujan. Serangan ditandai adanya bercak
berwarna gelap mengkilap. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari
golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam
oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti
tembaga. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.

6. Bercak Daun Septoria


Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan Septoria lycopersici.
Cendawan menyerang semua fase pertumbuhan. Gejala serangan berupa bercak-bercak
berwarna coklat yang akhirnya berubah keabu-abuan pada permukaan daun bagian
bawah, tepi daun berwarna hitam. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida
sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat,
karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif
klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.

7. Lunak Bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri Erwinia carotovora. Serangan
pada daun ditandai adanya bercak berair disertai perubahan warna daun menjadi
kecoklatan, terutama daun segar, serangan pada batang menyebabkan tanaman tomat
roboh. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan
bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau
oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis/konsentrasi sesuai
pada kemasan.

8. Virus
Virus merupakan penyakit yang paling banyak menggagalkan budidaya tomat.
Virus tanaman tomat diantaranya ToMV, PVX, TMV dan CMV. Virus merupakan
penyakit yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan terutama pada musim
kemarau. Gejala serangan umumnya ditandai pertumbuhan tanaman tomat mengerdil,
daun mengeriting dan terdapat bercak kuning kebasah-basahan. Penyakit virus sampai
saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit virus ditularkan dari satu tanaman ke
tanaman lain melalui vektor atau penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi
menjadi penular virus diantaranya thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia
dapat juga berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun
tangan terutama saat perempelan.
Beberapa upaya penanganan virus antara lain : membersihkan gulma (gulma berpotensi
menjadi inang virus), mengendalikan hama/serangga penular virus, memusnahkan
tanaman tomat terserang virus, kebersihan alat dan memberi pemahaman kepada tenaga
kerja agar tidak ceroboh saat melakukan penanganan terhadap tanaman tomat.

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Budidaya Tomat


Pengendalian hama ulat tanah dan nematoda dilakukan secara bersamaan cukup satu
kali pemberian insektisida, yaitu 1gram per lubang tanam.
Pengendalian hama ulat grayak, ulat buah, kutu daun, kutu kebul, lalat buah dan
penyakit menggunakan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan
aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan (jangan menggunakan bahan
aktif yang sama secara berturut-turut).

3.5. PANEN
Budidaya tomat baru bisa dipanen 60-100 hari setelah tanam, tergantung dari
varietasnya. Tomat tipe determinite dapat dipanen pada umur 65 hst dan tipe
indeterminate umur 75 hst. Buah 25% masak siap untuk dipanen.

Penentuan waktu panen berdasarkan umur tanaman kadang kala tidak efektif.
Sebaiknya gunakan pengamatan fisik terhadap tanaman. Tanaman tomat sudah
dikatakan siap panen apabila kulit buah berubah dari hijau menjadi kekuning-kuningan,
bagian tepi daun menguning dan bagian batang mengering.

Pemetikan hendaknya dilakukan di pagi atau sore hari karena pada siang hari
tanaman masih melakukan fotosintesis. Pada keadaan demikian penguapan sedang
tingi-tingginya sehingga buah tomat yang dipetik akan cepat layu. Pemanenan bisa
dilakukan setiap 2-3 hari sekali. Di Indonesia produktivitas tanaman tomat secara rata-
rata mencapai 15,84 ton per hektar. Namun untuk varietas tertentu dan didaerah-daerah
tertentu bisa mencapai 25-30 ton per hektar.

Anda mungkin juga menyukai