Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PEMBAHASAN
A. Latar Belakang

Eskatolog ‘ Doktrin mengenai zaman akhir (Yunani: ta eskhta) yang masukke dalam
wacana Kristen dengan makna: Kematian, surga, dan neraka. Namun dalam studi
Alkitab kata ini menunjuk pada gagasan-gagasan, baik dalam PL, PB, maupun
literatur inter-testamental, menegnai periode sejarah atau keberadaan yang terakhir.
‘Akhir’ dapat berarti titik penghabisan, atau peristiwa-peristiwa yang dengannya
segala sesuatu dinilai.

BAB II
Pembahasan

Eskatologi dalam Alkitab


a. Eskatologi Dalam Perjanjian Lama
 Aspek esensial doktrin eskatolog ialah fakta futuristik, yaitu pengungkapan sejumlah
peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang melalui nubuat pada masa yang
lampau. Sebab itu nubuat Alkitab menjadi fokus dominan dalam penyelidikan dan
pembahasan doktrin eskatologi.

Dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu. Tuhan
adalah Raja, raja yang besar mengatasi segala allah (Mzm 93:1; 95:3) adalah konsep dasar
seluruh agama perjanjian lama (keluaran 15:18; Yes 43:15). Tetapi pemerintahan Allah
ditentang dan dilawan. Iblis mengajak manusia untuk memberontak terhadap Allah (kej 3),
bangsa-bangsa memuja berhala dan melakukan kejahatan (2 Raja 17:29) dan Israel sendiri
mengalami kemunduran rohani dan mereka dikalahkan oleh musuh-musuhnya.
Dari pertentangan-pertentangan ini timbullah keyakinan bahwa Allah pasti akan
mempertahankan kuasaNya sebagai raja (Yes 2:1-5; Zef 3:15; Za 14:9-10) pada hari Tuhan
yang akan datang (Mal 4:1-2). Hari itu dihubungkan dengan Mesias (Yes 4:2; 9:6-7; 11:1-2)
Ia merupakan pemimpin yang besar seperti daud ( I Tawarik 17:11-14; Maz 72) dan melalui
dia hari Tuhan akan datang dengan membawa penghukuman bagi bangsa-bangsa serta
pembebasan bagi Israel (Mal 3:1).
 Perkataan atau istilah Eskatologi tidak ada disebutkan dan ditemukan dalam dalam
dunia Perjanjian Lama. Tetapi hakekat tentang eskatologi memang sudah ada, yang
dikenal dengan istilah Hari Tuhan . Istilah ‫ יום‬diartikan dengan waktu yang sangat
lama sekali, suatu musim tertentu dimana peristiwa luar biasa terjadi, seperti
kemakmuran, kejayaan, dan bahkan suatu peristiwa yang merugikan yang
mendatangkan bencana. Jadi dapat dikatakan bahwa Hari Tuhan bisa merupakan
suatu hukuman dan rahmat/kesenangan. Zaman Perjanjian Lama kepercayaan yang
berkembang dan populer bagi Israel adalah tentang datangnya suatu hari ketika Allah
secara dramatis campur tangan melepaskan umat-Nya dan berbagai ketakutan dan
penindasan. Biasanya untuk memperingati peristiwa tersebut diadakan perayaan
tahunan dengan mengadakan upacara korban, dengan harapan akan menjadi
kemakmuran dan kemenangan Israel atas musuh. Dalam pertengahan abad ke-8 sM
menyerukan bahwa kemakmuran yang diperoleh Israel adalah dengan pemerasan dan
pelaksanaan agama palsu, dan ketikan hari tiba maka akan nyata dan itulah hari
penghakiman (bnd. Am. 5:18-27).

Menurut A. Lamorte dan G. F. Hawthorne ”Prophecy” dalam dictionary of teology


bahwa nubuat dalam Perjanjian Lama dibagi dalam dibagi tiga kategori penting. Pertama,
nubuat tentang pembuangan bangsa Israel sebagai hukuman Allah terhadap dosa bangsa
pilihan itu, namun Allah berjanji untuk memulihkan atau memulangkan bangsa tersebut
setelah selesai periode pembuangan. Kedua, nubuat mesianik meliputi kedatangan seorang
penebus Israel dan dunia (Yes 52:13-53:12; Mi 5:1-2). Ketiga, Nubuat eskatologis, yakni
menunjuk pada peristiwa-peristiwa yang terjadi di akhir zaman ketika Mesias datang kembali
untuk mendirikan Kerajaan allah dibumi.
Selanjutnya, nubuat dalam Perjanjian Lama dapat dibagi yaitu pertama, yang sudah di
genapi meliputi pembuangan Israel ke Asyur 722 SM dan ke Babel 586 SM serta pemulangan
kembali bangsa Israel ke tanah perjanjian. kedua, nubuat dalam proses penggenapan yakni
menyangkut restorasi negara israel modern menurut para nabi (9Yes 27:12-13; Yer 31:31;
Yeh 37:21). Ketiga nubuat yang belum digenapi yaitu pemulihan secara total tanah palestina
bagi bangsa Israel (Yes 27:12-13; Yer 31:1-5; Yeh 37:11-14, penghancuran musuh-musuh
Israel, (Yes 17:1-3, Yer 30:11), pertobatan kolektif bangsa Israel Yeh 37:6,10).
Perebutan Yerusalem (586 sM) dan pembuangan Israel Utara dipandang sebagai
penggenapan nubuat Amos. Walau demikian, dibalik penghakiman yang diterima
suatu hari, yakni pemulihan Israel dan pemerintahan YHWH akan dipulihkan/ditegakkan atas
seluruh bumi (Yes. 40). Soedarmo mengatakan ‫ יום יהוה‬berisikan beberapa nubuat, yakni:
(1) Hari Tuhan yang mendatangkan penghukuman.
(2) Bangsa Israel bertobat dan Tuhan akan mengembalikan dari pembuangan.
(3) Yerusalem akan dipulihkan dan Bait Allah akan dibangun kembali.
(4) Sang Mesias akan datang dari keturuan Daud dan akan memegang pemerintahan yang
kuat.
(5) Akhir zaman akan datang kemudian.
Sama seperti Amos, Yeremia (650 sM) menubuatkan bahwa kedatangan Hari
Tuhan itu ditandai dengan masa-masa kehancuran Yehuda/Yerusalem, yakni: masa
pemerintahan Raja Yosia (621 sM), masa pemerintahan Raja Yoyakim (608-597 sM dan 598
sM), masa pemerintahan Raja Zedekia (597 sM-kematiannya). Walaupun Hari Tuhan datang
sebabai hukuman, namun Yeremia tetap yakin bahwa Allah tidak akan meninggalkan Israel.
Ia tetap memberikan semangat bahwa akan ada keselamatan yang sesuai dengan recana Allah.
Pengharapan itu berdasarkan pada kebaikan, kesetiaan dan keadilan Allah. Bukan rencana
Allah namun rencana Allah akan membawa dalam terang. Nubuat-nubuat yang disampaikan
Yeremia mengandung empat komponen, yaitu:
a) Dasar dari harapan adalah keyakinan atas kesetiaan dari kasih Allah (Yer. 29:5-9, 11).
(b) Keselamatan eskatologis itu berlaku bagi para buangan; jadi sisa bangsa Yehuda
dipelihara Allah (Yer. 24:5-7, bnd. Yer. 3:11-13),
(c) Kota suci yang hancur akan dibangun kembali (Yer. 33:4-9),
(d) Datangnya keselamatan dari Tunas Daud (Yer. 23:5ff; 30:9, 21; 33:14-18),
(e) Janji perjanjian baru yang akan diikat YHWH dengan bangsa Israel (Yer. 31:31-34;
32:37-41).
Sehubungan dengan akan adanya harapan di dalam tunas Daud, Yeremia mengkategorikan
sebagai berikut:
(a) Ia akan memerintah sebagai raja.
(b) Ia akan berlaku bijaksana; bahwa raja yang akan datang adalah raja yang takut akan Allah,
yang berbeda dengan raja-raja masa itu (Yer. 10:21).
(c) Dia disebut sebagai keadilan yang memenuhi tugas sesuai dengan perintah ilahi.
(d) Ia akan melaksanakan teori dan praktik hukum serta keadilan di atas bumi.
Para nabi menatap ke depan, kepada saatnya Allah Israel yang berulang-ulang
memperdulikan umat-Nya dalam sejarah mereka. Akan mengindahkan mereka untuk
menghukum orang fasik, melapaskan orang-orang benar dan untuk menyucikan bumi dari
seluruh kejahatan. Hari Tuhan dengan ungkapan lain ”pada hari itu” mengartikan kepedulian
Allah, dan lebih menekankan sifat kejadian itu daripada waktunya. Justru hari Tuhan berarti
kepeduluan Allah yang sudah terjadi dalam sejarah (Amsal 5:18; Yoel 1:15) maupun
kepedulian terakhir pada akhir zaman (yoel 3:14, 18; Zef 3:11, 16; Za 14:9). Pada hari yang
terakhir Allah akan datang untuk mendirikan kerajaanNya. (Yesaya 2:2-4, Hosea 3:15).
Beberapa pribadi bersifat mesianis tampil dalam rangka pengharapan akan perjanjian
lama seorang raja dari keturunan Daud (Yes 9:6-7), seorang hamba yang menderita (Yes 53),
yang turun dari sorga (Dan 7:13-14) akan tetapi sering kali bahwa yang disangka datang itu
adalah Allah sendiri untuk membebaskan umatNya (Yes 26:21; Mal 3:1-2).
Menurut Mowinckel dalam buku Pengharapan Mesias dalam Perjanjian Lama ia
mengatakan Asal-usul gagasan adanya mesias dapat ditelusuri dengan gagasan raja yang ilahi.
Pengharapan mesias itu timbul karena pengalihan gambaran raja keturunan Daud yang ideal
pada masa raja-raja masa yang akan mendatang. Para nabi makin jelas sslangsung. Didalam
beberapa bagian Perjanjian Lama sering disebutkan bahwa dinasti Daud akan abadi, tanpa
menyebut nama seorang putra Daud ( 2 Sam 7:12-17; Yer 33:17; Maz 88:4, 29; Maz 18:5).

 Eskatologi dalam arti teologis adalah secara konkret berbicara mengenai pengharapan
orang beriman akan kedatangan Allah. Orang beriman berharap kepada Tuhan (Mzm
31:25; lih 33:22; 38:16; 39:8; 42:6,12; 43:5; 130:7; 131:3). Berpuluh-puluh kali
dikatakan bahwa Israel berharap kepada Tuhan. Tuhanlah “pengharapan Israel” (Yer
14:8, lih ay.22; 17:13). Bersama pemazmur, orang Israel yang saleh itu berdoa;
“Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah” (Mzm
71:5). Dari kutipan tersebut tampak bahwa pengharapan itu sekaligus ungkapan iman
yang kuat, sebagaimana juga tampak dalam kitab Yesaya ini: “Sungguh, Allah itu
keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab Tuhan Allah itu
kekuatanku, Ia telah menjadi keselamatanku” (Yes 12:2). Selain unsur kepercayaan
ada juga unsur eskatologis sebab pengharapan itu “harapan untuk hari depan: (Yer
31:13; bdk Hos 12:7). Allah bukan hanya tujuan harapan, tetapi juga sumbernya:
“hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku” (Mzm
62:6; lih Yer 29:11). Pengharapan ini memberikan perdamaian dan kepastian: “Allah
itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan
sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun
gunung-gunung goncang di dalam laut” (Mzm 46:2-3). “orang benar merasa aman
seperti singa muda” (Ams 28:1)
Kepastian pengharapan ini lain daripada kepastian perencanaan: :Hati manusia memikir-
mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya”(Ams 16:9).
Kepastian yang mencirikan pengharapan itu selalu berarti kepercayaan: meletakkan nasib
dalam tangan Tuhan. “Mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada
mereka yang berharap akan kasih setiaNya” (Mzm 33:18; lih 40:4; Ams 14:26; 23:17-18).
Dengan bertobat dan tinggal diam, kamu akan diselamatkan; dalam tinggal tenang dan
percaya terletak kekuatanmu” (Yes 30:15). Termasuk hakikat pengharapan bahwa apa yang
diharapkan itu belum dilihat. Oleh karena itu, harapan Yahudi yang sejati terungkap dalam
pengakuan ini: “Aku hendak menantikan Tuhan yang menyembunyikan wajahNya terhadap
kaum keturunan Yakub; aku hendak mengharapkan Dia (Yes 8:17).
Dasar pengharapan adalah kesetiaan Tuhan akan janji-janjiNya, yang terbukti dalam masa
yang lampau (Mzm 105-107). Maka itu, sang nabi dapat berkata dengan mantap: “Aku ini
akan menunggu-menunggu Tuhan, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku;
Allahku akan mendengarkan aku” (Mikha 7:7; lih Mzm 42:6). Pihak yang kepadanya janji itu
diberi adalah bukan pertama-tama orang perorangan melainkan dalam rangka perjanjian:
segenap umat, berhubung dengan nubuat kenabian; sisa yang suci, dan baru dalam amanat
apokaliptik, orang individual yang setia. Sepadan dengan itu horizon horizon janji menjadi
semakin luas, sampai akhirnya mencakup seluruh kosmos dan segala bangsa. Pengharapan
menjadi jembatan antara Perjajian pertama dan kedua karena dari dirinya sendiri tidak
membakukan cara penampakan Allah, tetapi tinggal terbuka bagi menifestasi yang baru dan
mengejutkan mengenai kasihNya yang kudus.

B . Eskatologi menurut Perjanjian Baru


Ketika Yesus lahir, pengharapan-pengharapan mesianik hidup dalam
masyarakat Yahudi. Pengharapanan akan datangnnya Mesias yang akan mengantar
Kerajaan Allah, yang penuh damai sejahtera. Ada banyak jenis pengharapan. Akan
tetapi, kerinduan yang paling mendalam ialah akan datangnya seorang penguasa baru
yang diurapi Allah. Ia akan membangun kembali takhta Daud dalam segala kemuliaan
di masa lalu.

Secara etimologi kata eskatologi berasal dari bahasa Yunani œscatoj, artinya terakhir,
terdapat 52 kali di dalam Kitab-kitab Perjanjian Baru. Dan 24 kali untuk kata parousia
di dalam Perjanjian Baru yang artinya kehadiran, kedatangan
Secara umum istilah eskatologi mengacu kepada pengertian terakhir (Mat. 5:26;
Luk 12:59) atau ruang (Kis. 1:8; 13:47) atau waktu (Mat. 12:45; 20:8 ff; 27:64; Mrk.
12:6, 22; Luk. 111:26; Yoh. 7:37; 1 Ptr. 2:20; Why. 2:19). Dan dalam LXX
disebut ¹m˜ra yang artinya hari Tuhan. Dalam dunia Yunani kata parousia dipakai untuk
kunjungan seorang pejabat tinggi. Dalam apokaliptik Yahudi dipakai untuk kedatangan
Allah atau Mesias-Nya.
Dalam studi Alkitab kata eskatologi menunjuk pada gagasan-gagasan, baik
dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, mengenai periode sejarah atau keberadaan
yang terakhir. Akhir dapat berarti titik penghabisan, atau peristiwa-peristiwa yang
dengannya segala sesuatu dinilai. Dalam Perjanjian Baru eskatologi merupakan gagasan
yang kompleks sekitar Kerajaan Allah dalam pengajaran Yesus, kedatangan Anak
Manusia, parousia, dan keadaan yang akan terjadi pada zaman yang datang.

C. Menurut Injil Sinoptis


Para penulis Injil sinoptis telah sepakat berbicara mengenai kemesiasan Yesus,
tidak saja melalui kesaksian langsung tetapi juga secara tidak langsung. Tradisi Injili
secara keseluruhan didasarkan pada kemesiasan Yesus yang terucapkan maupun yang
tidak terucapkan. Keseluruhan pesan pemberitaan para penginjil Sinoptik tidak akan
dipahami, tanpa adanya pengakuan atas kemesiasan Yesus. Pemahaman eskatologis
para penginjil tidak hanya menyangkut masa depan, tetapi jelas juga mengenai kini.
Di lihat dari sudut dimensi waktu, maka jelas bahwa ajaran-ajaran Yesus mengandung
dimensi waktu kini dan dimensi waktu yang akan datang.
Yesus hidup ditengah-tengah masyarakat Yahudi yang sedang dijajah oleh kekaisaran
Romawi. Dalam kenyataan seperti itu, Yesus tidak mengasingkan diri, tetapi sebaliknya Ia
melibatkan diri ke dalam kenyataan masyarakat. Konteks nyata berita Yesus adalah masa
penjajahan Romawi, usaha-usaha perlawanan orang Yahudi terhadap kuasa penjajah,
pertentangan intern keagamaan Yahudi, perjuangan orang-orang miskin. Di tengah kenyataan
seperti itu Yesus mengajar: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang kamu makan
atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu
pakai (Mat. 6:25). Ia bahkan mendorong orang agar bermurah hati kepada sesamanya sama
seperti Allah yang bermurah hati kepada mereka (Mat.5:43-44).
Di balik ajaran-Nya yang kena-mengena dengan waktu masa kini, terdapat pikiran pokok
Yesus mengenai Kerajaan Allah yang menjadi nyata dan berlaku. Tetapi carilah dahulu
Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat.
6:33). Berulangkali Yesus mengajarkan melalui perumpamaan bahwa Kerajaan Allah sudah
berlaku dan menjadi kenyataan masa kini. Kerajaan Allah itu telah datang atau amat dekat, di
Galilea bersamaan dengan kehadiran Yesus sendiri.
Penulis-penulis apokaliptik Yahudi sering menggunakan lambang-lambang seperti tanda-
tanda di langit untuk menggambarkan kedatangan Mesias yang diharapkan. Pada waktu
Yesus menggunakan bahasa yang sudah dikenal ini di dalam ucapan-Nya yang disampaikan
kepada orang-orang yang hidup pada zaman-Nya, Ia memasukkan arti yang lebih dalam,
karena Ia menunjuk pada diri-Nya sendiri sebagai orang yang akan datang itu. Dalam Mrk.
13:26; Mat. 24:30; Mrk. 14:62, Mat. 26:64; Luk. 21:27, juga menghubungkan kedatangan
Anak Manusia dengan Kerajaan Allah. Perkataan Anak Manusia dalam semua kitab Injil
sudah cukup jelas, yaitu: di masa saja, Anak Manusia itu dibicarakan, yang dimaksud tidak
lain kecuali Yesus, pada umumnya dalam fungsi-Nya di kemudian hari sebagai hakim. Dialah
hakim dunia yang akan menghakimi. Ia menuntut bahwa manusia jangan malu terhadap Dia
dan perkataan-Nya. Masa kini dapat menentukan masa depan. Masa kini mempunyai sifat
yang sangat khusus, suatu masa yang lebih bermakna, yakni masa eskatologis! Keputusan-
keputusan yang diambil pada masa kini berlaku dalam Kerajaan Allah. Dan di dalam Luk.
17:22-37, kedatangan Kristus Hakim dunia didahului oleh hal-hal yang biasa: setiap orang
akan melakukan kehidupannya sehari-hari, makan, minum, tidur, berdagang, kawin dan
seterusnya, dan pada waktu itu dengan tiba-tiba Anak Manusia akan datang ke dunia seperti
kilat yang menyambar.
Penekanan yang bersifat mesianis nampak jelas dalam penuturan Lukas tentang kelahiran
Yesus, pada saat malaikat memberitahukan tentang Yesus bahwa Ia akan disebut Anak Allah
Yang mahatinggi, yang akan menduduki takhta Daud dan Kerajaan-Nya tidak akan
berkesudahan (Luk.1:32-33). Dalam nyanyian Zakaria Mesias di sebut sebagai tanduk
keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu (Luk. 1:69). Untuk
memperlihatkan hubungan Mesias dengan Kerajaan Allah, yang dimaksud Mesias adalah
Anak Allah yang menyangkut masa depan. Hal ini lebih jelas kelihatan dalam perbandingan
matius 26:28 dengan Markus 9:1. Matius mengungkapkan: Anak Manusia datang sebagai
Raja dalam Kerajaan-Nya, sedangkan Markus menyatakan: Kerajaan Allah datang dengan
segera. Aspek ganda dari kerajaan itu, menerangkan mengapa ucapan-ucapan tentang Anak
Manusia menyangkut aspek masa kini dan menyangkut masa depan.
Dalam Injil Mrk. 9:1; Mat. 16:28; Luk. 9:27, Markus mencatat perkataan Yesus yaitu bahwa
beberapa orang yang hadir di sana tidak akan mati “sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan
Allah telah datang dengan kuasa”, sedangkan Matius menuliskan “sebelum merek melihat
Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya”. Catatan Lukas sama dengan
catatan Markus, tetapi tanpa kata-kata “datang dengan kuasa”. Catatan Markus dan Lukas
diartikan tentang aktifitas Kerajaan Sorga pada zaman ini, yang mulai sesudah Pentakosta
dalam kuasa Roh Kudus. Tetapi Matius menekankan kedatangan Anak Manusia.

D. Tulisan-tulisan Johanes
Pandangan yang bersifat horizontal, yang disajikan dalam kitab-kitab Injil
Sinoptik, memandang karya Allah bergerak terus dalam sejarah menuju klimaks
terakhir. Pandangan bersifat vertical, lebih nyata dalam Injil Yohanes, memandang
karya keselamatan Allah sebagai wujud surgawi, namun nyata, suatu dunia di atas
keberadaan dunia sekarang. Anak Manusia telah turun dari sorga (Yoh. 3:13), tetapi
puncak dari misi-Nya dicapai pada waktu Ia pada waktu Ia ditinggikan dan menarik
orang-orang untuk datang kepada-Nya (Yoh. 12:32). Apa yang ditawarkan kepada
manusia adalah kehidupan yang kekal, yaitu kehidupan yang asalnya dari sorga dan
bukan dari dunia.
Penyataan yang paling jelas dalam Injil Yohanes yang berisi nubuat Yesus
mengenai kedatangan-Nya kembali terdapat dalam Yoh. 14:3, Aku akan datang kembali
dan membawa kamu ke tempat-Ku, ucapan ini menuntut adanya peristiwa yang terjadi
pada masa yang akan datang (bnd. Yoh 14:28, kamu telah mendengar, bahwa Aku telah
berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu
mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab
Bapa lebih besar dari pada Aku).
Di dalam 1 Yoh. 2:28, Yohanes mengingatkan pembacanya untuk tinggal di
dalam Kristus, Supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian
percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya. Dan dalam 1
Yoh. 3:2, mengharapkan kedatangan Kristus yang kedua kali dan yang menegaskan
bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya kita akan sama seperti Dia.

F. Menurut Paulus
Untuk menjelaskan tentang eskatologi, Paulus memperkenalkannya dengan tiga
istilah
1. Parousia, yang dipakai secara teknis untuk menyatakan kedatangan Tuhan
kembali. Paulus menggunakan istilah ini beberapa kali, kebanyakan di dalam surat-
surat kiriman kepada jemaat di Tesalonika (1 Kor. 15:23; ! Tes. 2:19; 3:13; 4:15;
5:23; 2 Tes. 2:1,8), dan senantiasa digunakan dalam pengertian kedatangan Kristus
kedua kali. Dalam penggunaan Perjanjian Baru, kata ini menunjukkan kedatangan
atau kehadiran seseorang. Kata ini tidak berarti kedatangan kembali, walaupun
gagasan itu tercakup di dalamnya karena kata itu dengan jelas menunjukkan
kedatangan Kristus yang berbeda dengan kedatangan-Nya pada waktu Ia
berinkarnasi menjadi manusia. Berhubungan dengan itu kata parousia segera
dipakai khususnya tentang peristiwa puncak yang akan terjadi nanti pada waktu
Kristus datang kembali pada hari-hari terakhir.
2. Apokalupsis, artinya penyataan. Terdapat dalam 1 Kor 1:7; 3:13. istilah ini
mengandung pengertian yang lebih bersifat teologis daripada istilah yang pertama,
karena di dalam istilah itu terkandung pengertian tersikapnya beberapa kebenaran
sorgawi yang sampai saat ini masih tersembunyi. Inkarnasi sesungguhnya
merupakan suatu penyataan seperti itu, tetapi kedatangan Yesus yang kedua
kali merupakan suatu penyataan yang lebih jauh, dan yang telah menjadi pusat
pengharapan jemaat akan masa yang akan datang.
3. Hari itu, yang sudah dikenal dari Perjanjian Lama dalam ungkapan hari Tuhan.
Paulus menerangkan untuk hari Kristus. Paulus mengemukakan gagasan
tentang hari dalam hubungannya dengan terang (bnd. Roma 13:11-14, yang
menyatakan bahwa hari telah hamper siang, secara jelas dikontraskan dengan hari
sudah jauh malan). Kedatangan Tuhan dan datangnya fajar dihubungkan dengan
erat dalam pikiran Paulus.
Teologi Paulus secara hakiki bersifat eskatologis, sebab titik pangkal teologi Paulus adalah
kebangkitan Kristus. Sifat eskatologis kebangkitan Kristus, khususnya berhubungan dengan
iman orang kristiani, yang ditegaskan Paulus di dalam Roma 3:21-26. kebangkitan Kristus
mempunyai arti keselamatan (Roma 4:25). Maka dengan tegas Paulus dapat berkata
bahwa kita hidup pada waktu, di mana zaman terakhir telah tiba (1 Kor. 10:11). Kendati
segala realitas, diterima dengan iman, Paulus selalu menekankan juga pengharapan. Ia berani
berbicara mengenai Allah pengharapan (Roma 15:13). Roh Kudus diberikan dalam hati kita
sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan (2 Kor. 1:22), oleh Roh, dan oleh karena
iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapankan (Gal. 5:5), kita menantikan
pernyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Pengarapan di sediakan di sorga (Kol. 1:5). Sebab
Kristus adalah pengharapan akan kemuliaan (Kol. 1:27). Dalam Roma 8:25, Paulus
menjelaskan pengharapan itu: jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita
menantikan dengan tekun (bnd. 15:4). Dari teologi Paulus ialah bahwa dalam zaman ini
sudah terlaksana zaman yang akan datang, karena kebangkitan Kristus.
Paulus menerima pandangan tentang kedatangan Kristus kedua kali sebagai peristiwa yang
sudah dekat yang akan terjadi melalui beberapa peristiwa yang mendahului kedatangan
Kristus. Dalam surat kiriman 1 Tes. 4:13 dst, tanda-tanda yang disebutkan menyertai
kedatangan Kristus yang kedua kali dan tanda-tanda yang menyertai mempunyai bentuk
apokaliptis yang jelas: suara yang keras, seruan penghulu malaikat, bunyi sangkakala dan
awan-awan. Dalam Roma 11:25 dst, ia memandang ke depan pada apa yang disebut
masuknya jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain yang merupakan batu loncatan yang
menentukan keselamatan Israel.

G. Menurut Kitab Wahyu


Dapat dikatakan bahwa Kitab Wahyu diarahkan pada peristiwa kedatangan
Kristus, mulai dari petunjuk yang mula-mula sekali dalam Wahyu 1:7. Dan Wahyu
19:11 dst tidak berbicara mengenai kedatangan tetapi mengenai perwujudan
(manifestasi).
Penggunaan kiasan-kiasan apokaliptik: kuda putih, mata yang bernyala, jubah dan
pedang yang tajam (Why. 19:11 dst). Beberapa dari gambaran ini terdapat dalam
penggambaran mengenai KRistus yang dimuliakan dalam Wahyu 1:12 dst. Orang yang
dimuliakan itu dinyatakan lagi dalam Wahyu 19. ia keluar dari sorga. Ia diberikan bermacam-
macam nama: Yang Setia, Yang Benar, Firman Allah, Raja segala raja, Tuan di atas segala
tuan (Why. 19:11,13,16), nama-nama itu mencerminkan kodrat-Nya. Di sampang itu, Ia
menampakkan diri dengan tujuan untuk menghakimi.

H. Langit baru dan bumi baru

Pada akhirnya datanglah langit baru dan bumi baru .hal ini sudah di nubuatkan di dalam PL.
Juga ( Yes.65:17 ) ,tetapi lebih terang dalam PB ( 2 Ptr. 3 : 13; 2 Kor . 5: 17: Why 21:1).
Bahwa langit baru manusia baru dan bumi baruini bersifat Rohani, dan 2 ). Bahwa langit baru
dan bumi baru ini di ciptaan baru, yang sama sekali tidak ada hubungan nyadengan langit
yang lama .kedua- duanya akan menjadi terang tida sesuai dengan pernyataan ini adalah :
bahwa langit baru dan bumi yang baru adalah lanjutan dari pada langit dan bumi yang
lama ,meskipun banyak sekali perbedaannya. Perbedaan ini ialah : adanya dosadan
pengaruhnya pada bentuk yang lama dan tidak adanya kedua-duanya pada bentuk yang baru
dari pada langit dan bumi.

Hal ini di sebut demikian ’’Dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu ’’( 1 kor.
7:31.) jadi yang akan lenyap bukan inti, bukan hakikat dari bumi ini,melainkan keadaan ( ’’
skema ’’, yang artinya penampakan, manifestasi ). Keadaan yang lama ini adalah keadaan di
pengaruhi oleh dosa dan oleh karena itu keadaan yang tidak terkutuk ( kej.3:17 ). Oleh
karena itu juga manusia yang menderita tetapi juga alam semesta ( Rm. 8: 18 : -25 ) .’’
keadaan dunia ini akan lenyap . ’’ lebih terang maksud dari ayat ini kalau di terjemahkan
demikian : keadaan dunia ini sudah mulai lenyap , yang pada akhirnya akan lenyap sekali . 1
yohanes 2 : 17 menyatakan hal ini juga dan yang tetap adalah ’’ yang melakukan kehendak
Allah . yang tetap adalah kerajaan Allah di mana kehendak-nya taati. Dan ’’kerajaan Allah
telah datang kepada mu ’’ ( lukas 17 : 21 ) . memang kedatangan yesus kristus mendatangkan
kerajaan Allah dan melenyapkan dosa dan pengaruhnya . dan ia datang untuk ’’
membinasakan perbuatan – perbuatan iblis ’’ ( 1 yoh . 3 : 8 ).

Kemuliaan dan kebahagian yang terakhir akan di rasakan di atas bumi kita ini tetapi telah di
bersihkan dari dosa dan segala akibat- akibatnya .ini berarti juga, bahwa kebahagian ini oleh
orang- orang selengkapnya,bukan dengan jiwanya saja, melaikan juga dengan Tubuh- Nya.
Di dalam kitab suci pertanyaan ini akan memdapat jawabanyang lengkap. Memang sering
kali dalam keadaan bahagia itu di nyatakan, tetapi kadang- kadang dengan cara negatif yaitu
bahwa hal- hal yang menghilangkan kebahagian yang hidup sekarang. Akan tidak ada lagi
maut ,perkabungan dan kesakitan akan tidak ada lagi ( Why . 21: 5; Luk. 20: 36 ; 1 kor . 15 :
26 dll ). Kadang- kadang kitab suci mengatakan bahwa segala hal yang di pandang indah dan
berharga dalam hidup ini.

Akan tetapi yang terbesar iala(h , bahwa hubungan dengan Allah, dan tidak terganggu lagi
dan dosalah yang mengganggu hubungan ini dan oleh karena itu dosa tidak akan ada lagi dan
hubungan dengan Allah semangkin erat lagi. Orang akan mengindra kemulian sang Anak
( Yoh . 3: 3: 2 ). Orang akan melayani Tuhan gangguan nama Allah akan di tulis di dahi
mereka. ( Why . 21 : 22 ) ,tetapi mereka akan tampak abdi- abdi Allah. Berada bersama-
sama dengan Kristus ( Flp .1 : 23, pernyatan , bahwa bahwa Allah akan bersama dengan
umatnya ).

’’ Akan tidak tidak ada bait suci di dalam- Nya ( Yerusalem baru ).karena Allah , Tuhan
yang maha kuasa dan Anak domba itulah Bait sucinya ( Why .21 : 22 ) artinya Allah tidak
akan tinggal di tempatnya yang istimewa sewperti di yerusalem seperti di Yerusalem yang
lama tetapi yerusalem yang baru ada di dalam Allah di mana- mana Anak Allah dan domba
itu ada yerusalem baru , berarti umat Allah satu dengan Tuhan .orang- orang percaya telah
nyata- nyata anak Allah dan menghadap kepada bapanya. Inilah yang di natikan oleh oleh
segala makhluk yang ’’dengan sangat rindu menantikan ’’.

Di dalam kitab suci menyatakan , bahwa Tuhan Yesus datang untuk menyelamtkan umat-Nya
( Mat. 1:21 ) namanya tersurat di kitab hayat ( Why . 20 : 15 ) dengan terang : orang yang
percaya dan orang tidak percaya dan akan di lemparkan di lautan Api ( Why . 20:15 ) atau
mereka akan mengalami hal- hal yang serupa dengan Allah. Mengenai hal ini kitab suci tidak
akan memberikan jawaban dan kita hanya percaya kepada anugrah Tuhan yesus kristus dan
cukup bagi segala di muka bumi menolak anugrah akan di jatuhkan oleh hukuman dan
tentang yang belum mendengar berita anugrah tentang Allah. Dan kita sudah mendengarkan
tentang firman Tuhan dan harus berjuang .

BAB III
Penutup
Kesimpulan

Eskatologi Dalam PL
 Nubuat tentang pembuangan bangsa Israel sebagai hukuman Allah terhadap dosa bangsa
pilihan itu, namun Allah berjanji untuk memulihkan atau memulangkan bangsa tersebut
setelah selesai periode pembuangan.
 Nubuat mesianik meliputi kedatangan seorang penebus bagi Israel dan dunia (Yes 52:13-
53:12; Mi 5:1-2).
 Nubuat eskatologis, yakni menunjuk pada peristiwa-peristiwa yang terjadi di akhir zaman
ketika Mesias datang kembali untuk mendirikan Kerajaan Allah di bumi
Dan juga dalam PB.
 Eskatologis bukan hanya berbicara tentang masa yang akan datang tapi juga masa kini
melalui inkarnasi Allah di dalam Yesus Kristus yang menjadi manusia.
 Kedatangan Kristus kedua kali ke dunia sebagai hakim, dan tidak ada yang akan
mengetahuinya kapan saatnya tiba.
 Titik pangkal teologi Paulus adalah kebangkitan Kristus yang bersifat eskatologis
dalamg rangka keselamatan.

Anda mungkin juga menyukai