PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas
menurut Permenkes No. 25 tahun 2016 tentang. Lanjut usia atau lansia adalah
bagian dari proses tumbuh kembang, manusia tidak tiba-tiba menjadi tua, tetapi
berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Lansia
merupakan suatu proses yang alami, semua orang akan mengalami proses
menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana
manusia akan mengalami penurunan fisik, mental dan sosial secara bertahap
(Azizah, 2011). Seorang lansia jika makin bertambah usianya maka hal yang
Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada lanjut usia adalah
masalah kesehatan (Permenkes No. 25, 2016). Akibat yang ditimbulkan dari
lansia, lansia dianggap sebagai individu yang tidak mampu, serta sudah tidak
1
2
kemunduran fisik, psikis, dan sosial lansia yang dapat digambarkan melalui
2014).
Interaksi Sosial yang lanjut usia lakukan sangat penting seperti penelitian
yang dilakukan oleh Widodo dan Aniroh (2013) yang menunjukkan bahwa
interaksi sosial yang dilakukan lanjut usia dapat mencegah depresi pada lanjut
usia. Interaksi sosial yang dilakukan lanjut usia akan menimbulkan perasaan
bahagia karena berkurangnya kondisi terisolir, dan lanjut usia merasa berguna.
Lanjut usia yang melakukan interaksi sosial memiliki banyak teman atau relasi
dan memiliki aktivitas untuk mengisi waktu luang sehingga lanjut usia akan
merasa berguna dalam menjalani hidup. Selain mengurangi depresi pada lanjut
usia, interaksi sosial juga dapat memperpanjang hidup lanjut usia. Adanya
interaksi sosial pada lanjut usia membuat lanjut usia mendapat dukungan dari
Banyaknya relasi yang dimiliki membuat lanjut usia saling membantu dan
Life atau WHOQOL yang dikutip oleh Pratiwi (2015) kualitas hidup sebagai
sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan
yang dikeluhkan oleh lansia apalagi keluhan tersebut yang mengganggu setiap
tertinggi nomor empat di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat.
harapan hidup. Akan tetapi jumlah lanjut usia yang tinggi juga menyebabkan
usia menjadi rendah sehingga beberapa lanjut usia tidak menikmati hari tua dan
merasa menyesali hari tua yang dimiliki (BKKBN, 2010 ; Ulfa,2014). Lanjut
yang besar dari keluarga. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Jawa
Barat, jumlah penduduk lanjut usia pada 2013 mencapai 3.434.909 jiwa dari
Rawa Lumbu RT05/RW08 Bekasi pada bulan April 2019 mendapatkan data
dari Ketua RT dengan kriteria kualitas hidup lansia ini berdasarkan kesehatan
yang ada yaitu 50 orang dan dari 10 orang lansia yang diwawancarai
Lumbu RT05/RW08 Bekasi, Bahwa lansia ini adalah saat seseorang sudah
memasuki masa pensiun dan sudah tidak ada kekuatan lagi dalam menjalankan
hidupnya dengan adanya interaksi sosial yang baik akan membuat lansia
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
non farmakologi.
Peneliti ini dapat menjadi sarana bagi penulis untuk menerapkan ilmu
program kerja dalam rangka kegiatan interaksi sosial lansia sebagai upaya
d. Bagi lansia
2. Manfaat praktis
E. Keaslian Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia
1. Pengertian lansia
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
pudjiastuti (2003). Lansia menurut Hawari (2001), adalah keadaan yang ditandai
Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara
misalnya kemunduran fisik, yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
7
8
(Nasrullah,2016).
b. Usia dewasa penuh (Middle years) atau maturitas (usia 25 – 60/65 tahun)
a. Teori Biologi
program genetik di dalam nuklei. Jam ini berputar dalam jangka waktu
tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka akan
penelitian, dari teori itu ditunjukkan dengan adanya teori membelah sel
zat kimia dapat memperpendek umur menurut teori ini mutasi progesif
fungsional tersebut.
11
2) Teori Error
3) Teori autoimun
menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel maka hal ini akan
bertambahnya prevalensi antibody pada lanjut usia. Dalam hal ini sistem
sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein dan asam
lemak tak jenuh. Makin tua umur makin banyak terbentuk radikal bebas
5) Teori kolagen
b. Teori Psikososial
1) Activity theory
2) Continitas theory
3) Dissaggement theory
6) Jung Theory
perkembangan kehidupan.
maksimum.
13
dengan usianya.
c. Teori Sosiologi
Teori sosiologi tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain:
antara lain:
tujuan masing-masing.
mengeluarkan biaya.
kegiatan sosial.
14
mungkin.
usia.
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku dan harapan
ini pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961). Teori ini
and values).
diantaranya :
b. Tipe mandiri
yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta
memenuhi undangan.
pengkritik.
16
d. Tipe pasrah
e. Tipe bingung
a. Sel:
b. Sistem pernafasan:
setiap harinya).
7. Defisit memori.
c. Sistem pendengaran:
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 65
tahun.
keratin.
ketegangan / stress.
berputar).
d. Sistem penglihatan:
lensa.
7. Daya membedakan warna menurun, terutama pada warna biru dan hijau
pada skala.
e. Sistem kardiovaskuler
2. Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula
g. Sistem pernafasan
bernafas menurun.
berkurang.
10. Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun
h. Sistem pencernaan
setelah umur 30 tahun. Penyebab ini meliputi kesehatan gigi dan gizi
yang buruk.
2. Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi
3. Esophagus melebar.
berkurang.
i. Sistem produksi
Wanita:
3. Atrofi payudarah.
4. Atrovi vulva.
Pria
secara berangsur-angsur.
kemampuan seksual.
prostat.
j. Sistem genitourinaria
1. Ginjal
urine darah yang masuk keginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari
akibat atrofi, aliran darah ginjam menurun sampai 50% sehingga fungsi
berat jenis urine menurun, proteinuria (biasanya + 1), BUN (blood urea
glukosa meningkat.
sejak usia 30 tahun (Cox Jr. dkk ,1985). Jumlah darah yang difiltrasi
2. Vesika urinaria
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada pria lanjut usia ,
meningkat.
3. Pembesaran prostat
4. Atrofi vulva
masih ada. Tidak ada batasan umur tertentu kapan fungsi seksualnya
k. Sistem endokrin
endokrin dalam tubuh yang mengatur agar arus darah ke organ tertentu
darah. Kegiatan kelenjar anak ginjal ini berkurang pada lanjut usia.
dan LH.
7. Aktivitas tiroid, BMR (Basal Metabolic Rate) dan daya pertukaran zat
menurun.
testoteron menurun.
l. Sistem integumen
epidermis).
cokelat.
24
m. Sistem muskuloskoletal
dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang
tersebut.
aus.
5. Kifosis.
25
berkurang).
12. Atrofi selaput otot, serabut otot mengecil semingga gerakan menjadi
lamban, otot keram, dan menjadi tremor (perubahan pada otot cukup
Menurut Nasrullah,2016
6. Perubahan Mental
Dibidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat sikap yang
semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki
sesuatu. Yang perlu dimengerti adalah sikap umum yang ditemukan pada
berwibawa. Jika meninggal pun mereka ingin meninggal secara terhormat dan
26
mental:
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan.
Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Lebih sering
a. Kenangan (memori)
Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari yang lalu dan
7. Perubahan Psikososial
family.
8. Perubahan Spiritual
1970)
b. Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini dilihat
dan bertindak dengan cara memberi contoh cara mencintai dan keadilan
B. Kualitas Hidup
dimasyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait
dengan tujuan, harapan, standar, dan juga perhatian. Kualitas hidup dalam hal ini
merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik
Kualitas hidup pada lansia dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu kesejahteraan
perkembangan pribadi, intelektual dan kondisi materi (Coben & Lazarus dalam
Larasati, 2011).
29
kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap kesehatan fisik, sosial dan
emosi yang dimilikinya. Hal tersebut berkaitan dengan keadaan fisik dan emosi
(Ekasari,Riasmini,Hartini, 2018)
yaitu objektif dan subjektif. Kualitas hidup digambarkan dalam rentang dari
Kualitas hidup dari dimensi subjektif didasarkan pada respon psikologis individu
terhadap kepuasan dan kebahagian hidup. Jadi kualitas hidup subjektif adalah
sebagai persepsi individu tentang bagaimana suatu hidup yang baik dirasakan
subjektif dan evaluasi dari kondisi kehidupan individu yang didasarkan pada
standar internal (nilai, harapan, aspirasi,dll). Pada lansia aspek signifikan dari
sistem dukungan sosial, tingkat finansial tertentu, perasaan berguna bagi orang
budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal dan dalam hubungannya dengan
perspektif klien dalam kualitas hidup dan asumsi pada evaluasi dari beberapa
domain kehidupan oleh klien. Secara garis besar komponen kualitas hidup
31
dibagi dalam fungsi fisik, psikologis dan sosial. Beberapa studi menambahkan
domain yang lain seperti sensasi somatik, fungsi okupasi, status ekonomi, fungsi
nyeri dan tidak nyaman, tidur dan istirahat serta kapasitas kerja.
aktivitas seksual.
serta menunjukan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang
ditandai dengan penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling
berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada lansia dapat berupa
32
terhadap mental dimana lansia merasa nilai diri dan kompetensinya menurun,
C. Interaksi Sosial
maupun individu lainnya dan atau individu dengan kelompok masyarakat yang
mampu diwujudkan dalam bentuk kerja sama serta persaingan dan pertikaian
yang sulit dihindari terjadinya pada tempat dan waktu tertentu. (Mapata, 2017)
adalah hubungan antar dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang
atau sebaliknya”. (2). Menurut Gillin (1954) yang menyatakan bahwa interaksi
kelompok orang, dan orang perorangan dengan kelompok. (3). Interaksi sosial
d. Terdapat dimensi waktu, meliputi masa lalu, masa kini, dan masa
mendatang.
lainnya. Karena itu untuk mewujudkan interaksi sosial , sangat diperlukan syarat
a. Kontak sosial
antara individu satu dengan individu lainnya, maka dapat terjadi suatu
pada masyarakat tertentu. Kalau tidak ada kontak sosial dalam kehidupan
34
saling memahami asal usul terutama suku bangsa, agama, budaya, bahasa,
dan istiadat dan keragaman sosial budaya lainnya, yang merupakan kekayaan
didalam suatu keutuhan bangsa dan atau intergrasi bangsa dalam kerangka
b. Komunikasi sosial
Indonesia.
35
tertentu kapan dan dimana saja, maka kehidupan setiap individu akan merasa
melalui alat komunikasi modern yang semakin canggih. Salah satu tujuan
suku bangsa, budaya, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Apabila
terjadi suatu kontak sosial dan komunikasi sosial yang semakin baik
c. Hubungan sosial
dan kadang sebaliknya terjadi konflik sosial budaya yang sulit dihindarinya pada
a. Akomodasi
Akomodasi adalah proses dan cara yang dilakukan setiap individu dalam
1) Mengurangi pertentangan.
untuk sementara waktu dan berusaha dapat menjalin kerja sama pada salah
satu kelompok yang dikehendaki oleh setiap individu yang sedang bertikai,
b. Kerja sama
Kerja sama (Cooperatif) merupakan salah satu bentuk interaksi sosial dalam
tidak mendapatkan uang dari setiap jerih payah yang selesai dikerjakannya
c. Asimilasi
khas yang merupakan salah satu bagian karakter yang dimilikinya, sehingga
terwujudnya interaksi sosial pada masyarakat tertentu. Oleh karena itu, maka
saling menyesuaikan.
ciri khas bagi setiap individu pada kehidupan masyarakat kapan dan dimana
masyarakat Indonesia.
d. Kontravensi
Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan
menghindar.
Ariwibowo,2018 diantaranya:
40
a. Imitasi
b. Sugesti
Yaitu sikap, pandangan, dan pendapat orang lain yang diterima tanpa dipikir
ulang.
c. Simpati
Yaitu suatu proses ketika seseorang merasa tertarik kepada pihak lain berkaitan
d. Identifikasi
Yaitu kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama
e. Empati
Yaitu kemampuan untuk merasakan keadaan orang lain dan ikut merasakan
f. Motivasi
Berikut ini adalah beberapa sifat interaksi sosial menurut Surahman dan
Ariwibowo,2018 diantaranya:
a. Aksidental dan tidak direncanakan, yaitu interaksi sosial yang terjadi secara
setiap pagi andi berpamitan kepada ayah dan ibunya setiap berangkat
kesekolah.
c. Teratur, yaitu interaksi sosial yang terjadi dengan pola yang sama dan
f. Pelakunya dua orang atau lebih, berarti interaksi sosial harus dilakukan oleh
dua orang atau lebih, interaksi tidak dapat terjadi pada satu orang saja.
42
D. Kerangka Teori
Skema 2.1 Kerangka Teori
Pengaruh Interaksi
Bentuk-bentuk Interaksi terhadap kualitas
Sosial Komponen Kualitas Hidup
hidup
1. Akomodasi
2. Kerja sama 1. Kesehatan fisik
3. Asimilasi
2. Kesehatan psikologis
1. Kontak social Dalam
3. Hubungan social
kehidupan masyarakat
menunjukkan terjadinya
4. Ligkungan
hubungan antara individu
Tahapan-Tahapan Interaksi satu dengan individu
Sosial lainnya
1. Tahap pendekatan
2. Komunikasi social
2. Tahap peregangan
3. Tahap terakhir Untuk meningkatkan
Meningkatkan Kualitas hubungan sosial yang
hidup lansia semakin harmonis dalam
suasana asimilasi dan
asosiatif
Sumber : 1. Mapata,2017 3. Hubungan social
2. Ekasari, Riasmini, Hartini 2018
3. Armen, 2015 Dalam kehidupan
masyarakat Indonesia
sesungguhnya individu
satu dengan individu
lainnya pada dasarnya
tidak dapat dipisahkannya.
BAB 111
A. Kerangka konsep
unsur yang terkandung dalam fenomena yang akan diteliti dan menggambarkan
variabel-variabel apa saja yang akan diteliti yang diturunkan dari konsep-konsep
interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di Kel.Sepanjang Jaya Rawa Lumbu
Keterangan Gambar :
= Variabel Independen
= Variabel Dependen
= Penghubung
43
44
B. Hipotesis
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
telah dilakukan untuk melihat hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup
lansia di Kel.Sepanjang Jaya Rawa Lumbu RT/05 RW/08 Kota Bekasi. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah interaksi sosial dan variabel dependen
sebagai berikut:
Lansia
Interaksi sosial
Hasil pengukuran:
Melakukan pengukuran interaksi Ada atau tidak
sosial dengan kualitas hidup lansia hubungan interaksi
sosial dengan
Kualitas hidup
kualitas hidup lansia
45
46
1. Populasi
melihat gambaran seluruh populasi sebagai unit dimana hasil penelitian akan
2. Sampel
Sampel adalah sebagai unit yang lebih kecil atau sekelompok individu
mengumpulkan data atau melakukan atau pengukuran pada unit ini. Pada
dasarnya penelitian ini dilakukan pada sampel yang terpilih dari populasi
C. Teknik Sampling
teknik penentuan sampel dengan maksud atau tujuan tertentu yang ditentukan
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen(Bebas)
interaksi sosial.
Variabel dependen atau variabel terkait dalam penelitian ini adalah kualitas
hidup.
E. Lokasi Penelitian
F. Waktu penelitian
1 Penentuan
judul
penelitian
2 studi
pendahulu
an
3 Waktu
penyusuna
n proposal
4 sidang
proposal
penelitian
5 Uji
Proposal
6 Pelaksanaa
n
Penelitian
7 Konsul
Hasil
Penelitian
8 Sosialisasi
Hasil
Penelitian
9 Hard
Cover
G. Analisan Data
a. Analisa Univariat
.
49
b. Analisa Bivariat
dependen yaitu interaksi sosial dengan variabel independen yaitu kualitas hidup
lansia. Uji statistik yang digunakan yaitu uji Chi Square, yaitu uji yang
kelompok data dan untuk mengetahui hubungan antara variabel kategori dengan
H. Definisi Operasional
I. Intrument Penelitian
kuesioner yang dibuat untuk mengetahui interaksi sosial dan kualitas hidup.
Skala yang digunakan untuk pengukuran kuesioner dengan skala Likert. Jumlah
a. Jenis Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari responden melalui teknik kuesioner yang
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari data sebelumnya yang didapatkan dari artikel yang
berkaitan dengan judul dan buku-buku yang terkait dengan studi penelitian
(Ramdani, 2014). Data ini peneliti dapatkan langsung oleh ketua RT05/RW08
1. Tahap persiapan
a) Meminta izin pengambilan data dan penelitian dari prodi Keperawatan (S1)
b) Meminta surat izin pengambilan data dan penelitian pada bagian kepala
c) Meminta data lansia yang ada di Kel.Sepanjang Jaya Rawa Lumbu RT/05
c. Tahap pelaksanaan
K. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti dan masyarakat yang akan
juga perilaku peneliti atau perilaku peneliti terhadap subjek peneliti serta suatu
suatu bidang keilmuan tertentu. Sedangkan subjek yang di teliti adalah orang
yang menjadi sumber informasi, baik masyarakat awam atau profesioal bidang
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
2. Confidentiality (Kerahasian)
Sebagai subjek peneliti memiliki privasi dan hak asasi untuk mendapatkan
menyangkut privasi subjek yang tidak ingin identitas dan segala informasi
cara meniadakan identitas seperti nama dan alamat subjek kemudian di ganti
3. Justice (keadilan )
berperikemanusiaan.
54
BAB V
HASIL PENELITIAN.
bagian Timur Kota Bekasi dengan luas wilayah 294,25 Ha km2, yang
1. Arisan RT
3. Pengajian
B. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
Tabel 5.1
Baik 26 59,1%
Kurang 2 4,5%
Buruk 16 36,4%
Total 44 100,0%
Pada tabel V.1 diatas dapat diketahui distribusi frekuensi interaksi sosial
Tabel 5.2
Baik 26 59,1%
Buruk 18 40,9%
Total 44 100,0%
Pada tabel V.2 di atas dapat diketahui distribusi frekuensi kualitas hidup
2. Analisa Bivariat
berikut:
57
Tabel 5.3
sebanyak 16 responden.
disimpulkan p value (0,000 < 0,05) hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak
artinya bahwa ada hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di
BAB VI
PEMBAHASAN
Interpretasi hasil yang dijelaskan pada bab ini mengacu pada tujuan
(4,5%), Hal ini disebabkan lansia kurang aktif dalam berinteraksi . Hasil
hidup menjadi baik . Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
hubungan sosial yang dinamis, baik antar individu satu maupun individu
yang sulit dihindari terjadinya pada tempat dan waktu tertentu. (Mapata,
lambang.
d. Terdapat dimensi waktu, meliputi masa lalu, masa kini, dan masa
mendatang
2. Kualitas hidup
(40,9%). Hasil yang dominan dengan frekuensi kualitas hidup baik dengan
baik membuat kualitas hidup menjadi baik. Hasil penelitian ini sesuai
kelelahan, mobilitas, nyeri dan tidak nyaman, tidur dan istirahat serta
kapasitas kerja.
aktivitas seksual.
Hal ini dikarenakan pola hidup yang diterapkan oleh lansia baik.
62
yang memiliki interaksi sosial baik dengan kualitas hidup baik sebanyak
responden (4,5 %), interaksi sosial buruk dengan kualitas hidup baik
Bekasi 2019.
a. Kontak sosial
b. Komunikasi sosial
masyarakat Indonesia.
c. Hubungan sosial
kemasyarakatan. Mapata,2017
terhadap kesehatan fisik, sosial dan emosi yang dimilikinya. Hal tersebut
Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Vricillia Intan
kualitas hidup pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Ina-Kaka Kota
ulang, misalnya setiap pagi andi berpamitan kepada ayah dan ibunya
dengan pola yang sama dan konsisten, misalnya setiap hari makan
dari lawan bicara/pihak lain. Pelakunya dua orang atau lebih, berarti
interaksi sosial harus dilakukan oleh dua orang atau lebih, interaksi tidak
4. Keterbatasan Penelitian
yaitu:
menertibkan responden.
masing-masing.
67
BAB VII
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa dari
sebagai berikut:
Kel.Sepanjang Jaya Rawa Lumbu Bekasi 2019 dengan nilai p value 0,000
Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan interaksi sosial dengan kualitas
B. Saran
2. Bagi Responden
Sebagai usaha untuk selalu berinteraksi yang baik guna untuk meningkatkan
4. Bagi peneliti
sumber dari hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia serta
DAFTAR PUSTAKA