Anda di halaman 1dari 15

317

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol


Rimpang Jeringau Merah (Acorus calamus Linn.)
terhadap pertumbuhan Shigella flexneri secara in vitro

Restu Wulandari1, Muhamad Agus Wibowo2, Delima Fajar Liana3


1
Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN
2
Program Studi Kimia, FMIPA UNTAN
3
Departemen Mikrobiologi Medik, Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN

Abstrak

Latar Belakang. Shigellosis adalah suatu infeksi akut pada kolon yang disebabkan oleh bakteri
shigella sp yang merupakan bakteri gram negatif famili Enterobacteriaceae, nonmotil, dan
berbentuk kokobasil. Jeringau merah (Acorus calamus Linn.) dari famili Acoraceae merupakan
tanaman tropis di Indonesia. Data empiris menunjukkan bagian rimpang dari tanaman jeringau
merah dapat digunakan untuk mengobati diare dan beberapa penelitian telah melaporkan bahwa
rimpang jeringau merah memiliki aktivitas antibakteri. Metodologi. Skrining fitokimia
menggunakan metode uji kualitatif. Rimpang jeringau merah diekstraksi secara maserasi
menggunakan pelarut metanol. Penelitian ini menggunakan sepuluh konsentrasi yaitu 10%, 20%,
30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100%. Kontrol positif menggunakan siprofloksasin
5μg dan kontrol negatif menggunakan pelarut metanol. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan
metode difusi cakram Kirby-Bauer terhadap Shigella flexneri. Hasil. Metabolit sekunder yang
terkandung dalam ekstrak metanol rimpang jeringau merah yaitu minyak atsiri, alkaloid, saponin,
tanin, dan triterpenoid. Ekstrak metanol rimpang jeringau merah memiliki aktivitas terhadap
pertumbuhan Shigella flexneri dosis efektif pada konsentrasi ekstrak 100%. Kesimpulan.
Metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak metanol rimpang jeringau merah yaitu minyak
atsiri, alkaloid, saponin, tanin, dan triterpenoid. Ekstrak metanol rimpang jeringau merah memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Shigella flexneri.

Kata Kunci: antibakteri, ekstrak metanol rimpang jeringau merah, Shigella flexneri

Background: Shigellosis is an acute infection of the colon caused by the bacterium shigella sp.
which is a gram-negative, bacterial family of Enterobacteriaceae , nonmotil , and cocobasille.
Jeringau merah (Acorus calamus Linn.) from the family of Acoraceae, is a tropical plant in
Indonesia. Empirical data shows the rhizome of jeringau merah can be used to treat diarrhea and
some studies have reported that jeringau merah rhizomes posses an antibacterial activity. Method.
Qualitative test was used in the phytochemical screening. Jeringau merah rhizomes were extracted
by maceration using methanol. This study used various concentration consist of 10%, 20%, 30%,
40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% and 100%. Siproflokxacin 5 μg/ disc was used as positive
control while methanol was used as negative control. The antibacterial activity test was carried
out with Kirby-Bauer disc diffusion method against Shigella flexneri. Result. Secondary
metabolites which are contained in the methanol extract of jeringau merah rhizomes are essential
oils, alkaloids, saponins, tannins, and triterpenoids. The methanol extract of jeringau merah
rhizomes possesses an activity against Shigella flexneri with effective concentration in the
concentration of 100%. Conclusion. Secondary metabolites which are contained in the methanol
extract of jeringau merah rhizomes are essential oils, alkaloids, saponins, tannins, and
triterpenoids. The methanol extract of jeringau merah rhizomes possesses a
antibacterial activity against Shigella flexneri.

Keywords: Antibacterial, methanol extract of jeringau merah rhizomes, Shigella flexneri

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 4. November 2015


318

(S. boydii) dan Shigella sonnei (S.


LATAR BELAKANG
sonnei).1 Sebanyak 612 anak-anak

Shigellosis atau sering yang mengalami diare di pusat-pusat

disebut sebagai disentri basiler kesehatan di Jakarta Selatan selama

merupakan suatu infeksi akut pada Februari 2005 hingga September

usus besar yang disebabkan oleh 2007 diidentifikasi bahwa 57 orang

kuman dari genus Shigella. Di dunia disebabkan oleh Shigella dan

sekurangnya terdapat 200 juta kasus didapatkan bahwa terbanyak


dan 650.000 kematian terjadi akibat disebabkan oleh Shigella flexneri

disentri basiler pada anak-anak sebesar 63,2%.3

dibawah umur 5 tahun.1 Di Jeringau merah termasuk

Kalimantan Barat prevalensi disentri dalam famili Acoraceae yang

basiler sebesar 4% dengan 7089 merupakan keluarga tanaman keladi

kasus dan merupakan penyakit ke 6 atau talas-talasan yang tidak berkayu

dari 10 penyakit yang paling sering dan hidup di tempat berair (semi-
terjadi di puskesmas diseluruh akuatik), dan merupakan salah satu

kabupaten di Kalimantan Barat pada tanaman endemik Kalimantan Barat.4

tahun 2011.2 Ada beberapa tempat di wilayah

Penyebab shigellosis adalah Kalimantan Barat sebagai habitat asli

kuman genus Shigella yang terdiri jeringau merah seperti Sanggau,

dari 4 spesies yaitu Shigella Ngabang, dan Kapuas Hulu dengan

dysentriae (S. dysentriae), Shigella karakteristik seperti jeringau biasa

flexneri (S. flexneri), Shigella boydii tetapi memiliki pangkal daun

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 4. November 2015


319

berwarna merah serta rimpang Siprofloksasin 5 μg/disk (sebagai

berwarna coklat kemerahan.5 kontrol positif), metanol, spiritus,

Beberapa penelitian telah pereaksi Mayer, kalium iodida (KI),

membuktikan khasiat dari rimpang magnesium (Mg), asam klorida

jeringau merah, infusa rimpang (HCl) pekat, besi (III) klorida (FeCl3)

jeringau merah potensial 1%, pereaksi Molisch, asam asetat

menghambat bakteri Escherichia coli (CH3COOH) glasial, H2SO4 pekat,

dan Salmonella thyposa.4 Informasi kloroform (CH3Cl), Media

ilmiah tentang penggunaan rimpang Salmonella Shigella agar (SS),

jeringau merah menunjukan air Media Mueller-Hinton agar (MHA),

rebusan (infusa) rimpang tumbuhan Standar Mc. Farland no. 0,5, Karbol

endemik tersebut dapat digunakan kristal ungu, lugol, air fukhsin, dan

untuk mengobati diare dan penyakit larutan natrium klorida (NaCl) 0,9%.

kulit. Berdasarkan pendekatan ini, Alat

dilakukanlah penelitian untuk Mikropipet, autoklaf, cawan

mencari aktivitas antibakteri dari petri, kertas saring whatman, tabung

rimpang jeringau merah terhadap reaksi, gelas beaker, gelas ukur,

salah satu penyebab diare berdarah batang pengaduk, desikator, hot

yaitu, Shigella flexneri. plate, magnetic stirrer, cawan

porselen, timbangan digital,


METODE
spektrofotometer UV-Vis Varian
Bahan
Cary 50, rotary evaporator, jarum
Ekstrak rimpang jeringau
inokulasi lurus, jarum ose, lampu
merah, akuades, alumunium foil.

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 4. November 2015


320

spiritus, korek api, gunting, cotton kemudian dikeringkan untuk dibuat

bud, kain kasa, mortal, oven, simplisia. Simplisia yang telah

inkubator, blender, vortex, kertas disortasi kemudian dihaluskan

aluminium foil, clean pack, kertas menggunakan blender.9,10

label, plastik wayang, botol vial, Pembuatan Ekstrak

kertas sampul cokelat, pinset, pisau, Hasil dari pengolahan dan

sikat, dan jangka sorong. pengubahan bentuk bahan baku

rimpang jeringau merah ini


Bakteri uji
didapatkan sampel sebanyak 1.359
Bakteri uji yang digunakan
gram. Pengeringan sampel dilakukan
dalam penelitian ini adalah kultur
di oven dengan suhu 40oC selama 48
murni Shigella flexneri yang didapat
jam. Sortasi kering kemudian
dari koleksi Unit Laboratorium
dilakukan pada simplisia dengan cara
Kesehatan Provinsi Kalimantan
memilih dan membersihkan bahan
Barat.
baku yang telah mengalami proses
Pengambilan dan Pengolahan
pengeringan dari kotoran-kotoran
Sampel
dan debu. Dari hasil proses
Rimpang jeringau merah
pengeringan, didapatkan simplisia
(Acorus calamus Linn.) diambi dari
sebanyak 315,7 gram. Setelah
kebun budidaya di jalan Ahmad
diperkecil ukurannya, simplisia
Yani, kota Pontianak pada pagi hari.
disimpan di dalam plastik bening
rimpang disortasi dari bagian yang
kemudian dimasukkan ke dalam
rusak dan kemudian dicuci dengan
wadah yang rapat dan diletakkan di
air PDAM hingga bersih. Rimpang

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 4. November 2015


321

tempat yang sejuk dan tidak terpapar kecepatan putaran 60 rotasi per menit

sinar matahari secara langsung. (rpm); dimana hal ini sesuai dengan

Perlakuan tersebut diberikan agar prinsip kerja dari rotary evaporator

kestabilan simplisia terjaga dan yakni untuk memisahkan ekstrak dari

menghindari kontaminasi. Simplisia cairan penyarinya maka penguapan

rimpang jeringau merah dimaserasi dilakukan pada suhu ± 5-10oC di

menggunakan pelarut metanol bawah titik didih pelarut oleh karena

sebanyak 20 x 24 jam mengunakan adanya penurunan tekanan.19,20,21

wadah botol kaca gelap. Maserasi Skrining Fitokimia

menggunakan sampel potongan- Pemeriksaan Alkaloid

potongan kecil simplisia rimpang Ekstrak sebanyak 1 ml

jeringau merah sebanyak 315,7 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi

yang dilarutkan dengan pelarut dan ditambahkan dengan 1 ml HCL 2

metanol sebanyak 600 ml. Selama N. Masing-masing 1 ml filtrat

maserasi, pengadukan dilakukan diambil dan dimasukkan ke dalam

dengan menggunakan shaker dengan tabung rekasi 1, 2, dan 3. Kemudian

kecepatan 200-250 rotasi/menit. ditambahkan dua tetes pereaksi

Maserat yang telah diperoleh dari Mayer pada tabung 1, dua tetes

proses maserasi ditampung dalam pereaksi Wagner pada tabung reaksi

wadah sebelum diuapkan 2, dan dua tetes pereaksi Dragendorff

menggunakan rotary evaporator. pada tabung reaksi 3. Hasil positif

Penguapan dengan rotary evaporator ditandai dengan terbentuk endapan

dilakukan pada suhu 48oC dengan putih pada tabung reaksi 1, endapan

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 4. November 2015


322

coklat pada tabung reaksi 2, dan kelompok senyawa steroid, jika

endapan orange pada tabung reaksi warna larutan berubah menjadi

3. Pemeriksaan diulang sebanyak merah menunjukkan adanya

tiga kali. 7,8,9,19 kelompok senyawa terpenoid.

Pemeriksaan Flavonoid Pemeriksaan diulang sebanyak tiga

Sampel sebanyak 1 ml kali. 7,8,9

dimasukkan ke dalam tabung reaksi,


Pemeriksaan Saponin
ditambahkan dengan serbuk
Sampel sebanyak 2 ml
magnesium sebanyak 1 gram dan 1
dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ml larutan asam klorida pekat.
lalu ditambahkan 10 ml air, setelah
Perubahan warna larutan menjadi
itu dikocok dengan kuat selama 10
warna kuning menandakan adanya
mnit lalu dibiarkan selama 10 menit.
flavonoid. Pemeriksaan diulang
Buih/busa yang terbentuk dan
7,8,9,12
sebanyak tiga kali.
bertahan lebih dari 10 menit
Pemeriksaan Terpenoid dan
menunjukkan adanya saponin.
Steroid
Pemeriksaan diulang sebanyak tiga
Sampel sebanyak 1 ml
kali. 7,8,9
dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

lalu ditambahkan dengan 1 ml asam


Pemeriksaan Tanin
asetat (CH3COOH) glasial dan 1 ml
Sampel sebanyak 1 ml
larutan asam sulfat (H2SO4) pekat.
dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
Jika warna larutan berubah menjadi
lalu ditambahkan 3 tetes besi (III)
biru atau ungu, menandakan adanya
klorida 5%. Bila terbentuk warna

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 4. November 2015


323

biru tua menunjukkan adanya tanin. Suspensi bakteri yang telah

Pemeriksaan diulang sebanyak tiga sesuai dengan standar 0,5 McFarland

kali.10,11,12 sebanyak 1 mL dimasukkan ke

Karakterisasi Bakteri Uji dalam cawan petri steril dan

Karakterisasi bakteri uji yang dituangkan media Mueller Hinton

dilakukan yaitu pewarnaan gram, Agar sampai mencapai kedalaman 4

penanaman pada media Salmonella- mm. Cawan petri digoyang-goyang

Shigella Agar, dan Triple Sugar Iron hingga suspensi bakteri dan media

Agar (TSIA). menjadi homogen dan media

Pembuatan Suspensi Bakteri dibiarkan memadat. Setelah itu

Koloni bakteri uji pada media diletakan cakram yang telah diberi

peremajaan yang telah berumur 24 ekstrak rimpang jeirngau merah

jam diambil menggunakan jarum ose dengan beberapa konsentrasi serta

dan disuspensikan ke dalam tabung kontrol positif dan negatif. Untuk

berisi 5 mL larutan NaCl steril 0,9%. kontrol positif, digunakan

Kekeruhan yang didapatkan siprofloksasin dengan dosis

kemudian disetarakan dengan standar 5µg/disk. Media diinkubasi pada

McFarland 0,5 yang setara dengan suhu 37o C selama 1x24 jam.

jumlah pertumbuhan 1x108 sel Selanjutnya diamati zona hambat

bakteri/mL dan setelah setara maka yang terbentuk dengan melihat zona

suspensi ini yang akan digunakan bening di sekitar sumuran yang

sebagai bakteri uji.13,17 menandakan tidak adanya

Uji Aktivitas Antibakteri pertumbuhan bakteri.14,18

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 4. November 2015


324

HASIL Karakterisasi Bakteri Uji

Pengolahan Sampel Karakterisasi bakteri uji yang

Banyaknya rimpang jeringau dilakukan yaitu pewarnaan gram,

merah yang terkumpul yaitu penanaman pada media Salmonella-

sejumlah 1.359 gram. Rimpang Shigella Agar, dan Triple Sugar Iron

kemudian dikeringkan untuk dibuat Agar (TSIA); semuanya hasilnya

simplisia, simplisia yang telah positif (+).

disortasi kemudian dihaluskan


Pewarnaan gram terhadap
menggunakan blender dan
bakteri yang dilakukan menunjukan
didapatkan 315,7 gram simplisia
hasil yang sesuai dengan sifat dan
halus.
morfologi Shigella flexneri yaitu
Skrining Fitokimia
bakteri gram negatif yang ditandai
Skrining fitokimia terhadap
dengan warna merah dan berbentuk
hasil ekstrak rimpang jeringau merah
kokobasil. Hasil karakterisasi yang
(Acorus calamus Linn.)
dilakukan pada media Salmonella-
menunjukkan hasil positif terhadap
Shigella Agar, didapatkan hasil
adanya kandungan senyawa,
koloni yang terbentuk tidak berwarna
alkaloid, terpenoid, saponin, minyak
serta tidak terbentuk bulatan hitam di
atsiri dan tanin, sedangkan flavonoid
tengah koloni yang menandakan
dan steroid menunjukkan hasil
tidak terbentuknya (H2S), hasil
negatif.
tersebut sesuai dengan karakteristik

yang dimiliki oleh bakteri Shigella

flexneri. karakterisasi yang dilakukan

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 4. November 2015


325

pada media Triple Sugar Iron Agar 70%, 60%, 50%, 40%, 30%, 20%

(TSIA), didapatkan hasil dan 10%.

terbentuknya warna kuning pada Antibiotik siprofloksasin

dasar tabung dan lereng tetap sebagai kontrol positif menunjukkan

berwarna merah serta tidak adanya aktivitas antibakteri yang

menghasilkan H2S yang sesuai ditandai dengan adanya zona hambat

dengan karakter Shigella flexneri. yang terbentuk setelah inkubasi

Shigella merupakan bakteri yang selama 24 jam pada suhu 37o C

tidak dapat menggunakan sitrat dengan diameter zona hambat rata-

sebagai sumber karbonnya sehingga rata 25,86 mm setelah diukur

tidak terjadinya perubahan warna menggunakan penggaris. Diameter

dari hijau menjadi biru pada rata-rata 25,86 mm pada kontrol

Simmons Citrate Agar.28,31,32,33 positif pada tiga kali pengulangan

menunjukkan bahwa siprofloksasin

Uji Aktivitas Antibakteri masih sensitif terhadap bakteri

Penelitian ini menggunakan Shigella flexneri. Kepekaan

dua kelompok kontrol yaitu kontrol antibakteri menggunakan

positif menggunakan antibiotik siprofloksasin 5 μg/sumuran dilihat

siprofloksasin 5 μg/disk dan kontrol berdasarkan ukuran zona hambat

negatif menggunakan metanol serta yang terbentuk setelah inkubasi

sepuluh kelompok perlakuan dengan yaitu, ≥ 21 mm diinterpretasikan

konsentrasi ekstrak metanol rimpang sebagai sensitif, 16-20 mm

jeringau merah 100%, 90%, 80%, intermediate, ≤ 15 mm resisten.29,30

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 4. November 2015


326

Metanol sebagai kontrol negatif juga peningkatan diameter zona hambat

tidak memiliki aktivitas antibakteri seiring dengan peningkatan

yang ditandai dengan tidak adanya konsentrasi ekstrak. Hal ini

zona hambat yang terbentuk di disebabkan karena efek atau aktivitas

sekitar cakram, hal ini menunjukkan yang ditimbulkan oleh suatu ekstrak

bahwa metanol yang digunakan berbanding lurus dengan nilai dosis

sebagai pelarut dalam ekstraksi tidak atau konsentrasinya; semakin tinggi

memiliki aktivitas dosis atau konsentrasi suatu ekstrak,

antibakteri.22,23Hasil uji aktivitas maka akan semakin tinggi pula

antibakteri ekstrak jeringau merah kandungan senyawa antibakteri yang

(Acorus calamus Linn.) dengan terlarut di dalamnya. Senyawa

variasi konsentrasi 100%, 90%, 80%, antibakteri yang terlarut di dalam

70%, 60%, 50%, 40%, 30%, 20%, ekstrak tersebut ada dalam bentuk

10% dan dengan tiga kali senyawa-senyawa metabolit

pengulangan setelah diinkubasi sekunder yang dikandung oleh

selama 24 jam pada suhu 37oC rimpang jeringau merah.33,34,35

menunjukkan adanya aktivitas Berdasarkan hasil skrining fitokimia

antibakteri terhadap pertumbuhan yang dilakukan pada pada penelitian

Shigella flexneri. ini menunjukan bahwa ekstrak

metanol rimpang jeringau merah

PEMBAHASAN mengandung metabolit sekunder

Hasil pengamatan aktivitas tumbuhan berupa alkaloid, tanin,

antibakteri menunjukkan adanya

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 4. November 2015


327

saponin, minyak atsiri dan protein maka akan terjadi presipitasi

triterpenoid. dan denaturasi protein, akhirnya

Tanin merupakan golongan enzim akan inaktif, dan materi

senyawa fenolik yang memiliki genetik akan rusak .Tanin dapat

aktivitas antibakteri. Tanin memiliki bereaksi dengan protein membentuk

aktivitas antibakteri dengan merusak kopolimer. Aktivitas antimikroba

komponen membrane sel, dinding tanin berkaitan dengan

sel, enzim, materi genetik, maupun kemampuannya dalam

komponen protein lain.23 Ion H+ dari menginaktivasi adhesi, enzim-enzim,

senyawa fenol dan turunannya akan transpor protein pada mikroba. Tanin

menyerang gugus polar (gugus juga berikatan dengan polisakarida.


25,26
fosfat) sehingga molekul fosfolipid Tanin juga bekerja dengan

akan terurai menjadi gliserol, asam merusak membran sel. Tanin dapat

karbosilat, dan asam fosfat.23 berikatan dengan besi dimana besi

Keadaan ini menyebabkan fosfolipid dibutuhkan bakteri untuk

tidak mampu mempertahankan metabolismenya. Ketiadaan besi

keutuhan membrane, sel bakteri lisis mengakibatkan kematian bakteri.27

dan berujung pada kematian.24 Kekuatan antibakteri dari tanin

Keutuhan dinidng sel dirusak dengan bergantung dari jumlah gugus

cara mengganggu sintesis hidroksilnya. Tanin dapat

peptidoglikan yang berujung pada menghambat dan menonaktifkan

kematian sel juga. Jika terbentuk kerja enzim. Diduga mekanismenya

ikatan hydrogen antara tanin dan dengan cara mengurangi

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 4. November 2015


328

ketersediaan substrat dan berikatan mekanisme saponin sebagai

dengan kofaktor enzim. Substrat dan antibakteri adalah bereaksi dengan

kofaktor sangat diperlukan untuk porin (protein transmembran) pada

bekerjanya suatu enzim, dengan membran luar dinding sel bakteri,

nonaktivasinya enzim maka suatu membentuk ikatan polimer yang kuat

bakteri tidak mungkin untuk sehingga mengakibatkan rusaknya

tumbuh.26 porin. Rusaknya porin yang

Begitu pula dengan metabolit merupakan pintu keluar masuknya

sekunder saponin yang juga memiliki senyawa akan mengurangi

aktivitas antibakteri yaitu dengan permeabilitas dinding sel bakteri

cara meningkatkan permeabilitas yang akan mengakibatkan sel bakteri

membran sel bakteri sehingga dapat akan kekurangan nutrisi, sehingga

mengubah struktur dan fungsi pertumbuhan bakteri terhambat atau

membran, menyebabkan denaturasi mati.23

protein membran sehingga membran Alkaloid yang terdapat pada

sel akan rusak dan lisis. Saponin ekstak metanol jeringau merah

memiliki molekul yang dapat memiliki aktivitas antibakteri.

menarik air atau hidrofilik dan Mekanisme aktivitas antibakteri

molekul yang dapat melarutkan yaitu dengan cara mengganggu

lemak atau lipofilik sehingga dapat komponen penyusun peptidoglikan

menurunkan tegangan permukaan sel pada sel bakteri, sehingga lapisan

yang akhirnya menyebabkan dinding sel tidak terbentuk secara

kehancuran kuman.23 Selain itu,

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 4. November 2015


329

utuh dan menyebabkan kematian sel komponen penting dari minyak atsiri

tersebut. yaitu β-asaron. Membran sel bakteri

Terpenoid yang bersifat yang telah mengalami gangguan

lipofilik memiliki aktivitas permeabilitas tersebut kemudian mati

antibakteri. Terpenoid juga akibat kebocoran cairan intrasel,

merupakan salah satu metabolit pada ekstrak rimpang jeringau merah

sekunder yang terdapat dijeringau (Acorus calamus Linn.) terdapat

merah. Mekanisme terpenoid sebagai metabolit sekunder minyak atsiri

antibakteri yaitu dengan cara yang memiliki peran sebagai

merusak membran sel bakteri, antibakteri.22

senyawa ini akan bereaksi dengan

sisi aktif membran, melarutkan KESIMPULAN

konstituen lipid dan meningkatkan Senyawa metabolit sekunder

permeabilitasnya23 . yang terkandung dalam ekstrak

Minyak atsiri sebagai salah metanol rimpang jeringau merah

satu metabolit sekunder yang (Acorus calamus Linn.) adalah

terdapat pada jeringau merah alkaloid, minyak atsiri, saponin,

memiliki aktivitas antibakteri yang tanin dan terpenoid.

memiliki mekanisme kerja dengan


Ekstrak metanol rimpang
cara mengganggu permeabilitas dari
jeringau merah memiliki aktivitas
membran sel bakteri. Penggangguan
antibakteri terhadap pertumbuhan
permeabilitas dari membran sel
Shigella flexneri dengan konsentrasi
bakteri ini diperankan oleh salah satu
efektif yaitu 100%.

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 4. November 2015


330

DAFTAR PUSTAKA 13. Lailatul L, Kadarohman A, Eko R.


1. Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, Efektivitas Biolarvasida Ekstrak Etanol
Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Limbah Penyulingan Minyak Akar
Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid III, Wangi (Vetiveria zizanoides) Terhadap
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Larva Nyamuk Aedes aegypti, Culex
Fakultas Kedokteran Universitas sp, dan Anopheles sundaicus. Jurnal
Indonesia, Jakarta, 2009. Sains dan Teknologi Kimia: Jurusan
2. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
Barat, Surveilans Terpadu Penyakit Indonesia, Bandung, 2010; 1(1) : 59-
Berbasis Puskesmas, Dinkes Kalbar, 65.
Pontianak, 2011. 14. Indian Council of Medical Research
3. Herwana E, Surjawidjaja JE, Salim (IMCR). Detection of Antimicrobial
OC, Indriani N, Bukitwetan P, Resistance in Common Gram Negative
Lesmana M. Shigella-Associated and Gram Positive Bacteria
Diarrrhea in Children in South Jakarta, Encountered in Infectious Diseases An
Indonesia, 2010; Vol 41 No.2. Update, ICMR Bulletin, 2009; 39:1-3.
4. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi 15. Rahmawati R. Uji Aktivitas
Tanaman Perkebunan, 2013, Jeringau. Antibakteri Ekstrak Metanol Rhizoma
Herbal dengan Segudang Manfaat, Alang-Alang terhadap Pertumbuhan
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Escherichia coli dan Staphylococcus
Tanaman Perkebunan, Ambon. aureus, Universitas Tanjungpura,
5. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Fakultas Matematika dan Ilmu
Barat, Surveilans Terpadu Penyakit Pengetahuan Alam, Pontianak, 2010.
Berbasis Puskesmas, Dinkes Kalbar, (Skripsi).
Pontianak, 2011. 16. Clinical and Laboratory Standards
6. Herwana E, Surjawidjaja JE, Salim Institute (CLSI). Performance
OC, Indriani N, Bukitwetan P, Standards for Antimicrobial
Lesmana M. Shigella-Associated Susceptibility Testing; Twenty-Third
Diarrrhea in Children in South Jakarta, Informational Supplement, CLSI,
Indonesia, 2010; Vol 41 No.2. Wayne, PA, 2013.
7. Gunawan D dan Mulyani S. Ilmu Obat 17. Departemen Kesehatan Republik
Alam (Farmakognosi). Jilid I. Penerbit Indonesia. Informatorium Obat
Penebar Swadaya. Jakarta, 2004. Nasional Indonesia, Depkes RI,
8. Departemen Kesehatan Republik Jakarta, 2000.
Indonesia. Cara Pembuatan Simplisia. 18. Depkes RI. Farmakope Herbal
Depkes RI, Jakarta, 1985. Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
9. Departemen Kesehatan Republik Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Materia Medika Indonesia. Indonesia, 2008; Hal. 8-9, 11-12.
Jilid III. Departemen Kesehatan 19. Sadek P. Solvent Miscibility and
Republik Indonesia, Jakarta, 1979. Viscosity Chart. The HPLC Solvent
10. Syamsuni HA. Ilmu Resep, Penerbit Guide. Wiley-Interscience, 2002.
Buku Kedokteran. Jakarta, 2006. 20. Departemen Kesehatan Republik
11. Harborne JB dan Baxter H. Indonesia, Sediaan Galenik. Depkes
Phytochemical dictionary. Taylor and RI, Jakarta, 1986.
Francis. London, 1995. 21. Septiana AT dan Asnani A. Kajian
12. Atmoko T dan Ma’ruf A. Uji Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut
Toksisitas dan Skrining Fitokimia Coklat Sargassum duplicatum
Ekstrak Tumbuhan Sumber Pakan Menggunakan Berbagai Pelarut dan
Orangutan terhadap Larva Artemia Metode Ekstraksi, Jurnal Agrointek,
salina L. (Toxicity Testing and 2012; Volume 6, No. 1.
Phytochemical Screening of Orangutan 22. Arifianti L, Oktariana RD, kusumawati
Food Extracts to Larvae of Artemia I. Pengaruh Jenis Pelarut Pengakstraksi
salina L.), Jurnal Penelitian dan terhadap Kadar Sinensetin dalam
Konservasi alam, 2009. Ekstrak Daun Orthosiphon stamineus,

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 4. November 2015


331

Benth, E-Journal Planta Husada, 2014; 33. Sepdahlia F. Uji Aktivitas Antibakteri
Vol.2,No.1 April 2014. Ekstrak Etanol Kulit Buah Langsat
23. Cowan M. Plant Products as (Lansium domesticum Cor.) terhadap
Antimicrobial Agents, Clinical Shigella flexneri Universitas
Microbiology Reviews, 1999; 12(4): Tanjungpura, Fakultas Kedokteran,
564-82. Pontianak, 2013. (Skripsi).
24. Hassan S M. Antimicrobial Activities 34. Goodman dan Gilman. Dasar
Of Saponin Rich Guar Meal Extract, Farmakologi Terapi, Ed ke-12, Vol 2,
Poultry Science, A&M University, Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB
Texas, 2008. (Disertasi). (alih bahasa), Hanif A et al, EGC,
25. Sabir A. Aktivitas Antibakteri Jakarta, 2007.
Flavonoid Propolis trigona sp terhadap 35. Rang HP, Dale MM, Ritter JM, Flower
Bakteri Streptococcus mutans (in RJ, Henderson G. Rang and Dale’s
vitro). Majalah Kedokteran Gigi, 2005; Pharmacology, Ed ke-7, Churchill
38(3): 135-41. Livingstone, London, 2012.
26. Costabile A, Sanghi S, Pelaez SM,
Harvey IM, Gibson GR, Rastal RA et
al. Inhibition of Salmonella
Typhimurium by tannins in vitro,
Journal of Food, Agriculture &
Environment, 2011; 9(1): 119-24.
27. Al-Ani RT, Mohammed N, Alhameed
A, Mohammed S. Antibacterial
Activity of Tannins Extracted from
Some Medicinal Plants in vitro,
Department of Biochemistry, Al-Anbar
University, Iraq, 2008.
28. Brooks GF, Butel JS, Morse SA.
Mikrobiologi kedokteran Jawetz,
Melnick, & Adelberg, Edisi ke-23,
EGC. Jakarta, 2007.
29. Clinical and Laboratory Standards
Institute (CLSI). Performance
Standards for Antimicrobial Disk
Susceptibility Tests; Approved
Standard Eleventh Edition, Clinical
and Laboratory Standards Institute,
2012; 32 (1).
30. National Commitee for Clinical
Laboratory Standars (NCCLS).
Methods for Determining Bactericidal
Activity of Antimicrobial Agents;
Approved guideline, 1999.
31. Agtini MD, Soeharno R, Lesmana M,
Punjabi NH, Simanjuntak C,
Wangsasaputra F et al. The burden of
diarrhoea, shigellosis, and cholera in
North Jakarta, Indonesia: findings from
24 months surveillance, BMC Infect
Dis, 2005; 5(89): 1-11.
32. Herwana E, Surjawidjaja JE, Salim
OC, Indriani N, Bukitwetan P,
Lesmana M. Shigella-Associated
Diarrrhea in Children in South Jakarta,
Indonesia, 2010; Vol 41 No.2.

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 4. November 2015

Anda mungkin juga menyukai