Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG CYBER CRIME

A. Pengertian Cyber Crime

Berbicara masalah cyber crime tidak lepas dari permasalahan keamanan

jaringan komputer atau keamanan informasi berbasis internet dalam era global ini,

apalagi jika dikaitkan dengan persoalan informasi sebagai komoditi. Informasi

sebagai komoditi memerlukan kehandalan pelayanan agar apa yang disajikan

tidak mengecewakan pelanggannya. Untuk mencapai tingkat kehandalan tentunya

informasi itu sendiri harus selalau dimutaakhirkan sehingga informasi yang

disajikan tidak ketinggalan zaman. Kejahatan dunia maya (cyber crime) ini

muncul seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat.

Untuk lebih mendalam ada beberapa pendapat di bawah ini tentang apa yang

dimaksud dengan cyber crime? Di antaranya adalah Menurut Kepolisian Ingris,

Cyber crime adalah segala macam penggunaan jaringan komputer untuk tujuan

criminal dan/atau criminal berteknologi tinggi dengan menyalahgunakan

kemudahan teknologi digital.26

Sedangkan menurut Peter, Cyber crime adalah “The easy definition of

cyber crime is crimes directed at a computer or a computer system. The nature of

cyber crime, however, is far more complex. As we will see later, cyber crime can

take the form of simple snooping into a computer system for which we have no

authorization. It can be the feeing of a computer virus into the wild. It may be

26
Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), (Jakarta:
PT. Refika Aditama, 2005), hal.. 40.
31

Universitas Sumatera Utara


malicious vandalism by a disgruntled employee. Or it may be theft of data, money,

or sensitive information using a computer system.”27 Indra Safitri mengemukakan

bahwa kejahatan dunia maya adalah jenis kejahatan yang berkaitan dengan

pemanfaatan sebuah teknologi informasi tanpa batas serta memiliki karakteristik

yang kuat dengan sebuah rekayasa teknologi yang mengandalkan kepada tingkat

keamanan yang tinggi dan kredibilitas dari sebuah informasi yang disampaikan

dan diakses oleh pelanggan internet.28

Dalam dua dokumen Kongres PBB yang dikutip oleh Barda Nawawi

Arief, mengenai The Prevention of Crime and the Treatment of Offenders di

Havana Cuba pada tahun 1990 dan di Wina Austria pada tahun 2000, menjelaskan

adanya dua istilah yang terkait dengan pengertian Cyber crime, yaitu cyber crime

dan computer related crime.29 Dalam back ground paper untuk lokakarya

Kongres PBB X/2000 di Wina Austria, istilah cyber crime dibagi dalam dua

kategori. Pertama, cyber crime dalam arti sempit (in a narrow sense) disebut

computer crime. Kedua, cyber crime dalam arti luas (in a broader sense) disebut

computer related crime. Lengkapnya sebagai berikut:

1. Cyber crime in a narrow sense (computer crime): any legal behaviour

directed by means of electronic operations that targets the security of

computer system and the data processed byh them.

27
Peter Stephenson, Investigating ComputerRelated Crime: A Hanbook For Corporate
Investigators, (London New York Washington D.C: CRC Press, 2000), hal. 56.
28
Indra Safitri, “Tindak Pidana di Dunia Cyber” dalam Insider, Legal Journal From
Indonesian Capital & Investmen Market. Dapat dijumpai di Internet: http://business.fortunecity.
com/buffett/842/art180199_tindakpidana.htm. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.
29
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana
dalam Penanggulangan Kejahatan, (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2007), hal.24
32

Universitas Sumatera Utara


2. Cyber crime in a broader sense (computer related crime): any illegal

behaviour committed by means on in relation to, a computer system or

network, including such crime as illegal possession, offering or

distributing information by means of a computer system or network.

Pengertian computer dalam The Proposed West Virginia Computer Crimes

Act adalah “an electronic, magnetic, optical, electrochemical or other high speed

data processing device performing logical, arithmetic, or storage functions, and

includes any data storage facility or communications facility directly related to or

operating in conjunction with such device, but such term does not include an

automated typewriter or typewriter or typesetter, a portable handheld calculator,

or other similar device”.

Dari pengertian kejahatan computer menurut peraturan perundang-

undangan di Virginia dapat dipahami bahwa sesuatu yang berhubungan dengan

peralatan pemerosesan data listrik, magnetic, optic, elektro kimia, atau peralatan

kecepatan tinggi lainnya dalam melalukan logika aritmatika, atau fungsi

penyimpanan dan memasukkan beberapa fasilitas penyimpanan data atau fasilitas

komunikasi yang secara langsung berhubungan dengan operasi tersebut dalam

konjungsi dengan peralatan tersebut tidak memasukkan mesin ketik otomatis atau

tipesetter, sebuah kalkulator tangan atau peralatan serupa lainnya.30

Di lihat dari beberapa definisi di atas, tampak bahwa belum ada

kesepakatan mengenai definisi tentang cyber crime atau kejahatan dunia cyber.

Menurut Muladi, sampai saat ini belum ada definisi yang seragam tentang cyber

30
Abdul Wahid dan Mohammad Labib, op. cit, hal. 41.
33

Universitas Sumatera Utara


crime baik nasional maupun global. Kebanyakan masih menggunakan soft law

berbentuk code of conduct seperti Jepang dan Singapura.31

B. Jenis-jenis Cyber Crime

Kejahatan yang berhubungan erat dengan penggunaan teknologi yang

berbasis komputer dan jaringan telekomunikasi ini dikelompokkan dalam


17
beberapa bentuk sesuai modus operandi yang ada , antara lain:

1. Unauthorized Access to Computer System and Service

Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu

sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa

sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya.

Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukannya dengan maksud

sabotase ataupun pencurian informasi penting dan rahasia. Namun begitu,

ada juga yang melakukannya hanya karena merasa tertantang untuk

mencoba keahliannya menembus suatu sistem yang memiliki tingkat

proteksi tinggi. Kejahatan ini semakin marak dengan berkembangnya

teknologi Internet/intranet.

Kita tentu belum lupa ketika masalah Timor Timur sedang hangat-

hangatnya dibicarakan di tingkat internasional, beberapa website milik

pemerintah RI dirusak oleh hacker (Kompas, 11/08/1999). Beberapa

waktu lalu, hacker juga telah berhasil menembus masuk ke dalam data

base berisi data para pengguna jasa America Online (AOL), sebuah
31
Suara Merdeka, 24 Juli 2002, situs internet: http://www.suaramerdeka.com/harian/
0207/24/nas13.htm. diakses pada tanggal 3 Maret 2010.
34

Universitas Sumatera Utara


perusahaan Amerika Serikat yang bergerak dibidang e-commerce yang

memiliki tingkat kerahasiaan tinggi (Indonesian Observer, 26/06/2000).

Situs Federal Bureau of Investigation (FBI) juga tidak luput dari serangan

para hacker, yang mengakibatkan tidak berfugsinya situs ini beberapa

waktu lamanya.32

2. Illegal Contents

Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke Internet

tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap

melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum. Sebagai contohnya,

pemuatan suatu berita bohong atau fitnah yang akan menghancurkan

martabat atau harga diri pihak lain, hal-hal yang berhubungan dengan

pornografi atau pemuatan suatu informasi yang merupakan rahasia negara,

agitasi dan propaganda untuk melawan pemerintahan yang sah dan

sebagainya.

3. Data Forgery

Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumendokumen

penting yang tersimpan sebagai scripless document melalui Internet.

Kejahatan ini biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen e-commerce

dengan membuat seolah-olah terjadi "salah ketik" yang pada akhirnya

akan menguntungkan pelaku karena korban akan memasukkan data

pribadi dan nomor kartu kredit yang dapat saja disalah gunakan.

32
(http://www.fbi.org)/. Diakses pada tanggal 3 Maret 2010.
35

Universitas Sumatera Utara


4. Cyber Espionage

Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk

melakukan kegiatan matamata terhadap pihak lain, dengan memasuki

sistem jaringan komputer (computer network system) pihak sasaran.

Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis yang dokumen

ataupun data pentingnya (data base) tersimpan dalam suatu sistem yang

computerized (tersambung dalam jaringan komputer).

5. Cyber Sabotage and Extortion

Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau

penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan

komputer yang terhubung dengan Internet. Biasanya kejahatan ini

dilakukan dengan menyusupkan suatu logic bomb, virus komputer ataupun

suatu program tertentu, sehingga data, program komputer atau sistem

jaringan komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan sebagaimana

mestinya, atau berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku.

6. Offense against Intellectual Property

Kejahatan ini ditujukan terhadap hak atas kekayaan intelektual yang

dimiliki pihak lain di Internet. Sebagai contoh, peniruan tampilan pada

web page suatu situs milik orang lain secara ilegal, penyiaran suatu

informasi di Internet yang ternyata merupakan rahasia dagang orang lain,

dan sebagainya.

36

Universitas Sumatera Utara


7. Infringements of Privacy

Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang

yang tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara

computerized, yang apabila diketahui oleh orang lain maka dapat

merugikan korban secara materil maupun immateril, seperti nomor kartu

kredit, nomor PIN ATM, cacat atau penyakit tersembunyi dan sebagainya.

C. Pengaturan tentang Cyber Crime dalam Sistem Hukum di Indonesia

Menjawab tuntutan dan tantangan komunikasi global lewat Internet,

Undang-Undang yang diharapkan (ius konstituendum) adalah perangkat hukum

yang akomodatif terhadap perkembangan serta antisipatif terhadap permasalahan,

termasuk dampak negatif penyalahgunaan Internet dengan berbagai motivasi yang

dapat menimbulkan korban-korban seperti kerugian materi dan non materi. Saat

ini, Indonesia belum memiliki Undang-Undang khusus yang mengatur mengenai

cyber crime walaupun rancangan undang undang tersebut sudah ada sejak tahun

2000 dan revisi terakhir dari rancangan undang-undang tindak pidana di bidang

teknologi informasi sejak tahun 2004 sudah dikirimkan ke Sekretariat Negara RI

oleh Departemen Komunikasi dan Informasi serta dikirimkan ke DPR namun

dikembalikan kembali ke Departemen Komunikasi dan Informasi untuk

diperbaiki.

Sebagai langkah preventif terhadap segala hal yang berkaitan dengan

tindak pidana di bidang komputer khususnya cyber, sedapat mungkin

dikembalikan pada peraturan perundang-undangan yang ada, yaitu KUHP (Kitab

37

Universitas Sumatera Utara


Undang-undang Hukum Pidana) dan peraturan di luar KUHP. Pengintegrasian

dalam peraturan yang sudah ada berarti melakukan suatu penghematan dan

mencegah timbulnya over criminalization33, tanpa mengubah asas-asas yang

berlaku dan tidak menimbulkan akibat-akibat sampingan yang dapat mengganggu

perkembangan teknologi informasi.

Ada beberapa hukum positif yang berlaku umum dan dapat dikenakan bagi

para pelaku cyber crime terutama untuk kasus-kasus yang menggunakan komputer

sebagai sarana, antara lain:

1. Kitab Undang Undang Hukum Pidana

Dalam upaya menangani kasus-kasus yang terjadi para penyidik

melakukan analogi atau perumpamaan dan persamaaan terhadap Pasal-Pasal yang

ada dalam KUHP. Pasal-Pasal didalam KUHP biasanya digunakan lebih dari satu

Pasal karena melibatkan beberapa perbuatan sekaligus Pasal-Pasal yang dapat

dikenakan dalam KUHP pada cyber crime antara lain:34

a. Pasal 362 KUHP yang dikenakan untuk kasus carding dimana pelaku

mencuri nomor kartu kredit milik orang lain walaupun tidak secara fisik

karena hanya nomor kartunya saja yang diambil dengan menggunakan

software card generator di Internet untuk melakukan transaksi di e-

commerce. Setelah dilakukan transaksi dan barang dikirimkan, kemudian

penjual yang ingin mencairkan uangnya di bank ternyata ditolak karena

pemilik kartu bukanlah orang yang melakukan transaksi.

33
Marjono Reksodiputro, Kemajuan Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan, (Jakarta:
Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum, 1994), hal. 13.
34
Bulletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Perkembangan Cyber crime dan
Upaya Penanggulangannya di Indonesia oleh POLRI, Volume 4 No. 2, Agustus 2006.
38

Universitas Sumatera Utara


b. Pasal 378 KUHP dapat dikenakan untuk penipuan dengan seolah olah

menawarkan dan menjual suatu produk atau barang dengan memasang

iklan di salah satu website sehingga orang tertarik untuk membelinya lalu

mengirimkan uang kepada pemasang iklan. Tetapi, pada kenyataannya,

barang tersebut tidak ada. Hal tersebut diketahui setelah uang dikirimkan

dan barang yang dipesankan tidak datang sehingga pembeli tersebut

menjadi tertipu.

c. Pasal 335 KUHP dapat dikenakan untuk kasus pengancaman dan

pemerasan yang dilakukan melalui e-mail yang dikirimkan oleh pelaku

untuk memaksa korban melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

diinginkan oleh pelaku dan jika tidak dilaksanakan akan membawa

dampak yang membahayakan. Hal ini biasanya dilakukan karena pelaku

biasanya mengetahui rahasia korban.

d. Pasal 311 KUHP dapat dikenakan untuk kasus pencemaran nama baik

dengan menggunakan media Internet. Modusnya adalah pelaku

menyebarkan e- mail kepada teman-teman korban tentang suatu cerita

yang tidak benar atau mengirimkan e- mail ke suatu mailing list sehingga

banyak orang mengetahui cerita tersebut.

e. Pasal 303 KUHP dapat dikenakan untuk menjerat permainan judi yang

dilakukan secara online di Internet dengan penyelenggara dari Indonesia.

f. Pasal 282 KUHP dapat dikenakan untuk penyebaran pornografi maupun

website porno yang banyak beredar dan mudah diakses di Internet.

Walaupun berbahasa Indonesia, sangat sulit sekali untuk menindak

39

Universitas Sumatera Utara


pelakunya karena mereka melakukan pendaftaran domain tersebut diluar

negeri dimana pornografi yang menampilkan orang dewasa bukan

merupakan hal yang ilegal.

g. Pasal 282 dan 311 KUHP dapat dikenakan untuk kasus penyebaran foto

atau film pribadi seseorang yang vulgar di internet, misalnya kasus Sukma

Ayu-Bjah.

h. Pasal 378 dan 262 KUHP dapat dikenakan pada kasus carding, karena

pelaku melakukan penipuan seolah-olah ingin membeli suatu barang dan

membayar dengan kartu kreditnya yang nomor kartu kreditnya merupakan

curian.

i. Pasal 406 KUHP dapat dikenakan pada kasus deface atau hacking yang

membuat sistem milik orang lain, seperti website atau program menjadi

tidak berfungsi atau dapat digunakan sebagaimana mestinya.

2. Undang-Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Program komputer adalah sekumpulan intruksi yang diwujudkan dalam

bentuk bahasa, kode, skema ataupun bentuk lain yang apabila digabungkan

dengan media yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat

komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk mencapai

hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang intruksi-intruksi

tersebut.35

35
Pasal 1 angka (8) Undang-Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
40

Universitas Sumatera Utara


Hak cipta untuk program komputer berlaku selama 50 tahun.36 Harga

program komputer/ software yang sangat mahal bagi warga negara Indonesia

merupakan peluang yang cukup menjanjikan bagi para pelaku bisnis guna

menggandakan serta menjual software bajakan dengan harga yang sangat murah.

Misalnya, program anti virus seharga $ 50 dapat dibeli dengan harga Rp

20.000,00. Penjualan dengan harga sangat murah dibandingkan dengan software

asli tersebut menghasilkan keuntungan yang sangat besar bagi pelaku sebab modal

yang dikeluarkan tidak lebih dari Rp 5.000,00 perkeping. Maraknya pembajakan

software di Indonesia yang terkesan “dimaklumi” tentunya sangat merugikan

pemilik hak cipta. Tindakan pembajakan program komputer tersebut juga

merupakan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 72 ayat (3) yaitu

“Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk

kepentingan komersial suatu program komputer dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah) “.

3. Undang-Undang No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

Menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No 36 Tahun 1999:

“Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan/atau

penerimaan dan setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan,

gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem

elektromagnetik lainnya”

36
Pasal 30 Undang-Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
41

Universitas Sumatera Utara


Dari definisi tersebut, maka Internet dan segala fasilitas yang dimilikinya

merupakan salah satu bentuk alat komunikasi karena dapat mengirimkan dan

menerima setiap informasi dalam bentuk gambar, suara maupun film dengan

sistem elektromagnetik. Penyalahgunaan Internet yang mengganggu ketertiban

umum atau pribadi dapat dikenakan sanksi dengan menggunakan Undang-Undang

ini, terutama bagi para hacker yang masuk ke sistem jaringan milik orang lain

sebagaimana diatur pada Pasal 22, yaitu Setiap orang dilarang melakukan

perbuatan tanpa hak, tidak sah, atau memanipulasi:

a) Akses ke jaringan telekomunikasi

b) Akses ke jasa telekomunikasi

c) Akses ke jaringan telekomunikasi khusus

Apabila melakukan hal tersebut seperti yang pernah terjadi pada website

KPU37, maka dapat dikenakan Pasal 50 yang berbunyi “Barang siapa yang

melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah)”

4. Undang-Undang No 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 8 Tahun 1997 tanggal 24

Maret 1997 tentang Dokumen Perusahaan, pemerintah berusaha untuk mengatur

pengakuan atas mikrofilm dan media lainnya (alat penyimpan informasi yang

bukan kertas dan mempunyai tingkat pengamanan yang dapat menjamin keaslian

37
www.kpu.go.id. Diakses pada tanggal 3 Maret 2010.
42

Universitas Sumatera Utara


dokumen yang dialihkan atau ditransformasikan, misalnya Compact Disk - Read

Only Memory (CD - ROM), dan Write - Once - Read - Many (WORM), yang

diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang tersebut sebagai alat bukti yang sah.

5. Undang-Undang No 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-


Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

Pencucian uang adalah suatu proses atau perbuatan yang bertujuan untuk

menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang atau harta kekayaan yang

diperoleh dari hasil tindak pidana yang kemudian diubah menjadi

harta kekayaan yang seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah. Sesuai dengan

Pasal 2 Undang-undang No.15 Tahun 2002, tindak pidana yang menjadi pemicu

terjadinya pencucian uang meliputi korupsi, penyuapan, penyelundupan

barang/tenaga kerja/imigran, perbankan, narkotika, psikotropika, perdagangan

budak/wanita/anak/ senjata gelap, penculikan, terorisme, pencurian, penggelapan,

dan penipuan38. Kegiatan pencucian uang mempunyai dampak yang serius

terhadap stabilitas sistem keuangan maupun perekonomian secara keseluruhan.

Tindak pidana pencucian uang merupakan tindak pidana multi-dimensi dan

bersifat transnasional yang seringkali melibatkan jumlah uang yang cukup besar.

Undang-Undang ini juga mengatur mengenai alat bukti elektronik atau

digital evidence sesuai dengan Pasal 38 huruf b yaitu alat bukti lain berupa

informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik

dengan alat optic atau yang serupa dengan itu.

38
Pasal 2 ayat (1) huruf q Undang-undang Nomor 25 tahun 2003 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 15 tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
43

Universitas Sumatera Utara


6. Undang-Undang No 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme

Selain Undang-Undang No. 25 Tahun 2003, Undang-Undang ini mengatur

mengenai alat bukti elektronik sesuai dengan Pasal 27 huruf b yaitu alat bukti lain

berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara

elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu. Digital evidence atau

alat bukti elektronik sangatlah berperan dalam penyelidikan kasus terorisme,

karena saat ini komunikasi antara para pelaku di lapangan dengan pimpinan atau

aktor intelektualnya dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas di Internet untuk

menerima perintah atau menyampaikan kondisi di lapangan karena para pelaku

mengetahui pelacakan terhadap Internet lebih sulit dibandingkan pelacakan

melalui handphone. Fasilitas yang sering digunakan adalah e-mail dan chat room

selain mencari informasi dengan menggunakan search engine serta melakukan

propaganda melalui bulletin board atau mailing list.

7. Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi


Elektronik.

UU ITE dipersepsikan sebagai cyberlaw di Indonesia, yang diharapkan

bisa mengatur segala urusan dunia Internet (siber), termasuk didalamnya memberi

punishment terhadap pelaku cybercrime. Cybercrime dideteksi dari dua sudut

pandang:

a. Kejahatan yang Menggunakan Teknologi Informasi Sebagai Fasilitas:

Pembajakan, Pornografi, Pemalsuan/Pencurian Kartu Kredit, Penipuan

44

Universitas Sumatera Utara


Lewat Email (Fraud), Email Spam, Perjudian Online, Pencurian Account

Internet, Terorisme, Isu Sara, Situs Yang Menyesatkan, dsb.

b. Kejahatan yang Menjadikan Sistem Teknologi Informasi Sebagai Sasaran:

Pencurian Data Pribadi, Pembuatan/Penyebaran Virus Komputer,

Pembobolan/PembajakanSitus, Cyberwar, Denial of Service (DOS),

Kejahatan Berhubungan Dengan Nama Domain, dsb.

Cybercrime menjadi isu yang menarik dan kadang menyulitkan karena:

a. Kegiatan dunia cyber tidak dibatasi oleh teritorial negara

b. Kegiatan dunia cyber relatif tidak berwujud

c. Sulitnya pembuktian karena data elektronik relatif mudah untuk diubah,

disadap, dipalsukan dan dikirimkan ke seluruh belahan dunia dalam

hitungan detik

d. Pelanggaran hak cipta dimungkinkan secara teknologi

e. Sudah tidak memungkinkan lagi menggunakan hukum konvensional.

Analogi masalahnya adalah mirip dengan kekagetan hukum konvensional

dan aparat ketika awal mula terjadi pencurian listrik. Barang buktiyang

dicuripun tidak memungkinkan dibawah ke ruang sidang. Demikian

dengan apabila ada kejahatan dunia maya, pencurian bandwidth, dsb

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa UU ITE boleh disebut sebuah

cyberlaw karena muatan dan cakupannya luas membahas pengaturan di dunia

maya, meskipun di beberapa sisi ada yang belum terlalu lugas dan juga ada yang

sedikit terlewat. Muatan UU ITE kalau dirangkumkan adalah sebagai berikut:

45

Universitas Sumatera Utara


a. Tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum yang sama dengan

tanda tangan konvensional (tinta basah dan bermaterai). Sesuai dengan e-

ASEAN Framework Guidelines (pengakuan tanda tangan digital lintas

batas)

b. Alat bukti elektronik diakui seperti alat bukti lainnya yang diatur dalam

KUHP

c. UU ITE berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum,

baik yang berada di wilayah Indonesia maupun di luar Indonesia yang

memiliki akibat hukum di Indonesia

d. Pengaturan Nama domain dan Hak Kekayaan Intelektual

e. Perbuatan yang dilarang (cybercrime) dijelaskan pada Bab VII (pasal 27-

37), yakni sebagai berikut:

1. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang

melanggar kesusilaan.

2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan

perjudian.

3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi

46

Universitas Sumatera Utara


Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan

penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.

4. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan

pemerasan dan/atau pengancaman.

5. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita

bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen

dalam Transaksi Elektronik.

6. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi

yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan

individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas

suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

7. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman

kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi. Orang

dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses

Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara

apa pun.

8. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun

dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau

47

Universitas Sumatera Utara


melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik

dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau

menjebol sistem pengamanan.

9. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer dan/atau Sistem

Elektronik tertentu milik Orang lain. Setiap Orang dengan sengaja dan

tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atas transmisi

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat

publik dari, ke, dan di dalam suatu Komputer dan/atau Sistem

Elektronik tertentu milik Orang lain, baik yang tidak menyebabkan

perubahan apa pun maupun yang menyebabkan adanya perubahan,

penghilangan, dan/atau penghentian Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang sedang ditransmisikan. Kecuali intersepsi

intersepsi yang dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas

permintaan kepolisian, kejaksaan, dan/atau institusi penegak hukum

lainnya yang ditetapkan berdasarkan undang-undang.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara intersep diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

10. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan

transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan

suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang

48

Universitas Sumatera Utara


lain atau milik publik. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau

melawan hukum dengan cara apa pun memindahkan atau mentransfer

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem

Elektronik Orang lain yang tidak berhak.

11. Terhadap perbuatan yang mengakibatkan terbukanya suatu Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang bersifat rahasia menjadi

dapat diakses oleh publik dengan keutuhan data yang tidak

sebagaimana mestinya.

12. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

melakukan tindakan apa pun yang berakibat terganggunya Sistem

Elektronik dan/atau mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak

bekerja sebagaimana mestinya. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa

hak atau melawan hukum memproduksi, menjual, mengadakan untuk

digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau

memiliki:

a. perangkat keras atau perangkat lunak Komputer yang dirancang

atau secara khusus dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33;

b. sandi lewat Komputer, Kode Akses, atau hal yang sejenis dengan

itu yang ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi dapat diakses

dengan tujuan memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33. (2) Tindakan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) bukan tindak pidana jika ditujukan untuk

49

Universitas Sumatera Utara


melakukan kegiatan penelitian, pengujian Sistem Elektronik, untuk

perlindungan Sistem Elektronik itu sendiri secara sah dan tidak

melawan hukum.

13. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan,

pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik

dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik.

14. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27

sampai dengan Pasal 34 yang mengakibatkan kerugian bagi Orang

lain. Pasal 37 Setiap Orang dengan sengaja melakukan perbuatan

yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai

dengan Pasal 36 di luar wilayah Indonesia terhadap Sistem

Elektronik yang berada di wilayah yurisdiksi Indonesia.

50

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai