Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BUDAYA MASYARAKAT MUNA DALAM MENGAMALKAN SILA-SILA


PACASILA

IOOLOL

OLEH

NAMA : MUHAMMAD ISMAIL

NIM : D1A119082

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar

kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan

manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi

terhadap pembaca.

Kendari,15 Oktober 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB 1 ........................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 5
BAB II ........................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
BAB III ....................................................................................................................... 16
PENUTUP ................................................................................................................... 16
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................. 16
3.2 SARAN ............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 17

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara yaitu suatu

dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan negara atau penyelenggaraan

negara atau sering disebut pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum.

Pancasila mengandung nilai-nilai yang terbuka tetapi positif sesuai dengan

perkembangan bangsa Indonesia sehingga pancasila sangat erat kaitannya dengan

budaya khususnya dalam hal pengamalan ke lima sila-sila pancasila.

Di Sulawesi Tenggara terdapat beberapa etnis dengan karakter budayanya

yang beragam. Budaya tersebut mengungkapkan identitas dan tradisi yang khas

dalam kelompok itu. “Budaya merupakan seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan,

standar, pengetahuan, moral hukum, dan perilaku yang disampaikan oleh individu -

individu dan masyarakat, yang menentukan bagaimana seseorang bertindak,

berperasaan, dan memandang dirinya serta orang lain” pendapat ini dikemukakan

oleh Mitchel. Artinya sebuah perilaku atau tindakan untuk dirinya atau orang lain

akan di dasari dengan sebuah pengetahuan baik itu berupa kepercayaan atau moral

yang sesuai dengan hukum. Dengan kata lain segala tindakan yang kita lakukan harus

sesuai dengan akal yang sehat dan mengikuti aturan yang berlaku.

4
Pengamalan nilai-nilai pancasila pada budaya masyarakat Indonesia dapat

dilihat dari budaya masyarakat Muna. Muna adalah salah satu suku yang berada di

Provinsi Sulawesi Tenggara dengan jumlah yang cukup banyak dan tersebar di

seluruh kabupaten kota. Masyarakat muna dalam menjalankan budayanya baik dari

segi kebiasaan dan adat istiadat mencerminkan pengamalan sila-sila pancasila.

Dalam masyarakat Muna terdapat falsafah daerah yang memiliki makna

sangat mendalam. Dalam Muharto (2012) falsafah ini menggambarkan strukturisasi

nilai yang ,menjadi prioritas dalam memilih landasan hidup. Bunyi falsafah tersebut

adalah “Hansuru-hansuru mbadha kono hansuru liwu. Hansuru-hansuru liwu kono

hansuru adhati. Hansuru hansuru adhati kono hansuru (tangka) agama”.

Tetapi seiring perkembangan zamani penerapan sila-sila Pancasila khususnya

di lingkungan masyarakat Muna mengalami penurunan. Masyarakat sekarang

cenderung lebih condong padakehidupan hedonisme. Ini menjadi bukti bahwa

penerapan nilai- nilai Pancasila dikehidupan belum mereka terapkan di kehidupan

mereka.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana budaya masyarakat muna dalam mengamalkan sila-sila pancasila?

1.3 Tujuan
Untuk Mengetahui Budaya Masyarakat Muna Dalam Mengamalkan Sila-Sila

Pancasila

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Budaya Masyarakat Muna dalam Mengamalkan Pancasila Pada Sila

Pertama”Ketuhanan Yang Maha Esa”

Sila pertama, yakni “Ketuhanan yang Maha Esa” mengandung pengertian bahwa

bangsa Indonesia mempunyai kebebasan untuk menganut agama dan menjalankan

ibadah yang sesuai dengan ajaran agamanya. Sila pertama ini juga mengajak manusia

Indonesia untuk mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi, dan seimbang

antarsesama manusia Indonesia, antarbangsa, maupun dengan makhluk ciptaan Tuhan

yang lainnya. Dengan demikian, di dalam jiwa bangsa Indonesia akan timbul rasa

saling menyayangi, saling menghargai, dan saling mengayomi.Di dalamnya

terkandung makna bahwa negara Indonesia adalah salah satu cara manusia untuk

mengagungkan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, segala hal yang berkaitan

dengan kegiatan berbangsa dan bernegara harus dijiwai dengan nilai-nilai Ketuhanan

Yang Maha Esa.

Sebagai sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi sumber pokok

nilai- nilai kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai dan mendasari serta membimbing

perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab, penggalangan persatuan Indonesia

yang telah membentuk Negara Republik Indonesia yang berdaulat penuh, yang

bersifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

6
permusyawaratan/perwakilan, guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Dengan demikian sila pertama Pancasila memiliki makna yang luhur

dalam tubuh Pancasila itu sendiri.

Sejak masyarakat Muna masih barbar (belum mengenal peradaban) sebenarnya telah

mengakui adanya kekuatan lain di luar dirinya. Kekuatan itu berupa kegaiban alam

semesta. Mereka menganggap bahwa jika mampu menegosiasi kekuatan lain itu

hidupnya akan terbantu oleh alam semesta. Sebaliknya, jika tidak mampu

bernegosiasi dengan alam semesta hidupnya akan celaka. Seiring perkembangan

zaman, kepercayaan kepada tuhan mulai terlihat dan semakin membaik bahkan

terdapat pada acara-acara adat.

Budaya masyarakat muna yang berhubungan dengan pengamalan sila ketuhanan

1.Kangkilo

Kang kilo dalam bahasa muna yang artinya sunatan merupakan adat masyarakat

muna yang masih dilestarikan sampai saat ini. Kangkilo atau sunatan dilakukan pada

saat anak beranjak dewasa dan pelaksanaannya sebelum acara katoba. Kangkilo

ditinjau dari segi bahasa atau kosakata adalah bersih sedamgkan dalam pertiannya

kangkilo adalah pembersiah diri.

Makna dari kangkilo yaitu sebagai pembersihan diri, dalam adat istiadat muna

seorang anak yang beranjak remaja atau memasuki usia 7 tahun diwajibkan untuk di

kangkilo, kangkilo disini dimaksudkan untuk pembersihan diri dalam menghadapi

7
tugas dan kewaibannya terhadap allah swt. sebagaimana yang di hadiskan dalam

riwayat bahawa anak yang berusia diatas 7 tahun harus diwajibkan untuk

melaksanakan shalat, dan syarat seseorang yang diterima atau diijaba shalatnya oleh

allah adalah seseorang yang telah bersig dari haadas dan najis.

2.Katoba

Katoba adalah upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Muna di Sulawesi

Tenggara terhadap anak-anak berumur antara 6-12 tahun yang telah melaksanakan

upacara kangkilo, yaitu khitanan atau supitan.

Melalui tradisi katoba maka anak yang telah dikhitan atau disunat telah memasuki

masa peralihan dari seorang anak menjadi dewasa dan dianggap telah mampu

menerima ajaran-ajaran moral yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan

masyarakatnya.

2.Budaya Masyarakat Muna Dalam Mengamalkan Pancasila Pada Sila Ke-dua

Sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab” mengandung

pengertian bahwa bangsa Indonesia diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan

martabatnya selaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya,

sama hak dan kewajibannya, tanpa membeda-bedakan agama, suku ras, dan

keturunan.

8
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah suatu kesadaran akan hakekat manusia

sebagai pribadi yang membutuhkan pribadi lain sehingga pribadi tersebut berlaku

bijaksana terhadap dirinya dan sesama serta selalu digerakkan oleh nilai-nilai luhur

budaya bangsa Indonesia.

Budaya masyarakat Muna dalam mengamalkan Kemausian Yang Adil dan Beradap

1.Ewa Wuna

Ewa Wuna dalam bahasa Muna berarti Silat. Ewa Wuna dipentaskan sebagai tari

7penyambutan dimainkan oleh 6 orang terdiri dari 2 orang pemain badik atau kris dan

3 orang penari bermain parang, tombak dan bendera. Permainan ini diiringi oleh

musik Rambi Wuna juga dimainkan 5 orang pengiring musik. Seluruh pemain

berusaha menyerang akan tetapi terhalang oleh seorang pemain Petombi (pemegang

bendera) sehingga seluruh pemain terhindar dari bahaya. Hal ini berarti rasa

kemanusiaan lebih berarti dari pada ketajaman senjata demi kedamaian dan

persatuan. Ewa wuna diiringan musik rambi wuna, sungguh mendebarkan melihat

orang-orang bersilat tubuh, bermain dengan badik dan parang. Ewa wuna bisa

dilakukan oleh lelaki dan perempuan.

2.Powele

Silat tradisional Powele merupakan silat tradisional warisan lelur kabupaten muna

yang pada umumnya merupakan peranan penting bagi masyarakat kabupaten muna.

Silat tradisional Powele juga merupakan modal untuk mempertahankan kekuasaan

9
dan perlawanan terhadap musuh yang berasal dari luar maupun dalam daerah

kabupaten muna. Powele termasuk silat tradisional yang hidup dan berkembang di

kabupaten muna khususnya di Kecamatan Bone, yang memiliki kaidah-kaidah gerak

dan irama yang merupakan suatu pendalaman khusus.

Powele sebagai silat tradisional mengikuti ketentuan-ketentuan keselarasan,

keseimbangan, dan keserasian. Semakin berkembangnya kebudayaan termasuk silat

tradisional powele mengalami pergeseran dan berkurangnya minat masyrakat

terhadap silat tradisioanal powele. Sesuai dengan latar belakang permasalahan

peneliti mendapati salah satu faktor yang membuat silat tradisional powele ini

berkurang peminatnya disebabkan masyarakat menganggap silat tradisional powele

merupakan sesuatu yang kuno atau bagian dari masa lalu yang cenderung menaruh

minat pada hal-hal yang mengandung unsur budaya luar yang lebih popular seperti

“Taekwondo” dan “Karate”. Seiring dengan perkembangan wawasan masyarakat

tentang belah diri Taekwondo dan karate dapat mengancam keberadaan silat

tradisional powele yang merupakan warisan leluhur dari nenek moyang kita.

3.Budaya Masyarakat Muna Dalam Mengamalkan Pancasila Sila Ketiga

“Persatuan Indonesia”

Makna “Persatuan Indonesia” dalam sila ketiga Pancasila adalah suatu wujud

kebulatan yang utuh dari berbagai aspek kehidupan, yang meliputi ideologi, politik,

10
sosial, budaya, dan pertahanan keamanan yang semuanya terwujud dalam suatu

wadah, yaitu Indonesia.

Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai

penjelmaan sifat kodrat manuasia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan

makhluk sosial. Negara adalah suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-

elemen yang membentuk negara yang berupa, suku, ras, kelompok, golongan maupun

kelompok agama.

Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, indvidu, maupun

golongan agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas tercapainya harkat

dan martabat seluruh warganya. Negara memberikan kebebasan atas individu,

golongan, suku, ras, maupun golongan agama untuk merealisasikan seluruh

potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral.

Pengamalan sila pancasila ketiga “Persatuan Indonesia” di Sulawesi Tenggara

khususnya di masyarakat Muna

1.pokadulu

Istilah Pokadulu atau (gotong royong) sangat akrab dalam kosa kata masyarakat adat

maupun keseluruhan bangsa Indonesia. Pokadulu merupakan bentuk kerja sama atau

gotong royong yang dilakukan masyarakat muna dalam melalukan setiap kegiatan.

11
Pokadulu biasanya dilakukan saat bertani, pembangunan rumah, perkawinan, dan

kedukaan

Dalam masyarakat Muna istilah gotong royong sangat populer dan diistilahkan

dengan pokadulu yang merupakan sistem pengerahan tenaga tambahan dari luar

kalangan keluarga untuk saling mengisi kekurangan tenaga pada masa-masa sibuk

dalam aktivitas bercocok tanam, membangun rumah, membangun sarana umum, dan

membangun sarana ibadah. Budaya pokadulu melibatkan banyak individu dengan

karateristik yang berbeda-beda. Hal ini menimbulkan adanya komunikasi yang sangat

kompleks dimulai dari komunikasi antar pribadi kemudian akan menjadi komunikasi

kelompok. Sistem ini kemudian akan mengarah pada moral individu dan selanjutnya

teraktualisasi ke dalam norma-norma sosial, adat sopan santun, sebagai suatu

instrumen bertata tertitib kehidupan bermasyarakat dan lingkungan domestik.

4.Budaya Masyarakat dalam Mengamalkan Nilai Pancasila Pada Sila Keempat

“Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan

Perwakilan”

Setiap orang Indonesia sebagai warga masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia

mempunyai hak, kewajiban, dan kedudukan yang sama dalam pemerintahan. Oleh

karena itu, setiap kegiatan pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan

bersama terlebih dahulu selalu mengadakan musyawarah untuk mencapai mufakat.

12
Musyawarah untuk mencapai mufakat tersebut dilakukan dengan semangat

kekeluargaan sebagai ciri khas kepribadian bangsa Indonesia.

Di Sulawesi Tenggara khususnya masyarakat Muna musyawarah dikenal sebagai

“Rompu”.Rompu merupakan suatu pengambilan keputusan bersama dalam sebuah

pertemuan yang dilaksanakan oleh pihak-pihak yang bersangkutan untuk

mendapatkan sebuah kesepakatan. Musyawarah juga bisa diartikan sebagai wadah

atau tempat untuk mencari sebuah kesepakatan. Didalam musyawarah biasanya ada

salah satu kepala tokoh adat yang menjadi pimpinan dalam suatu musyawarah itu.

5.Budaya Masyarakat Muna dalam Mengamalkan Pancasila Sila Kelima “Keadilan

Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

Keadilan merupakan salah satu tujuan negara republik Indonesia selaku negara

hukum. Penegakan keadilan akan membuat kehidupan manusia Indonesia, baik

selaku pribadi, selaku anggota masyarakat, maupun selaku warga negara menjadi

aman, tenteram, dan sejahtera.

13
Upaya untuk mencapai ke arah itu memerlukan nilai keselarasan, keserasian, dan

keseimbangan, yang menyangkut hak dan kewajiban yang dimiliki oleh seluruh

warga negara Indonesia tanpa membedakan agama, suku, bahasa, dan status sosial

ekonominya. Setiap warga negara Indonesia harus diperlakukan adil sesuai dengan

hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Keadilan Sosial berarti tidak mementingkan diri sendiri saja, tetapi harus

mengutamakan kepentingan umum, yang di dasari oleh tidakan individu dan egoistik.

Tetapi salah satu perbuatan yang semacam ini terkandung Nilai -Nilai Keadilan

tersebut didasari oleh hakekat keadilan manusia.

Keadilan yang Berhubungan dengan Manusia atau Dengan dirinya sendiri, Maka

manusia harus memiliki rasaprikemanusiaan Dalam bermasyarakat, Berbangsa dan

negaranya.

Dalam perkumpulan masyarakat muna yang mendiami suatu wilayah terdapat

lembaga adat muna yang memiliki peran sangat penting dalam hubungan sosial serta

menjadi pihak yang dipercaya untuk menentukan keadilan. Lembaga Adat Muna juga

seharusnya tampil sebagai pemberi solusi terhadap berbagai persoalan-persoalan adat

istiadat pernikahan yang muncul dan terjadi ditanah Muna. Seperti halnya perbedaan

persepsi terkait dengan adhatino tombu dan adhatino ghoera. Dua hal ini kerap

tumpang tindih dan menimbulkan masalah di masyarakat. Saat menyelesaikan urusan

14
adat, terkadang tokoh adat atau pelaku adat kelabakan dengan adanya ketentuan

adhatino tombu yang tidak ada atau ukitidak diatur dalam adhatino ghoera. Untuk itu,

Lembaga Adat Muna harusnya mengantisipasi hal ini dengan meluruskan keberadaan

antara adhatino tombu dengan adhatino ghoera.

Lembaga Adat Muna harus mampu menunjukkan fungsi dan peran untuk :

(1) Membantu pemerintah dalam kelancaran dan pelaksanaan pembangunan di segala

bidang, terutama dalam bidang keagamaan, kebudayaan dan kemasyarakatan;

(2) Melaksanakan hukum adat dan istiadat di tanah Muna secara benar;

(3) Memberikan kedudukan hukum menurut adat istiadat terhadap hal-hal yang

berhubungan dengan kepentingan hubungan sosial ke-adat-an dan ke-agama-an;

(4) Membina dan mengembangkan nilai-nilai adat sesuai dengan keadaan

sesungguhnya dalam rangka memperkaya, melestarikan dan mengembangkan

kebudayaan nasional pada umumnya dan kebudayaan adat khususnya;

(5) Menjaga,memelihara,dan memanfaatkan kekayaan adat istiadat muna untuk

kesehjateraan masyarakat di tanah muna.

Pengurus Lembaga Adat Muna juga akan menjalankan fungsi sebagai alat

kontrol keamanan, ketentraman, kerukunan, dan ketertiban masyarakat, baik prefentiv

maupun represiv dalam menyelesaikan masalah sosial kemasyarakatan,

15
penengeh,(hakim perdamaian) terhadap sengketa adat istiadat yang timbul di

masyarakat.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dalam masyarakat Muna dalam mengamalkan sila-sila pancasila,banyak terdapat di

dalam tradisi-tradisi masyarakat muna, diantaranya katoba,ewa wuna, pokadulu,

rompu, dan juga dalam kegiatan pembagian beras-beras raskin untuk masyarakat

muna yang kurang mampu.

3.2 SARAN
Kritik yang membangun sangat di perlukan untuk kesempurnaan makalah ini

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.blogger.com/profile/14317349248556401188

https://isuarablog.wordpres.com/2016/0509/makna-sila-dalam-pancasila/

http://wwwslideshare.net/septianraha/kangkilo-dalam-adat-muna

https://docplayer.info/42982350-pokadulu-sebagai-komunikasi-sosial-masyarakat-

muna-d.html

http://sawaludinkasakamu.blogspot.com/2018/12/budaya-masyarakat/muna.html

17
18

Anda mungkin juga menyukai