Anda di halaman 1dari 44

• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 1

- PENGANTAR HUKUM PAJAK -


Content:44 Slides
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 2

Hukum Pajak adalah :


Sekumpulan peraturan yang mengatur hak dan
kewajiban serta hubungan antara Wajib Pajak dan
Pemerintah selaku pemungut pajak.

Hukum Pajak merupakan bagian dari Hukum Publik yang mengatur


hubungan hukum antara negara dan orang-orang atau badan-badan
(hukum) yang berkewajiban membayar pajak (Wajib Pajak).

Hukum Pajak memuat pula unsur-unsur hukum tata negara dan hukum
pidana.
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 3

Pajak adalah:

kontribusi wajib kepada negara

yang terutang oleh orang pribadi atau badan

yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-


besarnya kemakmuran rakyat
( Pasal 1 angka 1 UU KUP )
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 4

Pajak

VS

Sumbangan
Retribusi
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 5

• Adalah pungutan daerah


• sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu
Retribusi • yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan usaha.

• Adalah iuran yang diberikan oleh rakyat secara


Sumbangan • sukarela, yang digunakan untuk membantu
• kelompok masyarakat tertentu
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 6

1. PENERIMAAN (BUDGETAIR)
Sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran
pemerintah baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.
2. MENGATUR (REGULEREND)
Sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan (kebijakan) tertentu yang
telah ditetapkan oleh pemerintah
3. REDISTRIBUSI
Menekankan pada unsur pemerataan dan kadilan di masyarakat, seperti tarif
pajak progresif
4. DEMOKRASI
Wujud dari sistem gotong royong dikaitkan dengan tingkat pelayanan
pemerintah kepada masyarakat pembayar pajak
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 7

PEMERINTAHAN
1. Pemberian pelayanan dalam
bernegara dan bermasyarakat

2. Penyediaan fasilitas:
a. fasilitas umum
b. fasilitas sosial

7
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 8

HUKUM

Memberikan Pelayanan
Penegakan hukum dalam
masyarakat
8
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 9

PERTAHANAN &
KEAMANAN

Aparat keamanan
berjaga-jaga atas
keselamatan kita
serta memberi rasa
aman 9
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 10

INFRA STRUKTUR

Dalam kegiatan sehari-hari


kita memanfaatkan jalan
raya dan transportasi
umum.
10
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 11

SEKOLAH

Fasilitas SPP Gratis


mulai Jenjang SD Negeri
sampai SMA Negeri

11
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 12

Prioritas Belanja Infrastruktur


Pembangunan Jalan Jalan Kereta Api (Rail Link)

Kawasan perbatasan, lintas pantai Manggarai-Bandara, Serpong Maja, jalur


selatan jawa, pulau-pulau terpencil, dan ganda: Cirebon-Kroya, Kroya-Kutoarjo,
terluar, serta jalan akses Tegal Pekalongan

Irigasi
Jembatan
Pembangunan dan Peningkatan kinerja
70.000 Ha Jaringan Irigasi dan 20.700 Ha Suramadu 1.383,7 meter
Jaringan Rawa Rehabilitasi & pemeliharaan jembatan
Rehabilitasi 240.000 Ha jaringan irigasi ruas jalan Nasional 36.147 m.
dan jaringan rawa 164.392 Ha
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 13

Jalan Sekolah
Listrik

Pembangunan
Desa

Keamanan Pariwisata
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 14

1. Menunjukkan Baiknya Kredibilitas Perusahaan


2. Menunjukkan Sehatnya Keuangan Perusahaan
3. Terlihat Lebih Profesional
4. Mendapat Pinjaman Lebih Mudah
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 15

A. Menurut Golongannya

Pajak Langsung Pajak Tidak Langsung


Pajak yang bebannya Pajak yang bebannya
harus dipikul sendiri oleh dapat dilimpahkan kepada
wajib pajak dan tidak dapat pihak lain dan hanya
dilimpahkan kepada pihak dikenakan pada hal-hal
lain serta dikenakan secara tertentu atau
berulang-ulang pada peristiwa-peristiwa
waktu-waktu tertentu, tertentu saja,
misalnya PPh misalnya; PPN
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 16

B. Menurut Sifatnya
Pajak Objektif
Pajak Subjektif
Jenis pajak yang dikenakan
Jenis pajak yang dikenakan dengan memperhatikan
dengan memperhatikan objeknya baik berupa keadaan,
keadaan pribadi wajib pajak perbuatan, atau peristiwa
(subjeknya). yang menyebabkan timbulnya
Setelah diketahui keadaan kewajiban membayar pajak.
subjeknya barulah Setelah diketahui objeknya
diperhatikan keadaan barulah dicari subjeknya yang
objektifnya sesuai daya pikul mempunyai hubungan hukum
apakah dapat dikenakan dengan objek yang telah
pajak atau tidak, diketahui,
misalnya, Pajak Penghasilan misalnya PPN
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 17

C. Menurut Pemungutnya

PAJAK PUSAT PAJAK DAERAH


• PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
• PAJAK PENGHASILAN (PPh) • PAJAK RESTORAN
• PAJAK PERTAMBAHAN NILAI • PAJAK HOTEL
(PPN)
• PAJAK REKLAME
• PAJAK PENJUALAN BARANG
MEWAH (PPnBM) • PARKIR
• BEA MATERAI • PAJAK HIBURAN
• Bea dan Cukai • PAJAK PENERANGAN UMUM
• PAJAK PENGAMBILAN GALIAN
• PBB (Perkebunan, GOLONGAN C
Kehutanan dan
Pertambangan) • BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN
BANGUNAN (BPHTB)
• PBB (Pedesaan dan Perkotaan) (P2)
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 18

1 Pemerintah Pusat
Departemen
KementerianKeuangan
Keuangan
Direktorat Jenderal Pajak
Direktorat Jenderal Bea & Cukai

2 Pemerintah Daerah
Dinas pendapatan Daerah (Dispenda)
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 19
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 20

Pajak Daerah Tk. I:


• Pajak Kendaraan Bermotor
• Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
• Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pajak Daerah Tk. II:


1. Pajak Hotel dan Restoran APBD
2. Pajak hiburan
3. Pajak Reklame
4. Pajak Penerangan Jalan (umum)
5. Pajak Pengambilan dan Pengolahan
6. Bahan Galian Golongan C
7. Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
8. PBB P2 (Pedesaan dan Perkotaan)
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 21

Asas Pemungutan Pajak


1. Asas Tempat Tinggal
2. Asas Kebangsaan
3. Asas Sumber

KEADILAN
Asas keadilan dalam prinsip perundang-undangan
Pajak maupun dalam pelaksanaannya harus dipegang
Teguh, walaupun keadilan itu sangat relatif
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 22

1. Asas Domisili (asas tempat tinggal)


Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak
yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari
dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku bagi Wajib Pajak dalam
negeri.
2. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber dari
negaranya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
3. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara, misalnya
pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan
berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini
berlaku bagi Wajib Pajak luar negeri. Contoh : BUT
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 23

Stelsel Nyata (Riil Stelsel)

Cara Pemungutan Pajak Stelsel Anggapan (Fictif Stelsel)

Stelsel Campuran
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 24

Stelsel Nyata (Riil Stelsel)

Cara Pemungutan Pajak Stelsel Anggapan (Fictif Stelsel)

Stelsel Campuran
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 25

A. Stelsel Nyata (Riil Stelsel)


Pemungutan baru dpt dilakukan setelah penghasilan sesungguhnya diketahui . Kelemahan
stelsel ini : baru dpt dikenakan pd akhir periode Contoh: PPh Pasal 21

B. Stelsel Anggapan (Fictif Stelsel)


Didasarkan pd anggapan yg diatur oleh undang-undang, misal penghasilan suatu thn dianggap
sama sama dgn thn sebelumnya shg di awal thn dpt ditetapkan besarnya pajak dlm thn berjalan

C. Stelsel Campuran
Didasarkan pada anggapan yang diatur oleh undang-undang, dan pada akhir
thn besarnya pajak disesuaikan dgn keadaan yg sebenarnya.
Jika pajak berdasarkan kenyataan lebih kecil dari anggapan  WP dpt meminta kembali
kelebihan pajak begitu juga sebaliknya jika pajaknya lebih besar dari anggapan maka WP
menyetor kekurangan tsb.
Contoh : Menghitung PPh Pasal 25
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 26

Official Self Witholding


Assessment Assessment System

♣ Wewenang berada  Wewenang berada


 Wewenang berada
ditangan pemerintah ditangan Wajib Pajak
di pihak ketiga yang
(fiskus) untuk menen- untuk menentukan
ditetapkan oleh
tukan besarnya pajak pajaknya sendiri
Peraturan Perpajakan
yang terutang  Wajib pajak bersifat
untuk melaksanakan
aktif (menghitung,
pemotongan
♣ Wajib Pajak bersifat memperhitungkan,
dan pemungutan
pasif. membayar dan
pajak
(hanya menunggu) melaporkan sendiri
besarnya pajak yang
 Utang pajak timbul
♣ Utang pajak timbul harus dibayar)
tanpa menunggu surat
setelah dikeluarkan  Utang pajak timbul
ketetapan pajak
surat ketetapan pajak tanpa menunggu surat
oleh fiscus ketetapan pajak
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 27

MENGHITUNG

MEMPERHITUNGKAN

MENYETOR

MELAPOR
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 28

SKEMA PERPAJAKAN SELF ASSESSMENT

Memperoleh Identitas Menghitung Sendiri,


sbg Wajib Pajak Memotong & Memungut

NPWP &
Pengukuhan PKP

Melaporkan Sendiri
Penghitungan &
Penyetoran Pajak
Menyetor
Sendiri Pajak
yang Terutang

Surat Pemberitahuan
Surat Setoran
(SPT)
Pajak (SSP)
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 29

 Retribusi Jasa Umum,


 contohnya : Retribusi Pasar dan air
bersih
 Retribusi Jasa Usaha,
 contohnya : Retribusi Tempat Khusus
Parkir;
 Retribusi Perizinan Tertentu,
 contohnya : Retribusi gangguan dan
retribusi Izin Mendirikan bangunan
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 30

Tarif Proporsional/Sebanding
Tarif Progresif
Tarif Degresif
Tarif Tetap
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 31

Merupakan tarif pajak yang menggunakan persentase tetap terhadap berapa pun
jumlah objek pajak sehingga apabila dihitung besarnya pajak akan proporsional
(sebanding)
Contoh: tarif PBB adalah 0,5% dari berapun jumlah objek pajak, Tarif PPN 10 %

Merupakan tarif yang persentasenya semakin meningkat apabila jumlah pajak semakin
bertambah.
Contoh : Tarif PPh

Merupakan tarif pajak yang persentasenya semakin menurun apabila jumlah objek
pajak semakin bertambah.
Contoh :
Impo/Ekspor 0 s.d 25.000.000 Tarif Bea Masuk/Bea Keluar 15 %
Impor/Ekspor 25.000.000 s.d 50.000.000 Tarif Bea Masuk/Bea Keluar 12,5%
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 32

Merupakan tarif pajak yang ditetapkan dalam nilai rupiah tertentu yang
jumlahnya tidak berubah atau tetap.
Contoh: bea materai
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 33

HUKUM PUBLIK
Hukum Pajak merupakan bagian dari
Hukum Publik yang mengatur hubungan Hukum Pajak memuat pula
hukum antara negara dan orang-orang unsur-unsur hukum tata
atau badan-badan (hukum) yang negara dan hukum
berkewajiban membayar pajak (Wajib pidana.
Pajak).

HUKUM PAJAK

HUKUM PIDANA HUKUM PERDATA


• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 34

1. Penafsiran Historis
2. Penafsiran Sosiologis
3. Penafsiran Sistematik

4. Penafsiran Otentik
5. Penafsiran Tata Bahasa
6. Penafsiran Analogis
7. Penafsiran A Contrario
Penafsiran berlawanan yaitu menafsirkan atau menjelaskan UU
yang didasarkan pada perlawanan pengertian antara peristiwa konkret
Yang dihadapi dan peristiwa yang diatur dalam UU
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 35

Merupakan penafsiran undang-undang dengan melihat pada


kronologis atau sejarah dibuatnya undang-undang tersebut.

Merupakan penafsiran atas suatu ketentuan dalam undang-


undang yang disesuaikan dengan perkembangan dan dinamika
kehidupan masyarakat.

Merupakan penafsiran dengan menghubungkan suatu pasal dengan


pasal yang lain dalam satu undang-undang yang sama atau
mengaitkannya dengan pasal-pasal undang-undang yang lain

penafsiran atas suatu ketentuan dalam undang-undang dengan


melihat pada apa yang telah dijelaskan dalam undang-undang
tersebut.
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 36

Merupakan cara penafsiran berdasarkan bunyi kata-kata secara


keseluruhan, dengan berpedoman pada arti kata-kata yang
berhubungan satu sama lain dalam kalimat-kalima yang disusun
oleh pembuat undang-undang

Merupakan penafsiran dengan membandingkan antara


ketentuan hukum yang lama dan ketentuan hukum yang berlaku
saat ini, atau ketentuan hukum nasional dan ketentuan hukum
asing.

Penafsiran berlawanan yaitu menafsirkan atau menjelaskan UU


yang didasarkan pada perlawanan pengertian antara peristiwa
konkret Yang dihadapi dan peristiwa yang diatur dalam UU.
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 37

1983
Melakukan reformasi
• Memperkenalkan Self
Assessment
1. Warisan Belanda • Menghilangkan kelemahan
(Sifatnya kolonialistik) sistem perpajakan yang ada
2. Sistem official assessment. dgn memperluas objek dan
subjek pajak,
menyederhanakan sistem
dan prosedur perpajakan
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 38
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 39

Hukum Formal merupakan norma Hukum Materiil merupakan norma


Untuk mewujudkan hukum materiil tentang :
menjadi kenyataan, antara lain : • Objek Pajak
• Bentuk dan Tata Cara Mewujudkan – Keadaan
Hukum Materiil menjadi – Perbuatan
Kenyataan, seperti: – Peristiwa
• Tata Cara Mendaftar Sebagai • Subjek Pajak
Wajib Pajak • Tarif Pajak
• Tata Cara Membayar Pajak dan • Timbul dan Hapusnya Utang Pajak
Melaporkan SPT
• Hubungan Hukum Antara
• Tata Cara Penetapan Utang Pajak Pemerintah dan Wajib Pajak
• Hak-hak Fiskus
• Hak-hak Wajib Pajak
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 40

• UU PPN/PPnBM
Hukum Materiil • UU PPh

• UU KUP
Hukum Formil • UU PPSP
• UU PP

• UU PBB
Hukum Materiil & Formil • UU BPHTB
Dalam Satu Naskah • UU Bea Materai
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 41

PERLAWANAN TERHADAP PAJAK


Perlawanan Pasif
hambatan yg mempersulit pemungutan pajak termasuk struktur ekonomi,
intelektual penduduk, teknik pemungutan itu sendiri

Perlawanan Aktif
Penghindaran diri dari pajak (Tax avoidance)
Tidak melakukan perbuatan yg dpt dikenakan pajak
Penyelundupan pajak (Tax Evasion)
Penghindaran pajak dengan cara melanggar hukum (illegal)
Melalaikan Pajak
Menolak membayar pajak yg telah ditetapkan & menolak ketentuan
formal seperti menghalangi proses penagihan
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 42

Sanksi
Perpajakan

Sanksi
Sanksi Pidana
Administrasi

Berupa :
Berupa :  Penempatan di
 Bunga Lembaga
 Denda Permasyarakatan atau
 Kenaikan gijzeling
(Penjara/Kurungan)
• IKATAN AKUNTAN INDONESIA (IAI) 43

Penagihan
Pajak

Penagihan Pasif Penagihan Aktif

1. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak


(skp): 1. Penerbitan :
• SKPKB
• SKPKBT
• Surat Teguran
• STP • Surat Paksa
• SK Pembetulan
• SK Keberatan
• SPMP
• Putusan Banding 2. Pelaksanaan Lelang

Anda mungkin juga menyukai