Anda di halaman 1dari 8

Efektivitas Terapi Bantuan Robot Ekstremitas Atas Pada Fase

Rehabilitasi Awal Setelah Stroke: Uji Coba Tunggal


Buta, Acak, Terkontrol

Kelompok 4
Dicky Kurniawan
Erna Manik
Michellia Champaka Putri

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KONVERSI


STIKes TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
TAHUN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
memberikan berkat dan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
analisis jurnal yang berjudul “Efektivitas Terapi Bantuan Robot Ekstremitas Atas Pada
Fase Rehabilitasi Awal Setelah Stroke: Uji Coba Tunggal Buta, Acak, Terkontrol” ini
dapat selesai pada waktunya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah turut membantu dalam penyusunan laporan ini. penulis berharap semoga
analisis ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu,
penulis memahami bahwa hasil analisis ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
analisis jurnal yang lebih baik lagi untuk selanjutnya.

Bengkulu, 10 Nopember 2019

Penulis
ISI JURNAL
A. Judul jurnal
Efektivitas terapi bantuan robot ekstremitas atas pada fase rehabilitasi awal setelah
stroke: uji coba tunggal buta, acak, terkontrol

B. Kata kunci
Stroke, ekstremitas atas, robotik, rehabilitasi, pemulihan fungsi.

C. Tahun publikasi
4 april 2019

D. Penulis jurnal
Stephanie Dohem, Maxime Giliaux, Gaetan Stoquart, Christine Detrembleur,
Geraldine Jacquemin, Sara Palumbo, Anne Frederick, Thierry Lejeune.

E. Latar belakang masalah


Banyak pasien yang mengalami gangguan neurologis persisten membatasi kegiatan
dan partisipasi sosial. Terapi dengan bantuan robot (RAT) sebagai rehabilitasi stroke
dini untuk mengurangi penurunan fungsi tungkai atas dan meningkatkan pelaksanaan
ADL.

F. Tujuan penelitian
Untuk mengevaluasi efektivitas terapi ekstremitas atas dengan bantuan terapi robot
(RAT) dalam rehabilitasi awal individu stroke, RAT dibandingkan dengan terapi
konvensional (CT).

G. Metodologi penelitian
Semua pasien adalah sukarelawan dan diberi inform consent sebelum berpartisipasi
secara bebas dalam penelitian ini. Penelitian ini disetujui oleh dewan etik fakultas
kedokteran kami di Université Catholique De Louvain. Pasien direkrut dari Mei 2014
hingga Mei 2017 dalam tiga Pusat rehabilitasi rawat inap Belgia: Cliniques
universitaires Saint-Luc (Brussels), Pusat Hospitalier Valida (Brussels) dan Pusat
Hospitalier Neurologique William Lennox (Ottignies). Adapun kriteria yang diambil
yaitu :
1) Kriteria inklusi adalah stroke iskemik yang pertama atau hemoragik;
Penundaan < 1 bulan sejak stroke; usia ≥18 tahun, Skor Pemeriksaan Mini-
Mental ≥ 15 dan kemampuan untuk memahami instruksi; FMA-Ekstremitas
Atas (FMA-UE) skor < 80%, dinilai oleh sistem pengujian komputer adaptif
(skor yang lebih tinggi menunjukkan lebih sedikit kerusakan motorik UL; dan
status kesehatan yang diperbolehkan untuk rehabilitasi.
2) Kriteria eksklusi adalah stroke yang terdapat di batang otak atau otak kecil atau
penyakit ortopedi atau neurologis lainnya yang mengubah fungsi UL /
ektremitas atas paretik.
Kami mengacak 45 pasien dengan stroke akut menjadi 2 kelompok (terapi
konvensional, n = 22, dan RAT, n = 23). Kedua intervensi disesuaikan dengan dosis
terkait durasi pengobatan dan berlangsung 9 minggu. Kelompok terapi konvensional
mengikuti rehabilitasi standar. Dalam kelompok RAT, 4 sesi terapi konvensional
(25%) diganti dengan RAT setiap minggu. RAT terdiri dari memindahkan paretik
ekstremitas atas sepanjang lintasan referensi sementara robot memberikan bantuan
sesuai kebutuhan. Penilaian mengevaluasi peserta sebelumnya, tepat setelah intervensi
dan 6 bulan pasca-stroke, menurut ICF domain UL (ekstremitas atas) mengalami
gangguan motorik, batasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi sosial.
H. Hasil pembahasan dan diskusi ( 2 jurnal internasional, 2 nasional)
Hasil penelitian dan diskusi, menunjukkan 13 orang keluar selama intervensi karena
kesehatan yang memburuk, pilihan pribadi, stroke kambuh, nyeri bahu, kematian,
banyak sesi hilang atau keluar tanpa kemungkinan untuk mengejar protokol. Nyeri
bahu, dilaporkan oleh salah satu pasien dalam kelompok RAT, adalah satu-satunya
kejadian yang buruk. Namun, apakah kejadian itu terkait pengobatan tidak diketahui.
Dengan demikian, 32 peserta (kelompok RAT = 17; kelompok CT = 15) dinilai setelah
intervensi. 4 dari kelompok CT dan RAT turun sebelum penilaian tindak
lanjut. Akhirnya, 28 peserta dinilai untuk evaluasi akhir (T2) (kelompok RAT = 15;
CT grup = 13). Studi ini membandingkan terapi bantu robot pada ekstremitas atas
dengan terapi konvensional pada awal fase rehabilitasi pasca stroke. Kelompok RAT
menunjukkan peningkatan yang lebih signifikan di gross manual dexterity (BBT),
selama tugas fungsional dan partisipasi sosial pasien daripada kelompok terapi
konvensional. Studi sebelumnya dan ulasan sistematis juga menemukan RAT sebagai
substitusi parsial untuk terapi konvensional pada fase rehabilitasi awal yakni paling
tidak seefektif terapi konvensional atau bahkan lebih baik dalam meningkatkan fungsi
UL (upper limb) atau kemampuan untuk melakukan ADL dibandingkan dengan terapi
konvensional saja. Contoh, Sale et al membandingkan 30 sesi UL RAT hingga 30 sesi
CT pada fase rehabilitasi awal. Para penulis menemukan peningkatan yang lebih besar
dalam RAT daripada kelompok CT untuk motor UL kontrol, rentang gerak UL dan
Indeks Motricity. Sejauh pengetahuan kami, penelitian ini adalah satu-satunya efek
RAT yang dievaluasi pada partisipasi sosial.
Menurut Kim and Won (2013), menunjukkan bahwa terapi bantuan robot dengan
perangkat tipe efektor akhir tidak dapat menggantikan terapi konvensional pada pasien
dengan stroke kronis. Namun, lima uji coba lain, yang mendaftarkan pasien dengan
stroke subakut, menunjukkan bahwa terapi robot-dibantu dalam kombinasi dengan
fisioterapi konvensional menghasilkan peningkatan yang lebih besar dalam fungsi
daripada terapi konvensi saja.
Menurut Franceschini et al (2019), temuan yang cukup besar diwakili oleh peningkatan
signifikan secara statistik kelenturan pada tingkat bahu di CG antara T1 dan T2.
Kelompok yang dirawat menggunakan sistem robot, di sisi lain ditandai dengan
peningkatan otot yang kecil yang tidak signifikan secara statistik. Meskipun semakin
banyak uji klinis yang diterbitkan dan meta-analisis atas ekstremitas RT, yang
mengkonfirmasi kemanjuran sistem robot sebagai terapi untuk pemulihan motorik,
banyak masalah yang terdiidentifikasi untuk ditangani secara memadai dalam masa
percobaan klinis kedepan. Secara khusus, hasil dari studi tentang penggunaan terapi
robot pada pasien menyarankan lebih lanjut investigasi tentang penggunaan RT yang
terus menerus selama periode tindak lanjut. Ini mungkin menyebabkan peningkatan
fungsi motorik melalui RT bahkan setelah fase akut.
Berdasarkan penelitian Herianto dan Hasan (2016), berdasarkan hasil kuesioner yang
telah didapatkan penggunaan robot rehabilitasi pada pasien pasca stroke, gerakan dapat
divariasikan sesuai dengan ebutuhan pasien, dapat digunakan untuk kaki, siku atau
jari-jemari, dapat memudahkan pasien yang mengalami kesulitan menggenggam,
nyaman dipakai pasien dan terbuat dari material yang aman.
Berdasarkan penelitian Hariandja (2013), hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan dalam penelitian ini, terdapat 16 kebutuhan penderita stroke akan sistem
rehabilitasi atau terapi okupasi berbasis teknologi yang teridentifikasi yakni sistem
terapi memberikan feedback, terapi mandiri, latihan yang diberikan terkait dengan
ADL dan melibatkan interaksi sosial dan lebih menarik. Sedangkan terapi
konvensional membuat kejenuhan, adanya keterbatasan alat terapi, dan keterbatasan
pendamping latihan membuat proses terapi lebih lambat.
I. Kesimpulan
Terapi robot pasca-stroke menunjukkan bahwa, selama durasi yang sama dalam
rehabilitasi harian, terapi bantu robot (RAT) ekstremitas atas dikombinasikan dengan
terapi konvensional lebih efektif daripada terapi konvensional saja untuk ketangkasan
manual, kemampuan tungkai atas selama tugas fungsional dan partisipasi sosial pasien
di awal fase rehabilitasi. Untuk memungkinkan generalisasi, temuan kami harus
dikonfirmasi oleh penelitian lebih lanjut yang melibatkan sampel yang lebih besar.
Kemudian, RAT dapat digunakan dalam praktek klinis untuk meningkatkan jumlahnya
pengulangan gerakan dan pemulihan motor. Terapi robotik dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan masing - masing pasien. Terapi ini juga menyesuaikan
jumlah bantuan fisik yang diberikan selama sesi terapi. Robot dapat mencatat setiap
kemajuan dan perkembangan pasien secara kuantitatif.

J. Kelemahan dan kelebihan penelitian


Kelemahan :
1. Sampelnya relatif kecil. Hasil awal ini harus dikonfirmasi oleh studi
multisentrik masa depan yang melibatkan lebih banyak peserta.
2. Jumlah pasien yang keluar (37%) lebih tinggi dari pada penelitian sebelumnya
pada fase rehabilitasi yang sama (10–15%). Namun, ini tidak menghentikan
studi karena intervensi. Sebaliknya, mereka keluar karena kesehatan
memburuk, kekambuhan stroke, dll.
Kelebihan :
1. Penelitian ini dapat dianggap sebagai studi pragmatis karena termasuk populasi
yang relevan (direkrut dalam rehabilitasi pusat, dengan gangguan motorik
sedang hingga berat), dan terapi konvensional (CT) kelompok menerima terapi
konvensional yang disesuaikan dengan kebutuhan pribadi mereka.
2. Hasil terapi sangat memuaskan , termasuk hasil laporan perkembangan pasien
dan relevan dalam praktik klinis untuk pasien stroke. Studi ini menunjukkan
efektivitas terapi bantu robot dalam kehidupan nyata pada tahap rehabilitasi
awal.
1. MANFAAT PENELITIAN DI BIDANG KESEHATAN
▪ Memberikan sumber referensi bagi para peneliti berikutnya dalam melakukan
penelitian dalam hal yang sama.
▪ Penelitian ini dapat dijadikan landasan teori rumah sakit dalam pemberian rehabilitasi
dengan menggunakan teknologi terapi robotik pada pasien stroke.

2. PENERAPAN APLIKASI TERAPI ROBOT PADA TUNGKAI ATAS (RAT UL) DI


INDONESIA
Iya penerapan terapi robotik pada pasien stoke dapat terapkan di indonesia dan saat ini
sudah diterapkan sebagai contoh Klinik Wijaya sebagai Klinik Rehabilitasi Stroke di
Jakarta. Terapi robotik menggunakan bantuan teknologi robot untuk pemulihan penderita
stroke guna mengembalikan fungsi anggota gerak. Dengan adanya terapi robot sistem terapi
lebih rapi dan menyenangkan bagi pasien stroke dan dapat mencatat kemajuan latihan pasien
secara kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA

Dehem, stephanie et al. (2019). Effectiveness of upper-limb robotic-assisted therapy in the


early rehabilitation phase after stroke: A single-blind, randomised, controlled trial. Journal
of Annals of Physical and Rehabilitation Medicine (2018).
https://doi.org/10.1016/j.rehab.2019.04.002

Franceschini et al. (2019). Upper Limb Robot Assisted Rehabilitation Versus Physical
Therapy On Subacute Stroke Patient: A Follow Up Study. Journal F Bodywork &
Movement Therapiest. https://doi.org/10.106/j.jbmt.2019.03.016

Hariandja, johanna. (2013). Identifikasi Kebutuhan Akan Sistem Rehabilitasi Berbasis


Teknologi Terjangkau Untuk Penderita Stroke Di Indonesia. Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan

Herianto, dan Hasan. M. (2016). Analisis Kebutuhan Robot Rehabilitasi Pasien Pasca
Stroke dengan Menggunakan Metode Kano. Jurnal Ilmiah Teknik Industri Vol.15(2), Des
2016, 151-156

Kim Y. H And Won H. C. (2013). Robot-Assisted Therapy in Stroke Rehabilitation. Journal


Of Stroke 2013;15(3):174-181. http://dx.doi.org/10.5853/jos.2013.15.3.174

Anda mungkin juga menyukai