(Edema)
Oleh :
Rizki Nurliyanti Siregar
1402101010077
Fakultas Kedokteran
2016
Definisi
Dalam keadaan normal cairan tubuh berada dalam keseimbangan. Oleh karena
suatu sebab keseimbangan cairan tubuh dapat mengalami gangguan. Secara garis
besar cairan tubu8h terbagi atas dua, yaitu edema (hipervolemik) dan dehidrasi
(hipovolemik).
Tekanan hidrostatik kapiler dipengaruhi antara lain oleh besarnya tekanan dari
jantung dan jumlah cairan di intravaskuler. Sedangkan tekanan osmotik koloid
ditentukan oleh albumin. Tekanan hidrostatik bersifat mendorong cairan keluar
melintasi membran kapiler. Sisfat tekanan osmotik koloid adalah menarik air dari
luar. Tekanan hidrostatik intravaskuler dan tekanan osmotik koloid interstitial
cenderung menggerakkan cairan keluar melalui dinding kapiler, sedangkan tekanan
hidrostatik interstitial dan tekanan osmotik koloid intravaskuler cenderung
menggerakkan cairan masuk kedalam . Pada kondisi normal, tekanan hidrostatik
dikapiler tereus-menerus cenderung memaksa cairan dan zat terlarut didalamnya
keluar melalui pori-pori kapiler masuk kedalam ruan interstitial. Tapi sebaliknya,
tekanan osmotik koloid cenderung menyebabkan gerakan cairan dengan osmosis dari
ruang interstitial kedalam darah. Tekanan osmotik koloid inilah yang mencegah
keluarnya volume cairan secara terus-menerus dari darah kedalam ruang interstitial.
Faktor Penyebab
Banyak hal yang menyebabkan edema, akan tetapi hanya terdapat empat mekanisme
fisiologis pembentukan edema.
Contohnya : kerusakan hati, luka bakar, malnutrisi, dan kelaparan yang semuanya
menyebabkan trunnya protein darah (hipoproteinemia)
Contohnya : respons inflamasi atau reaksi alergi yang disebabkan oleh pelepasan
histamin.
Penyebab lain dari peningkatan tekanan hidrostatik adalah gagal ginjal danga
peningkatan volume darah total, peningkatan kekuatan gravitasi akibat berdiri lama,
kerusakan sirkulasi vena, dan obstruksi hati. Obstruksi vena biasanya menimbulkan
edema lokal daripada edema umum karena hanya satu vena atau kelompok vena yang
terkena.
Tipe edema : gagal jantung kongestif, flebotrombosis, dan serosis hati dengan
hipertensi portal.
Tipe edema: inflamasi, reaksi alergis, dan luka bakar (cedera vaskular langsung).
3. Penurunan tekanan osmotik koloid. Bila protein plasma didalam darah menipis,
kekuatan kedalam menurun, yang memungkinkan gerakan kedalam jaringan. Ini
menimbulakan akumulasi cairan dalam jaringan dengan penurunan volume plasma
sentral. Ginjal merespon terhadap penurunan volume sirkulasi melalui aktifasi sistem
aldesteron renin-angiotensin, yang mengakibatkan reabsobsi tambahan terhadap
natrium dan air. Volume intrafaskuler meningkat sementara. Namun, karena defisit
protein plasma belum diperbaiki, penurunan tekanan osmotik koloid (mis, kekuatan
dari dalam) tetap rendah dalam proporsi terhadap tekanan hidrostatik kapiler.
Akibatnya cairan intrapaskular bergerak kedalam jaringan, memperburuk edema dan
status sirkulasi.
Hipoproteinemia menyebakan penurunan tekanan osmotik koloid dan dapat
Tipe edema: gagal hati, malnutrisi protein, nefrosis, dan luka bakar.
Tipe edema: gagal jantung kongestif, gagal ginjal, aldosteronisme, dan kelebihan
masukan natrium.
Jenis Edema
Edema adalah akumulasi cairan yang berlebihan dalam hjaringa tubuh. Edema
berdasarkan tempat terakumulasinya cairan dibagi menjadi 2, yaitu edema intraseluler
dan edema ekstraseluler.
1. Edema non-pitting
Keadaan yang memungkinkan terjadinya edema adalah gangguan proses metabolik
jaringan dan tidak adanya nutrisi sel kuat.
Kegagalan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sel akibat aliran darah yang berkurang
akan mengakibatkan gangguan kerja pompa ion, kelebihan elektrolit dalam sel akan
meningkatkan tekanan osmotik didalam sel sehingga menyebabkan terjadinya
pergerakan cairan dari luar kedalam sel.
Edema non-pitting terlihat pada area lipatan kulit yang longgar seperti ruang
periorbital pada wajah. Edema non-pitting dapat terjadi setelah trombosis vena,
khususnya vena superficial. Edema persisten menimbulkan perubhan trifik pada kulit.
Perubahan ini dapat berlanjut sampai dermatitis statis dan ulkus yang sembuhnya
sangat lambat.
2. Edema ekstraseluler (pitting edema)
Edema pitting mengacu pada perpindahan atau menyingkirnya air interstitial oleh
tekanan jari pada kulit, yang meninggalkan cekungan. Setelah tekanan dilepas,
memerlukan beberapa menit bagi cekungan ini untuk kembali pada keadaaan semula.
Edema pitting sering terlihat pada sisi dependen, seperti sakrum pada individu yang
tirah berbaring. Begitu juga tekanan hidrostatik gravitasi meningkatakan akumulasi
cairan ditungkai dan kaki pada individu yang berdiri.
Pada dasarnya ada dua jenis penyebab edema yang paling sering dijumpai,
yaitu kebocoran abnormal cairan dari plasma keruang interstitial dengan melintasi
kapiler dan kegagalan limfatik untuk mengembalikan cairan dari interstitial kedalam
darah.
Distribusi Edema
Asmadi. 2008. Teknik Prosedur Keperawatan : Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
James, Joyce., Baker Dan Swein. 2008. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Jakarta :
Erlangga
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem