Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/311067191

STUDY ON THE FENTON REACTION FOR DEGRADATION OF REMAZOL RED B


IN TEXTILE WASTE INDUSTRY

Article · December 2016


DOI: 10.20884/1.jm.2016.11.2.212

CITATIONS READS

0 359

4 authors, including:

Henry Setiyanto Muhammad Ali Zulfikar


Bandung Institute of Technology Bandung Institute of Technology
49 PUBLICATIONS   82 CITATIONS    58 PUBLICATIONS   209 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Vienna Saraswaty
Indonesian Institute of Sciences
20 PUBLICATIONS   34 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Studies on bioactivities of plant and microbes extracts View project

Molecularly imprinted polymers nanofiber: synthesis, characterization and their application for water and waste water treatment View project

All content following this page was uploaded by Henry Setiyanto on 29 November 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Molekul, Vol. 11. No. 2, November 2016: 168 – 179 doi: 10.20884/1.jm.2016.11.2.212

KAJIAN REAKSI FENTON UNTUK DEGRADASI SENYAWA REMAZOL RED B


PADA LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL

STUDY ON THE FENTON REACTION FOR DEGRADATION OF REMAZOL


RED B IN TEXTILE WASTE INDUSTRY

Henry Setiyanto1*, Dena Agustina1, Muhammad Ali Zulfikar1, Vienna Saraswaty2


1
Kelompok Keilmuan Kimia Analitik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia
2
Kelompok Penelitian Produksi Bersih, Loka Penelitian Teknologi Bersih, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bandung, Indonesia
*email :henry@chem.itb.ac.id
Received 3 June 2016; Accepted 1 November 2016; Available online 29 November 2016

ABSTRAK
Senyawa Remazol Red B merupakan pewarna reaktif yang sering digunakan di industri tekstil.
Pewarna tersebut dapat menimbulkan masalah serius dalam lingkungan/perairan karena sulit untuk
didegradasi oleh mikroorganisme. Penghapusan warna (dekolorisasi) dari pewarna reaktif azo
(Remazol Red B) sebelum dibuang ke lingkungan merupakan aspek penting dalam menciptakan
teknologi (metode) yang ramah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kondisi optimum dekolorisasi senyawa Remazol Red B, pengaruh ion-ion logam pengganggu serta
model kinetika reaksi yang terjadi. Metode yang dipilih untuk dekolorisasi ini adalah Advanced
Oxidation Process (AOP) menggunakan reaksi Fenton. Dekolorisasi reaksi Fenton menggunakan
kondisi optimum yang diperoleh yaitu 25 mg/L H2O2 dan 1,25 mg/L Fe2+ untuk senyawa Remazol
Red B dengan konsentrasi awal pada 83 mg/L ( Rasio [H2O2] : [Fe2+] = 20 : 1 ). Kondisi optimum
reaksi ini diperoleh pada pH 3 dan suhu 27 °C, dengan efisiensi dekolorisasi mencapai 100% untuk
waktu reaksi 60 menit. Model kinetika dekolorisasi pewarna mengikuti reaksi orde dua. Beberapa
ion logam yang ditambahkan seperti Cu2+, Pb2+ dan Zn2+ tidak memberikan pengaruh yang berarti
pada degradasi yang dilakukan.
Kata-kataKunci: Advanced Oxidation Process, Azo, Fenton, Remazol Red B.

ABSTRACT
Remazol Red B is a reactive dye often used in the textile industry.The dye can cause serious
problems in the environmental/water because it is hard be degraded by microorganisms.
Decolorization of reactive azo dyes (Remazol Red B) before being discharged into the environment
is an important aspect in creating technology (method) that are environmentally friendly. The aim
of this study is to determine the optimum conditions of decolorization of Remazol Red B
compounds, the influence of metal ions presence, and their reaction kinetics model. The method
chosen for this decolorization is Advanced Oxidation Process (AOP) using the Fenton reaction.
Decolorization of Fenton reaction using optimum conditions which obtained by the 25 mg / L H2O2
and 1.25 mg / L of Fe 2+ for Remazol Red B compound with initial concentration at 83 mg / L
(ratio [H2O2]: [Fe 2+] = 20: 1). The optimum conditions of this reaction were obtained at pH 3 and
temperature of 27 °C, with decolorization efficiency up to 100% for a reaction time of 60 minutes.
The kinetic model of dye decolorization follows the second order reaction. Some of the metal ions
were added i.e. Cu2+, Pb2+ and Zn2+, given no significant impact on the degradation performed.
Keywords : Advanced Oxidation Process, Azo, Fenton, Remazol Red B.

PENDAHULUAN memegang peranan penting di Indonesia.


Tekstil merupakan salah satu Salah satu permasalahan yang menjadi
industri yang sangat berkembang dan perhatian selama ini adalah limbah

168
Kajian Reaksi Fenton untuk Degradasi Senyawa Remazol Red B Henry Setiyanto dkk

industri yang dihasilkannya, khususnya Belgiorno, 2014), (Vincenzo Naddeo,


kandungan pewarna. Zat kimia yang 2013). Oleh karena itu diperlukan metode
sering digunakan oleh industri tekstil yang secara keseluruhan dapat mengurai
adalah pewarna reaktif, penggunaannya senyawa-senyawa pencemar, metoda
mendekati 45 % (Tunç, Tanaci, & Aksu, tersebut adalah advanced oxidation
2009). Pewarna reaktif tidak mudah untuk process (AOP).
didegradasi oleh mikroorganisme, Sampai dengan saat ini belum ada
sehingga pewarna ini masih terkandung peneliti yang melakukan degradasi/
dalam limbah cair yang dibuang ke dekolorsasi secara khusus untuk senyawa
lingkungan (Ip, Barford, & McKay, Remazol Red B pada limbah industri
2008). Limbah cair dari industri-industri tekstil, menggunakan metode AOP
ini menjadi permasalahan tersendiri yang sehingga penelitian ini memiliki nilai
harus ada penanggulangannya. Pewarna kebaruan. AOP merupakan metode yang
yang masih terkandung dalam limbah cair menggunakan prinsip/proses oksidasi
dapat menyerap dan memantulkan sinar yang dapat mendegradasi senyawa-
matahari sehingga mengganggu senyawa pencemar dalam limbah industri
pertumbuhan mikroorganisma dan juga (Vilar, Malato, & Dionysiou, 2015).
menghambat proses fotosintesis pada Metode ini menggunakan prinsip
tanaman air. Pembuangan air limbah ke pembentukan radikal hidroksil (OH).
sungai atau lautan dapat menyebabkan Radikal hidroksil yang terbentuk akan
kerusakan ekosistem air dan juga mendegradasi senyawa pencemar
kehidupan manusia (Baskaralingam, (organik). Salah satu cara membentuk
Pulikesi, Ramamurthi, & Sivanesan, radikal hidroksil adalah melalui reaksi
2007). Oleh sebab itu, penghilangan Fenton. Kelebihan dari reaksi ini antara
warna (dekolorisasi) dari limbah cair lain membutuhkan energi minimal apabila
industri tekstil menjadi aspek yang sangat dibandingkan dengan teknologi oksidasi
penting dari pengolahan limbah. lain yang memanfaatkan ozon (O3) dan
Selama ini, metode konvensional ultraviolet (UV). Selain itu reaksi Fenton
yang digunakan untuk penanganan air tidak menghasilkan emisi uap. Oleh sebab
limbah pada industri tekstil dapat meliputi itu dipilih metode AOP menggunakan
proses fisik (limbah primer), proses reaksi Fenton pada degradasi senyawa
biologi (limbah sekunder) dan proses Remazol Red B.
kimia (limbah tersier). Pengolahan limbah
METODE PENELITIAN
tersier dapat dilakukan diantaranya
dengan metode incineration, air stripping, Penelititan ini adalah penelitian
actived carbon adsorption dan ozone experimental yang dilakukan pada limbah
treatment (Yuan & He, 2015). Metode cairan dari industri tekstil. Limbah
incineration membutuhkan biaya yang tersebut didegradasi/dekolorisasi meng-
sangat mahal. Metode air stripping dan gunakan metoda AOP dan reaksi Fenton.
actived carbon adsorption hanya Hasil dekolorisasi diamati perubahan
memindahkan senyawa-senyawa warnanya serta dianalisis senyawa yang
pencemar ke objek (media/fasa) yang ada menggunakan spektrofotometer
berbeda (Zulfikar, Setiyanto, Rusnadi, & UV/Vis. Penelitian dilakukan di
Solakhudin, 2015), (Zulfikar, Setiyanto, laboratorium Kimia Analitik, Kelompok
Wahyuningrum, & Mukti, 2014), Keilmuan Kimia Analitik, Program Studi
(Zulfikar & Setiyanto, 2013a), (Zulfikar & Kimia, FMIPA ITB.
Setiyanto, 2013b), sedangkan ozone Alat dan Bahan
treatment hanya menguraikan secara
parsial senyawa-senyawa pencemar Sampel nyata diambil dari pengrajin
(Rizzo, Selcuk, Nikolaou, Pagano, & batik Mahkota Laweyan di kota Solo,
Jawa Tengah. Sampel berbentuk cairan

169
Molekul, Vol. 11. No. 2, November 2016: 168 – 179 doi: 10.20884/1.jm.2016.11.2.212

yang mengandung Remazol Red B ini H2O2 dengan variasi konsentrasi (60 ppm,
didegradasi dengan kondisi optimum yang 120 ppm, 300 ppm dan 450 ppm)
diperoleh. Alat-alat yang dipergunakan sehingga konsentrasi akhir untuk Remazol
dalam penelitian ini antara lain gelas Red B adalah 83 ppm, konsentrasi Fe2+
kimia, labu erlenmeyer, gelas ukur, labu adalah 1,25 ppm dan konsentrasi H2O2
takar, batang pengaduk, pipet tetes, menjadi 5 ppm; 13 ppm; 25 ppm dan 37,5
termometer, dan buret. Peralatan untuk ppm. Dilakukan pengadukan dengan
identifikasi, karakterisasi dan penentuan kecepatan pengadukan 60 rpm selama 60
hasil degradasi menggunakan menit. Pemeriksaan warna dilakukan
spektrofotometer UV-Vis Agilent 8453. setiap 5 menit menggunakan
Bahan-bahan yang dipergunakan spektrofotometer UV-Vis Agilent 8453
antara lain aquades, Remazol Red B dan diulang untuk waktu reaksi sampai 60
(Merck, Germany), H2O2 35% (Merck, menit. Semua percobaan dilakukan triplo.
Germany), FeSO4.7H2O (Merck,
Pengaruh suhu
Germany) sebagai sumber Fe, NaOH
(Merck, Germany), H2SO4 (Merck, Sampel zat warna Remazol Red B
Germany), Cu(NO3)2 (Merck, Germany), 100 ppm sebanyak 100 mL dimasukkan
Zn(NO3)2 (Merck, Germany) dan dalam gelas kimia 100 mL. Sebanyak 10
Pb(NO3)2 (Merck, Germany). mL Fe2+ dengan konsentrasi 15 ppm
dimasukkan sambil diaduk dan dilakukan
Pengujian Degradasi Remazol Red B pemeriksaan pH (pH diharapkan masih
pada Berbagai Parameter pada kondisi 3). Diatur suhu dengan
Pengaruh konsentrasi Fe2+ variasi (300 K, 310 K, 320 K dan 330 K).
Dimasukkan 10 mL H2O2 dengan
Larutan Remazol Red B 100 ppm
konsentrasi 300 ppm sehingga konsentrasi
sebanyak 100 mL dimasukkan ke dalam
akhir untuk Remazol Red B adalah 83
gelas kimia 100 mL. Sebanyak 10 mL
ppm, konsentrasi Fe2+ adalah 1,25 ppm
Fe2+ dengan konsentrasi bervariasi (5, 15,
dan konsentrasi H2O2 adalah 25 ppm.
25, 50 dan 100 ppm) dimasukkan sambil
Dilakukan pengadukan dengan kecepatan
diaduk dan dilakukan pemeriksaan pH.
pengadukan 60 rpm selama 60 menit.
Dimasukkan 10 mL H2O2 dengan
Pemeriksaan warna dilakukan setiap 5
konsentrasi 300 ppm sehingga konsentrasi
menit menggunakan spektrofotometer
akhir untuk Remazol Red B adalah 83
UV-Vis Agilent 8453 dan diulang untuk
ppm, konsentrasi H2O2 25 ppm dan
waktu reaksi sampai 60 menit. Semua
konsentrasi Fe2+ menjadi 0,42 ppm; 1,25
percobaan dilakukan triplo.
ppm; 2,08 ppm; 4,17 ppm dan 8,33 ppm.
Dilakukan pengadukan dengan kecepatan Pengaruh pH
pengadukan 60 rpm selama 60 menit. Sampel zat warna Remazol Red B
Pemeriksaan warna dilakukan setiap 5 100 ppm sebanyak 100 mL dalam
menit menggunakan spektrofotometer berbagai variasi pH (2-8) dimasukkan
UV-Vis Agilent 8453 dan diulang untuk dalam gelas kimia 100 mL.10 mL Fe2+
waktu reaksi sampai 60 menit. Semua dengan konsentrasi 15 ppm. Dimasukkan
percobaan dilakukan triplo. 10 mL H2O2 dengan konsentrasi 300 ppm
Pengaruh konsentrasi H2O2 sehingga konsentrasi akhir untuk Remazol
Red B adalah 83 ppm, konsentrasi Fe2+
Sampel zat warna Remazol Red B
adalah 1,25 ppm dan konsentrasi H2O2
100 ppm sebanyak 100 mL dimasukkan
adalah 25 ppm. Dilakukan pengadukan
dalam gelas kimia 100 mL.Sebanyak 10
dengan kecepatan pengadukan 60 rpm
mL Fe2+ dengan konsentrasi 15 ppm
dimasukkan sambil diaduk dan dilakukan selama 60 menit. Pemeriksaan warna
dilakukan setelah 60 menit menggunakan
pemeriksaan pH. Dimasukkan 10 mL

170
Kajian Reaksi Fenton untuk Degradasi Senyawa Remazol Red B Henry Setiyanto dkk

spektrofotometer UV-Vis Agilent 8453. dengan menggunakan Spektrofotometri


Semua percobaan dilakukan triplo. UV/ Vis.
Pengaruh Ion-ion Pengganggu Analisis sampel nyata
Sampel zat warna Remazol Red B Sampel yang diperoleh didegradasi
100 ppm yang divariasi ion-ion logam menggunakan reaksi Fenton. Pengamatan
dalam 2 variasi konsentrasi (Cu, Pb, dan dilakukan secara fisk (warna) dan
Zn dengan konsentrasi 1 ppm dan 150 menggunakan alat bantu. Larutan hasil
ppm) sebanyak 100 mL dimasukkan degradasi dianalisis menggunakan
dalam gelas kimia 100 mL. 10 mL Fe2+ spektrofotometri UV/Vis.
dengan konsentrasi 15 ppm dimasukkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
sambil diaduk dan dilakukan pemeriksaan
pH (pH diharapkan masih pada kondisi 3). Pengaruh Konsentrasi Ion Fe2+
Dimasukkan 10 mL H2O2 dengan terhadap Degradasi Remazol Red B
konsentrasi 300 ppm sehingga konsentrasi Untuk konsentrasi ion Fe2+ 8,33
akhir untuk Remazol Red B adalah 83 ppm, persentase dekolorisasi mencapai
ppm, konsentrasi Fe2+ adalah 1,25 ppm, 100% pada waktu 10 menit, sedangkan
konsentrasi H2O2 adalah 25 ppm dan untuk konsentrasi ion Fe2+ 4,17 ppm,
konsentrasi akhir ion pengganggu menjadi persentase dekolorisasi mencapai 100%
0,8 ppm dan 125 ppm. Dilakukan dalam waktu 15 menit. Pada konsentrasi
pengadukan dengan kecepatan ion Fe2+ 2,08 ppm, persentase dekolorisasi
pengadukan 60 rpm selama 60 menit. mencapai 100% dalam waktu 30 menit
Pemeriksaan warna dilakukan setiap 5 dan pada konsentrasi ion Fe2+ 1,25 ppm,
menit menggunakan spektrofotometer persentase dekolorisasi mencapai 100%
UV-Vis Agilent 8453 dan diulang untuk pada waktu 50 menit. Sedangkan, pada
waktu reaksi sampai 60 menit. Semua konsentrasi ion Fe2+ 0,42 ppm, persentase
percobaan dilakukan triplo. dekolorisasi tidak mencapai 100%.
Analisis hasil degradasi Persentasi dekolorisasi yang diperoleh
adalah sekitar 79% dalam waktu 50 menit.
Reaksi Fenton sulit menentukan Hasil-hasil yang terkait dapat dilihat pada
fragmen apa yang dihasilkan dari proses
Gambar 1.
degradasi. Namun demikian untuk
mengetahui keberhasilan senyawa
Remazol Red B telah didegradasi adalah

Gambar 1. Pengaruh konsentrasi ion Fe2+ pada reaksi Fenton dan waktu reaksi (menit)
terhadap efisensi dekolorisasi (%) dengan [H2O2] = 25 ppm.

171
Molekul, Vol. 11. No. 2, November 2016: 168 – 179 doi: 10.20884/1.jm.2016.11.2.212

Pengaruh Konsentrasi H2O2 terhadap peningkatan konsentrasi H2O2 pada titik


Degradasi Remazol Red B tertentu akan menurunkan persentase
dekolorisasi (Fathi & Keshmirizadeh,
Selain konsentrasi ion Fe2+,
2015). Hal ini dapat disebabkan karena
konsentrasi H2O2 merupakan parameter
reaksi Fenton menghasilkan spesi OH
penting untuk mencapai efisiensi
radikal yang merupakan salah satu spesi
maksimum degradasi Remazol Red B.
yang tidak selektif. OH radikal tersebut
Optimasi konsentrasi H2O2 dilakukan
dapat bereaksi dengan H2O2 berlebih yang
dengan variasi konsentrasi 5 ppm, 13
ada dalam larutan sehingga dihasilkan
ppm, 25 ppm dan 37,5 ppm. Pengaruh
radikal HO2 di mana spesi tersebut tidak
konsentrasi H2O2 pada degradasi senyawa
lebih reaktif dari radikal OH. Reaksi
Remazol Red B diamati pada pH 3, suhu
tersebut ditunjukkan pada Reaksi 1.
300 K dan konsentrasi ion Fe2+ 1,25 ppm.
Dari hasil penelitian, persentase H2O2 + HO● → HO2● + H2O ............... (1)
dekolorisasi meningkat dengan (Liu, Deng, & Chen, 2011)
peningkatan konsentrasi H2O2 yang
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian lain,
ditunjukkan dalam gambar 2. Konsentrasi bahwa saat perbandingan konsentrasi
tertinggi H2O2 yang digunakan yaitu 37,5 H2O2/ Fe2+ sangat tinggi (> 500), efek
ppm. Persentase dekolorisasi mencapai yang merugikan akan terjadi (Liu et al.,
100% dalam waktu 35 menit pada 2011)).
konsentrasi tersebut. Sedangkan, untuk
konsentrasi H2O2 25 ppm, persentase Pengaruh pH terhadap Degradasi
dekolorisasi mencapai 100% dalam waktu Remazol Red B
55 menit. Persen dekolorisasi 100% hanya Pengaruh pH merupakan faktor
dicapai pada konsentrasi H2O2 25 ppm dan yang sangat penting pada reaksi Fenton.
37,5 ppm. Oleh karena itu, dipilih pH berpengaruh pada mekanisme oksidasi
konsentrasi H2O225 ppm sebagai pewarna yang melibatkan produksi radikal
konsentrasi optimum. HO dalam larutan. Variasi pH dilakukan
Penelitian sebelumnya menjelaskan, pada jangkauan 2-8, reaksi yang terjadi
saat konsentrasi H2O2 sangat tinggi, ditunggu selama 60 menit, konsentrasi ion
efisiensi dekolorisasi akan memiliki nilai Fe2+ 1,25 ppm dan konsentrasi H2O2 25
yang konstan atau cenderung menurun ppm.
(Ramirez, Costa, & Madeira, 2005).
Peneliti lain menjelaskan bahwa

Gambar 2. Pengaruh konsentrasi H2O2 dan waktu reaksi (min) terhadap efisensi
dekolorisasi (%) dengan [Fe2+] = 1,25 ppm.

172
Kajian Reaksi Fenton untuk Degradasi Senyawa Remazol Red B Henry Setiyanto dkk

Gambar 3. Pengaruh pH dan pH terhadap efisensi dekolorisasi (%) dengan [Fe2+] = 1,25
ppm, [H2O2] = 25 ppm, suhu 27 °C.
Gambar 3 menperlihatkan bahwa Pengaruh Suhu terhadap Degradasi
pH 3 merupakan nilai optimum. Remazol Red B
Persentase dekolorisasi akan menurun Variasi suhu dilakukan pada 300 K,
pada pH di bawah 3 (Ramirez et al., 310 K, 320 K dan 330 K; pH 3 dengan
2005). Kondisi optimum untuk reaksi konsentrasi ion Fe2+ 1,25 ppm dan
Fenton berkisar pada [H+] = 10-3 M konsentrasi H2O2 25 ppm. Kenaikan suhu
(Aguinaco, Beltrn, Sagasti, & Gimeno, memiliki dampak positif pada degradasi
2014). zat warna (Emami, Tehrani-Bagha,
Fe3+ + H2O2 → Fe2+ + 2H+ + ●O2- ....... (2) Gharanjig, & Menger, 2010). Waktu
reaksi yang lebih singkat diperlukan untuk
H2O2 + H+ → H3O2+ ............................ (3)
penghilangan warna dari proses degradasi
(Liu et al., 2011)
pewarna pada suhu yang lebih tinggi
Reaksi 2 menjadi terhambat karena (Emami et al., 2010). Semakin tinggi suhu
terjadi reaksi antara H2O2 dan ion H+ pada maka persentase dekolorisasi meningkat
nilai pH < 3. Hidrogen peroksida dapat dapat dilihat pada Gambar 4. Hal ini
menangkap proton untuk membentuk ion disebabkan fakta bahwa suhu yang lebih
oksonium (H3O2+) dan ion tersebut tinggi meningkatkan laju reaksi antara
membuat hidrogen peroksida menjadi hidrogen peroksida dan ion Fe2+, sehingga
elektrofilik. Hal ini menyebabkan reaksi meningkatkan laju regenerasi spesi
antara hidrogen peroksida dan ion Fe3+ pengoksidasi, radikal OH (de Souza et al.,
(Reaksi 3) berkurang reaktivitasnya. 2006).
Reaksi Fenton menjadi kurang Suhu tertinggi yang digunakan pada
efisien pada pH di atas 3,5 yang penelitian ini adalah 330 K dengan
disebabkan oleh fraksi terlarut dari ion persentase dekolorisasi mencapai 100%
Fe2+ menurun (Rao, Giri, Goud, & Golder, pada waktu 30 menit. Suhu 320 K
2016). Reaksi 4 menjelaskan pem- mencapai 100% dekolorisasi pada waktu
bentukan endapan Fe(OH)3. Endapan 40 menit. Suhu 310 K mencapai 100%
Fe(OH)3 terbentuk pada pH tinggi yang dekolorisasi pada waktu 45 menit.
menyebabkan berkurangnya konsentrasi Sedangkan suhu 300 K mencapai 100%
terlarut ion Fe3+. Akibatnya, konsentrasi dekolorisasi pada waktu 55 menit. Pada
ion Fe2+ (reaksi 2) menurun karena suhu diatas 330 K reaksi Fenton tidak
pembentukan Fe(OH)3 lebih reaktif optimum terjadi karena komposisi H2O2
daripada ion Fe3+ terhadap H2O2. dan Fe2+ berubah.
Fe3+ + 3OH- → Fe(OH)3 .......................(4) Peningkatan efisiensi dekolorisasi
(Liu et al., 2011) dari Remazol Red B tidak dipengaruhi
oleh peningkatan suhu setelah waktu
reaksi 55 menit.

173
Molekul, Vol. 11. No. 2, November 2016: 168 – 179 doi: 10.20884/1.jm.2016.11.2.212

Gambar 4. Pengaruh suhu dan waktu terhadap efisensi dekolorisasi (%) dengan [Fe2+]
= 1,25 ppm, [H2O2] = 25 ppm, pH 3.
Oleh karena itu, suhu optimal pada Semakin besar nilai R2 maka kurva
degradasi Remazol Red B adalah 300 K. semakin linier sehingga dari nilai R2 rata-
Suhu yang lebih tinggi memiliki rata tertinggi dipilih sebagai model
kelemahan yaitu biaya investasi dan kinetik. Nilai R2 menunjukkan hubungan
operasional tinggi (Fathi & jumlah sisi aktif (variabel) dari laju reaksi,
Keshmirizadeh, 2015). dimana hubungan variabel berbanding
lurus dengan besaran laju reaksi yang
Studi Kinetika untuk Degradasi
dinotasikan dengan tetapan laju. Laju
Remazol Red B
reaksi tidak hanya bergantung pada
Studi kinetika untuk degradasi konsentrasi Remazol Red B akan tetapi
Remazol Red B secara Fenton dipelajari juga pada konsentrasi H2O2 dan atau ion
untuk waktu reaksi antara 5 sampai 25 Fe2+. Model orde kedua memiliki nilai
menit pada suhu yang berbeda. Model rata-rata R2 tertinggi sehingga tetapan laju
kinetik ditunjukkan menggunakan orde reaksi dekolorisasi mengikuti kinetika
kinetik pertama dan kedua yang reaksi orde kedua.
digambarkan oleh persamaan 5 dan 6.
Studi Termodinamika untuk
Ln (Ct) = Ln (C0) - k1t .......................... (5) Dekolorisasi Remazol Red B
- = t ........................................... (6) Penentuan nilai termodinamika (Ea)
(Emami et al., 2010) dihitung dengan persamaan 7.
Dimana C0 adalah konsentrasi awal Ln k = Ln A – ( ) ( ) .......................... (7)
Remazol RedB, Ct adalah konsentrasi (Zulfikar & Setiyanto, 2013b)
Remazol Red B pada waktu t, k1 (min-1)
dan k2 (M-1 min-1) adalah konstanta laju Dimana k adalah tetapan laju reaksi, A
orde pertama dan kedua. Nilai k1 dan k2 tetapan Arrhenius, T temperatur dalam
ditentukan dengan plot kurva (–ln Ct) Kelvin, Ea energi aktivasi (kJ / mol) dan
R adalah tetapan gas ideal (0,0083 kJ /
terhadap waktu dan terhadap waktu
mol. K). Tetapan laju yang dihitung
pada suhu yang berbeda. berdasarkan ilustrasi dalam Tabel 2.

Tabel 1. Tabel data kinetik reaksi pseudo orde pertama dan kedua
T (K) k1(min-1) R2 k2 (M-1 min-1) R2
300 0,0605 0,9162 1,9252 0,9339
310 0,0712 0,8379 7,5411 0,9495
320 0,0769 0,0769 10,4260 0,8494
330 0,0870 0,7870 16,6720 0,9470

174
Kajian Reaksi Fenton untuk Degradasi Senyawa Remazol Red B Henry Setiyanto dkk

Tabel 2. Data termodinamika untuk dekolorisasi Remazol Red B menggunakan Fenton


T (K) k2 (M-1 min-1) 1/ T (ln k2) Ea (kJ/ mol
300 1,9252 0,0033 0,7
310 7,5411 0,0032 2,0
56,41
320 10,4260 0,0031 2,3
330 16,6720 0,0030 2,8

Gambar 5. Pengaluran nilai (ln k2) terhadap 1/T.


Tampak di dalam Tabel 2 bahwa tekstil. Munculnya ion pengganggu
tetapan laju reaksi Fenton meningkat diharapkan tidak akan berpengaruh pada
dengan kenaikan suhu. Nilai perhitungan reaksi Fenton. Ion-ion pengganggu
energi aktivasi ditentukan dari kemiringan ditambahkan pada larutan Remazol Red B
grafik pada Gambar 5. Energi aktivasi dengan konsentrasi terendah 0,8 ppm dan
sama dengan 56,41 kJ / mol, nilai ini konsentrasi tertinggi 125 ppm. Percobaan
menunjukkan bahwa untuk dapat terjadi dilakukan pada kondisi optimum dan
reaksi ini membutuhkan energi sebesar hasilnya ditunjukkan pada Gambar 6 dan
56,41 kJ/ mol. Nilai ini mempunyai arti Gambar 7.
bahwa reaksi akan terjadi pada energi Tampak pada Gambar 6 dan
minimal sebesar 56,41 kJ/ mol dan Gambar 7 bahwa ketiga ion logam
temperatur optimum 330 K. tersebut tidak mempengaruhi reaksi
Fenton sama sekali. Ketiga ion logam
Pengaruh Ion-ion Pengganggu
tidak mengganggu ion Fe2+ yang bereaksi
Pengaruh ion-ion pengganggu yang dengan H2O2 sehingga radikal OH tetap
ditambahkan pada penelitian ini antara dapat dihasilkan dan regenerasi Fe2+
lain Cu2+, Pb2+ dan Zn2+. Pengaruh ion terjadi.
pengganggu diteliti karena ion logam
berat sering ditemukan pada industri

Gambar 6. Pengaruh ion-ion pengganggu dengan konsentrasi ion 0,8 ppm.

175
Molekul, Vol. 11. No. 2, November 2016: 168 – 179 doi: 10.20884/1.jm.2016.11.2.212

Gambar 7. Pengaruh ion-ion pengganggu dengan konsentrasi ion 125 ppm.


Selain itu, Gambar 8 dan Gambar mempengaruhi pada reaksi Fenton yang
9 memperlihatkan bahwa spektrum hasil terjadi.
degradasi Remazol Red B menggunakan
Analisis Hasil Degradasi dan Sampel
spektrofotometer UV/Vis dengan
Nyata
penambahan ion-ion pengganggu tidak
berbeda dengan hasil degradasi tanpa ion Warna dari reaksi dekolorisasi yang
pengganggu. Hal ini menunjukkan bahwa dihasilkan bening, hal ini menunjukkan
ketiga ion pengganggu tersebut tidak bahwa Remazol Red B telah berhasil
bereaksi dengan senyawa Remazol Red B didegradasi (Gambar 10). Analisis juga
maupun H2O2 dan Fe2+. Dengan kata lain dilakukan menggunakan spektofotometer
penggunaan pelarut yang mengandung UV/VIS dimana tidak terdapat puncak
ion-ion logam tertentu, tidak pada panjang gelombang maksimum (541
nm) (Gambar 9).

Gambar 8. Hasil scan spektrum hasil degradasi Remazol Red B menggunakan


spektrofotometer UV/Vis dengan penambahan ion-ion pengganggu.

Gambar 9. Hasil scan spektrum hasil degradasi Remazol Red B menggunakan


spektrofotometer UV/Vis.

176
Kajian Reaksi Fenton untuk Degradasi Senyawa Remazol Red B Henry Setiyanto dkk

Gambar 10. Senyawa Remazol Red B sebelum didegradasi (kiri) dan Remazol Red B
setelah didegradasi (kanan).
Sampel nyata diambil dari pengrajin pada panjang gelombang 541 nm. Puncak
batik Mahkota Laweyan di kota Solo, tersebut menandakan keberadaan Remazol
Jawa Tengah-Indonesia. Sampel yang Red B. Gambar 13 menunjukkan bahwa
mengandung Remazol Red B didegradasi hasil degradasi sampel nyata
dengan kondisi optimum yang diperoleh. menghasilkan spektrum yang sama
Persentase dekolorisasi yang diperoleh dengan degradasi Remazol Red B pada
memiliki pola yang hampir sama dengan kondisi optimum (tidak muncul puncak
kondisi optimum, seperti pada Gambar pada λ = 541 nm). Hal ini menunjukkan
11. Hal ini menunjukkan bahwa metode bahwa sampel nyata telah berhasil
AOP dengan reaksi Fenton bisa didegradasi sehingga metode AOP dengan
diterapkan di industri tekstil. Gambar 12 Fenton bisa diterapkan di industri untuk
menunjukkan spektrum dari sampel nyata. pengolahan limbah.
Spektrum tersebut menunjukkan 1 puncak

Gambar 11. Persentase dekolorisasi sampel nyata.

Gambar 12. Spektrum sampel nyata menggunakan spektrofotometer UV/Vis.

177
Molekul, Vol. 11. No. 2, November 2016: 168 – 179 doi: 10.20884/1.jm.2016.11.2.212

Gambar 13. Spektrum sampel nyata hasil degradasi menggunakan


spektrofotometer UV/Vis.
KESIMPULAN kinetic parameters related to the
degradation of an industrial effluent
Metode AOP menggunakan reaksi
using Fenton-like reactions. Journal
Fenton dapat digunakan untuk
of Photochemistry and Photobiology
mendegradasi senyawa Remazol Red B.
A: Chemistry, 179(3), 269–275.
Kondisi optimum diperoleh pada pH 3
http://doi.org/10.1016/j.jphotochem.
dengan konsentrasi ion Fe2+ 1,25 ppm dan
2005.08.025
konsentrasi H2O2 25 ppm serta
Emami, F., Tehrani-Bagha, A. R.,
perbandingan konsentrasi H2O2/ Fe2+ = 20.
Gharanjig, K., & Menger, F. M.
Reaksi yang terjadi pada degradasi ini
(2010). Kinetic study of the factors
mengikuti hukum kinetika orde kedua
controlling Fenton-promoted
dengan suhu optimum 300 K, tetapan laju
destruction of a non-biodegradable
1,9252 (M-1 min-1) dan energi aktifasi (Ea)
dye. Desalination, 257(1-3), 124–
yang diperoleh sebesar 56,41 kJ/ mol.
128.
DAFTAR PUSTAKA http://doi.org/10.1016/j.desal.2010.0
Aguinaco, A., Beltrn, F. J., Sagasti, J. J. 2.035
P., & Gimeno, O. (2014). In situ Fathi, Z., & Keshmirizadeh, E. (2015).
generation of hydrogen peroxide Use of Fenton Reagent as Advanced
from pharmaceuticals single Oxidative Process for Removal of
ozonation: A comparative study of Basic and Acid Red Dyes from
its application on Fenton like Aqueous Solutions, 19(3), 7–18.
systems. Chemical Engineering Ip, A. W. M., Barford, J. P., & McKay, G.
Journal, 235, 46–51. (2008). Production and comparison
http://doi.org/10.1016/j.cej.2013.09. of high surface area bamboo derived
015 active carbons. Bioresource
Baskaralingam, P., Pulikesi, M., Technology, 99(18), 8909–8916.
Ramamurthi, V., & Sivanesan, S. http://doi.org/10.1016/j.biortech.200
(2007). Modified hectorites and 8.04.076
adsorption studies of a reactive dye. Liu, Z. Z., Deng, H. P., & Chen, Z. L.
Applied Clay Science, 37(1-2), 207– (2011). Catalytic Decomposition
214. Kinetics and Mechanism of
http://doi.org/10.1016/j.clay.2007.01 Hydrogen Peroxide by Modified
.014 Activated Carbon. Advanced
de Souza, D. R., Duarte, E. T. F. M., de Materials Research, 243-249(3),
Souza Girardi, G., Velani, V., da 4860–4863. http:
Hora Machado, A. E., Sattler, C., … //doi.org/10.4028/www.
de Miranda, J. A. (2006). Study of scientific.net /AMR.243-249.4860

178
Kajian Reaksi Fenton untuk Degradasi Senyawa Remazol Red B Henry Setiyanto dkk

Ramirez, J. H., Costa, C. A., & Madeira, Combination of Advanced


L. M. (2005). Experimental design Oxidation Processes and
to optimize the degradation of the Conventional Biological Systems.
synthetic dye Orange II using Journal of Bioremediation &
Fenton’s reagent. Catalysis Today, Biodegradation, 04(08), 222–230.
107-108, 68–76. http://doi.org/10.4172/2155-
http://doi.org/10.1016/j.cattod.2005. 6199.1000208
07.060 Yuan, H., & He, Z. (2015). Integrating
Rao, C. V., Giri, A. S., Goud, V. V., & membrane filtration into
Golder, A. K. (2016). Studies on bioelectrochemical systems as next
pH-dependent color variation and generation energy-efficient
decomposition mechanism of wastewater treatment technologies
Brilliant Green dye in Fenton for water reclamation: A review.
reaction. International Journal of Bioresource Technology, 195, 202–
Industrial Chemistry, 7(1), 71–80. 209.
http://doi.org/10.1007/s40090-015- http://doi.org/10.1016/j.biortech.201
0060-x 5.05.058
Rizzo, L., Selcuk, H., Nikolaou, a D., Zulfikar, M. A., & Setiyanto, H. (2013a).
Pagano, S. M., & Belgiorno, V. Adsorption of congo red from
(2014). A comparative evaluation of aqueous solution using powdered
ozonation and heterogeneous eggshell. International Journal of
photocatalytic oxidation processes ChemTech Research, 5(4), 1532–
for reuse of secondary treated urban 1540.
wastewater. Desalination and Water Zulfikar, M. A., & Setiyanto, H. (2013b).
Treatment, 52, 1414–1421. Study of the adsorption kinetics and
http://doi.org/http://dx.doi.org/10.10 thermodynamic for the removal of
80/19443994. 2013. 787953 Congo Red from aqueous solution
Tunç, Ö., Tanaci, H., & Aksu, Z. (2009). using powdered eggshell.
Potential use of cotton plant wastes International Journal of ChemTech
for the removal of Remazol Black B Research, 5(4), 1671–1678.
reactive dye. Journal of Hazardous Zulfikar, M. A., Setiyanto, H., Rusnadi, &
Materials, 163(1), 187–198. Solakhudin, L. (2015). Rubber seeds
http://doi.org/10.1016/j.jhazmat.200 (Hevea brasiliensis): an adsorbent
8.06.078 for adsorption of Congo red from
Vilar, V. J. P., Malato, S., & Dionysiou, aqueous solution. Desalination and
D. D. (2015). Advanced oxidation Water Treatment, 56(11), 2976–
technologies: advances and 2987. http://doi.org/10.1080/
challenges in Iberoamerican 19443994.2014.966276
countries. Environmental Science Zulfikar, M. A., Setiyanto, H.,
and Pollution Research Wahyuningrum, D., & Mukti, R. R.
International, 22(2), 759–761. (2014). Peat water treatment using
http://doi.org/10.1007/s11356-014- chitosan-silica composite as an
3160-9 adsorbent. International Journal of
Vincenzo Naddeo, A. C. (2013). Environmental Research, 8(3), 687–
Wastewater Treatment by 710.

179

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai