net/publication/311067191
CITATIONS READS
0 359
4 authors, including:
Vienna Saraswaty
Indonesian Institute of Sciences
20 PUBLICATIONS 34 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Molecularly imprinted polymers nanofiber: synthesis, characterization and their application for water and waste water treatment View project
All content following this page was uploaded by Henry Setiyanto on 29 November 2016.
ABSTRAK
Senyawa Remazol Red B merupakan pewarna reaktif yang sering digunakan di industri tekstil.
Pewarna tersebut dapat menimbulkan masalah serius dalam lingkungan/perairan karena sulit untuk
didegradasi oleh mikroorganisme. Penghapusan warna (dekolorisasi) dari pewarna reaktif azo
(Remazol Red B) sebelum dibuang ke lingkungan merupakan aspek penting dalam menciptakan
teknologi (metode) yang ramah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kondisi optimum dekolorisasi senyawa Remazol Red B, pengaruh ion-ion logam pengganggu serta
model kinetika reaksi yang terjadi. Metode yang dipilih untuk dekolorisasi ini adalah Advanced
Oxidation Process (AOP) menggunakan reaksi Fenton. Dekolorisasi reaksi Fenton menggunakan
kondisi optimum yang diperoleh yaitu 25 mg/L H2O2 dan 1,25 mg/L Fe2+ untuk senyawa Remazol
Red B dengan konsentrasi awal pada 83 mg/L ( Rasio [H2O2] : [Fe2+] = 20 : 1 ). Kondisi optimum
reaksi ini diperoleh pada pH 3 dan suhu 27 °C, dengan efisiensi dekolorisasi mencapai 100% untuk
waktu reaksi 60 menit. Model kinetika dekolorisasi pewarna mengikuti reaksi orde dua. Beberapa
ion logam yang ditambahkan seperti Cu2+, Pb2+ dan Zn2+ tidak memberikan pengaruh yang berarti
pada degradasi yang dilakukan.
Kata-kataKunci: Advanced Oxidation Process, Azo, Fenton, Remazol Red B.
ABSTRACT
Remazol Red B is a reactive dye often used in the textile industry.The dye can cause serious
problems in the environmental/water because it is hard be degraded by microorganisms.
Decolorization of reactive azo dyes (Remazol Red B) before being discharged into the environment
is an important aspect in creating technology (method) that are environmentally friendly. The aim
of this study is to determine the optimum conditions of decolorization of Remazol Red B
compounds, the influence of metal ions presence, and their reaction kinetics model. The method
chosen for this decolorization is Advanced Oxidation Process (AOP) using the Fenton reaction.
Decolorization of Fenton reaction using optimum conditions which obtained by the 25 mg / L H2O2
and 1.25 mg / L of Fe 2+ for Remazol Red B compound with initial concentration at 83 mg / L
(ratio [H2O2]: [Fe 2+] = 20: 1). The optimum conditions of this reaction were obtained at pH 3 and
temperature of 27 °C, with decolorization efficiency up to 100% for a reaction time of 60 minutes.
The kinetic model of dye decolorization follows the second order reaction. Some of the metal ions
were added i.e. Cu2+, Pb2+ and Zn2+, given no significant impact on the degradation performed.
Keywords : Advanced Oxidation Process, Azo, Fenton, Remazol Red B.
168
Kajian Reaksi Fenton untuk Degradasi Senyawa Remazol Red B Henry Setiyanto dkk
169
Molekul, Vol. 11. No. 2, November 2016: 168 – 179 doi: 10.20884/1.jm.2016.11.2.212
yang mengandung Remazol Red B ini H2O2 dengan variasi konsentrasi (60 ppm,
didegradasi dengan kondisi optimum yang 120 ppm, 300 ppm dan 450 ppm)
diperoleh. Alat-alat yang dipergunakan sehingga konsentrasi akhir untuk Remazol
dalam penelitian ini antara lain gelas Red B adalah 83 ppm, konsentrasi Fe2+
kimia, labu erlenmeyer, gelas ukur, labu adalah 1,25 ppm dan konsentrasi H2O2
takar, batang pengaduk, pipet tetes, menjadi 5 ppm; 13 ppm; 25 ppm dan 37,5
termometer, dan buret. Peralatan untuk ppm. Dilakukan pengadukan dengan
identifikasi, karakterisasi dan penentuan kecepatan pengadukan 60 rpm selama 60
hasil degradasi menggunakan menit. Pemeriksaan warna dilakukan
spektrofotometer UV-Vis Agilent 8453. setiap 5 menit menggunakan
Bahan-bahan yang dipergunakan spektrofotometer UV-Vis Agilent 8453
antara lain aquades, Remazol Red B dan diulang untuk waktu reaksi sampai 60
(Merck, Germany), H2O2 35% (Merck, menit. Semua percobaan dilakukan triplo.
Germany), FeSO4.7H2O (Merck,
Pengaruh suhu
Germany) sebagai sumber Fe, NaOH
(Merck, Germany), H2SO4 (Merck, Sampel zat warna Remazol Red B
Germany), Cu(NO3)2 (Merck, Germany), 100 ppm sebanyak 100 mL dimasukkan
Zn(NO3)2 (Merck, Germany) dan dalam gelas kimia 100 mL. Sebanyak 10
Pb(NO3)2 (Merck, Germany). mL Fe2+ dengan konsentrasi 15 ppm
dimasukkan sambil diaduk dan dilakukan
Pengujian Degradasi Remazol Red B pemeriksaan pH (pH diharapkan masih
pada Berbagai Parameter pada kondisi 3). Diatur suhu dengan
Pengaruh konsentrasi Fe2+ variasi (300 K, 310 K, 320 K dan 330 K).
Dimasukkan 10 mL H2O2 dengan
Larutan Remazol Red B 100 ppm
konsentrasi 300 ppm sehingga konsentrasi
sebanyak 100 mL dimasukkan ke dalam
akhir untuk Remazol Red B adalah 83
gelas kimia 100 mL. Sebanyak 10 mL
ppm, konsentrasi Fe2+ adalah 1,25 ppm
Fe2+ dengan konsentrasi bervariasi (5, 15,
dan konsentrasi H2O2 adalah 25 ppm.
25, 50 dan 100 ppm) dimasukkan sambil
Dilakukan pengadukan dengan kecepatan
diaduk dan dilakukan pemeriksaan pH.
pengadukan 60 rpm selama 60 menit.
Dimasukkan 10 mL H2O2 dengan
Pemeriksaan warna dilakukan setiap 5
konsentrasi 300 ppm sehingga konsentrasi
menit menggunakan spektrofotometer
akhir untuk Remazol Red B adalah 83
UV-Vis Agilent 8453 dan diulang untuk
ppm, konsentrasi H2O2 25 ppm dan
waktu reaksi sampai 60 menit. Semua
konsentrasi Fe2+ menjadi 0,42 ppm; 1,25
percobaan dilakukan triplo.
ppm; 2,08 ppm; 4,17 ppm dan 8,33 ppm.
Dilakukan pengadukan dengan kecepatan Pengaruh pH
pengadukan 60 rpm selama 60 menit. Sampel zat warna Remazol Red B
Pemeriksaan warna dilakukan setiap 5 100 ppm sebanyak 100 mL dalam
menit menggunakan spektrofotometer berbagai variasi pH (2-8) dimasukkan
UV-Vis Agilent 8453 dan diulang untuk dalam gelas kimia 100 mL.10 mL Fe2+
waktu reaksi sampai 60 menit. Semua dengan konsentrasi 15 ppm. Dimasukkan
percobaan dilakukan triplo. 10 mL H2O2 dengan konsentrasi 300 ppm
Pengaruh konsentrasi H2O2 sehingga konsentrasi akhir untuk Remazol
Red B adalah 83 ppm, konsentrasi Fe2+
Sampel zat warna Remazol Red B
adalah 1,25 ppm dan konsentrasi H2O2
100 ppm sebanyak 100 mL dimasukkan
adalah 25 ppm. Dilakukan pengadukan
dalam gelas kimia 100 mL.Sebanyak 10
dengan kecepatan pengadukan 60 rpm
mL Fe2+ dengan konsentrasi 15 ppm
dimasukkan sambil diaduk dan dilakukan selama 60 menit. Pemeriksaan warna
dilakukan setelah 60 menit menggunakan
pemeriksaan pH. Dimasukkan 10 mL
170
Kajian Reaksi Fenton untuk Degradasi Senyawa Remazol Red B Henry Setiyanto dkk
Gambar 1. Pengaruh konsentrasi ion Fe2+ pada reaksi Fenton dan waktu reaksi (menit)
terhadap efisensi dekolorisasi (%) dengan [H2O2] = 25 ppm.
171
Molekul, Vol. 11. No. 2, November 2016: 168 – 179 doi: 10.20884/1.jm.2016.11.2.212
Gambar 2. Pengaruh konsentrasi H2O2 dan waktu reaksi (min) terhadap efisensi
dekolorisasi (%) dengan [Fe2+] = 1,25 ppm.
172
Kajian Reaksi Fenton untuk Degradasi Senyawa Remazol Red B Henry Setiyanto dkk
Gambar 3. Pengaruh pH dan pH terhadap efisensi dekolorisasi (%) dengan [Fe2+] = 1,25
ppm, [H2O2] = 25 ppm, suhu 27 °C.
Gambar 3 menperlihatkan bahwa Pengaruh Suhu terhadap Degradasi
pH 3 merupakan nilai optimum. Remazol Red B
Persentase dekolorisasi akan menurun Variasi suhu dilakukan pada 300 K,
pada pH di bawah 3 (Ramirez et al., 310 K, 320 K dan 330 K; pH 3 dengan
2005). Kondisi optimum untuk reaksi konsentrasi ion Fe2+ 1,25 ppm dan
Fenton berkisar pada [H+] = 10-3 M konsentrasi H2O2 25 ppm. Kenaikan suhu
(Aguinaco, Beltrn, Sagasti, & Gimeno, memiliki dampak positif pada degradasi
2014). zat warna (Emami, Tehrani-Bagha,
Fe3+ + H2O2 → Fe2+ + 2H+ + ●O2- ....... (2) Gharanjig, & Menger, 2010). Waktu
reaksi yang lebih singkat diperlukan untuk
H2O2 + H+ → H3O2+ ............................ (3)
penghilangan warna dari proses degradasi
(Liu et al., 2011)
pewarna pada suhu yang lebih tinggi
Reaksi 2 menjadi terhambat karena (Emami et al., 2010). Semakin tinggi suhu
terjadi reaksi antara H2O2 dan ion H+ pada maka persentase dekolorisasi meningkat
nilai pH < 3. Hidrogen peroksida dapat dapat dilihat pada Gambar 4. Hal ini
menangkap proton untuk membentuk ion disebabkan fakta bahwa suhu yang lebih
oksonium (H3O2+) dan ion tersebut tinggi meningkatkan laju reaksi antara
membuat hidrogen peroksida menjadi hidrogen peroksida dan ion Fe2+, sehingga
elektrofilik. Hal ini menyebabkan reaksi meningkatkan laju regenerasi spesi
antara hidrogen peroksida dan ion Fe3+ pengoksidasi, radikal OH (de Souza et al.,
(Reaksi 3) berkurang reaktivitasnya. 2006).
Reaksi Fenton menjadi kurang Suhu tertinggi yang digunakan pada
efisien pada pH di atas 3,5 yang penelitian ini adalah 330 K dengan
disebabkan oleh fraksi terlarut dari ion persentase dekolorisasi mencapai 100%
Fe2+ menurun (Rao, Giri, Goud, & Golder, pada waktu 30 menit. Suhu 320 K
2016). Reaksi 4 menjelaskan pem- mencapai 100% dekolorisasi pada waktu
bentukan endapan Fe(OH)3. Endapan 40 menit. Suhu 310 K mencapai 100%
Fe(OH)3 terbentuk pada pH tinggi yang dekolorisasi pada waktu 45 menit.
menyebabkan berkurangnya konsentrasi Sedangkan suhu 300 K mencapai 100%
terlarut ion Fe3+. Akibatnya, konsentrasi dekolorisasi pada waktu 55 menit. Pada
ion Fe2+ (reaksi 2) menurun karena suhu diatas 330 K reaksi Fenton tidak
pembentukan Fe(OH)3 lebih reaktif optimum terjadi karena komposisi H2O2
daripada ion Fe3+ terhadap H2O2. dan Fe2+ berubah.
Fe3+ + 3OH- → Fe(OH)3 .......................(4) Peningkatan efisiensi dekolorisasi
(Liu et al., 2011) dari Remazol Red B tidak dipengaruhi
oleh peningkatan suhu setelah waktu
reaksi 55 menit.
173
Molekul, Vol. 11. No. 2, November 2016: 168 – 179 doi: 10.20884/1.jm.2016.11.2.212
Gambar 4. Pengaruh suhu dan waktu terhadap efisensi dekolorisasi (%) dengan [Fe2+]
= 1,25 ppm, [H2O2] = 25 ppm, pH 3.
Oleh karena itu, suhu optimal pada Semakin besar nilai R2 maka kurva
degradasi Remazol Red B adalah 300 K. semakin linier sehingga dari nilai R2 rata-
Suhu yang lebih tinggi memiliki rata tertinggi dipilih sebagai model
kelemahan yaitu biaya investasi dan kinetik. Nilai R2 menunjukkan hubungan
operasional tinggi (Fathi & jumlah sisi aktif (variabel) dari laju reaksi,
Keshmirizadeh, 2015). dimana hubungan variabel berbanding
lurus dengan besaran laju reaksi yang
Studi Kinetika untuk Degradasi
dinotasikan dengan tetapan laju. Laju
Remazol Red B
reaksi tidak hanya bergantung pada
Studi kinetika untuk degradasi konsentrasi Remazol Red B akan tetapi
Remazol Red B secara Fenton dipelajari juga pada konsentrasi H2O2 dan atau ion
untuk waktu reaksi antara 5 sampai 25 Fe2+. Model orde kedua memiliki nilai
menit pada suhu yang berbeda. Model rata-rata R2 tertinggi sehingga tetapan laju
kinetik ditunjukkan menggunakan orde reaksi dekolorisasi mengikuti kinetika
kinetik pertama dan kedua yang reaksi orde kedua.
digambarkan oleh persamaan 5 dan 6.
Studi Termodinamika untuk
Ln (Ct) = Ln (C0) - k1t .......................... (5) Dekolorisasi Remazol Red B
- = t ........................................... (6) Penentuan nilai termodinamika (Ea)
(Emami et al., 2010) dihitung dengan persamaan 7.
Dimana C0 adalah konsentrasi awal Ln k = Ln A – ( ) ( ) .......................... (7)
Remazol RedB, Ct adalah konsentrasi (Zulfikar & Setiyanto, 2013b)
Remazol Red B pada waktu t, k1 (min-1)
dan k2 (M-1 min-1) adalah konstanta laju Dimana k adalah tetapan laju reaksi, A
orde pertama dan kedua. Nilai k1 dan k2 tetapan Arrhenius, T temperatur dalam
ditentukan dengan plot kurva (–ln Ct) Kelvin, Ea energi aktivasi (kJ / mol) dan
R adalah tetapan gas ideal (0,0083 kJ /
terhadap waktu dan terhadap waktu
mol. K). Tetapan laju yang dihitung
pada suhu yang berbeda. berdasarkan ilustrasi dalam Tabel 2.
Tabel 1. Tabel data kinetik reaksi pseudo orde pertama dan kedua
T (K) k1(min-1) R2 k2 (M-1 min-1) R2
300 0,0605 0,9162 1,9252 0,9339
310 0,0712 0,8379 7,5411 0,9495
320 0,0769 0,0769 10,4260 0,8494
330 0,0870 0,7870 16,6720 0,9470
174
Kajian Reaksi Fenton untuk Degradasi Senyawa Remazol Red B Henry Setiyanto dkk
175
Molekul, Vol. 11. No. 2, November 2016: 168 – 179 doi: 10.20884/1.jm.2016.11.2.212
176
Kajian Reaksi Fenton untuk Degradasi Senyawa Remazol Red B Henry Setiyanto dkk
Gambar 10. Senyawa Remazol Red B sebelum didegradasi (kiri) dan Remazol Red B
setelah didegradasi (kanan).
Sampel nyata diambil dari pengrajin pada panjang gelombang 541 nm. Puncak
batik Mahkota Laweyan di kota Solo, tersebut menandakan keberadaan Remazol
Jawa Tengah-Indonesia. Sampel yang Red B. Gambar 13 menunjukkan bahwa
mengandung Remazol Red B didegradasi hasil degradasi sampel nyata
dengan kondisi optimum yang diperoleh. menghasilkan spektrum yang sama
Persentase dekolorisasi yang diperoleh dengan degradasi Remazol Red B pada
memiliki pola yang hampir sama dengan kondisi optimum (tidak muncul puncak
kondisi optimum, seperti pada Gambar pada λ = 541 nm). Hal ini menunjukkan
11. Hal ini menunjukkan bahwa metode bahwa sampel nyata telah berhasil
AOP dengan reaksi Fenton bisa didegradasi sehingga metode AOP dengan
diterapkan di industri tekstil. Gambar 12 Fenton bisa diterapkan di industri untuk
menunjukkan spektrum dari sampel nyata. pengolahan limbah.
Spektrum tersebut menunjukkan 1 puncak
177
Molekul, Vol. 11. No. 2, November 2016: 168 – 179 doi: 10.20884/1.jm.2016.11.2.212
178
Kajian Reaksi Fenton untuk Degradasi Senyawa Remazol Red B Henry Setiyanto dkk
179