Korespondensi: Dr. Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani, SKM., M.Kes, alamat : Jln. S. Brojonegoro No. 1 Bandar
Lampung, HP. 08122516128, e-mail: dwwardani@yahoo.com
insiden kasus TB, setara dengan 122 kasus per
Pendahuluan 100.000 populasi.1,2
Insidensi Tuberkulosis (TB) tidak Untuk mempercepat penurunan insiden
mengalami penurunan yang signifikan, TB, pengendalian TB oleh WHO, selain melalui
walaupun upaya penanggulangan TB oleh metode yang telah dilaksanakan selama ini, juga
World Health Organization (WHO) telah akan lebih menekankan pada isu determinan
dilakukan sejak tahun 1947. Pada tahun 2013, sosial.3 Hal tersebut didasari pada pentingnya
diperkirakan terdapat 9 juta (8,6 – 9,4 juta) kebijakan dan intervensi determinan sosial untuk
insiden kasus TB, setara dengan 126 kasus per mendukung pengendalian TB.4–8
100.000 populasi. Angka tersebut meningkat Determinan sosial secara langsung atau
dibanding tahun 2012 yang menunjukkan melalui faktor risiko TB berhubungan dengan
bahwa secara global terdapat sekitar 8,6 juta kejadian TB. Dengan adanya perbedaan
determinan sosial, sekelompok orang akan
mempunyai faktor risiko TB yang lebih baik digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan
atau lebih buruk dibanding kelompok lain. Hal kebijakan, pengambilan keputusan, dan/atau
tersebut akan membuat sekelompok orang pelaksanaan kegiatan yang berhubungan
menjadi lebih rentan atau lebih kebal terhadap dengan ruang kebumian. Informasi geospasial
TB.7,9 Faktor risiko TB yang dimaksud terdiri dari informasi geospasial dasar dan
mencakup: akses ke pelayanan kesehatan, informasi geospasial tematik. Informasi
keamanan pangan, kondisi rumah serta geospasial dasar (IGD) mencakup jaring kontrol
perilaku mengenai HIV, merokok, malnutrisi, geodesi dan peta dasar. Informasi geospasial
Diabetes Mellitus (DM) dan alkohol.7 tematik (IGT) adalah informasi geospasial yang
Sedangkan determinan sosial mencakup: menggambarkan satu atau lebih tema tertentu
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kelas yang dibuat mengacu pada IGD. Informasi
sosial, ras/ etnik dan gender.10–12 geospasial dasar hanya diselenggarakan oleh
Determinan sosial TB adalah salah satu pemerintah, sedangkan IGT dapat
unsur budaya yang merupakan karakteristik diselenggarakan oleh instansi pemerintah,
dengan sifat in situ, seperti halnya iklim, pemerintah daerah dan atau setiap orang.13 Di
geografi dan faktor epidemiologi TB,13,14 bidang kesehatan, khususnya epidemiologi, IGT
sehingga penggunaan analisis berbasis sangat bermanfaat dalam mendeskripsikan
geospasial dalam mempelajari determinan penyebaran penyakit menular yang berkaitan
sosial, faktor risiko dan kejadian TB sangat dengan konsep orang, tempat dan waktu.17
bermanfaat.15 Analisis berbasis geospasial atau Untuk mengolah data geospasial menjadi IGT
analisis spasial merupakan analisis diperlukan analisis spasial, yang membutuhkan
epidemiologi yang bermanfaat dalam alat pendukung berupa Geographical
memahami transmisi TB di masyarakat.16 Information System (GIS) dan statistik spasial.
Analisis spasial juga sangat bermanfaat untuk
mendeteksi area dengan risiko TB tinggi, Statistik Spasial
sehingga dapat mengindikasikan tindakan Analisis spasial adalah inferensi visual
yang terbaik untuk pencegahan dan terhadap peta yang merupakan gabungan dari
pengendalian TB.15 Dengan pemahaman data spasial dan data atribut. Data spasial
transmisi TB di masyarakat serta diperolehnya merujuk pada suatu lokasi atau posisi di
pencegahan dan pengendalian TB, diharapkan permukaan bumi. Sedangkan data atribut
insiden TB dapat menurun. Berdasarkan uraian merujuk pada variabel kualitatif seperti nama
tersebut, artikel ini bertujuan untuk serta atribut numerik seperti jumlah populasi,
menjelaskan penerapan statistik spasial dalam pendapatan dan lainnya.18,19
mempelajari faktor risiko TB, yang pada Dalam epidemiologi, analisis spasial
akhirnya dapat digunakan untuk menurunkan bukan hanya inferensi visual, tetapi juga
insidensi TB paru. mencakup statistik spasial, yang bertujuan
untuk 1) mengevaluasi terjadinya perbedaan
kejadian menurut area geografi; 2) memisahkan
ISI
antara data yang fitting dan yang tidak fitting
Pengertian Geospasial
dengan model; 3) mengidentifikasi clustering
Geospasial atau ruang kebumian adalah
penyakit; serta 4) mengukur signifikansi
aspek keruangan yang menunjukkan lokasi,
paparan potensial. Dengan statistik spasial
letak, dan posisi suatu objek atau kejadian yang
dapat mengkuantifikasi ketidakpastian estimasi,
berada di bawah, pada, atau di atas permukaan
prediksi dan pemetaan serta menyediakan
bumi yang dinyatakan dalam sistem koordinat
dasar inferensi statistik dengan data
tertentu. Data geospasial terdiri dari data
spasial.Beberapa metode statistik spasial yang
spasial dan data atribut. Data spasial merujuk
sering digunakan adalah adaptasi dari metode
pada suatu lokasi atau posisi di permukaan
statistik nonspasial seperti regresi.19
bumi, yang berupa koordinat, raster atau
Penggabungan inferensi visual dan
batasan administrasi wilayah (kelurahan,
kecamatan dan lain-lain). Data atribut merujuk statistik spasial memungkinkan untuk
dilakukannya visualisasi, eksplorasi, pemodelan
pada sifat/ karakteristik yang in situ, yang
dan autokorelasi spasial. Keempat metode
mencakup abiotik (semua unsur fisik lahan
tersebut sangat bermanfaat dalam mempelajari
yang ada: tanah, geologi, air, iklim), biotik
distribusi penyakit dan faktor risiko suatu
(floran dan fauna) serta culture (sosial
penyakit.20
ekonomi). Data geospasial yang sudah diolah
Visualisasi merupakan metode analisis
disebut informasi geospasial, yang dapat
spasial yang paling banyak digunakan. Metode
JK Unila | Volume 1 | Nomor 2| Oktober 2016 359
Dyah Wulan SR | Pemanfaatan Statistik Spasial dalam Mempelajari Faktor Resiko Tuberkulosis
yang ada di kota tersebut.14 Penelitian di TB. Informasi tersebut sangat bermanfaat
Bandar Lampung, Indonesia, juga menunjukkan dalam menurunkan insiden TB.
bahwa penderita TB membentuk cluster di
daerah dengan kepadatan penduduk tinggi dan DAFTAR PUSTAKA
di daerah dengan persentase penduduk miskin 1. WHO. Global Tuberculosis Report 2013.
yang tinggi.27 Geneva; 2013.
Pengetahuan mengenai cluster TB pada 2. WHO. Global Tuberculosis Report 2012.
penelitian-penelitian di atas dapat membantu Geneva; 2012.
menunjukkan dimana populasi yang berisiko 3. Raviglione. Tuberculosis Prevention, Care
berada. Sedangkan pengetahuan mengenai and Control, 2010-2015: Framing Global
variabel yang berhubungan dengan TB and WHO Strategic Priorities. In Report of
menunjukkan variabel yang perlu diintervensi. The Ninth Meeting 9-11 November 2009.
Informasi yang diperoleh dari pemanfaatan World Health. Geneva; 2009.
statistik spasial dalam mempelajari determinan 4. Lönnroth K, Holtz TH, Cobelens F, Chua J,
sosial, faktor risiko dan kejadian TB tersebut Leth F Van, Tupasi T, et al. Inclusion of
sangat bermanfaat dalam penanggulangan TB, Information on Risk Factors, Socio-
terutama dalam menurunkan insiden TB. Economic Status and Health Seeking in A
Tuberculosis Prevalence Survey. Int. J.
RINGKASAN Tuberc. Lung Dis. 2009;13(2):171–6.
Insidensi TB tidak mengalami penurunan 5. Lönnroth K, Jaramillo E, Williams BG, Dye
yang signifikan walaupun upaya C, Raviglione M. Drivers of Tuberculosis
penanggulangan telah dilakukan. Oleh karena Epidemics: The Role of Risk Factors and
itu, penanggulangan TB akan lebih Social Determinants. Soc. Sci. Med.
menekankan pada determinan sosial karena 2009;68:2240–6.
determinan sosial secara langsung maupun 6. Lönnroth K, Castro KG, Chakaya JM,
melalui faktor risiko TB berpengaruh terhadap Chauhan LS, Floyd K, Glaziou P, et al.
kejadian TB. Determinan sosial dan fakto risiko Tuberculosis Control and Elimination 2010
TB merupakan variabel in situ sehingga – 50: Cure, Care, and Social Development.
penggunaan statistik spasial dalam Lancet. 2010;375(9728):1814–29.
mempelajari determinan sosial dan faktor 7. Lönnroth K. Risk Factors and Social
risiko terhadap TB sangat bermanfaat. Metode Determinants of TB. The Union NAR
statistik spasial yang digunakan dapat berupa Meeting 24 Feb 2011 [Internet]. 2011.
visualisasi, eksplorasi, pemodelan dan Tersedia dari:
autokorelasi spasial. Pemanfaatan statistik http://www.bc.lung.ca/association_and_se
spasial telah dilakukan dalam mengidentifikasi rvices/documents/KnutUnionNARTBriskfac
clustering TB di beberapa daerah serta torsanddeterminantsFeb2011.pdf
mempelajari hubungan spasial determinan 8. Rasanathan K, Sivasankara Kurup A,
sosial dan faktor risiko terhadap TB. Informasi Jaramillo E, Lönnroth K. The Social
clustering TB menunjukkan dimana populasi Determinants of Health: Key to Global
berisiko berada sedangkan informasi hubungan Tuberculosis Control. Int. J. Tuberc. Lung
determinan sosial faktor risiko TB terhadap Dis. 2011;15(6):S30–6.
kejadian TB menunjukkan variabel yang perlu 9. CSDH. Closing the Gap in A Generation:
diintervensi. Informasi tersebut sangat Health Equity through Action on the Social
bermanfaat dalam penanggulangan TB, Determinants of Health. Geneva: WHO;
khususnya dalam menurunkan insiden TB. 2008. p. 256.
10. CSDH. A Conceptual Framework for Action
SIMPULAN on the Social Determinants of Health.
Statistik spasial melalui metode Geneva; 2007. p. 77.
visualisasi, eksplorasi, pemodelan dan 11. Solar O, Irwin A. A Conceptual Framework
autokorelasi sangat bermanfaat dalam for Action on the Social Determinants of
penanggulangan TB. Melalui metode tersebut Health. Social Determinants of Health
dapat diperoleh clustering TB yang Discussion Paper 2 (Policy and Practice).
menunjukkan dimana populasi yang berisiko Geneva; 2010. p. 79.
berada. Melalui metode tersebut juga 12. Galobardes B, Shaw M, Lawlor D, Smith G,
diketahui hubungan spasial variabel Lynch J. Indicators of Socioeconomic
determinan sosial dan faktor risiko TB terhadap Position. Methods Soc. Epidemiol. San